L”
DI RW VI KELURAHAN LOMPOE
KECAMATAN BACUKIKI
Oleh :
SAFITRI NADILA
PO713202201059
TINGKAT IIIB
1. Definisi
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara
tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke atau Cerebro
Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan Suddarth, 2002 : hal. 2131 ). Stroke
adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak ( Elizabeth J.
Corwin, 2001 : hal. 181 ).
2. Klasifikasi stroke
Stroke terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa
deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran otak
non traumatic (Mansjoer 2000: 17)
b. Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari proses
patologis pada pembuluh darah serebral, misal: Trombosis, embolis, ruptura dinding
pembuluh atau penyakit vaskuler dasar (Prince, 1995 : 964).
Menurut WHO stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral,
baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat. Berlangsung lebih dari
24 jam atau berakhir dengan maut tanpa ditemukannya penyebab selain daripada
gangguan vaskuler. Persoalan pokok pada stroke adalah gangguan peredaran darah pada
daerah otak tertentu (Mardjono, 2000: 54) yang menyatakan bahwa stroke adalah
gangguan darah di pembuluh arteri yang menuju ke otak.
Menurut Lumbantobing (1994 : 5) kelainan yang terjadi akibat gangguan
peredaran darah. Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan
pembuluh darah otak. Infark iskemic terbagi menjadi dua yaitu : stroke trombotik,
yang disebabkan oleh thrombus dan stroke embolik, yang disebabkan oleh embolus.
Harsono (1993 : 30) membagi stroke non haemoragi berdasarkan bentuk klinisnya
antara lain :
1) Serangan Iskemia sepintas atau transient ischemic Attack (TIA).
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2) Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/ Reversible Ischemic Neurologik Defisit
(RIND). Gejala neurologik timbul ± 24 jam, tidak lebih dari seminggu.
3) Stroke Progresif (Progresive Stroke/ Stroke in evolution).
Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.
4) Completed Stroke
Kelainan saraf yang sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.
b. Perdarahan (Stroke Hemoragi)
Terjadi pecahnya pembuluh darah otak.
3. ETIOLOGI
Stroke non haemoragi merupakan penyakit yang mendominasi kelompok usia
menengah dan dewasa tua karena adanya penyempitan atau sumbatan vaskuler otak yang
berkaitan erat dengan kejadian.
a. Trombosis Serebri
Merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu pada 40% dari
semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya berkaitan
erat dengan kerusakan fokal dinding pembuluh darah akibat anterosklerosis.
b. Embolisme
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari penyakit jantung.
Sedangkan menurut prince (1995 : 966) mengatakan bahwa stroke haemoragi
disebabkan oleh perdarahan serebri. Perdarahan intracranial biasanya disebabkan
oleh ruptura arteria serebri. Ekstravasali darah terjadi dari daerah otak dan atau
subaracnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser. Perdarahan
ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan.
Menurut Harsono ini dibedakan berdasarkan tempat terjadinya perdarahan antara
lain: Perdarahan Sub Arachnoid (PSA) Kira-kira ¾ harus perdarahan sub arachnoid
disebabkan oleh pecahnya seneusisma 5-6% akibat malformasi dari arteriovenosus.
Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Penyebab yang paling sering adalah hipertensi, dimana tekanan diastolic
pecah.Harsono (1999 : 60) membagi factor risiko yang dapat ditemui pada klien
dengan Stroke yaitu:
Faktor risiko utama yaitu :
1) Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran
darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.
2) Diabetes Mellitus
Debetes mellituas mampu ,menebalkan dinding pembuluh darah otak
yang berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan
diameter pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke otak,
pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel- sel otak.
3) Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan strok. Dikemudian
hari seperti Penyakit jantung reumatik, Penyakit jantung koroner dengan infark
obat jantung dan gangguan irana denyut janung. Factor resiko ini pada umumnya
akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak karena jantung
melepaskan sel- sel / jaringan- jaringan yang telah mati ke aliran darah.
4) Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA dapat terjadi beberapa kali dalan 24 jam/ terjadi berkali- kali dalam
seminggu. Makin sering seseorang mengalami TIA maka kemungkinan untuk
mengalami stroke semakin besar.
Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia. Biasanya awitan
tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar, makin jelas defisit neurologik
yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien
dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas
pada tanda vital.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke antara
lain adalah:
a. Angiografi
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. Suatu
kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di daerah inguinal
menuju arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan.
b. CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
c. EEG (Elektro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah yang
mengalami gangguan.
d. Pungsi Lumbal
- menunjukan adanya tekanan normal
- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
e. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)
7. Komplikasi
Komplikasi utama pada stroke yaitu :
a. Hipoksia Serebral
b. Penurunan darah serebral
c. Luasnya area cedera (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan umum stroke
Penatalaksanaan awal selama fase akut dan mempertahankan fungsi tubuh
Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan stroke di
Indonesia, 1999, mengemukakan hal-hal berikut:
• Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan oksigen 0-2
L/menit sampai ada hasil gas darah.
• Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi intermiten.
• Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus.
Asia Pacific Consensus on Stroke Manajement, 1997, mengemukakan bahwa
peningkatan tekanan darah yang sedang tidak boleh diobati pada fase akut stroke
iskemik. Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia, 1999, mengemukakan
bahwa tekanan darah diturunkan pada stroke iskemik akut bila terdapat salah satu
hal berikut :
- Tekanan sistolik > 220 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit.
- Tekanan diastolik > 120 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30 menit.
- Tekanan darah arterial rata-rata > 130-140 mmHg pada dua kali pengukuran selang
30 menit.
- Disertai infark miokard akut/ gagal jantung atau ginjal akut.
Pada umumnya peningkatan tekanan darah pada fase akut stroke diakibatkan oleh:
Stress daripada stroke
o Jawaban fisiologis dari otak terhadap keadaan hipoksia
o Tekanan intrakranial yang meninggi.
o Kandung kencing yang penuh
o Rasa nyeri.
Hal-hal yang bisa dilakukan perawat antara lain memodifikasi perilaku pasien
seperti seperti mengendalikan simulasi di lingkungan, memberikan waktu istirahat
sepanjang siang hari untuk mencegah pasien dari kelelahan yang berlebihan,
memberikan umpan balik positif untuk perilaku yang dapat diterima atau perilaku
yang positif, serta memberikan pengulangan ketika pasien sedang berusaha untuk
belajar kembali satu ketrampilan.
d. Rehabilitasi selama di rumah sakit
Rehabilitasi di rumah sakit memerlukan pengkajian yang sistematik dan evaluassi
dari defisit dan perbaikan fungsi pasien. Fokus perawatan adalah langsung membantu
pasien belajar kembali kehilangan keterampilan yang dapat membentu kembali
kemungkinan kemandirian pasien. Pada fase ini pasien dimonitor secara hati-hati
untuk mencegah berkembangnya komplikasi yang lebih lanjut.
Adapun intervensi yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut :
1. Definisi keluarga
keluarga merupakan suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian atau sebagai
sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat tergantung dan
dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem lain(Padila,2012).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi (Wahit, 2009). Antara
keluarga satu dengan keluarga lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Apabila salah
satu atau beberapa keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga yang lainnya dan dan keluarga yang ada disekitarnya. Dari
permasalaahan tersebut, maka keluarga merupakan fokus pelayanan kesehtan yang
strategis, sebab:
a. Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan
b. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruhanggota
keluarga
c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling terkait
d. keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan dalam perawatankesehatan
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha
kesehatan masyarakat.
2. Tipe atau bentuk keluarga
Berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai keluarga tradisional dannon
tradisional adalah sebagai berikut :
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti
Keluarga inti terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, ibu yang
mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010). Sedangkan
menurut Padila (2012), keluarga inti adalah keluarga yang melakukan
perkawinan pertama atau keluarga dengan orang tua campuran atau
orang tua tiri.
2) Keluarga adopsi
Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk membentuk keluarga.
Dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua
adopsi, biasanyamenimbulkan keadaan saling menguntungkan baik bagi
orang tua maupun anak. Di satu pihak orang tua adopsi mampu
memberi asuhan dan kasih sayangnya pada anak adopsinya, sementara
anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka
(Friedman, 2010).
3) Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan
pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak atau adik, dan keluarga
dekat lainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan
memiliki pilihanmodel pola perilaku yang akan membentuk pola
perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Padila (2012),
keluarga besar terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan.
4) Keluarga orang tua tunggal
Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah
sebagai kepala keluarga. Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah
keluarga dengan kepala rumah tangga duda atau janda yang bercerai,
ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang tua tunggal nontradisional
adalah keluarga yang kepala keluarganya tidak menikah (Friedman,
2010).
5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa
bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri
atas kerabat jaringan ini dapat terdiri atas temanteman. Hewan
peliharaan juga dapat menjadianggota keluarga yang penting
(Friedman, 2010).
6) Keluarga orang tua tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang
kompleks dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu
dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau subkelompok
keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang
tidak sama (Friedman, 2010).
7) Keluarga Binuklir.
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan
anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga
inti, maternal dan paternal dengan keragaman dalam hal tingkat
kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga
(Friedman, 2010)
b. Keluarga Non-tradisional
1) Commune Family adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
2) Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
3) Homoseksual adalah dua individu yang sejenis hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
3. Genogram.
65 ? 61
Keterangan :
: Laki-laki : Klien
5
4
3
6
1
2 7
Keterangan :
1. Ruang tamu
2. Kamar tamu/anak-anak
3. Kamar keluarga
4. Ruang makan bersambung daput
5. WC
6. Gudang/ ruang kosong
7. WC
10. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Kemampuan penerimaan pesan dalam keluarga cukup memadai, komunikasi
dalam keluarga cukup baik, komunikasi terbuka, bahasa yang digunakan adalah
Bahasa bugis dan kadang-kadang bahasa Indonesia. Keluarga memiliki televisi
sebagai sumber informasi dan bila ada masalah, keluarga biasa berkonsultasi ke
petugas kesehatan
b. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah Tn. "L" sebagai kepala keluarga
tetapi terlebih dahulu dibicarakan dengan anggota keluarganya (musyawarah).
c. Struktur Peran
Peran formal Tn "L" adalah sebagai Pengusaha dan peran informal Tn. "L"
sebagai kepala keluarga . Tn."L" sebagai pencari nafkah utama yang dibantu
oleh istrinya mengasuh dan mendidik anaknya dan juga berperan dalam
mengatur perekonomian dan mengurus rumah tangga.
d. Nilai-nilai keluarga
Keluarga sangat memperhatikan hubungan baik dalam keluarga dan
menekankan pentingnya saling menghargai dengan sesama,
c. Situasi keluarga yang dapat menimbulkan stress yaitu saat ada anggota
keluarga yang sakit, seperti saat ini yang dialami klien.
d. Batas kemampuan keluarga dalam mengadapi stress yaitu keluarga klien
yang lain berusaha merawat dengan sebaik-baiknya anggota keluarga
yang sakit dan cuma pasrah .
13. Pengkajian Fisik Anggota Keluarga
a. Riwayat kesehatan anggota keluarga
1) Keluhan yang dirasakan anggota keluarga saat ini yaitu Tn. "L"
mengeluh sakit/nyeri pada hidung, tersumbat dan kadang susah
napas
- Suhu : 36,8°C
- Nadi : 85 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
2) Keadaan kulit: Sawo matang dan tidak ada kelainan pada kulit
3) Warna rambut dan kulit kepala: warna rambut hitam keubanan, tidak
mudah tercabut, kulit kepala tampak bersih, kesan tidak ada kelainan.
4) Kesehatan mata kanan dan kiri: klien mengatakan saat Kadar gula
darahnya tinggi matanya akan berkedip-kedip sendiri. kelopak mata
dapat menutup dan membuka, conjungtiva merah muda, pergerakan
bola mata baik dan sklera tampak putih, tidak ada kelainan pada mata.
5) Kesehatan dan kebersihan telinga yaitu tidak ada secret pada telinga,
tampak simetris, dan bersih serta klien dapat mendengar dengan
baik, tidak ada kelainan pada telinga.
6) Kesehatan dan kebersihan hidung yaitu tidak tampak secret pada
hidung.
7) Kesehatan gigi dan mulut tidak tampak sariawan, tidak ada
kelainan pada gigi mulut.
8) Kebersihan abdomen
a) Inspeksi: Tidak ada pembesaran perut, warna kulit
tampak sama dengan sekitarnya, tidak tampak luka bekas jahitan.
b) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada daerah bawah
perut(suprapubik)
c) Perkusi: Tympani
9) Pemeriksaan thorax
MASALAH
NO. DATA MASALAH
KEPERAWATAN
KESEHATAN
2. DS : Penanganan 1 Ketidakmampuan
Keterbatasan ekonomi
Potensi masalah Potensi masalah untuk
3 untuk dicegah: 2/3 x 1 2/3 dicegah cukup dengan
Cukup terapi obat dan
menghindari faktor
Penyebab/ predisposisi
Menonjolnya Klien dan keluarga
4 masalah: 2/2 x 1 1 menyadari masalah ini
masalah berat harus harus segera ditangani
segera ditangani untuk mencegah beratnya
penyakit
Jumlah 3 2/3
2. Penanganan Pembuangan Limbah keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam . Edisi 4, Jilid 1. Jakarta
:Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKU