PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
MSY. NING BARIAH
NIM. A21511066
Proposal Skripsi
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG KONTRASEPSI
TUBEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN AKSEPTOR KB
DI PUSKESMAS TALANG BETUTU
PALEMBANG TAHUN 2019
Oleh :
MSY. NING BARIAH
NIM. A21511066
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Pemberian Edukasi Tentang Kontrasepsi Tubektomi Terhadap Pengetahuan
Akseptor KB di Puskesmas Talang Betutu Palembang ”. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.kep) pada
program studi ILMU KEPERAWATAN STIK Siti Khadijah Palembang.
1. Dr.dr. Edy sapada M.Kes selaku ketua STIK Siti Khadijah Palembang
2. Ns. Asih Fatriansari, M.Kep selaku Ketua Program Studi ILMU
KEPERAWATAN STIK Siti Khadijah Palembang. Terima Kasih atas masukan
dan semua ilmu yang telah diberikan dan juga dedikasinya terhadap ilmu
keperawatan.
3. Dan seterusnya.
Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Mohon maaf atas
segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat. Semoga
Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan
dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABLE .......................................................................................... v
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
iii
2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan..............................................18
2.3.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan.................................................. .18
2.3.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan...... .19
2.3.4 Metode Pendidikan Kesehatan................................................... .20
2.3.5 Media Pendidikan ......................................................................21
2.4 Konsep Pengetahuan........................................................................ .24
2.4.1. Pengertian Pengetahuan........................................................... .24
2.4.2. Tingkat Pengetahuan ............................................................... .24
2.4.3 Proses Terjadinya Pengetahuan................................................... .26
2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.................................. .26
2.5 Tubektomi Menurut Agama Islam..................................................... .27
2.6 Kerangka teori..................................................................................... .30
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR BAGAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2,3%. Pada umumnya masyarakat memilih metode NON MKJP. Sehingga metode
KB MKJP seperti Intra Uterine Devices (IUD), Implant, Medis Operatif Pria
(MOP) dan Medis Operatif Wanita (MOW) kurang diamati (BKKBN, 2013 dalam
Andriani, 2018).
Untuk mengupayakan agar jalannya program Keluarga Berencana (KB)
dapat diterima oleh masyarakat secara luas, terutama dikalangan umat Islam,
maka pemerintah melalui Departemen Agama Republik Indonesia
menyelenggarakan musyawarah ulama terbatas yang diselenggarakan pada
tanggal 26 sampai dengan 29 Juni 1972 dan menghasilkan suatu keputusan yang
menegaskan bahwa program Keluarga Berencana (KB) itu hukumnya mubah
menurut syari’at Islam dan umat Islam boleh melaksanakannya (Harahap, 2017).
Kontrasepsi mantap yang paling efektif diantara kontrasepsi lainnya yaitu
tubektomi, karena kontasepsi ini yang paling akurat dan sangat efektif, terbukti
bahwa 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan.
Kendati demikian, kehamilan setelah kontrasepsi mantap bukan tidak mungkin
masih dapat terjadi. Sebuah survei di Amerika pada dokter-dokter ahli urologi
melaporkan, kehamilan setelah vasektomi dapat terjadi pada 1 dari 1.000
vasektomi (0,1%). Kehamilan setelah tubektomi terjadi 0,84% di Kanada dan
1,85% di Amerika Serikat (Iswandari, 2018).
Mekanisme kerja metode ini yaitu dengan mengikat tuba fallopi dan
menutup atau mengoklusi tuba fallopi (memotong dan memasang cincin) sehingga
spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum. Manfaat tubektomi ini sangat
efektif, sifatnya permanen, tidak mempengaruhi menyusui dan sanggama, tehnik
pembedahan sederhana, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, dan tidak
ada perubahan dalam fungsi seksual serta dapat di lakukan dalam persalinan,
pasca keguguran dan masa interval. Angka pemakaian kontrasepsi metode
Operasi wanita ini memiliki angka keberhasilan mencapai 99 % dan tidak
memiliki angka kegagalan (Barus, 2016).
Berdasarkan penelitian data DinKes Palembang (2014), pengguna KB
suntik sebanyak (39,4%), pengguna KB pil sebanyak (25,01%), pengguna
kondom sebanyak (6,21%), pengguna implan sebanyak (20,56%), pengguna IUD
2
sebanyak (4,97%), pengguna MOW sebanyak (3,31%), dan MOP sebanyak
(0,53%) (Pertiwi, 2017).
Menurut hasil penelitian Susiyanti (2016), menunjukkan bahwa hasil rasa
ingin tahu dalam diri menentukan tinggi rendahnya pengetahuan seseorang .
Seseorang yang rasa ingin tahu nya tinggi akan mencari informasi mengenai
tentang kontrasepsi yang akan di pilihnya sesuai keadaannya, begitu pula
sebaliknya. Dari hasil penelitian tersebut kontrasepsi juga di pengaruhi oleh
pemberian informasi atau pendidikan kesehatan yang kurang. Di dalam penelitian
tersebut di dapatkan hasil sebelum dilakukannya edukasi sebagian besar (63,6%)
pengetahuan responden yang kurang pengetahuan mengenai kontrasepsi, berbeda
setelah diberikannya edukasi, (100%) responden mengerti dan memilih setuju
dengan pemakaian kontrasepsi.
Setelah dilakukan studi pendahuluan pada tanggal 4 mei 2019 di
Puskesmas Talang Betutu Palembang, di dapatkan hasil pengguna KB aktif di
kelurahan tersebut sebagai berikut pengguna KB pil sebanyak 383 orang,
pengguna KB suntik sebanyak 780 orang, pengguna IUD sebanyak 87 orang,
pengguna implant sebanyak 143 orang, pengguna kondom 0 orang, pengguna
MOW sebanyak 64 orang, dan pengguna MOP 0 orang, dari total keseluruhan
Akseptor KB sebanyak 1457 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan upaya
Puskesmas untuk meningkatan program kontrasepsi belum pernah mengadakan
kegiatan yang sifatnya penyuluhan berupa kontrasepsi MOW dan MOP tapi hanya
berupa pemberian leaflet saja. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan
peneliti di Puskesmas Talang Betutu banyak pasangan usia subur tidak memahami
tentang kontrasepsi tubektomi. Dengan data-data yang telah didapatkan maka
peneliti tertarik untuk membahas tentang pengaruh pemberian edukasi tentang
kontrasepsi tubektomi terhadap pengetahuan Akseptor KB di Puskesmas Talang
Betutu Palembang 2019.
3
dalam penelitian ini adalah “adakah pengaruh pemberian edukasi tentang
kontrasepsi tubektomi terhadap pengetahuan Akseptor KB di Puskesmas Talang
Betutu Palembang Tahun 2019”.
4
Sebagai informasi dan dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa STIK
Siti Khadijah khususnya ilmu keperawata nmengenai edukasi tentang
penggunaan Akseptor KB tubektomi.
5
Intra Uterine dari kategori
Device (Iud) pengetahuan
cukup
disebabkan
oleh
kurangnya
informasi
yang didapat
responden
tentang IUD
serta cara
penggunaann
ya harus
dibantu oleh
tenaga
kesehatan
terlatih.
3. Afnita Ayu Jenis Faktor yang 1. 1. Judul
Rizkitama penelitian terbukti Variabel 2.jumlah
(2017), ini yaitu berhubungan dependen sampel
Beberapa observasi dengan 2. metode yang
Faktor Yang onal partisipasi penelitian digunakan
Berhubungan analitik wanita dalam 3. Tempat
Dengan dengan tubektomi penelitian
Partisipasi desain adalah 4. Tahun
Wanita studi case pendidikan, 5. variable
Dalam control pekerjaan, independe
Pemilihan jumlah anak, n
Tubektomi kelengkapan
Pada Peserta pelayanan
Mkjp Di dan jarak ke
Kecamatan tempat
Bumiayu pelayanan.
Kabupaten
Brebes
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
bantuan secara sukarela. Jadi, PKBI adalah pelopor pergerakan
Keluarga Berencana Nasional.
Berdasarkan hasil penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB
1967 oleh beberapa kepala Negara, maka dibentuklah suaru lembaga
program keluarga berencana dan dimasukkan dalam program
pemerintah sejak Pelita I berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 26
Tahun 1968 yang dinamakan Lembaga Keluarga Berencana Nasional
(LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah.
Pada tahun 1970, melalui kepres No. 8 tahun 1970 diubah menjadi
Badan Pemerintah dengan nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab kepada presiden dan
bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasan, dan penilaian
pelaksanaan program Keluarga Berencana (Purwoastuti dan Walyani,
2015).
2.1.2. Pengertian KB
Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur
jumlah dan jarak anak yang di inginkan. Usaha yang dimaksud
termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan
keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma
laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau
mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ( melekat) dan
berkembang di dalam rahim (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia sejahtera (undang-undang No.10/1992).
Keluarga berencana (family planning, planned parenthood) suatu
usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mega dan Wijayanegara,
2017).
WHO (expert committee, 1970) tindakan yang membantu
individu/pasture untuk mendapatkan obyektif-obyektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
8
yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Mega dan Wijayanegara, 2017).
2.1.3. Tujuan KB
a. Tujuan umum: Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam
rangka mewujudkan NKKBS (Norma keluarga kecil bahagia
sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk .
b. Tujuan khusus : Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan
kesehatan keluarga berencana dengan cara pengaturan jarak
kelahiran (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
2.1.4. Program KB di Indonesia
a. Program KB
Menurut UUD No 10 Tahun 1991 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, program KB
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usai perkawinan, pengaturan kelahiran ,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan kecil,
bahagia dan sejahtera .
Dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah
terjadinya kanker uterus dan ovarium. Perencanaan kehamilanyang
aman, sehat dan diinginkan, merupakan faktor penting dalam
upayamenurunkan angka kematian maternal. Ini berarti program
tersebut dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan.
KB juga memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan
suami istri, keluarga dan masyarakat. Perencanaan KB harus dimiliki
oleh setiap keluarga termasuk calon pengantin, misalnya kapan usia
ideal untuk melahirkan, berapa jumlah anak, dan jarak kelahiran
yang ideal, bagaimana perawatan kehamilan, serta tanda-tanda
bahaya dalam kehamilan.
Selain pengetahuan, pasangan suami-istri harus memiliki akses
terhadap pelayanan kontrasepsi yang berkuallitas. Sehingga, mereka
9
mudah merencanakan kehamilan setiap yang di inginkan dan
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Dengan demikian,
program KB menjadi salah satu program pokok dalam
mengingkatkan status kesehatan dan kelangsungan hidup ibu,bayi,
dan anak (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
2.1.5. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi
1. Spermisida
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), Spermisida adalah
alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia(nonoksinol-9) yang
digunakan untuk membunuh sperma. Jenis spermisida terbagi
menjadi :
a. aerosol (busa).
b. tablet vagian ,suppositoria atau dissolvable film.
c. krim
2. Cervical Cap
Merupakan kontrasepsi wanita, terbuat dari bahan latex, yang
dimasukan ke dalam liang kemaluan dan menutupi leher rahim
(serviks). Efek sedotan menyebabkan cap tetap nempel di leher
rahim. Cervical cap berfungsi sebagai barier (penghalang) agar
sperma tidak masuk ke dalam rahim sehingga tidak terjadi
kehamilan. Setelah berhubungan (ML) cap tidak boleh dibuka
minimal selama 8 jam. Agar efektif, cap biasanya di campur
pemakaiannya dengan jeli spermisidal (pembunuhan sperma)
(Purwoastuti dan Walyani, 2015).
3. Suntik
Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3bulan sekali. Suntikan
kontrasepsi mengandung hormone progestogen yang menyerupai
hormon progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu
pada setiap awal siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah
wanita untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek
kontrasepsi. Banyak klinik kesehatan yang menyarankan
penggunaan kondom pada minggu pertama saat suntik kontrasepsi.
10
Sekitar 3 dari 100 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik dapat
mengalami kehamilan pada tahun pertama pemakaiannya.
(Purwoastuti dan Walyani, 2015).
4. Kontrasepsi Darurat IUD
Alat kontrasepsi intrauterine device (IUD) di nilai efektif 100%
untuk kontrasepsi darurat. Hal itu tergambar dalam sebuah studi
yang melibatkan sekitar 2.000 wanita China yang memakai alat ini 5
hari setelah melakukan hubungan inti tanpa pelindung. Alat yang
disebut Copper T380A. atau Copper T bahkan terus efektif dalam
mencegah kehamilan setahun setelah alat ini ditanamkan dalam
rahim (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
5. Impaln
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang
berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya
terdapat hormone progestogen, implant ini kemudian dimasukkan ke
dalam kulit di bagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan
dilepaskan secara perlahan dan implant ini dapat efektif sebagai alat
kontrasepsi selama 3 tahun. Sama seperti pada kontrasepsi suntik,
maka disarankan penggunaan kondom untuk seminggu pertama
sejak pemasangan implan kontrasepsi tersebut (Purwoastuti dan
Walyani, 2015).
6. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode
kontrasepsi semntara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa
tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode Amenorea
Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorhea Method (LAM) dapat
dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau
natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
7. IUD & IUS
11
IUD (intra uterine device) merupakan alat kecil berbentuk
seperti huruf T yang lentur dan diletakan di dalam rahim untuk
mencegah kehamilan, efek kontrasepsi di dapatkan dari lilitan
tembaga yang ada di badan IUD . IUD merupakan salah
satukontrasepsi yang paling banyak digunakan di dunia. Efektifitas
IUD sangat tinggi sekitar 99,2-99,9%, tetapi IUD tidak memberikan
perlindungan bagi penularan penyakit menular seksual (PMS).
Saat ini, sudah ada modifikasi lain dari IUD yang disebut
dengan IUS ( intra uterine system), bila pada IUD efek kontrasepsi
berasal dari lilitan tembaga dan dapat efektifselama 12 tahun maka
pada IUS efek kontrasepsi didapat melalui pelepasan hormon
progestogen dan efektif selama 5 tahun. Baik IUD dan IUS
mempunyai benang plastik yang menempel pada bagian bawah alat,
benang tersebut dapat teraba oleh jari didalam vagina tetapi tidak
terlihat dari luar vagina. Disarankan untuk memeriksa keberadaan
benang tersebut setiap habis menstruasi supaya posisi IUD dapat
diketahui (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
8. Kontrasepsi Darurat Hormonal
Morning after pill adalah hormonal tingkat tinggi yang di
minum untuk mengontrol kehamilan sesaat setelah melakukan
hubungan seks yang berisiko. Pada prinsipnya pil tersebut berkerja
dengan cara menghalangi sperma berenang memasuki sel telur dan
memperkecil terjadinya pembuahan (Purwoastuti dan Walyani,
2015).
9. Kontrasepsi Patch
Patch ini didesain untuk melepaskan 20 µg ethinyl estradiol dan
150 µg norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama
seperti kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1
minggu bebas patch untuk siklus mensturasi (Purwoastuti dan
Walyani, 2015).
10. Pil Kontrasepsi
12
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi ( berisi hormon
estrogen & progestogen) ataupun hanya berisi progestogen saja. Pil
kontrasepsi berkerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan
mencegah terjadinya penebalan dinding rahim. Apabila pil
kontrasepsi ini digunakan secara tepat maka angka kejadian
kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita. Disarankan penggunaan
kontrasepsi lain (kondom ) pada minggu pertama pemakaian pil
kontrasepsi (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
11. Kondom
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik.
Kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan
cara menghentikan sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom
pria dapat erbuat dari bahan latex (karet), polyurethane (plastik),
sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane. Pasangan yang
mempunyai alergi terhadap latex dapat menggunakan kondom tang
terbuat dari polyurethane. Efektifitas kondom pria antara 85-98%
sedangkan efektifitas kondom wanita antara 79-95%. Harap
diperhatikan bahwa kondom pria dan wanita sebaiknya jangan
digunakan secara bersamaan (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
13
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metode Operasi
Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan
saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma (Purwoastuti
dan Walyani, 2015).
2.2.2. Perkembangan Tubektomi
Dahulu tindakan ini disebut sterilisasi dan dilakukan atas indikasi
medis, seperti kelainan jiwa, kemungkinan dari kelainan jiwa yang
dapat membahayakan sang ibu atau keturunannya, kini tubektomi
dilakukan untuk membatasi jumlah anak.
Pada abad ke-19, sterilisasi dilakukan dengan mengangkat uterus
atau kedua ovarium.pada akhir abad ke-19 dilakukan dengan mengikat
tuba uterine namun cara ini mengalami banyak kegagalan sehingga
dilakukanlah pemotongan dan pengikatan tuba uterine. Dulu sterilisasi
ini dibantu oleh anastesi umum dengan membuat sayatan/insis yang
lebar dan harus dirawat di rumah sakit. Kini, operasinya tanpa dibantu
anastesi umum dengan hanya membuat insis kecil dan tidak perlu
dirawat di rumah sakit. Secara umum tujuan dari tubektomi adalah
menghambat perjalanan sel telur perempuan agar tidak dibuahi sperma.
Dahulu tubektomi dilakukan dengan jalan laparatomi atau
pembedahan vaginal. Sekarang dengan alat-alat teknik baru, tindakan
ini diselenggarakan secara lebih ringan dan tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit.
Dalam tahun-tahun terakhir ini tubektomi telah menjadi bagian yang
penting dalam program keluarga berencana di banyak Negara di dunia.
Di Indonesia sejak tahun 1974 telah berdiri perkumpulan yang sekarang
bernama Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), yang
membina perkembangan metode dengan operasi (M.O) atau kontrasepsi
mantap secara sukarela, tetapi secara resmi tubektomi tidak masuk ke
dalam program nasional keluarga berencana di Indonesia (manuaba,
dkk, 2010).
2.2.3. Indikasi dan Kontraindikasi Tubektomi
a. Indikasi
14
Menurut Zietraelmart (2010), Seminar Kuldoskopi Indonesia
pertama di Jakarta (18-19 desember 1972) mengambil kesimpulan,
sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi
syarat-syarat berikut:
1) Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
2) Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup
3) Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup
Pada konferensi khusus perkumpulan untuk sterilisasi sukarela
Indonesia di Medan (3-5 Juni 1976) di anjurkan pada umur antara 25-40
tahun dengan jumlah anak sebagai berikut:
1) Umur antara 25-30 tahun dengan 3 anak atau lebih.
2) Umur antara 30-35 tahun dengan 2 anak atau lebih.
3) Umur antara 35-40 tahun dengan 1 anak atau lebih.
b. Kontraindikasi
1) Hamil.
2) Pendarahan vaginal yang belum terjelaskan.
3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
4) Belum memberikan persetujuan tertulis
5) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
6) Usia di bawah 30 tahun yang belum dan masih ingin memiliki anak.
Sterilisasi seharusnya ditawarkan pada wanita dibawah 30 tahun hanya
dalam keadaan yang sangat khusus.
2.2.4. Kelebihan dan Kekurangan Dari Tubektomi
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) yaitu :
15
per 1000-2000 wanita yang telah disterilisasi. Pada khasus yang
sangat jarang terjadi itu, tuba fallopi wanita kembali menyambung
setelah dipotong atau ditutup.
2) Tidak mempengaruhi libido seksualis.
3) Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
4) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama setahun
pertama penggunaan).
5) Tidak mempengaruhi proses menyusui
6) Tidak tergantung pada faktor senggama.
7) Baik bagi klien apabila kehamilan anakan menjadi risiko kesehatan
yang serius .
8) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan anastesi local.
9) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
10) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada afek pada
produksi hormon ovarium).
Adapun kelebihan dari kontap dibandingkan kontrasepsi yang lain
adalah :
1) Lebih Aman (keluhan lebih sedikit).
2) Lebih Praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan).
3) Lebih Efektif (tingkat kegagalan sangat kecil).
b. Kekurangan dari Tubektomi
1) Risiko dan efek samping pembedahan
Risiko sterilisasi, seperti halnya operasi lainya, terutama berkaitan
dengan anestesi. Ahli bedah juga dapat tanpa sengaja merusak
ligament peritoneal selama operasi. Jika ligament peritoneal rusak,
produksi hormon pada ovarium menurun dan menopause bisa
dimulai dini. Potensi komplikasi lainnya (sangat jarang) adalah
kehamilan ektopik dan gangguan menstruasi.
2) Kadang-kadang sedikit merasakan nyeri pada saat operasi.
3) Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi tidak benar.
4) Kesuburan sulit kembali
16
Karena metode tubektomi merupakan kontrasepsi permanen,
sebelum mengambil keputusan untuk tubektomi, istri dan suami
terlebih dahulu harus mempertimbangkannya secara matang.
Meskipun saluran telur yang tadinya dipotong atau diikat dapat
disambung kembali, namun tingkat keberhasilan untuk hamil lagi
sangat kecil.
2.2.5. Cara Sterilisasi
Tuba fallopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang
menghubungkan ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur
dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju uterus. Bila ada
sperma di tuba fallopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang
kemudian melekat di uterus.
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba
fallopi yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut di
potong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau di bakar
(kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah
dengan mengikat atau menjepit saluran tuba fallopi (tubal ring/ tubal
clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma.
Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal
(spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa
teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa
kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukan melalui sebuah
sayatan kecil diperut untuk menentukan lokasi tuba fallopi. Sebuah
sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukan alat pemotong
tuba fallopi. Biasanya, ujung-ujung tuba fallopi kemudian ditutup
dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi
tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih
besar.
Sterilisasi dapat dilakukan kapan saja, termasuk setelah
persalinan atau bersamaan dengan prosedur pembedahan perut yang
lain, seperti operasi Caesar (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
17
2.3. Pendidikan Kesehatan
2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk membantu individu,
kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan untuk
mencapai kesehatan yang optimal (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan
kesehatan memiliki dampak terhadap peningkatan pengetahuan, yang
dapat mempengaruhi sikap (Azwar, 2010). Sikap merupakan perasaan
yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek.
Penentuan sikap dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang, sehingga
dengan adanya pengetahuan akan membawa seseorang untuk bereaksi
sesuai dengan stimulus yang diperolehnya (Azwar dilatasi nurjannahn,
2015).
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum adalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik
individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan
batasan ini tersirat unsure-unsur input (sasaran dan pendidik dari
pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang
diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah
perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan.
(Notoadmojo, 2014).
2.3.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya
perilaku tersebut Green dalam (Notoadmojo, 2014) yaitu :
a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi
Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran,
memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pemeliharaan dan penigkatan kesehatan bagi dirinya sendiri,
keluarganya maupun masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks
promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi,
18
kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan
maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini
dilakukan dengan penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan-
iklan layanan kesehatan, billboard, dan sebagainya.
b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)
Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat
memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan
prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan
cara bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana
untuk pengadaan sarana dan prasarana.
c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan
pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan
sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi
teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.
2.3.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan
dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang
menerima informasi yang didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah
pula dalam menerima informasi baru.
c. Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat
istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan Masyarakat
19
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan
masyarakat dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat
dalam penyuluhan.
2.3.4 Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoadmojo (2014), berdasarkan pendekatan sasaran yang
ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:
a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan
Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk
membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik
pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya
pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah
atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau
perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :
1. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)
2. Wawancara
b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam
penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu
mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya
kelompok, yaitu :
1. Kelompok besar
2. Kelompok kecil
c. Metode berdasarkan pendekatan massa
Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga
sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi,
20
tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan
yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat ditangkap oleh massa.
2.3.5 Media Pendidikan
Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut
(Notoadmojo, 2014) :
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam
pemahaman
d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –
pesan yang diterima oran lain
e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi
kesehatan
f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/
masyarakat
g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian
lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian
yang lebih baik
h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh dengan
kata lain media ini memiliki beberapa tujuan yaitu :
a) Tujuan yang akan dicapai
1. Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan
konsep- konsep
2. Mengubah sikap dan persepsi
3. Menanamkan perilaku/kebiasaan yang baru
b) Tujuan penggunaan alat bantu
1. Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan
2. Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah
3. Untuk mengingatkan suatu pesan/informasi
4. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan
21
Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoadmojo,
2014) :
a) Berdasarkan stimulasi indra
1. Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam
membantu menstimulasi indra penglihatan
2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat
membantu untuk menstimulasi indra pendengar pada
waktu penyampaian bahan pendidikan/pengajaran
3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)
b) Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya
1. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film
strip, slide, dan sebagainya yang memerlukan listrik
dan proyektor
2. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri
dengan bahan – bahan setempat
c) Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media
kesehatan
1. Media Cetak
a. Leaflet
Merupakan bentuk penyampaian informasi
kesehatan melalui lembaran yang dilipat.
Keuntungan menggunakan media ini antara lain :
sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri
serta praktis karena mengurangi kebutuhan
mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai
dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat
diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok
sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat
memberikan informasi yang detail yang mana tidak
diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak
dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan
kelompok sasaran
22
Sementara itu ada beberapa kelemahan dari
leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per
individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet
akan menjadi percuma jika sasaran tidak
diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses
penggandaan yang baik. (Lucie, 2005)
b. Booklet
Booklet adalah suatu media untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk
tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat
bantu, sarana dan sumber daya pendukungnya untuk
menyampaikan pesan harus menyesuaikan dengan
isi materi yang akan disampaikan.
c. Flip chart (lembar balik)
Media penyampaian pesan atau informasi
kesehatan dalam bentuk buku di mana tiap lembar
berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi
kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan
dengan gambar. Keunggulan menggunakan media
ini antara lain : mudah dibawa, dapat dilipat maupun
digulung, murah dan efisien, dan tidak perlu
peralatan yang rumit. Sedangkan kelemahannya
yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang berjumlah
relatif besar, mudah robek dan tercabik. (Lucie,
2005).
2. Media Elektronik
a. Video dan film strip
Keunggulan penyuluhan dengan media ini
adalah dapat memberikan realita yang mungkin sulit
direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran,
dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku,
efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif penting
23
dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak
memerlukan ruangan yang gelap. Sementara
kelemahan media ini yaitu memerlukan sambungan
listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, perlu
adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar,
membutuhkan ahli profesional agar gambar
mempunyai makna dalam sisi artistik maupun
materi, serta membutuhkan banyak biaya. (Lucie,
2005)
b. Slide
Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan
berbagai realita walaupun terbatas, cocok untuk
sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan
pembuatannya relatif murah, serta peralatannya
cukup ringkas dan mudah digunakan. Sedangkan
kelemahannya memerlukan sambungan listrik,
peralatannya beresiko mudah rusak dan memerlukan
ruangan sedikit lebih gelap (Lucie, 2005).
2.4 Konsep Pengetahuan
2.4.1. Pengertian Pengetahuan
Pengertahuan adalah hasil dari pengindraan manusia atau hasil
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang
dipengaruh paling besar oleh mata (penglihatan dan telinga
(pendengaran). Pengetahuan setiap orang terhadap suatu objek
mempunyai intensitas yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2014).
2.4.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014), Secara garis besar di bagi
menjadi 6 yakni:
a. Tahu (know)
Tahu disini hanya diartinkan sebagai recall (memangil), yaitu
memori yang sebelumnya telah mengamati sesuatu. Misalnya
24
seseorang yang mengetahui bahwa tomat mengandung
vitamin C. Untuk mengetahui dan mengukur bahwa
seseorang tahu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan
misalnya : apa kandungan dalam tomat?, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memamahi suatu objek bukan hanya sedekar tahu terhadap
objek tersebut, tidak hanya sekedar menyebutkan tetapi harus
dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut, misalnya seseorang yang memahami cara
pemberantasan BDB dengan 3M, maka seseorang tersebut
bukan hanya sekedar mengetahui 3M sebagai (mengubur,
menutup, dan menguras) tetapi seseorang tersebut harus
mengerti dan menjelaskan mengapa harus mengubur,
menguras dan menutup.
c. Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah
atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan
seseorang sudah mencapai tahap analisis adalah apabila
seseorang tersebut dapat membedakan atau memisahka,
mengelompokan. Membuat diagram terhadap pengetahuan
atas objek tersebut.
d. Sintesis
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang telah ada.
e. Evaluasi
25
Di tahap ini berkaitan dengan tingkat kemampuan seseorang
untuk mejustifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu. Penilian dengan sendirinya didasari pada suatu
criteria yang ditentukan sendiri dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
2.4.3 Proses Terjadinya Pengetahuan
Menurut Winadia (2017), sebelum orang mengadopsi perilaku
baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan, yakni:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari
pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulasi.
b. Interest (tertarik) dimana orang mulai tertarik dengan stimulus.
c. Evaluation (mengevaluasi), menimbang-nimbang terhadap
respon sudah lebih baik.
d. Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan
sesuatu dengan apa yang di kehendaki oleh stimulus.
e. Adoption (penerimaan), subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulus.
2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat
informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
b) Pekerjaan
26
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
c) Umur
Bertambahnya umur seseorang, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang
lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Ini ditentukan dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
2) Faktor Eksternal
a) Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
27
Adapun ulama yang memperbolehkan tentang KB dengan alat
kontrasepsi berpegang kepada beberapa ayat al-qur’an. Dalam al-
qur’an dicantumkan beberapa ayat yang berkaitan dengan keluarga
berencana , diantaranya :
َ ََو ْليَقُولُواَقَ َْو ًًل
سدِيدًا َّ َُض َعافًاَخَافُواَ َعلَ ْي ِه ْمَفَ ْليَتَّق
َ َواََّللا ِ ًواَم ْنَخ َْل ِف ِه ْمَذ ُ ِريَّة َ َو ْليََ ْخ
ِ شَالَّذِينَ َلَ ْوَت ََر ُك
Artinya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar”.(Qs.An-Nisa : 9 )
28
Ayat-ayat al-quran diatas menunjukan dijadikan dasar bagi ulama
yang menyatakan bahwa islam mendukung adanya keluarga berencana
karena dalam QS. An-Nissa ayat 9 dinyatakan bahwa “hendaklah
takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah”. Anak lemah yang
dimaksud adalah generasi penerus yang lemah agama , ilmu ,
pengetahuan sehingga KB menjadi upaya agar mewujudkan keluarga
yang sakinah.
Diantara perbedaan pendapat boleh tidaknya KB dengan
menggunakan alat kontrasepsi , para ulama yang membolehkan KB
sepakat bahwa Keluarga Berencana (KB) yang dibolehkan syari`at
adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha
pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena
situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan tanzim al
nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al
nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan
keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml),
maka KB tidak dilarang.Kebolehan KB dalam batas pengertian diatas
sudah banyak difatwakan , baik oleh individu ulama maupun lembaga-
lembaga ke Islaman tingkat nasional dan internasional, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kebolehan KB dengan pengertian batasan ini
sudah hampir menjadi Ijma`Ulama. MUI (Majelis Ulama Indonesia)
juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah Nasional
Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan tahun
1983.
29
2.6 Kerangka Teori
Keluarga Berencana
Kontrasepsi :
1. Alami
2. hormonal
3. MOW/MOP
Pengetahuan
Akseptor KB
Pemberian
Edukasi
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
O1 : Sebelum dilakukan edukasi
O2 : Setelah dilakukan edukasi
X : Edukasi
31
3.2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah
penelitian dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang
diteliti (Swarjana, 2015). Adapun kerangka konsep pada penelitian ini
digambarkan sebagai berikut :
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Edukasi tentang
kontrasepsi
tubektomi
32
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2016).
Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel yang digunakan adalah
semua akseptor KB tubektomi di Puskesmas Talang Betutu Palembang. besar
sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Besaran sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rumus notoadmojo (2012), yaitu :
n= N
1+N(d2)
Keterangan :
n : Besar Sampel
N : Besar Populasi
d : Tingkat Kepercayaan/Ketepatan Yang Diinginkan
n= N
1+N(d2)
= 1.457
1+1.457(0,12)
= 1.457
1+1.457(0,01)
= 1.457
1 + 14.57
= 1.457
15.57
= 93.57
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan jumlah sampel sebanyak 93.5
di bulatkan menjadi 94 responden.
Teknik pengambilan sampel yang di ambil dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel
secara acak, anggota populasi yang memenuhi kriteria sampel adalah kriteria
33
inklusi. Kriteria inkusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2011).
Dengan kritera inklusi (kriteria yang layak diteliti) :
a. Akseptor KB
b. Akseptor KB yang bersedia dijadikan sampel penelitian
c. Akseptor KB yang hadir
34
berlangsung serta berjanji akan menjamin semua kerahasiaan atau informasi
yang telah diberikan oleh subjek. (Nursalam, 2008).
1) Informed Concent
Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti.
Lembaran ini harus dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat dari
penelitian bila responden menolak, maka peneliti tidak diperbolehkan
untuk memaksa dan harus menghormati hak-hak responden.
2) Anonymity (tanpa nama)
Menjaga kerahasiaan subjek, peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden, yaitu hanya mencantumkan kode pada lembaran
3) Confidenuality
Penelitian ini menjamin kerahasiaan informasi yang telah diberikan
oleh responden hanya data-data tertentu yang merupakan hasil penelitian
sebagai laporan. Peneliti akan menyimpan data responden tetap terjaga
kerahasiaanya. Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa hasil
penelitian ini tidak dipublikasi kepada orang lain selain institusi dan
pihak lahan saja.
4) Beneficiences dan Nonmalefience
Peneliti berusaha agar sebuah tindakan mengutamakan tindakan
bermanfaat bagi responden dan menjauhkan dari hal-hal yang merugikan
responden.
5) Justice
Peneliti memiliki sebuah prinsip keterbukaan serta keadilan dimana
peneliti ini secara tepat, cermat dan hati-hati dilakukan secara
professional serta memberikan keadilan kepada semua responden.
6) Veracity
Peneliti memiliki prinsip kejujuran dimana akan memberikan sebuah
manfaat yang besar bagi responden dalam setiap tahap yang dijelaskan
pada responden.
35
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lembar kuesioner
untuk kedua variabel penelitian. Untuk mengukur pengetahuan sebelum dan
sesudah responden tentang kontrasepsi tubektomi, digunakan skala guttman
yaitu bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan, dengan pemberian skor pada setiap
alternative jawaban yaitu jika benar=1 dan salah=0. Pengetahuan responden
baik atau kurang ditentukan berdasarkan nilai ukur. Nilai ukur diatas ,
pengetahuan baik atau kurang dari atau sama dengan nilai ukur dianggap
kurang. Pertanyaan tentang pengetahuan sebanyak 10 butir pertanyaan.
Sebagai nilai ukurnya dapat ditentukan sebagai berikut : baik bila responden
menjawab dengan total skor 5-10 pertanyaan. Jika kurang baik bila
responden menjawab dengan total skor 0-5.
36
tubektomi, setelah itu diberikan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan
responden sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
a. Editing
b. Data entry
kekeliruan.
1. Analisa Univariat
37
Analisis Univariat adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau
statistik deskriptif dari variabel yang diteliti meliputi mean, standar devisi,
nilai minimum, nilai maksimum dan 95 % CI. Pada penelitian ini analisa
2. Analisa Bivariat
uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji T dependen
nonparametik yaitu uji wilxocon jika distribusi data tidak normal. Dengan
ketentuan jika p value < 0,05 berarti ada pengaruh, dan jika p value > 0,05
pendidikan kesehatan,
38
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-
sebagai berikut:
3.13. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara suatu penelitian, patokan
duga atau dalil semetara yang sebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut ( Notoatmodjo, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
Ha: Adakah pengaruh pengetahuan Akseptor KB sebelum dan sesudah
dilakukan edukasi tentang kontrasepsi tubektomi di Puskesmas Talang Betutu
Palembang 2019 .
Ho: Tidak ada pengaruh pengetahuan Akseptor KB sebelum dan sesudah
dilakukan edukasi tentang kontrasepsi tubektomi di Puskesmas Talang Betutu
Palembang 2019 .
39
3.14. Alur Penelitian
Identifikasi masalah
Penyusunan instrumen
Perbaikan instrumen
Pretest
Edukasi tentang
kontrasepsi
tobektomi
postest
Analisis data
Hasil penelitian
40
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
42