Anda di halaman 1dari 16

LP HEMIPARESE SINISTRA

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. Definisi
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang mengacu kepada setiap
gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan
atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri di otak (Price &
Wilson,2006).
Menurut Arif Mutaqin stroke adalah penyakit (kelainan) fungsi otak yang
timbul mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak
yang timbul mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah
otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut Marilyn E.
Doenges stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa
kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak.
Hemiparese sinistra adalah Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak yang
menyebabkan kelemahan tubuh bagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan sebelah
kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi visuomotor, kehilangan
memori visual dan mengabaikan sisi kiri. Penderita mamberikan perhatian
hanya kepada sesuatu yang berada dalam lapang pandang yang dapat dilihat
(Harsono, 2006).

B. Anatomi Fisiologi
Otak merupakan suatu alat yang sangat penting karena merupakan pusat
computer dan semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak
didalam rongga tengkorak yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Berat jaringan otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat orang
dewasa. Otak menerima 20% dan seluruh curah jantung dan membutuhkan
sekitar 20% dari pemakaian O2 tubuh. Otak merupakan jaringan yang paling
banyak memakai energy dalam seluruh tubuh manusia dan membutuhkan
O2 serta glukosa melalui aliran darah tetap konstan karena jaringan otak
sangat rapuh. Bila aliran darah ke otak terhenti selama 10 detik saja dapat
mengakibatkan kesadaran mungkin sudah akan hilang dan dalam beberapa
menit saja dapat menimbulkan kerusakan irreversibel yang kritis sebagai pusat
integritas dan koordinasi organ dan system efektor perifer tubuh dan berfungsi
sebagai penerima informasi mengeluarkan implus dan tingkah laku.
Bagian-bagian hemisfer otak. setiap hemisfer serebri dibagi dalam 4 lobus,
yaitu: lobus frontal, pariental, temporal dan oksipital, fungsi dari setiap lobus
berbeda-beda. Lobus frontal terlihat dalam mental, emosi, dan fungsi fisik.
Bagian anterior mempunyai peran dalam control tingkah laku social, pendapat
dan aktivitas intelektual yang kompleks, bagian sentral dan posterior mengatur
fungsi motorik.
Lobus parietal, menterjemahkan input sensorik sensasi yang dirasakan pada
satu sisi bagian tubuh yang lain diterjemahkna melalui lobus pariental bagian
kontra lateral. Sensasi somatic yang diterima dalah nyeri, temperature,
sentuhan dan tekanan, lobus pariental juga berperan dalam proses memory.
Lobus oksipital mengandung daerah veiseral primer dan daerah gabungan
visual. Daerah visual primer menerima informasi dan menafsirkan warna.
Lobus temporalis berfungsi dalam sensorik pendengaran, penciuman dan
rasa.

C. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner dan
Suddarth, 2002. Hal 2130-2144).
1. Trombosis
Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan dalam
sistem vascular (yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih
hidup, serta bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher.
Koagulan darah dinamakan trombus. Akumulasi darah yang membeku diluar
sistem vaskular, tidak disebut sebagai trombus. Trombosis ini menyebabkan
iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema disekitarnya.
2. Embolisme serebral
Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain yang dibawa
ke otak dari bagian tubuh lain. Merupakan penyumbatan pembuluh darah
otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal
dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
3. Iskemia serebri
Iskemia adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak normalnya
menerima sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak per menit. Jika
alirah darah aliran darah serebri 20 ml/menit timbul gejala iskemia dan
infark. Yang disebabkan oleh banyak faktor yaitu hemoragi, emboli,
trombosis dan penyakit lain.
4. Hemoragi serebral
Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan
pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak. Pendarahan
intraserebral dan intrakranial meliputi pendarahan didalam ruang
subarakhnoid atau didalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat
terjadi karena arterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh
rendahnya kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan
darah yang tinggi pembuluh darah mudah pecah.
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1. Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah :
a. Perokok.
b. Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
c. Tekanan darah tinggi.
d. Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
e. Transient Ischemic Attack ( TIAs)
2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
a. Usia di atas 65.
b. Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis
yang meningkatkan resiko serangan stroke).
c. DM.
d. Keturunan ( Keluarga ada stroke).
e. Pernah terserang stroke.
f. Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
g. Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).

D. Klasifikasi
Klasifikasi stroke di bedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi.
Dibawah ini skema pembagian stroke menurut patologi serangan stroke.
1. Stroke hemoragik
Merupakan pendarahan serebri dan mungkin pendarahan subarakhnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istrahat. Kesadaran klien umumnya menurun (Arif
Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis vocal yang akut dan
disebabkan oleh pendarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan
bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh arteri , vena dan kapiler. Pendarahan otak dibagi dua yaitu (Arif
Muttaqin, 2008):
1). Pendarahan intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena heniasi otak. Pendarahan intraserebri yang disebabkan
hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons, dan
serebellum.
2). Pendarahan subarakhnoid (PSA)
Pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma. Aneurisma yang
pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-
cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan
keluarnya ke ruang subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, merenggangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme
pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia, dan lainnya).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
merenggangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul kepala nyeri hebat.
Sering juga dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda merangsang selaput
otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan
pendarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan
subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebri.
Vasospasme ini dapat mengakibatkan arteri di ruang subbarakhnoid.
Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lainnya).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat
terpenuhi. energi yang di hasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen
sehingga jika ada kerusakan atau kekurangan aliran darah otak walau
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh
kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma.. Pada saat otak
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui proses metabolik
anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
2. Stroke nonhemorogik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari.
Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya dapat timbvul edema sekunder.
Klasifikasi stroke di bedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :
a. TIA (Transient Ischemic Attack). Gangguan neurologis lokal yang terjadi
selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul
akan hilang cdengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24
jam.
b. Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat
berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplet. Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau
permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat di awali dengan
serangan TIA berulang.

E. Patofisiologi

F. Manifestasi Klinis
1. Jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan gejala :
a. Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons terhadap
stimulus.
b. Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai paralysis.
c. Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral dilatasi.Unilateral tanda
dari perdarahan cerebral.
d. Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas irreguler,
peningkatan suhu tubuh.
e. Keluhan kepala pusing.
f. Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).
2. Kelumpuhan dan kelemahan.
3. Penurunan penglihatan.
4. Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).
5. Pelo / disartria.
6. Kerusakan Nervus Kranialis.
7. Inkontinensia alvi dan uri.

G. Komplikasi
1. Aspirasi.
2. Paralitic illeus.
3. Atrial fibrilasi.
4. Diabetus insipidus.
5. Peningkatan TIK.
6. Hidrochepalus.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Labolatorium
a. Hitung darah lengkap.
b. Kimia klinik.
c. Masa protombin.
d. Urinalisis.
2. Diagnostik
a. SCAN KEPALA, menunjukkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya
secara pasti.
b. Angiografi serebral, membantu menemukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk
mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
c. EEG, untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark segingga menurunnya inpuls
listrik dalam jaringan otak.
d. Pungsi lumbal, tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau
perdarahan pada intrakranial.
e. MRI, dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan
posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak.
f. X-Ray tengkorak

I. Penatalaksanaan Medik
1. Konservatif.
1. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
2. Mencegah peningkatan TIK.
a. Antihipertensi.
b. Deuritika.
c. Vasodilator perifer.
d. Antikoagulan.
e. Diazepam bila kejang.
f. Anti tukak misal cimetidine.
g. Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien
akan mudah terkena infeksi, hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan
lambung.
h. Manitol : mengurangi edema otak.
2. Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu
dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang
menetap akan membahayakan kehidupan klien.

3. Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari ) perlu :


a. Terapi wicara.
b. Terapi fisik.
c. Stoking anti embolisme.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak
sekunder terhadap perdarahan otak .
2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
4. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan
dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
5. Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan kerusakan
neurologis.
6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada
area bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan
kelemahan secara umum.

L. Intervensi Keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1. Resiko Peningkatan Tik Berhubungan Dengan Penambahan Isi Otak
Sekunder Terhadap Hipoksia, Edema Otak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami
peningkatan tekanan intra kranial .
Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :
a. Peningkatan tekanan darah.
b. Nadi melebar.
c. Pernafasan cheyne stokes
d. Muntah projectile.
e. Sakit kepala hebat.
Pencegahan TIK meningkat di laksanakan.
Intervensi.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK Deteksi dini peningkatan TIK
1. tekanan darah untuk melakukan tindakan
2. nadi lebih lanjut.
3. GCS
4. Respirasi
5. Keluhan sakit kepala hebat
6. Muntah projectile
7. Pupil unilateral
2. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 Meninggikan kepala dapat
derajat kecuali ada kontra membantu drainage vena
indikasi.Hindari mengubah posisi dengan untuk mengurangi kongesti
cepat. vena.
3. Hindari hal-hal berikut : Masase karotid
Masase karotid memperlambat frekuensi
jantung dan mengurangi
sirkulasi sistemik yang diikuti
peningkatan sirkulasi secara
Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat. tiba-tiba.
Fleksi atau rotasi ekstrem
leher mengganggu cairan
cerebrospinal dan drainage
Rangsangan anal dengan jari (boleh tapi vena dari rongga intra kranial.
dengan hati-hati ) hindari mengedan, Aktifitas ini menimbulkan
fleksi ekstrem panggul dan lutut. manuver valsalva yang
merusak aliran balik vena
dengan kontriksi vena
jugularis dan peningkatan
TIK.
4. Konsul dokter untuk mendapatkan Mencegah konstipasi dan
pelunak feces jika di perlukan. mengedan yang menimbulkan
manuver valsalva.
5. Pertahankan lingkungan tenang, sunyi Meningkatkan istirahat dan
dan pencahayaan redup. menurunkan rangsangan
membantu menurunkan TIK.
6. Berikan obat-obatan sesuai dengan 1. Menurunkan tekanan
pesanan: darah.
1. Anti hipertensi. 2. Mencegah terjadinya
2. Anti koagulan. trombus.
3. Terapi intra vena pengganti cairan dan 3. Mencegah defisit cairan.
elektrolit. 4. Mencegah obstipasi.
4. Pelunak feces. 5. Mencegah stres ulcer.
5. Anti tukak. 6. Meningkatkan daya tahan
6. Roborantia. tubuh.
7. Analgetika. 7. Mengurangi nyeri.
8. Vasodilator perifer. 8. Memperbaiki sirkulasi
darah otak.

2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia


Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil
1) Tidak terjadi kontraktur sendi
2) Bertambahnya kekuatan otot
3) Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam 1. Menurunkan resiko terjadinnya
2. Ajarkan klien untuk melakukan iskemia jaringan akibat sirkulasi
latihan gerak aktif pada darah yang jelek pada daerah yang
ekstrimitas yang tidak sakit tertekan
3. Lakukan gerak pasif pada 2. Gerakan aktif memberikan massa,
ekstrimitas yang sakit tonus dan kekuatan otot serta
4. Berikan papan kaki pada memperbaiki fungsi jantung dan
ekstrimitas dalam posisi pernapasan
fungsionalnya 3. Otot volunter akan kehilangan
5. Tinggikan kepala dan tangan tonus dan kekuatannya bila tidak
6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dilatih untuk digerakkan
untuk latihan fisik klien

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.


Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil
1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
kemampuan klien
2) Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk
memberikan bantuan sesuai kebutuhan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan dan 1. Membantu dalam mengantisipasi
tingkat kekurangan dalam /merencanakan pemenuhan kebutuhan
melakukan perawatan diri. secara individual
2. Beri motivasi kepada klien 2. Meningkatkan harga diri dan semangat
untuk tetap melakukan untuk berusaha terus-menerus
aktivitas dan beri bantuan 3. Klien mungkin menjadi sangat
dengan sikap sungguh ketakutan dan sangat tergantung dan
3. Hindari melakukan sesuatu meskipun bantuan yang diberikan
untuk klien yang dapat bermanfaat dalam mencegah frustasi,
dilakukan klien sendiri, adalah penting bagi klien untuk
tetapi berikan bantuan melakukan sebanyak mungkin untuk
sesuai kebutuhan. diri-sendiri untuk mempertahankan
4. Berikan umpan balik yang harga diri dan meningkatkan
positif untuk setiap usaha pemulihan
yang dilakukannya atau 4. Meningkatkan perasaan makna diri
keberhasilannya dan kemandirian serta mendorong
5. Kolaborasi dengan ahli klien untuk berusaha secara kontinyu.
fisioterapi/okupasi 5. Memberikan bantuan yang mantap
untuk mengembangkan rencana terapi
dan mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus

4. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan


dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
Tujuan
Tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil
1) Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
2) Hb dan albumin dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan klien 1. Untuk menetapkan jenis makanan
dalam mengunyah, menelan yang akan diberikan pada klien
dan reflek batuk 2. Untuk klien lebih mudah untuk
2. Letakkan posisi kepala lebih menelan karena gaya gravitasi
tinggi pada waktu, selama 3. Membantu dalam melatih kembali
dan sesudah makan sensori dan meningkatkan kontrol
3. Stimulasi bibir untuk muskuler
menutup dan membuka 4. Memberikan stimulasi sensori
mulut secara manual dengan (termasuk rasa kecap) yang dapat
menekan ringan diatas mencetuskan usaha untuk menelan
bibir/dibawah dagu jika dan meningkatkan masukan
dibutuhkan 5. Klien dapat berkonsentrasi pada
4. Letakkan makanan pada mekanisme makan tanpa adanya
daerah mulut yang tidak distraksi/gangguan dari luar
terganggu 6. Makan lunak/cairan kental mudah
5. Berikan makan dengan untuk mengendalikannya didalam
berlahan pada lingkungan mulut, menurunkan terjadinya
yang tenang. aspirasi
6. Mulailah untuk memberikan 7. Menguatkan otot fasial dan dan
makan peroral setengah cair, otot menelan dan menurunkan
makan lunak ketika klien resiko terjadinya tersedak
dapat menelan air 8. Dapat meningkatkan pelepasan
7. Anjurkan klien menggunakan endorfin dalam otak yang
sedotan meminum cairan meningkatkan nafsu makan
8. Anjurkan klien untuk 9. Mungkin diperlukan untuk
berpartisipasidalam program memberikan cairan pengganti dan
latihan/kegiatan. juga makanan jika klien tidak
9. Kolaborasi dengan tim dokter mampu untuk memasukkan segala
untuk memberikan ciran sesuatu melalui mulut
melalui iv atau makanan
melalui selang

5. Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan kerusakan


neurologis.
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam pemenuhan eliminasi alvi terpenuhi.
Kriteria Hasil : klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa
menggunakan obat, konsistensi feses lembek berbentuk, tidak teraba massa
pada kolon ( scibala ).

INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan penjelasan pada klien 1. Klien dan keluarga akan mengerti
dan keluarga pasien tentang penyebab dari konstipasi.
penyebab konstipasi. 2. Bising usus menandakan sifat
2. Auskultasi bising usus aktivitas peristaltik.
3. Anjurkan untuk klien untuk 3. Diet seimbang tinggi kandungan
makan makanan yang serat meransang peristalti dan
mengandung serat. eliminasi reguler.
4. Bila klien mampu minum, 4. Masukan cairan adekuat membantu
berikan asupan cairan yang mempertahankan konsistensi feses
cukup (2L/hari) jika tidak ada yang pada usus dan membantu
kontraindikasi. eliminasi reguler.
5. Lakukan mobilisasi sesuai 5. Aktivitas fisik reguler membantu
dengan keadaan klien. eliminasi dengan memperbaiki
6. Kolaborasi dengan tim dokter tonus otot abdomen dan meransang
dalam pemberian pelunak faces nafsu makan dan peristaltik.
( laksatif, supositoria, enema ) 6. Pelunak feses meningkatkan
efisiensi pembasahan air usus, yang
melunakkan massa feses dan
membantu eliminasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC


2. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
3. Doenges, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta :EGC
4. Herdman T.H, dkk,. Nanda Internasional Edisi Bahasa Indonesia, Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, 2009-2011, EGC, Jakarta
5. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
6. Muttaqin, Arif.2011.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Salemba Medika; jakarta.
7. Price & Wilson (2005), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Ed.4, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai