LAPORAN PENDAHULUAN
(CVA BLEEDING)
PEMBIMBIMBING :
Trijati Puspita, S.kep., Ns., M.Kep
TAHUN 2022/2023
2
BAB 1
KONSEP MEDIS
1.1 DEFINISI
Cerebral Vantrikular Accident (CVA) Bleeding atau Stroke
Hemoragik adalah penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang
keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak, sehingga
terjadi hematom(Usrin, Mutiara, & Yusad, 2011).
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhentinya suplay darah secara tiba-tiba. Jaringan otak
yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang
pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovaskular accident). Orang awam
cederung menganggap stroke sebagai penyakit. Sebaliknya, para dokter
justru menyebutnya sebagai gejala klinis yang muncul akibat pembuluh
darah jantung yang bermasalah, penyakit jantung atau secara bersamaan
(Auryn, Virzara, 2009).
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah
kebagian dari otak. Dua jenis stroke yang utama adalah iskemik dan
hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat
gumpalan aliran darah baik itu sumbatan karena trombosis (pengumpulan
darah yang menyebabkan sumbatan di pembuluh darah) atau embolik
(pecahnya gumpalan darah /benda asing yang ada didalam pembuluh darah
sehingga dapat menyumbat pembuluh darah kedalam otak) ke bagian otak.
Perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang subaraknoid adalah penyebab
dari stroke hemoragik (Joyce and Jane, 2014).
3
1.2 ETIOLOGI
Penyebab stroke hemoragik atau CVA Bleeding dijelaskan sebagai berikut:
1. Perdarahan (Hemoragik)
Perdarahan intraserebral paling banyak disebabkan karena adanya ruptur
aterosklerosis dan hipertensi pembuluh darah yang bisa menyebabkan
perdarahan didalam jaringan otak. Perdarahan intraserebral paling sering
terjadi akibat dari penyakit hipertensi umumnya terjadi setelah usia 50
tahun.
Beberapa macam perdarahan (hemoragik) antara lain :
a) Hemoragi ekstra dural (hemoragi epidural) adalah kedaruratan bedah
neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya
mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah dan arteri
meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera
untuk mempertahankan hidup.
b) Hemoragi subdural pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.
Oleh karena itu, periode pembentukan hematoma lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin
mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukan tanda atau
gejala.
4
1.4 PATOFISIOLOGI
Otak kita sangat sensitif terhadap kondisi penurunan atau hilangnya
suplai darah. Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak
seperti jaringan pada bagian tubuh lain, misalnya otok, otak tidak bisa
menggunakan metabolisme anaerobik jika terjadi kekurangan oksigen atau
glukosa. Otak diperfusi dengan jumlah yang banyak dibandingkan dengan
orang lain yang kurang vital untuk mempertahankan metabolisme serebral.
Iskemik jangka pendek dapat mengarah pada penurunan sistem neurologi
sementara atau TIA (transient Ishemic Attack). Jika aliaran darah tidak
diperbaiki, terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada jaringan otak
atau infrak dalam hitungan menit. Luasnya infrak bergantung pada lokasi dan
ukuran arteri yang tersumbat dan kekuatan sirkulasi kolateral ke arah yang
disuplai. Iskemik dengan cepat bisa mengganggu metabolisme. Kematian sel
dan perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Dalam
waktu yang singkat pasien yang sudah kehilangan kompensasi autoregulasi
akan mengalami manifestasi dari gangguan neurologi. Beberapa proses reaksi
biokimia akan terjadi dalam hitungan menit pada kondisi iskemik serebral.
Reaksi-reaksi tersebut seperti neurotoksin, oksigen radikal bebas,
mikrooksidasi. Hal ini dikenal dengan perlukaan sel-sel saraf sekunder.
Bagian neuropenubra paling dicurigai terjadi sebagai akibat iskemik serebral.
Bagian yang membengkak setelah iskemik bisa mengarah kepada penurunan
fungsi saraf sementara. Edema bisa berkurang dalam beberapa jam atau hari
klien bisa mendapatkan kembali beberapa fungsi-fungsinya (Joyce and Jane
2014).
1. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau
hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar
otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus,
7
1.5 WOC
Intraserebral Subarachnoid
Darah mendorong struktur otak
Peningkatan TIK
BAB 2
2.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Usia diatas 40 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya stroke hal
ini. Peningkatan frekuensi stroke seiring dengan peningkatan umur
berhubungan dengan proses penuaan, dimana semua organ tubuh mengalami
kemunduran fungsi termasuk pembuluh darah otak. Pembuluh darah
menjadi tidak elastis terutama bagian endotel yang mengalami penebalan
pada bagian intima, sehingga mengakibatkan lumen pembuluh darah
semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah otak (Sofyan,
Sihombing, & Hamra, 2015).
2. Keluhan Utama
Keluhan yang di dapatkan adalah penurunan kesadaran gangguan,
nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang, gangguan motorik kelemahan
anggota gerak setengah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi
(Tarwoto, 2013).
5. Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan pasien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan obat bantu napas, dan peningkatan
frekuensi pernapasan. Pada pasien dengan tingkat kesadaran compas
mentis, peningkatan inspeksi pernafasannya tidak ada kelainan. Palpasi
toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi
biasanya akan didapatkan bunyi napas tambahan dikarenakan produksi
sputum yang berlebih.
b) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada pasien stroke. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200
mmHg) (Tarwoto, 2013).
c) B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3
(Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya. pasien stroke perlu dilakukan pemeriksaan
lain seperti tingkat kesadaran, kekuatan otot, tonus otot, serta pemeriksaan
radiologi dan laboratorium. Pada pemeriksaan tingkat kesadaran dilakukan
pemeriksaan yang dikenal sebagai Glascow Coma Scale (GCS) untuk
mengamati pembukaan kelopak mata, kemampuan bicara, dan tanggap
motoric (gerakan).
14
rahang.
6) Nervus Abdusen (N.VI) : gerakan ocular, kerusakan akan
menyebabkanketidakmampuan ke bawah dan ke samping
2.4 EVALUASI
Setela tindakan keperawatan di laksanakan evaluasi proses dan hasil
mengacuh pada kriteria evaluasi yang telah di tentukan pada masing masing
diagnoa keperawatan sehingga:
1. Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervnsi di hentikan)
2. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi di lanjutkan )
3. Maalah teratasi atau tujuan tidak tercapai (perlu di lakukan pengkajian
ulang dan intervensi dirubah)
\
22
DAFTAR PUSTAKA
Batmaro, R. K., Hondo, F., & Malinti, E. (2019). Hubungan Jenis Makanan Dan
Tekanan Darah Wanita Dewasa Hipertensi. Nutrix Journal, 3(2), 38–51.
Dinata, C. A., Safrita, Y. S., & Sastri, S. (2013). Gambaran Faktor Risiko Dan
Tipe Stroke Pada Pasien Rawat Inap Di Bagian Penyakit Dalam Rsud
Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012.
Jurnal Kesehatan
Andalas, 2(2), 57. Https://Doi.Org/10.25077/Jka.V2i2.119
Elysabeth, D., Arna, T., Tarihoran, U., Sitorus, R., Sukmarini, L., Ilmu, F., …
Indonesia, D. (2008). ( Non Blanchable Erythema ) Pada Klien Stroke
MelaluiPosisi Miring 30 Derajat, (2001), 15811.
Faridah, U., Sukarmin, S., & Murtini, S. (2019). Pengaruh Posisi Miring
Terhadap Dekubitus Pada Pasien Stroke Di Rsud Raa Soewondo Pati.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(1), 155.
Https://Doi.Org/10.26751/Jikk.V10i1.632
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.