1. DEFINISI CVA
Stroke atau cedera cerebrovascular (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer
& Bare, dalam Yuyun 2021). Stroke adalah sindrom klinis yang awal
timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/ atau
global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan
kematian, dan semata mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatik (Mansjoer, dalam Yuyun 2021). Menurut Price & Wilson
pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang
terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai
arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau
penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan
serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah keotak yang timbulnya secara
mendadak. (Yuyun 2021)
2. KLASIFIKASI STROKE
1) Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan
subarakhnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien
umumnya menurun. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis
fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak
yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis,
disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler.
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
a. Perdarahan Intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama
karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak
dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi
cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan serebri yang disebabkan hipertensi
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons, dan
serebellum.
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Perdarahan ini beradal dari pecahnya aneurisma berry
atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh
darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di
luar parenkim otak (Juwono, dalam Yuyun 2021). Pecahnya
arteri dan kelurnya ke ruang subarakhnoid menyebabkan TIK
meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan
vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi
otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lainnya).
2) Stroke Nonhemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri,
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau
di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat menimbulkan edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik. Klasifikasi stroke dibedakan
menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
a. TIA.
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang
dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24
jam.
b. Stroke involusi.
Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses
dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplet.
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau
permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat
diawali oleh serangan TIA berulang.
3. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer & Bare stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:
a. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau
leher.
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di
bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.
c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
e. Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai
darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau
permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi. (Yuyun,
2021)
1) Hipertensi
Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus
sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral.
2) Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada
satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah
penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3) Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi
dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak
output dan menurunkan aliran darah ke otak. Disamping itu dapat
terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan
pembuluh darah.
4) Diabetes mellitus (DM )
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan,
yaitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat
aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler
sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada
pembuluh darah serebral.
5) Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah,
termasuk pembuluh darah otak.
6) Policitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah
menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun.
7) Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis
dan terbentuknya embolus dari lemak.
8) Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar
kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh
darah, salah satunya pembuluh drah otak.
9) Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh
nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
10) Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik
termasuk kelenturan pembuluh darah (pembuluh darah menjadi kaku),
salah satunya pembuluh darah otak.
a. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga,
riwayat stroke, penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
b. Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok,
penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit
meningkat. (Yuyun, 2021)
4. PATOFISIOLOGI
1) Stroke non hemoragik
Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area
tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti
lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi
kolateral terhadap terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah
yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat
atau cepat) pada gangguan lokal (trombosis, emboli, perdarahan, dan
spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering kali merupakan
faktor penting untuk otak, trombus dapat berasal dari plak
aterosklerosis, atau darah dapat membeku pada area yang stenosis,
tempat aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Trombus dapat
pecah dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Trombus mengakibatkan Iskemia jaringan otak pada area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan, edema dan
kongesti disekitar area Area edema ini menyebabkan disfungsi yang
lebih besar dari area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari
Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan
perbaikan. Karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebri oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi
infeksi sepsis akan meluas pada dinding pembuluh darah, maka akan
terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada
pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan perdarahan serebri, jika
aneurisma pecah atau ruptur.
2) Stroke hemoragik
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang arakhnoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat.
Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput
otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan
perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh
darah serebri. Vasospasme ini sering kali terjadi 3-5 hari setelah
timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke-5 sampai dengan
ke-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke-2 sampai minggu ke-5.
Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan
yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinal
dengan pembuluh arteri di ruang arakhnoid. Vasospasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia,
dan lainnya). Otak dapat berfungsi bila kebutuhan O2 dan glukosa
otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan
O2 sehingga jika ada kerusakan atau kekurangan aliran darah otak
walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula
dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak,
tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa
tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma akan turun sampai 70%
akan terjadi gejala disfungsi Eritrosit bergumpal, serebri. Pada saat
otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik
anaerob, yang dapat menyebabkan dilataasi pembuluh darah otot
5. TANDA DAN GEJALA
Secara umum tanda dan gejala dari stroke atau CVA berupa lemas
mendadak di daerah wajah, lengan atau tungkai, terutama di salah satu sisi
tubuh, gangguan penglihatan seperti ganda atau kesulitan melihat pada salah
satu atau kedua mata, bingung mendadak, tersandung selagi berjalan, pusing
bergoyang, hilangnya keseimbangan atau koordinasi, nyeri kepala mendadak
tanpa kausa yang jelas (Price, 2005:1117). Menurut Kowalak (2011), keluhan
dan gejala umum stroke meliputi :
a. Kelemahan ekstrimitas yang unilateral
b. Kesulitan bicara\
c. Patirasi pada salah satu sisi tubuh
d. Sakit kepala
e. Gangguan penglihatan (diplopia, hemianopsia, ptosis)
f. Rasa pening
g. Kecemasan (ansietas)
h. Perubahan tingkat kesadaran
Kerusakan sistem
MK: Gangguan Alkohol kesadaran Gangguan
Komunikasi Verbal keseimbangan tubuh
Penurunan kontrak
MK: Gangguan Mobilitas jantung, respirasi dan
Fisik -jantung berdebar
perencanaan
-nadi cepat
-sesak
-Hilang Nafsu makan
Anoreksa
-BB turun
Coma
Gangguan menelan,
irama jantung, gangguan
kontrol respirasi, henti
napas
N5
Reflek cahaya (Trigeminus)
Perubahan ukuran
pupil
Kemampuan
menelan dan
Bola mata tidak dapat mengigit
mengikuti perintah
PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 70 Tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
No Register : 6265971
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Sesak nafas
Keluarga klien mengatakan klien mempunyai Riwayat Stroke dari 2020, dan
penyakit Jantung dari 2014.
3. Pemeriksaan
Keadaan Umum
Kesadaran :-
GCS : E3,V1,M4
TD : 139/99 mmHg
Suhu : 36,6 °C
Nadi : 112 x/mnt
RR : 28 x/mnt
SpO2 : 99%
4. Pemeriksaan Persistem
a. Respirasi/pernafasan
Subyektif : -
Obyektif : RR : 28x/ mnt , suara napas tambahan ronchi, sputum tidak bisa keluar.
b. Sirkulasi/Kardiovaskuar
Subyektif : keluarga mengatakan px mempunyai Riwayat penyakit jantung.
Obyektif : TD: 139/99 mmHg, tidak ada edema, bentuk dada simetris, CRT < 2 dtk
c. Nutrisi
Subyektif : -
Obyektif : Diit personde 6x100 , BB:48 , TB:156, terpasang sonde.
d. Eliminasi
Subyektif : -
Obyektif : belum bab selama di rumah sakit, terpasang kateter urin UP 100/8 Jam
e. Cairan
Subyektif : -
Obyektif : tugor kulit normal, mukosa kering, tidak terdapat odema
f. Aktivitas dan Istirahat
Subyektif : -
Obyektif : Ny. S hanya terbaring di bed.
g. Integritas Ego
Subyektif : -
Obyektif : tidak ada
h. Kebersihan
Subyektif : -
Obyektif : pasien tampak bersih dan tidak bau
i. Neurosensori
Subyektif : -
1 3
Obyektif : kelemahan pada ekstremitas kanan
1 3
Memori ingatan berkurang, tidak mengunakan alat bantu dengar.
j. Nyeri Ketidaknyamanan
Subyektif :-
Obyektif : -
k. Keamanan
Subyektif : -
Obyektif : terpasang pagar bed.
l. Seksualitas (tidak terkaji)
m. Interaksi Sosial
Subyektif : -
Obyektif : pasien tidak bisa berkomunikasi verbal dan nonverbal
12 Nervus
HEMATOLOGI
7.49 7.36 – 7,45
DARAH LENGKAP/CBC:
Hemoglobin 15.3 g/dL 13.4-17.7
Hitung Leukosit 12.52 103/µL 4.3-10.3
Trombosit 268 103/µL 142-424
Hematokrit 46.3 % 40-47
Hitung Eritrosit 5.42 106/µL 4.0-5.5
MCV 85.4 fL 80-93
MCH 28.2 pg 27-31
MCHC 33.1 g/dL 32-36
Eosinofil 0.0 % 0-3
PH
Pco2 32 MmHg 35 – 45
Po2 146.0 MmHg 80 – 100
Bikarbonat ( HCO3) 24.7 Mmol/L 21 – 28
Hasil CT-Scan
Kepala
Tampak lesi hypodens abnormal pada corona radiata kiri
System ventrikel baik
Tak ada deviasi mid line struktur
Suki dan gyri dalam.
Kesimpulan : Lacunar infark pada corona radiata kiri brain aprofi
Thorax
Cor : Tak Membesar
Pulmo : Tampak imfiltrat parahiler kanan kiri kedua sinus costophrenicus tajam skeletal intak.
Kesimpulan : Susp. Peneumonia , Hemidiafragma kanan letak tinggi
Terapi Obat
1) Ceftriaxon 2 x 1gr
2) Citicolin 2 x 500
3) Mecobalamin 2 x 500
4) Gentamicin 2 x 80mg
5) Paracetamol k/p
Fungsinya
- Ceftriaxone : obat antibiotik dengan fungsi untuk mengobati berbagai macam
infeksi bakteri di dalam tubuh
No RM : 6265971
Dx. Medis : CVA INFARK
- Terdengar ronchi
DS : -
DO : - TD : 139/99 mmHg
- N : 112x/ menit
Sumbatan pembuluh
16/10/2 - RR : 28X / menit
darahdi otak
3 - GCS : E3V1M4
- Hasil CT-Scan : lacunar
Suplai darah dan O2
infark pada corona radiata
keotak menurun
kiri brain oprofi
Resiko
Emboli cerebral perfusi
cerebral tidak
Resiko perfusi cerebral efektif
tidak efektif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS : -
DO :
- N : 112x / menit
- RR : 28x / menit
2
- SPO : 99 % ( terpasang oksigen NRBM 15 Lpm)
- Dispnea
- Sputum berlebih
- Terdengar ronchi
-
16 Oktober D.0017 Resiko perfusi cerebral tidak efektif b.d stroke
2023 non hemoragik d.d penurunan kesadaran
DS : -
DO : - TD : 139/99 mmHg
- N : 112x/ menit
- RR : 28X / menit
- GCS : E3V1M4
- Hasil CT-Scan : lacunar infark pada corona radiata
kiri brain oprofi
INTERVENSI KEPERAWATAN
No RM : 6265971
Dx. Medis : CVA INFARK
RENCANA KEPERAWATAN
TGL
NO.DX TUJUAN/
WAKTU KRITERIA INTERVENSI
TARGET HASIL
16/10 D.0001 Setelah 1. Batuk efektif Manajemen Jalan Nafas
/2023 dilakukan meningkat
tindakan 2. Produksi Observasi :
keperawata n sputum 1. Monitor pola nafas
selama 3x24 menurun 2. Monitor bunyi nafas tambahan
jam diharapkan 3. Tidak ada suara 3. Monitor sputum
- Batuk efektif ronchi
meningkat 4. Frekuensi nafas Terapeutik :
- Produksi menurun 1. Posisikan semi fowler
sputum 2. Berikan minum hangat
menurun 3. Berikan oksigen
- Suara ronchi
menurun Edukasi :
- Frekuensi 1. Ajarkan batuk efektif
nafas menurun
16/10/ D.0017 Setelah di 1. Tingkat Manajemen peningkatan tekanan TIK
2023 lakukan kesadaran
Tindakan meningkat. Observasi :
keperawatan 2. tekanan darah 1. Monitor tanda gejala peningkatan TIK
selama 3x24 jam sistol membaik ( tekanan drh meningkat, nadi
di harapkan : 3. tekanan darah meningkat, tingkat kesadaran)
-Tingkat diastole membaik 2. Monitor status pernapasan
kesadaran 4. frekuensi nadi
meningkat membaik Terapeutik :
- tekanan darah 5. frekuensi napas 1. Pertahankan suhu tubuh normal
sistol membaik membaik
- tekanan darah Edukasi :
diastole membaik 1. Kolaborasi pemberian diuretic, osmosis
- frekuensi nadi jika perlu
membaik
- frekuensi napas
membaik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No RM : 6265971
Dx. Medis : CVA INFARK
Terapeutik :
1. Px dalam keadaan
1. Memposisiskan semi fowler
semi fowler
2. Memberikan oksigen
2. Px terpasang oksigen
NRBM 15 LPM
Edukasi :
1. Mengajarkan batuk efektif
1. Px tidak bisa batuk
efektif
2. Resiko 16/10/2 Manajamen peningkatan tekanan TIK
perfusi 3
cerebral tidak 19.15 Observasi :
efektif b.d 1. Memonitor tanda dan gejala
stroke non peningkatan TIK (Tekanan darah 1. TD : 139/99 mmHg
Terapeutik :
1. Mempertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi : 1. S : 36,6 °C
Terapeutik :
1. Px dalam keadaan
1. Memposisiskan semi fowler
semi fowler
2. Memberikan oksigen
2. Px terpasang oksigen
NRBM 15 LPM
Edukasi :
1. Mengajarkan batuk
1. Px tidak bisa batuk
efektif
efektif
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi pemberian obat
- Citicoline 2x500 mg
1. S : 36,6 °C
- Micobalamin 2x500 mg
- Paracetamol k/p
- Ceftriaxone 2x1gr
- Gentamichin 2x80 mg
Terapeutik :
1. Px dalam keadaan
1. Memposisiskan semi fowler
semi fowler
2. Memberikan oksigen
2. Px terpasang oksigen
NRBM 15 LPM
Edukasi :
1. Mengajarkan batuk
efektif 1. Px tidak bisa batuk
efektif
Resiko 18/10/2 Manajamen peningkatan tekanan TIK
perfusi 3
cerebral tidak 11.10 Observasi :
efektif b.d 1. Memonitor tanda dan gejala
stroke non peningkatan TIK (Tekanan darah 1. TD : 139/99 mmHg
Terapeutik :
1. Mempertahankan suhu tubuh 2. RR: 28x/ menit
normal
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi pemberian obat
- Citicoline 2x500 mg 1. S : 36,6 °C
- Micobalamin 2x500 mg
- Paracetamol k/p
- Ceftriaxone 2x1gr
- Gentamichin 2x80 mg
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny.S
No RM : 6265971
Dx. Medis : CVA INFARK
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Susilo, Hendro, 2000,
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing.
Mosby: ELSIVER
Neurologi Klinis Dasar, PT Dian Rakyat, Jakarta. Price S.A., Wilson L.M., 1995,
Patofisiologi dan Penatalaksanaan Stroke, Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf, FK Unair/RSUD Dr.
Soetomo, Surabayadisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.
Satyanegara, 1998,
Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu Pendekatan Baru Millenium III,
Bangkalan. Widjaja, Linardi, 1993,
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
EMardjono M., Sidharta P., 1981,
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia