Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA “Tn.

L”
DI RW VI KELURAHAN LOMPOE
KECAMATAN BACUKIKI

Oleh :

SAFITRI NADILA
PO713202201059
TINGKAT IIIB

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PAREPARE
TAHUN 2022
A. Konsep Dasar Stroke

1. Definisi
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara
tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke atau Cerebro
Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan Suddarth, 2002 : hal. 2131 ). Stroke
adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak ( Elizabeth J.
Corwin, 2001 : hal. 181 ).

2. Klasifikasi stroke
Stroke terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa
deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran otak
non traumatic (Mansjoer 2000: 17)
b. Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari proses
patologis pada pembuluh darah serebral, misal: Trombosis, embolis, ruptura dinding
pembuluh atau penyakit vaskuler dasar (Prince, 1995 : 964).
Menurut WHO stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral,
baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat. Berlangsung lebih dari
24 jam atau berakhir dengan maut tanpa ditemukannya penyebab selain daripada
gangguan vaskuler. Persoalan pokok pada stroke adalah gangguan peredaran darah pada
daerah otak tertentu (Mardjono, 2000: 54) yang menyatakan bahwa stroke adalah
gangguan darah di pembuluh arteri yang menuju ke otak.
Menurut Lumbantobing (1994 : 5) kelainan yang terjadi akibat gangguan
peredaran darah. Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan
pembuluh darah otak. Infark iskemic terbagi menjadi dua yaitu : stroke trombotik,
yang disebabkan oleh thrombus dan stroke embolik, yang disebabkan oleh embolus.
Harsono (1993 : 30) membagi stroke non haemoragi berdasarkan bentuk klinisnya
antara lain :
1) Serangan Iskemia sepintas atau transient ischemic Attack (TIA).
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2) Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/ Reversible Ischemic Neurologik Defisit
(RIND). Gejala neurologik timbul ± 24 jam, tidak lebih dari seminggu.
3) Stroke Progresif (Progresive Stroke/ Stroke in evolution).
Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.
4) Completed Stroke
Kelainan saraf yang sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.
b. Perdarahan (Stroke Hemoragi)
Terjadi pecahnya pembuluh darah otak.
3. ETIOLOGI
Stroke non haemoragi merupakan penyakit yang mendominasi kelompok usia
menengah dan dewasa tua karena adanya penyempitan atau sumbatan vaskuler otak yang
berkaitan erat dengan kejadian.
a. Trombosis Serebri
Merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu pada 40% dari
semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan
erat dengan kerusakan fokal dinding pembuluh darah akibat anterosklerosis.
b. Embolisme
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit jantung.
Sedangkan menurut prince (1995 : 966) mengatakan bahwa stroke haemoragi
disebabkan oleh perdarahan serebri. Perdarahan intracranial biasanya disebabkan
oleh ruptura arteria serebri. Ekstravasali darah terjadi dari daerah otak dan atau
subaracnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser. Perdarahan
ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan.
Menurut Harsono ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan antara
lain: Perdarahan Sub Arachnoid (PSA) Kira-kira ¾ harus perdarahan sub arachnoid
disebabkan oleh pecahnya seneusisma 5-6% akibat malformasi dari arteriovenosus.
Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Penyebab yang paling sering adalah hipertensi, dimana tekanan diastolic
pecah.Harsono (1999 : 60) membagi factor risiko yang dapat ditemui pada klien
dengan Stroke yaitu:
Faktor risiko utama yaitu :
1) Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran
darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.
2) Diabetes Mellitus
Debetes mellituas mampu ,menebalkan dinding pembuluh darah otak
yang berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan
diameter pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke otak,
pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel- sel otak.
3) Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan strok. Dikemudian
hari seperti Penyakit jantung reumatik, Penyakit jantung koroner dengan infark
obat jantung dan gangguan irana denyut janung. Factor resiko ini pada umumnya
akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak karena jantung
melepaskan sel- sel / jaringan- jaringan yang telah mati ke aliran darah.
4) Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA dapat terjadi beberapa kali dalan 24 jam/ terjadi berkali- kali dalam
seminggu. Makin sering seseorang mengalami TIA maka kemungkinan untuk
mengalami stroke semakin besar.

Faktor Resiko Tambahan

1) Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida.


Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya
asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah.
2) Kegemukan atau obesitas
3) Merokok
Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan mempermudah
terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan kekentalan
darah.
4) Riwayat keluarga dengan stroke
5) Lanjut usia
6) Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia. Polisitemia dapat
menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker darah
dapat menyebabkan terjadinya pendarahan otak.
7) Kadar asam urat darah tinggi
8) Penyakit paru- paru menahun
.
4. Manfestasi klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan
jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori)
a. Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sesi otak
yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
b. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara defektif
atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya)
c. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual-spasial,
kehilangan sensori
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
e. Disfungsi kandung kemih
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang
disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul
bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri
dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA).
Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit
(RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut
progressing stroke atau stroke inevolution
d. Sudah menetap/permanent.
5. Patofisiologi
a. Stroke Hemoragic
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus gangguan
pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater (hemoragi
ekstradural atau epidural), dibawah duramater, (hemoragi subdural), diruang subarachnoid
(hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral).

1) Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan


perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri
dengan arteri meningea lain.
2) Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dengan
hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.
Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan
menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi
subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala.
3) Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi dan
malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat
aneurisma.
4) Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis
serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur
pembuluh darah. pada orang yang lebih muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral
biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga
disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan
medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat aditif).

Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia. Biasanya awitan
tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar, makin jelas defisit neurologik
yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien
dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas
pada tanda vital.

b. Stroke Non Hemoragic


Terbagi atas 2 yaitu :
a. Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen
pembuluh darah otak karena thrombus yang makin lama makin menebal, sehingga
aliran darah menjadi tidak lancer. Penurunan aliran arah ini menyebabakan iskemi
yang akan berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan
mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi nekrosis. Lokasi yang tersering
pada stroke trombosis adalah di percabangan arteri carotis besar dan arteri vertebra
yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke trombotik biasanya berjalan
lambat.
b. Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari bagian tubuh
lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh darah otak yang
lebih kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen yang menyempit, yaitu
arteri carotis di bagian tengah atau Middle Carotid Artery ( MCA ).

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke antara
lain adalah:
a. Angiografi
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. Suatu
kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di daerah inguinal
menuju arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan.
b. CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
c. EEG (Elektro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah yang
mengalami gangguan.
d. Pungsi Lumbal
- menunjukan adanya tekanan normal
- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
e. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)

7. Komplikasi
Komplikasi utama pada stroke yaitu :
a. Hipoksia Serebral
b. Penurunan darah serebral
c. Luasnya area cedera (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan umum stroke
Penatalaksanaan awal selama fase akut dan mempertahankan fungsi tubuh
Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan stroke di
Indonesia, 1999, mengemukakan hal-hal berikut:
• Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan oksigen 0-2
L/menit sampai ada hasil gas darah.
• Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi intermiten.
• Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus.
Asia Pacific Consensus on Stroke Manajement, 1997, mengemukakan bahwa
peningkatan tekanan darah yang sedang tidak boleh diobati pada fase akut stroke
iskemik. Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia, 1999, mengemukakan
bahwa tekanan darah diturunkan pada stroke iskemik akut bila terdapat salah satu
hal berikut :
- Tekanan sistolik > 220 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit.
- Tekanan diastolik > 120 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit.
- Tekanan darah arterial rata-rata > 130-140 mmHg pada dua kali pengukuran selang
30 menit.
- Disertai infark miokard akut/ gagal jantung atau ginjal akut.

Pada umumnya peningkatan tekanan darah pada fase akut stroke diakibatkan oleh:
Stress daripada stroke
o Jawaban fisiologis dari otak terhadap keadaan hipoksia
o Tekanan intrakranial yang meninggi.
o Kandung kencing yang penuh
o Rasa nyeri.

Tekanan darah dapat berkurang bila penderita dipindahkan ke tempat yang


tenang, kandung kemih dikosongkan, rasa nyeri dihilangkan, dan bila penderita
dibiarkan beristirahat.

• Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.


Keadaan hiperglikemia dapat dijumpai pada fase akut stroke, disebabkan oleh
stres dan peningkatan kadar katekholamin di dalam serum. Dari percobaan pada
hewan dan pengalaman klinik diketahui bahwa kadar glukosa darah yang
meningkat memperbesar ukuran infark. Oleh karena itu, kadar glukosa yang
melebihi 200 mg/ dl harus diturunkan dengan pemberian suntikan subkutan
insulin. Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia mengemukakan
bahwa hiperglikemia ( >250 mg% ) harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu sekitar 150 mg% dengan insulin intravena secara drips kontinyu selama
2-3 hari pertama. Hipoglikemia harus diatasi segera dengan memberikan
dekstrose 40% intravena sampai normal dan diobati penyebabnya.
• Suhu tubuh harus dipertahankan normal.
Suhu yang meningkat harus dicegah, misalnya dengan obat antipiretik atau
kompres. Pada penderita iskemik otak, penurunan suhu sedikit saja, misalnya 2-3
derajat celsius, sampai tingkat 33ºC atau 34 °C memberi perlindungan pada otak.
Selain itu, pembentukan oxygen free radicals dapat meningkat pada keadaan
hipertermia. Hipotermia ringan sampai sedang mempunyai efek baik, selama
kurun waktu 2-3 jam sejak stroke terjadi, dengan memperlebar jendela
kesempatan untuk pemberian obat terapeutik.
• Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik, bila
terdapat gangguan menelan atau penderita dengan kesadaran menurun,
dianjurkan melalui pipa nasogastrik.
• Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian cairan intravena
berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung glukosa murni
atau hipotonik.
• Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin dosis rendah subkutan,
bila tidak ada kontra indikasi.
b. Terapi farmakologi yang dapat diberikan pada pasien stroke :
a. Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragic, diberikan sdalam 24
jam sejak serangan gejala-gejala dan diberikan secara intravena.
b. Obat antipletelet, obat ini untuk mengurangi pelekatan platelet. Obat ini
kontraindikasi pada stroke haemorhagic.
c. Bloker kalsium untuk mengobati vasospasme serebral, obat ini merilekskan otot
polos pembuluh darah.
d. Trental dapat digunakan untuk meningkatkan aliran darah kapiler mikrosirkulasi,
sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan otak yang mengalami
iskemik.
c. Kebutuhan psikososial
Gangguan emosional, terutama ansietas, frustasi dan depresi merupakan masalah
umum yang dijumpai pada penderita pasca stroke. Korban stroke dapat
memperlihatkan masalah-masalah emosional dan perilakunya mungkin berbeda dari
keadaan sebelum mengalami stroke. Emosinya dapat labil, misalnya pasien mungkin
akan menangis namun pada saat berikutnya tertawa, tanpa sebab yang jelas. Untuk itu,
peran perawat adalah untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang
perubahan tersebut.

Hal-hal yang bisa dilakukan perawat antara lain memodifikasi perilaku pasien
seperti seperti mengendalikan simulasi di lingkungan, memberikan waktu istirahat
sepanjang siang hari untuk mencegah pasien dari kelelahan yang berlebihan,
memberikan umpan balik positif untuk perilaku yang dapat diterima atau perilaku
yang positif, serta memberikan pengulangan ketika pasien sedang berusaha untuk
belajar kembali satu ketrampilan.
d. Rehabilitasi selama di rumah sakit
Rehabilitasi di rumah sakit memerlukan pengkajian yang sistematik dan evaluassi
dari defisit dan perbaikan fungsi pasien. Fokus perawatan adalah langsung membantu
pasien belajar kembali kehilangan keterampilan yang dapat membentu kembali
kemungkinan kemandirian pasien. Pada fase ini pasien dimonitor secara hati-hati
untuk mencegah berkembangnya komplikasi yang lebih lanjut.
Adapun intervensi yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut :

a. Anjurkan pasien untuk mengerjakan sendiri ”personal Hygiene” semampunya.


b. Ajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan menghargai cara pasien
mengkompensasi ketidakmampuan pasien.
c. Anjurkan pasien untuk latihan di tempat tidur.
d. Berikan spesial perawatan kulit.
e. Berikan privacy dengan menggunakan penutup jika ia belajar keahlian baru
seperti belajar makan sendiri.
f. Berikan support emosional.
g. Berikan empati pada perasaan klien.anjurkan keluarga untuk berpartisipasi.
e. Perencanaan pasien pulang
Untuk mencegah kembalinya klien ke rumah sakit, diperlikan suatu program
untuk membimbing klien dan keluarga yang tercakup dalam perencanaan pulang.
Perencanaan pulang dilakukan segera setelah klien masuk rumah sakit, yang
dilakukan oleh semua anggota tim kesehatan. Perencanaan pulang yang baik adalah
perencanaan pulang yang tersentralisasi, terorganisir, dan melibatkan berbagai
anggota tim kesehatan.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
melalui asuhan keperawatan mutlak harus mengikuti dan berperan aktif dalam
mementukan rencana pemulangan klien, sehingga klien mendapatkan pelayanan yang
holistik dan komprehensif.
Tujuan perencanaan pulang :
a. Mempersiapkan klien untk menyesuaikan diri dengan rumah dan masyarakat
b. Agar klien dan keluarga mempunyai pengetahuan dan ketrampilan serta sikap
dalam memperbaiki dan mempertahankan status kesehatannya.
c. Agar klien dan keluarga dapat menerima keadaan diri klien jika terdapat gejala
sisa ( cacat ).
d. Membantu merujuk klien ke pelayanan kesehatan lain.
Mengingat banyaknya informasi dan pendidikan yang harus diterima oleh klien
selama perawatan maupun dalam persiapan untuk pulang, maka prinsip belajar
mengajar juga harus diperhatikan dalam proses rencana pemulangan.
Informasi untuk klien dan keluarga :
1) Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas.
2) Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan perawatan.
3) Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis, jika klien bisa membaca.
4) Motivasi klien mengikuti langkah-langkah tersebut selama perawatan dan
pengobatan.
5) Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yabg harus dilaporkan kepada tim
kesehatan.
6) Anjurkan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pengawasan dan perawatan
klien.
7) Berikan keluarga nomor penting yang dapat dihubungi bila klien perlu
pertolongan medis.
B. Konsep Dalam Keluarga

1. Definisi keluarga
keluarga merupakan suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian atau sebagai
sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat tergantung dan
dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem lain(Padila,2012).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi (Wahit, 2009). Antara
keluarga satu dengan keluarga lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Apabila salah
satu atau beberapa keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga yang lainnya dan dan keluarga yang ada disekitarnya. Dari
permasalaahan tersebut, maka keluarga merupakan fokus pelayanan kesehtan yang
strategis, sebab:
a. Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan
b. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruhanggota
keluarga
c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling terkait
d. keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan dalam perawatankesehatan
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha
kesehatan masyarakat.
2. Tipe atau bentuk keluarga
Berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai keluarga tradisional dannon
tradisional adalah sebagai berikut :
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti
Keluarga inti terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, ibu yang
mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010). Sedangkan
menurut Padila (2012), keluarga inti adalah keluarga yang melakukan
perkawinan pertama atau keluarga dengan orang tua campuran atau
orang tua tiri.
2) Keluarga adopsi
Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk membentuk keluarga.
Dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua
adopsi, biasanyamenimbulkan keadaan saling menguntungkan baik bagi
orang tua maupun anak. Di satu pihak orang tua adopsi mampu
memberi asuhan dan kasih sayangnya pada anak adopsinya, sementara
anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka
(Friedman, 2010).
3) Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan
pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak atau adik, dan keluarga
dekat lainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan
memiliki pilihanmodel pola perilaku yang akan membentuk pola
perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Padila (2012),
keluarga besar terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan.
4) Keluarga orang tua tunggal
Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah
sebagai kepala keluarga. Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah
keluarga dengan kepala rumah tangga duda atau janda yang bercerai,
ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang tua tunggal nontradisional
adalah keluarga yang kepala keluarganya tidak menikah (Friedman,
2010).
5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa
bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri
atas kerabat jaringan ini dapat terdiri atas temanteman. Hewan
peliharaan juga dapat menjadianggota keluarga yang penting
(Friedman, 2010).
6) Keluarga orang tua tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang
kompleks dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu
dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau subkelompok
keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang
tidak sama (Friedman, 2010).
7) Keluarga Binuklir.
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan
anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga
inti, maternal dan paternal dengan keragaman dalam hal tingkat
kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga
(Friedman, 2010)
b. Keluarga Non-tradisional
1) Commune Family adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
2) Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
3) Homoseksual adalah dua individu yang sejenis hidup bersama
dalam satu rumah tangga.

3. Tahap perkembangan keluarga


a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family) Pembentukan
pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim
yang baru. Tahap ini juga disebut tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalahmembentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan dan merencanakan sebuah keluarga(Friedman,
2010)
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia
30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci
dalam siklus keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini yaitu
setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas
perkembangan penting. Suami, istri anak harus mempelajari peran
barunya, sementara unit keluarga inti mengalami perkembangan fungsi
dan tangguang jawab (Friedman,2010)
c. Tahap III: Keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan diakhiri
ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga
sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu,
putra-saudara laki-laki, dan putri- saudara perempuan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini berkembang baiksecara jumlah maupun
kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk
mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan
privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah
utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak
(Friedman, 2010).
d. Tahap IV: Keluarga dengan anak sekolah (families with school
children) Tahap ini dimulai pada saat tertua memasuki sekolah dalam
waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia
mencapai pubertas, sekitar usia 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini
juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga padatahap ini adalah
keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan
prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang
memuaskan (Friedman, 2010).
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun,
walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih
dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal dirumah biasanya
anak usia sekolah. Tujuan keluarga pada tahap ini adalah melonggarkan
ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan kebebasan
remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang
dewasa muda. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan
kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi (Friedman,
2010).
f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching
center families) Tahap ini dimulai pada saat perginya anak pertama dari
rumah orang tuadan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak
terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat
atau cukup lama, bergantungpada jumlah anak dalam keluarga atau jika
anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka
menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tahapperkembangan keluarga
disini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke duania
luar, orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitumembantu
mereka menjadi mandiri (Friedman, 2010).
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families) Tahapan ini
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan
pensiunanatau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika
orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan
persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tahap
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan
kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian
dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk
lebih mandiri (Friedman, 2010).
h. Tahap VIII : Keluarga Lanjut Usia dan Pensiunan Tahap terakhir
perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu
pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan
penataan kehidupan yang memuaskan. Kembali ke rumah setelah
individu pension atau berhenti bekerja dapat menjadi problematik
(Friedman, 2010).
4. Fungsi keluarga
Menurut Friedman (2010), lima fungsi keluarga menjadi saling
berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan
keluarga. Lima fungsi itu adalah :
a. Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini,
ketika tugas sosial dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar
upaya keluarga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan anggota
keluarga akan kasih sayang dan pengertian. Manfaat fungsi afektif di
dalam anggota keluarga dijumpai paling kuat di antara keluarga kelas
menengah dan kelas atas, karena pada keluarga tersebutmempunyai
lebih banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas bawah, fungsi
afektif sering terhiraukan. (Friedman, 2010).
b. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial Sosialisasi anggota keluarga adalah
fungsi yang universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup masyarakat. Dengan kemauan untuk bersosialisasi
dengan orang lain, keluarga bisa mendapatkan informasi tentang
pentingnya seperti cara mencegah dan penanganann stroke
menggunakan herbal (Friedman, 2010).
c. Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh
orangtua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan
praktik kesehatan (yang mempengaruhi status kesehatan anggota
keluarga secara individual) adalah fungsikeluarga yang paling relevan
bagi perawat keluarga. Kurangnya kemampuankeluarga untuk
memfasilitasi kebutuhan (Friedman, 2010).
d. Fungsi Reproduksi Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk
menjamin kontinuitas antar-generasi keluarga masyarakat yaitu :
menyediakan anggota baru untuk masyarakat menurut Lislie dan
Korman (1989 dalam Friedman, 2010).
e. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan
sumber daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya
yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan (Friedman,2010)
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Keluarga:
a. Kepala Keluarga : Tn. L
b. Umur : 65 tahun
c. Agama : Islam
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Pendidikan : Sekolah dasar
f. Pekerjaan : wiraswasta (usaha jual gas)
g. Alamat : Jl. Garuda, Wekke’e.
h. Komposisi Keluarga: 2 orang
2. Susunan Anggota Keluarga
No. Nama Umur Jenis Kelamin Hub Pendidika Pekerjaan Keadaan Fisik Ket
n
I. Tn. L 65 th Laki-laki suami SD Wiraswasta Sakit
2. Ny M 61th Perempuan Istri SD Wiraswasta Sehat

3. Genogram.

65 ? 61

Keterangan :

: Laki-laki : Klien

: Perempuan ........ : Tinggal serumah


4. Type Keluarga
Keluarga Tn.L adalah keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari suami dan istri
dan anak.
5. Latar Belakang Budaya
a) Keluarga Tn. "L" adalah suku bugis yang tinggal dalam lingkungan yang
homogen.
b) Perkumpulan keluarga: Perkawinan atau kematian.
c) Lingkungan tempat tinggal
Keluarga tinggal dilingkungan sosial yang berlatar belakang agama dan budaya
yang sama dengan keluarga yaitu agama Islam dan suku Bugis.
d) Nilai-nilai budaya yang mempengaruhi kesehatan
Tidak ada nilai-nilai budaya yang mempengaruhi kesehatan.

e) Bahasa yang digunakan keluarga


Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh keluarga adalah bahasa Bugis dan
kadang-kadang/dalam hal tertentu menggunakan bahasa Indonesia.
f) Pelayanan kesehatan yang digunakan
Menurut anak Tn."L” jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke
Puskesmas yang ada di wilayah tempat tinggalnya bila ada biaya.
g) Agama
1) Semua anggota keluarga menganut agama Islam
2) Keluarga shalat lima waktu di rumah, dan kadang-kadang dilakukan di
masjid
3) Tidak ada nilai-nilai agama yang mempengaruhi kesehatan dalam keluarga.
6. Status sosial
a) Tn. "L" sebagai kepala keluarga bertanggung jawab sebagai pencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan pekerjaan sebagai nelayan dan
Ny. "M" sebagai ibu rumah tangga
b) Pekerjaan kepala keluarga adalah wiraswasta ( penjual gas )dengan penghasilan
kurang lebih kurang lebih Rp. 500.000,- per bulan.
c) Pendidikan kepala keluarga adalah SD.
7. Rekreasi
a) Waktu luang keluarga digunakan untuk nonton TV, berkunjung ke sanak family
atau tetangga.
b) Keluarga tidak pernah rekreasi ke tempat wisata
8. Riwayat Perkembangan Keluarga
a) Tahap perkembangan
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahap menghadapi masa
lanjut usia berkumpul dengan anak dan cucunya.
2) Kehidupan keluarga pada tahap ini tidak terlalu sibuk dimana mereka
sedang menjalani masa tua mereka dengan mengharapkan kunjungan dari
anak dan cucunya.
b) Tugas perkembangan keluarga
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
2) Memberikan bimbingan kepada anak
3) Membantu anak untuk bersosialisasi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik
9. Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
1) Jenis rumah adalah rumah batu
2) Luas bangunan rumah adalah kurang lebih 8 x 3m2
3) Status kepemilikan bangunan rumah dan tanah yaitu hak milik sendiri.
4) Atap rumah terdiri dari seng
5) Ventilasi rumah cukup
6) Cahaya matahari yang masuk ke rumah cukup
7) Penerangan rumah menggunakan listrik.
b) Kebersihan rumah
1) Halaman di belakang rumah cukup bersih
2) Ruang tamu tertata dengan rapi
3) Ventilasi cukup, pencahayaan cukup
4) Ruang dapur merangkap ruang makan cukup terawat
5) Terdapat 2 WC pada rumah Tn. L yaitu WC dalam rumah dan WC yang
terdapat dihalaman samping rumah Tn. L
6) Keluarga membuang tinja di WC (milik sendiri).
c) Pemakaian air
1) Sumber air minum yaitu air PDAM
2) Jarak sumber air dari tangki tinja 8 meter
3) Keadaan fisik air yaitu air tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
d) Pembuangan limbah keluarga (SPAL)
1) Keluarga tidak memiliki sarana pembuangan air limbah
2) Keadaan saluran terbuka, aliran lancar dan tidak mengeluarkan bau
3) Limbah keluarga dialirkan langsung dari atas rumah ke bawah rumah
dengan mengalir ke selokan.
e) Pembuangan sampah terakhir keluarga
1) Keluarga mengumpukan sampah pada tempat sampah yang disediakan lalu
menaruhnya didepan rumah untuk diambil oleh truk sampah.
2) Hewan ternak/peliharaan
Keluarga tidak memiliki hewan ternak / peliharaan.
f) Pencemaran lingkungan Jenis pencemaran lingkungan keluarga yaitu pada
pembuangan air kotor bekas cucian yang mengalir ke selokan yang terkadang
menimbulkan bau disekitar lingkungan rumah.
g) Denah rumah U

5
4

3
6
1
2 7

Keterangan :
1. Ruang tamu
2. Kamar tamu/anak-anak
3. Kamar keluarga
4. Ruang makan bersambung daput
5. WC
6. Gudang/ ruang kosong
7. WC
10. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Kemampuan penerimaan pesan dalam keluarga cukup memadai, komunikasi
dalam keluarga cukup baik, komunikasi terbuka, bahasa yang digunakan adalah
Bahasa bugis dan kadang-kadang bahasa Indonesia. Keluarga memiliki televisi
sebagai sumber informasi dan bila ada masalah, keluarga biasa berkonsultasi ke
petugas kesehatan
b. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah Tn. "L" sebagai kepala keluarga
tetapi terlebih dahulu dibicarakan dengan anggota keluarganya (musyawarah).
c. Struktur Peran
Peran formal Tn "L" adalah sebagai Pengusaha dan peran informal Tn. "L"
sebagai kepala keluarga . Tn."L" sebagai pencari nafkah utama yang dibantu
oleh istrinya mengasuh dan mendidik anaknya dan juga berperan dalam
mengatur perekonomian dan mengurus rumah tangga.
d. Nilai-nilai keluarga
Keluarga sangat memperhatikan hubungan baik dalam keluarga dan
menekankan pentingnya saling menghargai dengan sesama,

menghormati orang tua, memelihara sopan santun, dan memuliakan tamu.


Tidak ada konflik nilai yang terjadi saat ini.
11. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Dalam keluarga terbina kasih sayang yang baik antara orang tua, keluarga
tampak bahagia dan gembira (harmonis). Dalam anggota keluarga menghargai
satu sama lain.
b. Fungsi sosialisasi
Ibu dari anak-anak berperan mensosialisasikan anak dalam keluarga,
mengajarkan disiplin, menghormati orang tua, menghargai yang lebih tua,
dan memuliakan tamu.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Menurut Tn."L" bahwa pemahaman tentang kesehatan belum begitu baik,
apabila dikaitkan dengan penyakit klien dengan kondisi kesehatan
lingkungan. Keluarga biasa menggunakan fasilitas kesehatan Pustu atau
Puskesmas, bila ada anggota keluarga yang sakit apabila biaya mencukupi.
12. Koping Keluarga
a. Stressor yang dihadapi pada jangka jangka pendek yang dihadapi oleh
keluarga yaitu sakit yang dialami kepala keluarga.

b. Usaha yang dilakukan keluarga untuk mengurangi stress yaitu membawa


klien berobat ke puskesmas .

c. Situasi keluarga yang dapat menimbulkan stress yaitu saat ada anggota
keluarga yang sakit, seperti saat ini yang dialami klien.
d. Batas kemampuan keluarga dalam mengadapi stress yaitu keluarga klien
yang lain berusaha merawat dengan sebaik-baiknya anggota keluarga
yang sakit dan cuma pasrah .
13. Pengkajian Fisik Anggota Keluarga
a. Riwayat kesehatan anggota keluarga
1) Keluhan yang dirasakan anggota keluarga saat ini yaitu Tn. "L"
mengeluh sakit/nyeri pada hidung, tersumbat dan kadang susah
napas

3) Usaha yang dilakukan dalam mengatasi keluhan yaitu dengan


mengonsumsi obat yang diresepkan dokter dari puskesmas.
b. Pemeriksaan fisik anggota keluarga yang bermasalah yaitu :
Tn ”M” yang menderita Stroke
1) Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 140/ 90 MmHg

- Suhu : 36,8°C

- Nadi : 85 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
2) Keadaan kulit: Sawo matang dan tidak ada kelainan pada kulit
3) Warna rambut dan kulit kepala: warna rambut hitam keubanan, tidak
mudah tercabut, kulit kepala tampak bersih, kesan tidak ada kelainan.

4) Kesehatan mata kanan dan kiri: klien mengatakan saat Kadar gula
darahnya tinggi matanya akan berkedip-kedip sendiri. kelopak mata
dapat menutup dan membuka, conjungtiva merah muda, pergerakan
bola mata baik dan sklera tampak putih, tidak ada kelainan pada mata.
5) Kesehatan dan kebersihan telinga yaitu tidak ada secret pada telinga,
tampak simetris, dan bersih serta klien dapat mendengar dengan
baik, tidak ada kelainan pada telinga.
6) Kesehatan dan kebersihan hidung yaitu tidak tampak secret pada
hidung.
7) Kesehatan gigi dan mulut tidak tampak sariawan, tidak ada
kelainan pada gigi mulut.
8) Kebersihan abdomen
a) Inspeksi: Tidak ada pembesaran perut, warna kulit
tampak sama dengan sekitarnya, tidak tampak luka bekas jahitan.
b) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada daerah bawah
perut(suprapubik)
c) Perkusi: Tympani
9) Pemeriksaan thorax

a) Jantung: Bunyi jantung S1 dan S2 murni, kesan jantung normal,


tidak ada kelainan.
b) Paru : Bronchovesikuler.
10) Eksremitas
a) Superior: Tangan kanan klien tampak sedikit lemah dibanding
tangan kiri karena klien mengatakan pernah terkena stroke
ringan. Tetapi tangan kanan klien sudah tampak bisa mengangkat
benda dan pergerakan tangannya masih normal.
b) Inferior: Tidak ada kelainan, kedua kaki bertumpu
dengan baik, pergerakan kaki baik (dapat berjalan), kesan :
ekstremitas normal, tidak ada kelainan.
C. Analisa Data

MASALAH
NO. DATA MASALAH
KEPERAWATAN
KESEHATAN

1. DS: Hiperglikemia 1 . Ketidakmampuan keluarga


- klien mengatakan dan stroke menge-nal masalah stroke
mengalami stroke ringan dan pencegahan
- klien mengatakan saat Hiperglikemia ber
Kadar gula darahnya tinggi hubungan kurangnya
matanya akan berkedip- penge-tahuan tentang
kedip sendiri. stroke dan pencegahan
Hiperglikemia.
DO: 2. Ketidakmampuan
- Jumlah kadar gula Tn. L keluarga merawat
anggota keluarga
- Tangan kanan klien dengan penyakit stroke
tampak sedikit lemah berhubungan dengan
dibanding tangan kiri keluarga tidak mengetahui
perawatan, dan
pengobatan hiperglikemia
yang mengakibatkan
stroke.
3. Ketidakmampuan keluarga
mengambil kepu-tusan
yang tepat berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
tindakan yang akan
dilakukan.
MASALAH MASALAH
NO. DATA
KESEHATAN KEPERAWATAN

2. DS : Penanganan 1 Ketidakmampuan

- Keluarga mengatakan Pembuangan Limbah keluarga mengenai

tidak memiliki sarana keluarga yang tidak masalah b/d kurang-

pembuangan air memenuhi syarat nya pengetahuan

limbah kesehatan. tentang dampak dari


pembuangan limbah
rumah tangga yang

DO: tidak memenuhi syarat

- Pembuangan air kotor kesehatan.

bekas cucian 2. Ketidakmampuan

keluarga yang keluarga mengambil

mengalir ke selokan keputusan dalam

yang terkadang melakukan tindakan

menimbulkan bau yang tepat b/d kurang

disekitar lingkungan memahami sifat, berat,

rumah. dan luasnya masalah.


3. Ketidakmampuan
menggunakan sumber
di lingkungan guna
memelihara kesehatan
b/d kurang
memahami ke
untungan yang
diperoleh.
D. Prioritas Masalah
1. Penyakit Hiperglikemia mengakibatkan stroke ringan
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah: 1 Tidak./kurang sehat dan
tidak / kurang sehat 3/3 x 1 memerlukan tindakan lebih
lanjut untuk mencegah
komplikasi, keadaan lebih
buruk
Kemungkinan
2 masalah dapat 1/2 x 2 1 Kemungkinan masalah
diubah : dapat diuabh hanya
hanya sebagaian sebagian karena penyakit
Hiperglikemia dan stroke
membutuhkan waktu yang
lama untuk pengobatan.

Keterbatasan ekonomi
Potensi masalah Potensi masalah untuk
3 untuk dicegah: 2/3 x 1 2/3 dicegah cukup dengan
Cukup terapi obat dan
menghindari faktor

Penyebab/ predisposisi
Menonjolnya Klien dan keluarga
4 masalah: 2/2 x 1 1 menyadari masalah ini
masalah berat harus harus segera ditangani
segera ditangani untuk mencegah beratnya
penyakit
Jumlah 3 2/3
2. Penanganan Pembuangan Limbah keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah: 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan
Ancaman kesehatan karena lingkungan tidak
memenuhi syarat
kesehatan merupakan
tempat yang cocok bagi
berkembang biaknya
bibit penyakit,
pembuangan limbah yang
menimbulkan bau jadi
faktor pencetus penyakit.

Kemungkinan Masalah dapat diubah


2 masalah dapat 1/2 x 2 1 karena dapat dijangkau
diubah:
hanya sebagaian
Terjadinya penyakit
Potensi masalah dapat dicegah melalui
3 untuk dicegah: 3/3 x 1 1 kebersihan rumah.
Tinggi

Menonjolnya Lingkungan yang tidak


4 masalah: 0/2 x 1 0 bersih dan tidak nyaman
Masalah tidak dianggap sebagai
dirasakan masalah
Jumlah 2 2/3

Berdasarkan perhitungan skor masalah kesehatan diatas maka prioritas kesehatan


disusun sebagai berikut :
1. Masalah kesehatan: Hiperglikemia mengakibatkan stroke ringan.
2. Masalah lingkungan rumah: Penanganan pembuangan limbah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.
E. Rencana Asuhan Keperawatan
MASALAH MASALAH KRITERIA
NO DATA KESEHATA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI HASIL
N
1 DS: Hiperglikemia 1. Ketidakmampuan TUM: 1. Kaji keluhan yang Setelah dilakukan
klien mengatakan dan stroke keluarga menge-nal Masalah kesehatan dialami oleh klien penyuluhan :
mengalami stroke masalah stroke dan hiperglikemia yang 2. Kaji tanda-tanda vital - Keluarga dan
ringan pencegahan Hiperglikemia mengakibatkan Tn. 3. Berikan penyuluhan klien dapat
- klien mengatakan ber hubungan kurangnya L mengalami pada keluarga klien memahami
saat Kadar gula penge-tahuan tentang stroke dapat tentang penyakit tentang penyakit
darahnya tinggi stroke dan pencegahan teratasi. Hiperglikemia dan Hiperglikemia
matanya akan Hiperglikemia. TUK : stroke. dan stroke.
berkedip-kedip 2. Ketidakmampuan - Keluarga dapat 4. Berikan penjelaan pada - Keluarga
sendiri. keluarga merawat mengenal keluarga klien dampak memahami cara
DO: anggota keluarga dengan penyakit yang terjadi bila pencegahan dan
- Pemeriksaan gula penyakit stroke hiperglikemia dan penyakit tidak diobati pengobatan
darah Tn. L : berhubungan dengan stroke Hiperglikemia dan
202 mg/dL keluarga tidak - Keluarga klien stroke.
- Tangan kanan mengetahui perawatan, dapat memahami
klien tampak dan pengobatan cara pencegahan
sedikit lemah hiperglikemia yang dan pengobatan
dibanding tangan mengakibatkan stroke. dari penyakit
kiri 3. Ketidakmampuan keluarga hiperglikemia dan
- Mata klien tampak mengambil kepu-tusan stroke.
berkedip-kedip. yang tepat berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
tindakan yang akan
dilakukan.
MASALAH MASALAH KRITERIA
NO DATA KESEHATAN KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI HASIL
2 DS : Penanganan 1. Ketidakmampuan TUM: 1. Jelaskan pentingnya Setelah dilakukan
- Keluarga Pembuangan keluarga mengenai Masalah kebersihan kepada keluarga penyuluhan :
mengatakan Limbah keluarga masalah b/d kurang- lingkungan rumah Tn. L untuk menghindari - Klien dan
tidak memiliki yang tidak nya pengetahuan dapat teratasi sesuai syarat faktor-faktor yang keluarga
sarana memenuhi syarat tentang dampak dari kesehatan. dapat menimbulkan mengetahui dan
pembuangan air kesehatan. pembuangan limbah TUK : Penyakit akibat paham akan
limbah rumah tangga yang 1. Keluarga dapat pencemaran pengaruh
tidak memenuhi mengetahui dampak dari lingkungan. pencemaran
DO: syarat kesehatan. pembuangan limbah rumah 2. Jelaskan pada lingkungan
- Pembuangan 2. Ketidakmampuan tangga yang dapat keluarga mengenai rumah bagi
air kotor bekas keluarga mengambil mencemari lingkungan pembuatan kesehatan.
cucian keputusan dalam rumah. pembuangan limbah
keluarga yang melakukan tindakan 2. Ketidakmampuan keluarga rumah tangga yang
mengalir ke yang tepat b/d dapat mengambil sesuai dengan
selokan yang kurang memahami keputusan dalam standar kesehatan.
terkadang sifat, berat, dan melakukan tindakan yang 3. Anjurkan keluarga
menimbulkan luasnya masalah. tepat dan memahami sifat, untuk membuat
bau disekitar 3. Ketidakmampuan berat, dan luasnya pembuangan limbah
lingkungan menggunakan masalah. rumah tangga yang
rumah. sumber di lingkungan 3. Keluarga dapat sesuai dengan
guna memelihara menggunakan sumber di standar kesehatan.
kesehatan b/d lingkungan guna
kurang memahami ke memelihara kesehatan dan
untungan yang memahamike untungan
diperoleh. yang diperoleh.
F. Catatan Perkembangan
No.Dx Hari / Tanggal Jam Implementasi Jam Evaluasi
1 Rabu 10.00 1. Mengkaji keluhan yang dialami oleh 11.00 S:
9/11/2022 klien Klien mengatakan matanya berkedip-kedip saat kadar
gula darahnya tinggi.
10.10 2. Mengkaji tanda-tanda vital O:
- Tangan kanan klien tampak lemah dibanding tangan
10.15 3. Pengecekan gula darah sewaktu. kirinya.
- Pemeriksaan gula darah sewaktu Tn. L diatas normal
10.20 4. Memberikan penyuluhan pada keluarga 202 mg/dL ( dengan normal GDS 130 mg/dL )
klien tentang penyakit Hiperglikemia dan - Mata klien tampak berkedip-kedip.
stroke. - Klien tampak memperhatikan saat dijelaskan
mengenai penyakit yang diderita.
10.22 5. Memberikan penjelasan pada keluarga A : Masalah belum teratasi.
klien dampak yang terjadi bila penyakit
tidak diobati. P: Intervensi 1,2,3,4 dan 5 dilanjutkan.
2 Rabu 10.30 1. Menjelaskan pentingnya kepada keluarga 11.30 S:
9/11/2022 untuk menghindari faktor-faktor yang - Keluarga mengatakan tidak memiliki sarana pembuangan
dapat menimbulkan Penyakit akibat air limbah
pencemaran lingkungan. O:
10.40 2. Menjelaskan pada keluarga mengenai - Tampak pembuangan bekas air mencuci keluarga
pembuatan pembuangan limbah rumah mengalir keselokan.
tangga yang sesuai dengan standar - Tercium aroma tidak sedap dari selokan sekitar
kesehatan. lingkungan rumah tangga.
10.50 3. Menganjurkan keluarga untuk membuat - Keluarga tampak memperhatikan saat dijelaskan
pembuangan limbah rumah tangga yang mengenai pencemaran limbah di lingkungan rumah.
sesuai dengan standar kesehatan. A : Masalah belum teratasi
P: Intervensi 1,2, dan 3 dilanjutkan.
No.Dx Hari / Tanggal Jam Implementasi Jam Evaluasi
1 Sabtu 09.00 1. Mengkaji keluhan yang dialami oleh 10.00 S:
12/11/2022 klien Klien mengatakan matanya sudah mulai tidak
berkedip-kedip
O:
09.10 2. Mengkaji tanda-tanda vital - Mata klien sudah tidak sering berledip-kedip.
- Pemeriksaan gula darah sewaktu Tn. L sudah
09.15 3. Memberikan penyuluhan pada normal 125 mg/dL ( dengan normal GDS 130
keluarga klien tentang penyakit mg/dL )
Hiperglikemia dan stroke. A:
Masalah sebagian teratasi
09.20 4. Memberikan penjelasan pada keluarga
klien dampak yang terjadi bila penyakit P:
tidak diobati. Intervensi 1,2,3,4, dan 5 dilanjutkan.

2 Sabtu 09.30 1. Menjelaskan pentingnya kepada 11.30 S:


12/11/2022 keluarga untuk menghindari faktor- - Keluarga mengatakan sudah mengetahui pembuatan
faktor yang dapat menimbulkan pembuangan limbah yang standar kesehatan.
Penyakit akibat pencemaran - Klien mengatakan jika memiliki uang lebih akan
lingkungan. membuat pembuangan limbah yang sesuai dengan
09.40 2. Menjelaskan pada keluarga mengenai standar kesehatan.
pembuatan pembuangan limbah rumah O:
tangga yang sesuai dengan standar - Klien tampak sudah mengetahui akibat dari
kesehatan. pembuangan air kotor keselokan.
09.42 3. Menganjurkan keluarga untuk membuat A : Masalah teratasi
pembuangan limbah rumah tangga yang P: Intervensi dihentikan.
sesuai dengan standar kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Askep-keluarga-dengan-stroke | Pika S - Academia.edu

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. N DENGAN STROKE PADA NY. Y


DI DUSUN PASAR SAPTU RT. 01 RW - PDF Free Download (adoc.pub)

Keperawatan Keluarga - Deborah Siregar, Evanny Indah Manurung, Riama Marlyn


Sihombing, Martina Pakpahan, Yenni Ferawati Sitanggang, Christie Lidya Rumerung, Maria
Maxmila Yoche Arkianti, Marianna Rebecca Gadis Tompunu, Ni Wayan Trisnadewi, Evelyn
Hemme Tambunan, Idauli Simbolon, Jeanny Rantung, Lia Kartika, Palupi Triwahyuni - Google
Buku

Gofir, A. 2009, Manajemen Stroke Evidence Based Medicine. Yogyakarta:Pustaka


CendikiaPress.2.

Misbach, J. 2007, Stroke, Aspek Diagnostik,Patofisiologi,Manajemen,edisi pertama, BP


FKUniversitas Indonesia, Jakarta.3.

Price, S. A. dan Wilson, L. M.. 2006,Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-roses Penyakit,


Volume ke-2, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.4.

Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam . Edisi 4, Jilid 1. Jakarta
:Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKU

Anda mungkin juga menyukai