Anda di halaman 1dari 53

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian Diare

Diare adalah gangguan buang air besar (BAB) dengan konsistensi

feses lebih cair dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari serta dapat

disertai dengan darah atau lendir (Kemenkes RI, 2019).

Diare merupakan peningkatan frekuensi buang air besar atau

peningkatan kandungan cairan di dalam tinja. Volume, frekuensi, dan

konsistensi buang air besar/tinja cukup bervariasi di antara individu

bahkan pada bayi dan anak-anak. Pada bayi dapat dikatakan diare selama

ada cairan yang mengelilingi tinja (Bernstein, 2014).

Sedangkan menurut WHO, Diare didefinisikan sebagai keluarnya

feses cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari atau pada individu

keluarnya feses cair lebih sering dari frekuensi biasanya. Hal ini

merupakan gejala infeksi saluran usus yang disebabkan oleh berbgai

organisme virus, bakteri, dan parasit. Diare dapat berlagsung selama

beberapa hari dan dapat menyebabkan dehidrasi yang merupakan

penyebab kematian dan penyakit serius pada anak dibawah lima tahun

(WHO, 2017)

8
9

2. Etiologi

Sebagian besar mikroorganisme patogen yang menyebabkan diare

ditularkan lewat jalur fekal-oral melalui makanan atau air yang

terkontaminasi atau ditularkan antar manusia (L. Wong, 2008). Etiologi

atau penyebab dari diare akut yaitu :

a. Faktor infeksi

1) Agens virus

a) Rotavirus

Rotavirus merupakan penyebab diare pada anak balita

nomor satu di dunia. Patologi Rotavirus adalah menginvasi

epitel mukosa usus halus dan menyebabkan absorpsi garam

dan air menurun. Infeksi lebih sering terjadi di musim

dingin dan biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri.

Rotavirus juga merupakan penyebab infeksi nosokomial di

rumah sakit dan penyebab gastroenteritis pada anak-anak di

tempat penitipan anak (L. Wong, 2008).

b) Virus penyebab diare Lainnya

Norwalk-like virus dilaporkan menyebabkan epidemi

diare dan keracunan pada makanan dan merupakan mikroba

yang ditemukan pada kejadian luar biasa di kapal pesiar

(Bernstein, 2014).
10

2) Agens bakteri

a) Eschericia coli

Escherichia coli merupakan bakteri yang

menyebabkan infeksi pada anak terutama dibawah tahun

dan biasanya disebabkan karena produksi enterotoksin

sehingga mempengaruhi absorpsi dalam usus (L. Wong,

2008)

b) Salmonella typhi

Bakteri Salmonella tertular dari hewan terutama

ketika makan makanan yang tidak diolah atau kurang

matang. Bakteri ini menyebabkan enteritis yang dicirikan

dengan dengan diare berat yang dapat mematikan pada bayi,

lansia, dan individu lemah imun (G. Loeffler, 2018)

c) Campylobacter jejuni

Campylobacter jejuni adalah bakteri yang

menyebabkan enterokolitis bakterialis. Nyeri abdomen,

demam, mual dan muntah sering menyertai diare

(Bernstein, 2014).

d) Shigella

Galur shigella dapat menyebabkan kerusakan besar

pada kolon distal dan rektum. Gambaran paling umum

adalah keram perut, demam, dan muntah. Kemudian timbul


11

diare, sering kali kerap dengan volume sedikit tetapi

bercampur pus dan darah (Bernstein, 2014).

e) Vibrio cholerae

Sumber Vibrio cholerae air yang terkontaminasi feses

dari orang yang terinfeksi yang menyebabkan penyakit

kolera yaitu diare berat dan banyak yang dapat

menyebabkan dehidrasi (G. Loeffler, 2018).

b. Faktor malabsorbsi

Menurut Ngastiyah (2014), faktor malabsorbsi yang dapat

menyebabkan diare yaitu :

1) Malabsorbsi karbohidrat monosakarida (intoleransi fruktosa,

glukosa, dan galaktosa), disakarida (intoleransi sukrosa,

maltosa, dan laktosa).

2) Malabsorbsi protein merupakan kegagalan dalam penyerapan

yang mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik sehingga

terjadi pergeseran elektrolit dan air ke rongga usus dan

meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.

3) Malabsorbsi lemak

c. Faktor makanan/keracunan/alergi/intoleran laktosa

Makanan basi, beracun, makanan yang merangsang dan alergi

terhadap makanan merupakan beberapa faktor makanan yang dapat

menyebabkan diare. Apabila terdapat toksin yang tidak mampu

diserap dengan baik oleh tubuh akan menyebabkan terjadinya


12

penurunan kesempatan untuk menyerap makanan karena terjadi

peningkatan peristaltik usus.

3. Manifestasi Klinis dan Tanda Gejala

Pada awalanya bayi atau anak akan menjadi cengeng, gelisah, dan

suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,

kemudian timbul diare. Tinja akan semakin cair, mungkin dapat

mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-

hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan

sekitarnya akan lecet karena tinja semakin lama akan semakin asam

akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang

tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat sebelum atau

sesudah diare (Suraatmaja, 2010)

Tanda dan gejala diare yang tampak menurut Manajemen Terpadu

Balita Sakit (2015) yaitu :

a. Diare dehidrasi berat

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :

1) Letargis atau tidak sadar

2) Mata cekung

3) Tidak bisa minum atau malas minum

4) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat

b. Diare dehidrasi ringan/sedang

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :

1) Rewel atau mudah marah


13

2) Mata cekung

3) Haus, minum dengan lahap

4) Cubitan kulit perut kembali lambat.

c. Diare tanpa dehidrasi

Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare

dehidrasi berat atau ringan/sedang.

d. Diare persisten berat

1) Diare selama 14 hari atau lebih

2) Dengan dehidrasi

e. Diare persisten

1) Diare selama 14 hari atau lebih

2) Tanpa dehidrasi

4. Patofisiologi

Aspek-aspek perubahan dalam tubuh yang disebabkan oleh diare pada

anak antara lain:

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi adalah kondisi yang diakibatkan oleh kehilangan

cairan tubuh yang berlebihan. Pada malnutrisi akut yang parah,

dehidrasi disebabkan oleh penyakit diare yang tidak segera ditangani

sehingga menyebabkan kehilangan air dan elektrolit (WHO, 2012).

b. Gangguan keseimbangan asam-basa (Metabolik asidosis)

Metabolik asidosis terjadi karena pada keadaan diare diakibatkan

karena
14

1) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja

2) Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna

sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh

3) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan

4) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak

dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)

5) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan

intraseluler

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan

pernafasan. Pernafasan Kuzmaull merupakan pernafasan yang

bersifat cepat, teratur dan dalam yang dapat menjadi salah satu tanda

asidosis (Suraatmaja, 2010).

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita

diare. Pada anak dengan gizi yang cukup atau baik, hipoglikemia

jarang terjadi. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada anak yang

sebelumnya sudah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal

ini dapat terjadi karena persediaan glikogen dalam hati terganggu

dan adanya gangguan absorbsi glukosa (Suraatmaja, 2010).

d. Gangguan gizi

Diare tidak hanya menyebabkan kematian tetapi dapat juga

menyebabkan malnutrisi. Diare dapat mengakibatkan berkurangnya

makan dan gangguan pencernaan yang menyebabkan menurunnya


15

absorbsi zat-zat nutrisi dalam tubuh sehingga menimbulkan

malnutrisi (Sampul et al., 2015).

e. Gangguan sirkulasi

Dalam jurnal Acute Diarrhea in Adults and Children diare

disertai muntah dapat menyebabkan terjadinya gangguan sirkulasi

darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. Hal ini berakibat pada

perfusi jaringan berkurang dan dapat terjadi hipoksia, asidosis

bertambah hebat, perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan

bila tidak segera diberikan pertolongan maka penderita dapat

meninggal. (Farthing et al., 2013)


16

5. Pathway

Pathway menurut Muttaqin, Arif & Sari (2011)

Gambar 1. Pathway Diare


(Muttaqin, & Sari, 2011)
17

6. Komplikasi

Sebagian besar penderita diare dapat sembuh tanpa mengalami

komplikasi, tetapi terdapat sebagian kecil yang mengalami komplikasi

dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan.

a. Demam

Demam sering terjadi pada infeksi yang disebabkan oleh

Rotavirus dan Shigella disentriae. Pada umumnya demam akan

timbul jika penyebab diare menginvasi dalam sel epitel usus.

Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul

akibat dehidrasi pada umumnya tidak tinggi dan akan menurun

setelah mendapatkan penanganan hidrasi yang cukup. Demam yang

tinggi mungkin dapat diikuti kejang demam (Suraatmaja, 2010).

b. Edema/overhidrasi

Edema merupakan pembengkakan lokal yang dihasilkan oleh

cairan dan beberapa sel yang berpindah dari aliran darah ke jaringan

interstitial (Robbins, 2015).

c. Asidosis metabolik

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun

oleh tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya

anoreksia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam

meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (Maryunani,

2010).
18

d. Hipernatremia

Hipernatremia sering terjadi pada bayi baru lahir sampai

dengan umur satu tahun khususnya bayi yang berumur <6 bulan.

Biasanya hal ini terjadi pada diare dengan muntah dan pemasukan

cairan atau makanan yang kurang atau minuman yang masuk terlalu

banyak mengandung natrium (Suraatmaja, 2010).

e. Muntah

Muntah didefiniskan sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung

melalui mulut, seringkali membutuhkan dorongan yang kuat (Dipiro

et al., 2015).

7. Klasifikasi Diare

Menurut Alwi L, Setiati S, dan Sudoyo A.W (2014) yang dikutip

dalam Nikma Kumala, Alamsyah Lukito, dan Apri Astria (2017) Diare

dapat diklasifikasikan berdasarkan lama waktu diare, mekanisme

patofisiologis, berat ringan diare, infektif atau non infektif, dan penyebab

organik atau fungsional.

a. Berdasarkan lama waktu diare

1) Diare akut

Diare akut adalah diare yang berlangsung selama kurang

dari 15 hari. Peran kausa (agent) dan faktor penjamu (host)

merupakan hal yang berperan utama pada diare akut akibat

infeksi. Faktor penjamu adalah kemampuan untuk

mempertahankan diri terhadap organisme yang menyebabkan


19

diare akut. Terdiri dari antara lain: keasaman lambung, motilitas

usus, imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus. Sedangkan

faktor kausal merupakan daya penetrasi yang dapat merusak sel

mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang memengaruhi

sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman.

2) Diare Kronis

Diare kronis merupakan diare yang berlangsung selama

lebih dari 15 hari. Diare kronis dapat diklasifikasikan

berdasarkan patofisiologi menjadi 7 macam diare yang berbeda

yaitu:

a) Diare sekretorik: diare yang diakibatkan terjadinya

peningkatan sekresi cairan usus

b) Diare osmotik: diare yang disebabkan oleh terjadinya

peningkatan osmotik isi lumen usus.

c) Malabsorpsi asam empedu, malabsorpsi lemak: terjadi

motilitas yang lebih cepat pembentukan micelle empedu.

d) Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di

enterosit, terjadi penghentian mekanisme transport ion aktif

di enterosit, gangguan absorbi santrium dan air.

e) Motilitas dan waktu usus abnormal: terjadi motilitas yang

lebih cepat, tak teratur, sehingga isi usus tidak sempat di

absorbsi
20

f) Gangguan permeabilitas usus terjadi kelainan morfologi

usus di membran epitel spesifik sehingga permeabilitas

mukosa usus halus dan usus besar terhadap air dan garam

atau elektrolit terganggu.

g) Eksudasi cairan, elektrolit, dan mukus berlebihan terjadi

peradangan dan kerusakan mukosa usus halus serta daya

lekat kuman.

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Dalam jurnal Acute Diarrhea in Adults and Children tahun 2013

disebutkan bahwa terdapat beberapa penatalaksanaan diare yaitu :

a. Oral Rehydration Therapy (ORT)

Oral Rehydration Therapy (ORT) adalah penatalaksanaan

pemberian larutan melalui mulut untuk memperbaiki dan mencegah

dehidrasi yang diakibatkan oleh diare. Terapi ini merupakan cara

yang paling mudah dan murah untuk menangani gastroenteritis akut

dan mengurangi angka rawat inap anak akibat diare di negara maju

dan berkembang.

World Health Organization (WHO) dan Unicef telah

merekomendasikan pemakaian cairan rehidrasi oral (CRO) atau

oralit selama lebih dari 25 tahun untuk mengobati dan mencegah

terjadinya diare. Formula ini dinilai efektif mongobati dehidrasi dan

menurunkan angka kematian. Akan tetapi formula ini masih

memiliki kekurangan. Untuk mengatasi kekurangan tersebut WHO


21

dengan melewati berbagai uji coba berhasil mengeluarkan CRO

formula baru dengan osmolaritas rendah sehingga dapat

mempercepat rehidrasi, menurunkan volume feses, menurunkan

frekuensi muntah, dan menurunkan kemungkinan pemberian cairan

intravena (Sayoeti & S, 2016)

Kontra indikasi pemberian ORT adalah pada penanganan awal

dehidrasi berat dan juga pada anak dengan ileus paralitik, muntah

yang sering dan terus menerus (>4 episode per jam), dan kondisi

mulut yang menyakitkan seperti sariawan sedang sampai berat.

Meskipun begitu, pemberian larutan oralit secara nasogastrik dapat

membantu ketika rehidrasi intravena tidak memungkinkan.

Dosis oralit dapat diberikan sesuai dengan jenis dehidrasi yaitu

sebagai berikut :

1) Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak diare

Umur 1-4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak diare

Umur diatas 5 tahun : 1 – 1 ½ gelas setiap kali anak diare

2) Diare dehidrasi ringan/sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama adalah 75

ml/kgBB dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit

seperti diare tanpa dehidrasi.


22

3) Diare dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

puskesmas harus segera di infus.

b. Terapi Suplemen Zinc, Multivitamin, dan Mineral pada Anak

Terapi zinc secara rutin berfungsi sebagai tambahan ORT

yang berguna untuk mengurangi tingkat keparahan diare. Selain itu,

pemberian zinc juga dapat mengurangi episode diare pada anak-anak

di negara berkembang. Rekomendasi pemberian zinc pada anak

dengan diare adalah 20 mg zinc per hari selama sepuluh hari.

Namun, pada bayi berusia 2 bulan atau kurang harus menerima 10

mg/hari selama 10 hari. Dimana menurut Manajemen Terpadu Balita

Sakit, 1 tablet adalah setara dengan 20 mg. Sehingga, dosis tablet

zinc menjadi :

1) Umur < 6 bulan : ½ tablet /hari

2) Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet /hari

Cara pemberian tablet zinc menurut Buku Bagan Manajemen

Terpadu Balita Sakit adalah :

1) Larutkan tablet dengan sedikit air atau Asi dalam sendok teh

(tablet akan larut dalam kiurang lebih 30 detik), segera berikan

kepada anak

2) Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian

tablet zinc, maka ulangi pemberian dengan cara memberikan


23

potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis

penuh.

3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet zinc setiap setiap hari

selama 10 hari penuh, meskipun diare sudah berhenti.

4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan

infus, tetapi berikan tablet Zinc segera setelah anak bisa minum

atau makan.

Semua anak dengan diare persisten harus menerima

multivitamin dan mineral tambahan termasuk magnesium setiap hari

selama 2 minggu. Menurut WHO (2005) yang dikutip oleh Farthing

et al., (2013) bahwa Anak dengan diare harus disediakan sebanyak

mungkin vitamin dan mineral termasuk setidaknya dua asupan

harian folat, vitamin A, zinc, dan magnesium.

c. Diitetik

Praktik menahan makanan selama lebih dari empat jam

merupakan hal yang tidak tepat. Pemberian makan normal harus

tetap dilanjutkan untuk pasien yang tidak menunjukkan tanda-tanda

dehidrasi. Makanan harus segera diberikan segera setelah koreksi

dehidrasi sedang dan berat yang biasanya membutuhkan waktu 2

hingga 4 jam menggunakan ORT atau rehidrasi intravena.

Pada bayi dan anak-anak yang menyusui, mereka harus terus

mendapatkan makanan, bahkan selama fase rehidrasi. Akan tetapi

pada anak-anak yang tidak disusui, dehidrasi, dan untuk orang


24

dewasa, rehidrasi adalah prioritas dan dapat dicapai dalam 2 hingga

4 jam.

Suraatmaja (2010) menyebutkan bahwa sebagai pegangan

dalam melaksanakan pengobatan diitetik dipakai singkatan O-B-E-S-

E sebagai singkatan Oralit, Breast Feeding, Early Feeding, dan

Simultaneously with Education.

d. Probiotik

Probiotik adalah mikroorganisme hidup seperti Lactobacillus

GG dengan efek kesehatan yang bermanfaat pada manusia. Studi

intervensi klinis terkontrol dan meta analisis mendukung

penggunaan strain dan produk probiotik dalam pengobatan dan

pencegahan diare rotavirus pada bayi. Lactobacillus reuteri,

Lactobacillus casei, dan Saccharomyces cerevisiae berguna untuk

mengurangi keparahan dan durasi diare infeksius akut pada anak-

anak. Pemberian probiotik oral dapat memperpendek durasi penyakit

diare akut pada anak-anak.

e. Pemberian ASI/Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk

memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat

dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Bagi anak

yang masih minum ASI harus lebih sering diberikan ASI. Anak yang

minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak

usia 6 bulan atau lebih yang telah mendapatkan makanan padat harus
25

diberikan yang mudah dicerna dan sedikit demi sedikit dan lebih

sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan

selama 2 minggu untuk pemulihan berat badan.

f. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena

kecilnya kejadian diare yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika

hanya digunakan pada penderita diare dengan darah (sebagian besar

karena shigellosis) dan suspek kolera.

g. Pemberian Nasehat

Sedangkan penatalaksanaan diare menurut Manajemen Terpadu

Balita Sakit (2015) berdasarkan klasifikasi diare yaitu:

a. Diare Dehidrasi Berat

1) Jika tidak ada klasifikasi berat lain: Beri cairan untuk dehidrasi

berat dan tablet zinc sesuai rencana terapi C

2) Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain:

a) RUJUK SEGERA

b) Jika masih bisa minum, berikan oralit dan ASI selama

perjalanan

3) Jika anak >2 tahun dan ada kolera di daerah tersebut, beri

antibiotik untuk kolera

b. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang

1) Beri cairan, tablet Zinc dan makanan sesuai Rencana Terapi B

2) Jika terdapat klasifikasi berat lain:


26

a) RUJUK SEGERA ke Rumah Sakit

b) Jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit

selama perjalanan

3) Nasihati kapan kembali segera

4) Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan

c. Diare Tanpa Dehidrasi

1) Beri cairan, tablet Zinc, dan makanan sesuai Rencana Tipe A

2) Nasihati kapan kembali segera

3) Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan

d. Diare Persisten Berat

1) Atasi dehidrasi sebelum dirujuk, kecuali ada klasifikasi berat

lain

2) RUJUK

e. Diare Persisten

1) Nasihati pemberian makan untuk diare persisten.

2) Beri tablet zinc selama 10 hari berturut-turut.

3) Kunjungan ulang 3 hari.

f. Disentri

1) Beri antibiotik yang sesuai.

2) Beri tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut.

3) Nasihati kapan kembali segera. Kunjungan ulang 3 hari.

Untuk melakukan penanganan diare maka diperlukan pemberian

cairan tambahan untuk diare. Terdapat tiga rencana terapi menurut


27

Manajemen Terpadu Balita Sakit yang dapat diterapkan sesuai dengan

klasifikasi diare.

a. Rencana Terapi A

Merupakan penanganan diare di rumah yang meliputi:

1) Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau) jelaskan pada ibu

a) Jelaskan pada ibu untuk memberi ASI lebih sering dan lebih

lama pada setiap kali pemberian.

b) Berikan serta oralit atau air matang sebagai tambahan.

c) Jika anak tidak memperoleh ASI, berikan satu atau lebih

cairan berikut: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin)

atau air matang

d) Ajari ibu mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6

bungkus oralit untuk diberikan di rumah.

e) Tunjukkan kepada ibu berapa banyak harus memberikan

oralit/cairan lain yang harus diberikan setiap kali anak

buang air besar.

(1) Sampai umur 1 tahun : 50-100 ml setiap buang air besar

(2) 1 sampai 5 tahun : 100-200 ml setiap kali buang air

besar

2) Beri tablet zinc selama 10 hari

3) Lanjutkan pemberian makan dan kapan kembali


28

b. Rencana Terapi B

Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit.

1) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama. Jumlah oralit yang

diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75ml. Gunakan tabel

umur apabila berat badan tidak diketahui.

Tabel 1. Kebutuhan oralit sesuai perkiraan umur dan berat


badan

UMUR ≤ 4 bulan 4 - < 12 1 - < 2 2 - < 5


bulan tahun tahun
BERAT < 6 kg 6 - < 10 kg 10 - < 12 kg 12 – 19 kg
BADAN
JUMLAH 200 - 400 400 - 700 700 - 900 900 - 1400
(ML)
Sumber : Manajamen Terpadu Balita Sakit, 2015

2) Tunjukkan cara memberikan larutan oralit

a) Minumlah sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas.

b) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi

lebih lambat.

c) Lanjutkan ASI selama anak mau.

d) Bila kelopak mata bengkak, hentikan pemberian oralit dan

berikan air masak atau ASI.

c. Rencana Terapi C

1) Beri cairan intravena 100ml/kg Ringer Laktat secepatnya. Jika

anak bisa minum, beri oralit melalui mulut sementara infus

dipersiapkan.

2) Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum

teraba, beri tetesan lebih cepat


29

3) Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau

minum. Biasanya sesudah 3-4 jam (pada bayi) atau sesudah 1-2

jam (pada anak) beri juga tablet Zinc

4) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.

Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai

untuk melanjutkan pengobatan

Namun jika tidak dapat memberi cairan intravena, RUJUK SEGERA

untuk pengobatan intravena, selama perjalanan berikan minum.

9. Faktor Risiko

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurul Utami dan Nabila

Luthfiana pada tahun 2019 disebutkan bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi kejadian diare pada anak antara lain:

a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang berperan dalam penyebaran penyakit

diare adalah mengenai sanitasi, pembuangan tinja, dan air minum. Di

seluruh dunia, 780 juta orang tidak memiliki akses ke air minum

yang lebih baik dan dan 2,5 miliar kekurangan sanitasi yang lebih

baik (World Health Organization, 2017). Penyebaran penyakit

melalui tinja dapat melalui berbagai cara yaitu melalui air, tangan,

dan tanah yang terkontaminasi oleh tinja dan ditularkan melalui

makanan dan minuman oleh lalat dan kecoa. Buruknya saluran

pembuangan air limbah (SPAL) juga dapat memudahkan penularan

diare yang diakibatkan oleh cacing dan parasit. Selain itu,


30

pembuangan sampah tidak pada tempatnya juga dapat menjadi faktor

risiko timbulnya berbagai macam bibit penyakit.

b. Faktor Sosiodemografi

Faktor sosiodemogradi yang berpengaruh terhadap kejadian

diare pada anak yaitu pendidikan, umur anak, dan pekerjaan orang

tua. Jenjang pendidikan seseorang memengaruhi karena semakin

tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin memudahkan orang

tersebut dalam menerima informasi sehingga pengetahuan tentang

penyakit diare akan semakin meningkat. Pendapatan, status sosial

ekonomi, risiko cedera, atau masalah kesehatan dalam kelompok

populasi dapat mencerminkan pekerjaan seseorang. Kejadian diare

lebih sering muncul pada bayi dan balita dengan status ekonomi

rendah. Faktor sosiodemografi lain yang dapat memengaruhi

kejadian diare adalah umur. Semakin muda usia anak, semakin tinggi

kecenderungan terserang diare.

c. Faktor Perilaku

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan

mencuci tangan merupakan faktor perilaku yang berpengaruh dalam

penyebaran kuman enterik. Kebiasaan tidak mencuci tangan setelah

buang air besar merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan

anak, terutama ketika ibu memasak makanan, dan menyuapi anaknya

maka makanan tersebut sudah terkontaminasi oleh kuman penyebab

diare. Perilaku yang dapat mengurangi risiko terjadinya diare adalah


31

mencuci sayur dan buah sebelum diolah dan dikonsumsi karena

salah satu penyebaran diare adalah melalui penyajian makanan yang

tidak matang atau mentah (Imanadhia, 2019).

B. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga dipahami sebagai kelompok primer yang terdiri dari dua

atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,

hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi (Wiratri, 2018).

Sedangkan menurut Friedman (2010) keluarga merupakan kumpulan dua

orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan

emosional serta masing-masing individu memiliki peran masing-masing

dalam keluarga.

2. Tipe Keluarga

Menurut Sussman (1974), Maclin (1988), Anderson Carter, dan

Setiadi dalam Dion & Betan (2013) secara umum tipe keluarga dibagi

menjadi dua yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe keluarga modern

(non tradisional).

a. Tipe keluarga tradisional

Tipe keluarga tradisional memiliki struktur paling tetap dan

utuh serta paling sering ditemukan di mana saja terutama negara-

negara timur yang menjunjung tinggi norma-norma (Bakrie, 2019).

Ada beberapa ciri atau tipe keluarga tradisional, sebagai berikut:


32

1) Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga inti merupakan keluarga kecil dalam satu rumah

yang beranggotakan keluarga inti yaitu ayah, ibu, dan anak-

anak. Dalam keseharian, anggota keluarga inti hidup bersama

dan saling menjaga.

2) Keluarga besar (extended family)

Keluarga besar merupakan gabungan dari beberapa

keluarga inti yang berawal dari satu keluarga inti. Satu keluarga

memiliki beberapa anak, lalu anak-anaknya menikah dan

memiliki anak dan seterusnya. Anggota keluarga besar akan

semakin membesar mengikuti perkembangan keluarganya.

3) Keluarga pasangan inti (dyad family)

Tipe keluarga ini biasa terjadi pada pasangan yang baru

saja menikah tetapi belum dikaruniai anak atau keduanya

memiliki kesepakatan untuk belum memiliki anak.

4) Keluarga single parent

Single parent merupakan kondisi seseorang tidak memiliki

pasangan lagi akibat perceraian atau meninggal dunia. Single

parent mensyaratkan adanya anak angkat maupun anak

kandung.

5) Keluarga single adult

Tipe keluarga ini disebut sebagai pasangan yang sedang

Long Distance Relationship (LDR), yaitu pasangan yang


33

mengambil jarak berpisah sementara waktu untuk kebutuhan

tertentu.

b. Tipe keluarga modern

Keberadaan keluarga modern merupakan bagian dari

perkembangan sosial di masyarakat. Salah satu faktornya adalah

munculnya kebutuhan berbagi dan berkeluarga yang tidak hanya

sebatas keluarga inti.

1) The unmarriedteenage mother

Merupakan keluarga yang terdiri dari ibu bersama anaknya

tanpa pernikahan.

2) Reconstituded nuclear

Sebuah keluarga yang tadinya berpisah, kemudian membentuk

kembali keluarga inti melalui perkawinan kembali.

3) The stepparent family

Keluarga dengan anak yang diadopsi kemudian kehidupan anak

dengan orang tua tirinya disebut the stepparent family.

4) Commune family

Tipe keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga yang tidak

memiliki hubungan darah namun memutuskan hidup bersama

dalam satu rumah, satu fasilitas, dan pengalaman yang sama.

5) The non marrital heterodexual conhibiting family

Tanpa ikatan pernikahan, seseorang memutuskan untuk hidup

bersama dengan pasangannya. Namun dalam waktu singkat,


34

seseorang itu kemudian berganti pasangan lagi dan tetap tanpa

hubungan pernikahan.

6) Gay and lesbian family

Sesorang dengan jenis kelamin yang sama menyatakan hidup

bersama sebagaimana pasangan suami istri.

7) Cohibiting couple

Dua atau lebih lrang bersepakat tinggal bersama tanpa ikatan

pernikahan dengan alasan tertentu.

8) Group marriage family

Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga

bersama dan mereka sudah menikah, sehingga berbagi sesuatu

termasuk seksual dan membesarkan anak bersama.

9) Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan dan nilai nilai, hidup

bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling

menggunakan barang rumah tangga bersama-sama.

10) Foster family

Keluarga yang bersedia menampung anak yang kehilangan

orangtuanya dalam kurun waktu tertentu.

11) Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan

yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan

keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.


35

3. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010) keluarga memiliki lima fungsi antara lain:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektf merupakan fungsi yang berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial anggota keluarga. Komponen yang perlu

dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi keluarga yaitu :

1) Saling mengasuh yaitu antar keluarga saling menerima,

memberikan cinta kasih, dan saling mendukung antar anggota

keluarga.

2) Saling menghargai, anggota keluarga yang saling menghargai

satu sama lain dan mengakui hak serta keberadaan setiap

anggota maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat untuk memulai hidup baru

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi merupakan proses perubahan dan perkembangan

yang dialami individu dalam berkehidupan sosial dan menjaga

hubungan dan peran dalam lingkungan sosial.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan generasi dan meningkatkan

sumber daya manusia pada keluarga.


36

d. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi, maka keluarga memerlukan sumber keuangan sebagai

tempat untuk meningkatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan

keluarga.

e. Fungsi pemeliharaan kesehatan

Fungsi pemeliharaan yaitu fungsi untuk melaksanakan asuhan

kesehatan kelada keluarga untuk mempertahankan keadaan

kesehatan keluarga dan untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan pada keluarga.

Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang

kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan

kesehatan menurut Kemenkes RI (2017) dalam artikel berjudul

Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yaitu:

1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggota

keluarga

2) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat

3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk

kesehatan dan mempertahankan suasana rumah yang

menguntungkan untuk kesehatan

5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada


37

4. Tahap Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan sistem

keluarga dari waktu ke waktu dan setiap tahapan umumnya memiliki

tugas dan risiko kesehatan yang berbeda-beda (Bakrie, 2019). Duval

dalam Dion dan Betan (2013), membagi keluarga dalam 8 tahap

perkembangan, yaitu:

a. Keluarga baru (Barganning family)

Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk ikatan

keluarga melalui perkawinan. Tugas perkembangan untuk keluarga

yaitu:

1) Membina hubungan intim dan memuaskan dalam keluarga

2) Membuat kesepakatan dan tujuan bersama

3) Merencanakan memiliki anak, persiapan menjadi orang tua, dan

mencari pengetahuan tentang prenatal care

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing)

Tahap keluarga child bearing merupakan masa transisi

pasangan suami istri yang dimulai sejak kelahiran anak pertama

sampai anak berusia <30 bulan. Tugas perkembangan pada tahap

keluarga ini yaitu:

1) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga

2) Mempertahankan keharmonisan pasangan suami istri

3) Berbagi peran dan tanggung jawab sebagai orang tua

4) Mempersiapkan biaya untuk anak


38

c. Keluarga anak dengan prasekolah

Tahap ini berlangsung sejak anak pertama berusia 2,5 tahun

sampai dengan usia 5 tahun. Adapun tugas perke gangan yang harus

dilaksanakan yaitu:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga

2) Membantu anak bersosialisasi dengan lingkungan

3) Beradaptasi dengan anak yangbaru lahir, sementara kebutuhan

anak laIn juga harus terpenuhi

4) Mempertahankan hubungan keluarga yang sehat

5) Pembagian tanggungjawab antar keluarga

6) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak

d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)

Tahapan ini berlangsung ketika anak pertama mulai masuk

sekolah pada usia 6 tahun - 13 tahun. Tugas perkembengan keluarga

pada tahap ini yaitu:

1) Memperhatikan minat dan bakat anak

2) Membekali anak dengan berbagai kegiatan kreatif

3) Memperhatikan anak akan risiko pengaruh teman dan

sekolahnya

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan

akan berakhir 6-7 tahun kemudian. Tugas perkembangan pada tahap

ini yaitu:
39

1) Memberikan kebebaskan yang seimbang can bertanggung jawab

2) Mempertahankan komunikasi antar orangtua dan anak

3) Penerapan peraturan untuk memberikan batasan tertentu tetapi

masih dalam tahal wajar

f. Keluarga dengan anak dewasa

Tahapan ini dimulai ketika anak pertama meninggalkan rumah

dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tugas

perkembangan pada tahap ini yaitu:

1) Membantu mempersiapkan anak untuk hidup mandiri

2) Menjaga keharmonisan dengan pasangan

3) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

4) Bersiap mengurusi keluarga bdsar memasuki masa tua

5) Memberikan contoh kepada anak-anak mengenai lingkungan

yang positif

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tahapan ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah

dan berakhir saat pensiun atau meninggal. Tahap perkembangan

keluarganya yaitu:

1) Menjaga kesehatan keluarga

2) Meningkatkan keharmonisan dan pasangan, anak, dan teman

sebaya

3) Mempersiapkan masa tua


40

h. Keluarga lanjut usia

Masa lanjut usia merupakan masa kahir kehidupan manusia

dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun atau meninggal dunia

sampai keduanya meninggal. Tahap perkembangan keluarga ini

yaitu:

1) Beradaptasi dengan dengan perubahan kehilangan pasangan,

kawan, atau saudara

2) Melakukan life review

3) Mempertahankan keharmonisan pasangan

4) Menjaga kesehatan

5) Mempersiapkan kematian

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diare

Keperawatan kesehatan keluarga merupakan perawatan kesehatan yang

ditujukkan kepada keluarga sebagai satu kesatuan yang di rawat secara

profesional oleh perawat dengan proses keperawatan yang berlandaskan etik

keperawatan dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab

keperawatan dengan tujuan sehat (Padila, 2012).

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan keluarga meliputi

a. Pengkajian data umum

1) Nama Kepala Keluarga

2) Umur

3) Alamat
41

4) Pekerjaan Kepala Keluarga

5) Pendidikan Kepala Keluarga

6) Komposisi keluarga

7) Genogram

8) Tipe keluarga

9) Suku bangsa

10) Agama

b. Riwayat tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahapan perkembangan keluarga saat ini ditentukan oleh usia

anak tertua dari keluarga inti.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan tentang ttugas yang belum terpenuhi dalam

keluarga atau faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam

keluarga.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan tentang riwayat kesehatan anggita keluarga, upaya

untuk mencegah penyakit, dan pengalaman terhadap pelayanan

kesehatan.

4) Riwayat kesehatan sebelumnya

Menjelaskan riwayat kesehatan generasi keluarga dari penyakit

menular atau keturunan.


42

c. Data Lingkungan

1) Karakteristik rumah

a) Ukuran rumah

b) Kondisi dalam dan luar rumah

c) Kebersihan rumah

d) Ventilasi rumah

e) Saluran pembuangan air limbah

f) Pengelolaan sampah

g) Kepemilikan rumah

h) Kamar mandi (wc)

i) Denah rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas

Menjelaskan karakteristik tetangga dan komunitas setempat

meliputi norma kebiasaan serta budaya setempat.

3) Mobilisasi geografi keluarga

Menjelaskan mobilitas keluarga dan anggota keluarga

4) Pengumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan

masyarakat

5) Sistem pendukung keluarga

Menjelaskan jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas

keluarga yang mendukung kesehatan.


43

d. Struktur komunikasi keluarga

1) Pola komumikasi keluarga

Menjelaskan komunikasi dalam keluarga dan proses keluarga

menciptakan komunikasi

2) Struktur kekuatan keluarga

Menjjelaskan kemampuan keluarga dalam mempengaruhi

anggota keluarga

3) Struktur peran

Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara

formal maupun informal dalam keluarga dan masyarakat.

e. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga yang perlu dikaji yaitu:

1) Fungsi afektif

2) Fungsi sosialisasi

3) Fungsi reproduksi

4) Fungsi ekonomi

5) Fungsi perawatan kesehatan

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

Stressor jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan

penyelesaian dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan.

Sedangkan stressor jangka memerlukan waktu lebih dari 6

bulan untuk penyelesaiannya.


44

2) Strategi koping yang digunakan

Menjelaskan strategi koping yang digunakan keluarga dalam

menghadapi permasalahan.

3) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pengkajian fisik, pengkajian mental

dan emosional, serta pengkajian spiritual anggota keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul pada pasien dengan diare

menurut Muttaqin (2011) yang disesuaikan dengan SDKI, 2017:

a. Diare (D.0020)

1) Definisi

Pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak berbentuk

2) Penyebab

a) Inflamasi gastrointestinal

b) Iritasi gastrointestinal

c) Proses infeksi

d) Malabsorpsi

3) Gejala dan tanda mayor

a) Subjektif

(tidak tersedia)

b) Objektif

(1) Defekasi lebih daari tiga kali dalam 24 jam

(2) Feses lembek dan cair


45

4) Gejala dan tanda minor

a) Subjektif

(1) Urgency

(2) Nyeri/kram abdomen

b) Objektif

(1) Frekuensi peristaltik meningkat.

(2) Bising usus hiperaktif.

b. Hipovolemia (D.0023)

1) Definisi

Penurunan volume cairan intravaskuler, interstitial, dan atau

intraseluler.

2) Penyebab

a) Kehilangan cairan aktif

b) Kegagalan mekanisme regulasi

c) Peningkatan permeabilitas kapiler

d) Kekurangan intake cairan

e) Evaporasi.

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif

Tidak tersedia

b) Objektif

(1) Frekuensi nadi meningkat

(2) Nadi teraba lemah


46

(3) Tekanan darah meningkat

(4) Tekanan nadi menyempit

(5) Turgor kulit menurun

(6) Membran mukosa kering

(7) Volume urine menurun

(8) Hematokrit meningkat

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif

(1) Merasa lemah

(2) Mengeluh haus

b) Objektif

(1) Pengisian vena menurun

(2) Status mental berubah

(3) Suhu tubuh meningkat

(4) Konsentrasi urine meningkat

(5) Berat badan turun tiba-tiba

c. Defisit Nutrisi (D.0019)

1) Definisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolismenya.

2) Penyebab

a) Ketidakmampuan mencerna makanan

b) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien


47

c) Peningkatan kebutuhan metabolisme

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif

(Tidak Tersedia)

b) Objektif

Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal

4) Gejala dan tanda Minor

a) Subjektif

(1) Cepat kenyang setelah makan

(2) Kram/nyeri abdomen

(3) Nafsu makan menurun

b) Objektif

(1) Bising usus hiperaktif

(2) Otot pengunyah lemah

(3) Otot menelan lemah

(4) Membran mukosa pucat

(5) Sariawan

(6) Serum albumin turun

(7) Rambut rontok berlebihan

(8) Diare

d. Hipertermia (D.0130)

1) Definisi

Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh


48

2) Penyebab

a) Dehidrasi

b) Terpapar lingkungan panas

c) Proses penyakit

3) Gejala dan tanda Mayor

a) Subjektif

(Tidak Tersedia)

b) Objektif

Suhu tubuh diatas normal

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif

(Tidak Tersedia)

b) Objektif

(1) Kulit merah

(2) Kejang

(3) Takikardi

(4) Takipnea

(5) Kulit terasa hangat

e. Defisit Pengetahuan Tentang Diare (D.0111)

1) Definisi

Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan

dengan topik tertentu.


49

2) Penyebab

a) Kurang terpapar informasi

b) Kurang minat dalam belajar

c) Kurang mampu mengingat

d) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif

(1) Menanyakan masalah yang dihadapi

b) Objektif

(1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

(2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif

(Tidak tersedia)

b) Objektif

(1) Menjalani pemeriksaan tidak tepat

(2) Menunjukkan perilaku bermusuhan (misal apatis,

bermusuhan, agitasi, histeria)

f. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0129)

1) Definisi

Kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis) atau jaringan

(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulng, kartilago,

kapsul sendi, dan atau ligamen)


50

2) Penyebab

a) Perubahan sirkulasi

b) Perubahan status nutrisi

c) Kekurangan/Kelebihan volume cairan

d) Faktor mekanis

e) Kelembapan

3) Gejala dan tanda Mayor

a) Subjektif

(Tidak tersedia)

b) Objektif

Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit

4) Gejala dan tanda Minor

a) Subjektif

(tidak tersedia)

b) Objektif

(1) Nyeri

(2) Perdarahan

(3) Kemerahan

(4) Hematoma

g. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal (D.0021)

1) Definisi

Peningkatan, penurunan, tidak efektif atau kurangnya aktivitas

peristaltik gastrointestinal
51

2) Penyebab

a) Asupan enteral

b) Intoleransi makanan

c) Makanan kontaminan

d) Malnutrisi

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif

(1) Mengungkapkan flatus tidak ada

(2) Nyeri/Kram Abdomen

b) Objektif

Suara peristaltik berubah (Tidak ada, hipoaktif, atau

hiperaktif)

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif

Merasa Mual

b) Objektif

(1) Residu lambung meningkat/menurun

(2) Muntah

(3) Regurgitasi

(4) Pengosongan lambung cepat

(5) Distensi Abdomen

(6) Diare
52

Selain itu, terdapat beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan

keluarga yang mungkin muncul yaitu:

a. Ketidakmampuan Koping Keluarga (D.0093)

1) Definisi

Perilaku orang terdekat yang membatasi kemampuan dirinya

dan klien untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang

dihadapi klien

2) Penyebab

a) Hubungan keluarga ambivalen

b) Pola koping yang berbeda diantara klien dan orang

terdekat

c) Resistensi keluarga terhadap perawatan/pengobatan yang

kompleks

d) Ketidakmampuan orang terdekat mengungkapkan

perasaan

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif

Merasa diabaikan

b) Subjektif

(1) Tidak memenuhi kebutuhan anggota keluarga

(2) Tidak toleran

(3) Mengabaikan anggota keluarga


53

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif

(1) Terlalu khawatir dengan anggota keluarga

(2) Merasa tertekan (depresi)

b) Objektif

(1) Perawatan yang mengabaikan kebutuhan dasar klien

(2) Mengabaikan perawatan/pengobatan keluarga

(3) Upaya membangun hidup bermakna terganggu

(4) Ketergantungan anggota keluarga meningkat

b. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan (D.0112)

1) Definisi

Pola pengaturan dan pengintegrasian program kesehatan ke

dalam kehidupan sehari-hari yang cukup untuk memenuhi

tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan

2) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif

Mengekspresikan keingainan untuk mengelola masalah

kesehatan dan pencegahannya

b) Objektif

Pilihan hidup sehari-hari tepat untuk memenuhi tujuan

program kesehatan
54

3) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif

Mengekspresikan tidak adanya hambatan yang berarti

dalam mengintegrasikan program yang ditetapkan untuk

mengatasi masalah kesehatan

b) Objektif

Tidak ditemukan adanya gejala masalah kesehatan atau

penyakit yang tidak terduga

c. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan (D.0113)

1) Definisi

Perkembangan informasi kognitif yang berhubungan dengan

topik spesifik cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan dan

dapat ditingkatkan

2) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif

(1) Mengungkapkan minat dalam belajar

(2) Menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik

(3) Menggambarkan pengalaman sebelumnya yang

sesuai dengan topik

b) Objektif

Perilaku sesuai dengan pengetahuan

3) Gejala dan Tanda Minor

(tidak tersedia)
55

d. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif

1) Definisi

Pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak

memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota

keluarga.

2) Penyebab

a) Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan

b) Kompleksitas program perawatan/pengobatan

c) Konflik pengambilan keputusan

d) Kesulitan ekonomi

e) Banyak tuntutan

f) Konflik keluarga

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif

(1) Mengungkapkan tidak memahami masalah

kesehatan yang diderita

(2) Mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan

yang ditetapkan

b) Objektif

(1) Gejala penyakit anggota keluarga semakin memberat

(2) Aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah

kesehatan tidak tepat


56

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif

(tidak tersedia)

b) Objektif

Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor

risiko

3. Skoring Masalah Keperawatan

Skoring masalah keperawatan menurut Bailon dan Maglaya (1978)

dalam (Setiadi, 2013) yaitu

Tabel 2. Tabel Skoring Masalah


No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat Masalah
a. Tidak/kurang sehat 3
b. Ancaman
kesehatan 2 1
c. Krisis atau
keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3 Potensi masalah dapat
dicegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
a. Masalah berat, 2
harus segera
ditangani 1
b. Ada masalah, 1
tetapi tidak perlu
ditangani
c. Masalah tidak 0
dirasakan
57

Penentuan prioritas masalah pada asuhan keperawatan keluarga dapat

dihitung dengan skor pada tabel diatas menurut Setiadi (2010) sebagai

berikut:

a. Menentukan skor setiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

c. Jumlah skor untuk semua kriteria maksimal 5

4. Perencanaan Keperawatan

Intervensi Keperawatan pada anak dengan diare akut menurut

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, (2018) untuk diagnosa

keperawatan diare, diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan

eliminasi fekal membaik dengan kriteria hasil nyeri pada abdomen

menurun, konsistensi feses membaik, frekuensi defekasi membaik dan

peristaltik usus membaik. Intervensi keperawatan yang dilakukan

untuk memenuhi tujuan yaitu monitor warna, volume, frekuensi, dan

konsistensi tinja, monitor jumlah pengeluaran diare, berikan asupan

cairan oral, pasang jalur intravena, berikan cairan intravena, kemudian

anjurkan makan dengan porsi kecil dan bertahap, anjurkan

menghindari makanan mengandung gas, pedas, dan mengandung

laktosa, kemudian kolaborasi pemberian obat apabila diperlukan.

Pada diagnosa keperawatan hipovolemia, diharapkan setelah

dilakukan tindakan keperawatan perasaan lemah menurun, keluhan


58

haus menurun, intake cairan membaik, asupan cairan meningkat,

kelembapan membran mukosa, dan mata cekung membaik. Intervensi

yang diperlukan untuk mencapai tujuan adalah periksa dan tanda gejala

hipovolemia, hitung kebutuhan cairan, berikan asupan cairan oral serta

kolaborasi pemberian cairan.

Diagnosa selanjutnya adalah defisit nutrisi, setelah dilakukan

tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi membaik dengan

kriteria hasil porsi makan membaik, perasaan cepat kenyang menurun,

nafsu makan membaik. Intervensi yang diperlukan adalah

mengidentifikasi status nutrisi, monitor asupan makanan dan berat

badan, memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein.

Hipertemi juga mungkin terjadi pada anak dengan diare akut dan

muncul sebagai masalah keperawatan. Intervensi yang digunakan

untuk mengatasi masalah adalah monitor suhu tubuh, sediakan

lingkungan yang sejuk, kemudian berikan asupan cairan dan elektrolit.

Diagnosa keperawatan yang lain adalah defisit pengetahuan

tentang diare, setelah dilakukan tindakan keperawatan tingkat

pengetahuan klien meningkat dengan kriteria hasil perilaku sesuai

anjuran meningkat, kemampuan menjelaskan pengetahuan tetang topik

meningkat, perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat. Intervensi

yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi kesiapan menerima

informasi, identifikasi faktor yang dapat meningkatkan dan

menurunkan motivasi, sediakan materi dan media pendidikan


59

kesehatan, jelaskan faktor risiko yang dapat memengaruhi kesehatan,

ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Diagnosa keperawatan selanjutnya adalah gangguan integritas

kulit/jaringan, diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan

integritas kulit meningkat dengan kriteria hasil kerusakan jaringan

menurun dan kemerahan menurun. Intervensi yang dapat dilakukan

adalah bersihkan perineal dengan air hangat selama periode diare,

anjurkan minum air yang cukup.

Diagnosa keperawatan yang terakhir yaitu gangguan motilitas

gastrointestinal, setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

motilitas gastrointestinal membaik dengan kriteria hasil suara

peristaltik menurun, dan nyeri menurun. Intervensi yang dapat

dilakukan yaitu monitor asupan makanan dan berat badan, berikan

makanan tinggi kalori tinggi protein, dan kolaborasi pemberian obat

jika diperlukan.

5. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan merupakan pengetahuan dan perwujudan dari

perencanaan keperawatan yang sudah disusun sedemikian rupa

meliputi tindakan-tindakan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan

dan dapat dilaksanakan oleh perawat, pasien, keluarga pasien, atau

berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lain (Arda et al.,

2020).
60

Menurut L.Wong (2008) penatalaksanaan sebagian besar kasus

diare akut dapat dilaksanakan di rumah dengan pemberian edukasi

mengenai penyebab diare, komplikasi, dan terapi yang tepat. Pengasuh

anak diberikan edukasi untuk memantau tanda-tanda dehidrasi,

khususnya jumlah popok yang basahatau frekuensi berkemih,

memantau cairan melalui mulut, dan menilai frekuensi defekasi serta

jumlah cairan yang hilang melalui feses.

Jika anak diare akut di rawat di rumah sakit maka perlu dilakukan

penimbangan berat badan yang akurat disamping dilakukannya

pemantauan asupan dan haluaran cairan yang cermat. Pemantauan

pemberian infus merupakan fungsi primer keperawatan, dan perawat

harus yakin bahwa cairan serta elektrolit yang diberikan lewat infus

tersebut sudah memiliki konsentrasi yang benar, kecepatan tetesan

harus diatur untuk memberikan cairan dengan volume yang

dikehendaki dalam periode tertentu dan lokasi pemberian infus harus

dijaga.

6. Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan

adalah melaporkan pola defekasi yang normal, mempertahankan

keseimbangan cairan dengan mengkonsumsi cairan peroral yang

adekuat, kemudian dilaporkan tidak ada kelemahan otot, membran

mukosa lembab dan turgor kulit normal. Selain itu pasien mengalami

keseimbangan intake dan output cairan.

Anda mungkin juga menyukai