Anda di halaman 1dari 23

STROKE NON HEMORAGIK

Oleh
Agung Novriyan

Pembimbing
dr. Rhonaaz Putra Agung Sp.BS
Pendahuluan
merupakan gangguan fungsi serebral, baik fokal
maupun menyeluruh (global) yang berlangsung lebih dari
24 jam dan dapat berakhir dengan kematian, tanpa
ditemukannya penyebab yang jelas selain dari gangguan
vaskuler.

PERDOSSI mengatakan stroke merupakan kumpulan


gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak akut
baik fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada parenkim
otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat disebabkan
oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri
maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan
imaging dan/atau patologi.
Epidemiologi
Menurut American Heart Association, diperkirakan
terjadi 3 juta penderita stroke per tahun dan 500.000
penderita stroke yang baru terjadi per tahun. Sedangkan
angka kematian penderita stroke di Amerika 50-
100/100.000 penderita per tahun. Di Indonesia
diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 orang terkena
serangan stroke dan 125.000 orang meninggal dunia
dengan Case Fatality Rate (CFR). Dari seluruh penderita
stroke di Indonesia, stroke iskemik/non hemoragik
merupakan jenis yang paling banyak diderita yaitu sebesar
52,9%.
Klasifikasi
1. TIA (transien ischemic attack) gejala timbul dan
menghilang < 24 jam. Disebabkan oleh gangguan akut
fungsi fokal serebral, emboli maupun trombosis.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit) Gejala
menghilang lebih dari 24 jam namun < 21 hari.
3. Stroke in Evolution Stroke yang sedang berjalan dan
semakin parah dari waktu ke waktu yang dapat
menunjukkan suatu pembesaran infark.
4. Completed Stroke Suatu stroke yang memperlihatkan
tanda-tanda deficit neurologi yang telah tetap. Stroke
non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke
sebagian otak tertentu, Stroke non hemoragik dibagi lagi
berdasarkan lokasi penggumpalan, yaitu :
a. Stroke non Hemoragik Embolik Pada tipe terjadi di jantung
dan sistem vaskuler sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat
terjadi pada penyakit jantung dengan shunt yang
menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium
atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid akut atau
menahun yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis,
fibrilasi atrium, infark kordis akut dan embolus yang berasal
dari vena pulmonalis yang menyebabkan curah jantung
berkurang dan serangan biasanya muncul disaat penderita
tengah beraktivitas fisik seperti berolahraga.
b. Stroke non Hemoragik Trombus Terjadi karena
penggumpalan pembuluh darah ke otak. Dapat dibagi
menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem
arteri karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik
trombus dan stroke pembuluh darah kecil (termasuk
sirkulus Willisi dan sirkulus posterior).
Patofsiologi
Jumlah darah yang diperlukan untuk seluruh otak
adalah 700-840 ml/menit, Gangguan pasokan darah otak
dapat terjadi dimana saja di dalam arteri dan cabang-
cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan
otak terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau
kematian jaringan.
Faktor Resiko
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi diantaranya adalah
usia, jenis kelamin dan faktor genetik.
a. Usia, disebabkan terjadinya aterosklerosis. Hasil penelitian
Framingham menunjukkan risiko stroke meningkat sebesar
20% pada kelompok usia 45-55 tahun, 32% pada kelompok
usia 56-64 tahun, dan 83% pada kelompok usia 66-74 tahun.
b. Laki-laki memiliki risiko stroke 1,25-2,5% lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Hal ini berhubungan dengan
estrogen yang berperan dalam pencegahan plak
arterosklerosis seluruh pembuluh darah, termasuk pembuluh
darah serebral. Dengan demikian, perempuan pada usia
produktif memiliki proteksi terhadap kejadian penyakit
vascular dan arterosklerosis yang menyebabkan kejadian
stroke lebih rendah dibandingkan laki-laki. Namun, pada
keadaan premenopause dan menopause yang terjadi pada
usia lanjut, produksi estrogen menurun hingga menurunkan
efek proteksi tersebut.
c. Faktor genetik
Faktor Resiko
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah
hipertensi, merokok, diabetes, atrial fibrilasi dan
penyakit jantung lainnya, dan kadar kolestrol yang
tinggi.
a. Hipertensi, Merupakan faktor risiko tersering,
sebanyak 60% penderita hipertensi akan mengalami
stroke karena stroke trombotik pada penderita
hipertensi sekitar 4,5 kali lebih tinggi dibandingkan
normotensi yang memiliki risiko 1,5 kali lebih tinggi
b. Merokok Zat kimia beracun dalam rokok seperti
nikotin dan karbon monoksida dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri, meningkatkan
tekanan darah, dan menyebabkan kerusakan pada
sistem kardiovaskular
c. Diabetes adanya peranan hiperglikemi dalam proses
aterosklerosis, yaitu gangguan metabolisme berupa
akumulasi sorbitol di dinding pembuluh darah arteri
yang menyebabakn gangguan osmotic dan
bertambahnya kandungan air di dalam sel yang
dapat mengakibatkan kurangnya oksigenisasi.
Diabetes dapat meningkatkan prevalensi
aterosklerosis dan juga meningkatkan prevalensi
faktor risiko lain seperti hipertensi, obesitas, dan
hiperlipidemia.
d. Penyakit atau kelainan pada jantung dapat
menyebabkan denyut jantung tidak teratur sehingga
menurunkan total curah jantung yang
mengakibatkan aliran darah di otak berkurang Selain
itu juga dapat menyumbat pembuluh darah di otak.
e. Dislipidemia berhubungan dengan peningkatan kadar
lipid plasma dengan kejadian stroke iskemik. kadar
HDL yang rendah dan kadar LDL yang tinggi
mempercepat ateroskerosis pembuluh darah coroner
dan serebral
f. Asam urat, hiperurisemia diduga merupakan salah
satu faktor yang dapat meningkatkan agregasi
trombosit.
g. Kurangnya aktivitas fisik dan obesitas Dengan
kurangnya melakukan aktivitas fisik dan olahraga,
hal ini dapat menyebabkan peningkatan pada
tekanan darah, menambah berat badan,
mempercepat detak jantung, meningkatkan kadar
kolestrol LDL, serta meningkatkan kadar glukosa
dalam darah yang akan meningkatkan risiko terkena
stroke
h. Konsumsi alcohol secara berlebihan dikaitkan dengan
hipertensi dan hipertrigliseridemia yang akan
berdisposisi pada penyakit jantung koroner (CHD)
yang merupakan risiko tinggi pada kejadian stroke
Manifestasi Klinis
1. Gangguan global berupa gangguan kesadaran
2. Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa,
(Kelumpuhan sesisi/kedua sisiGangguan fungsi
keseimbangan, gangguan fungsi penghidung,
penglihatan, pendengaran dan Somatik Sensoris)
3. Tanda-tanda peningkatan TIK (sakit kepala, mual
muntah, penurunan kesadaran)
4. Penurunan GCS
5. Kelumpuhan saraf kranial
6. Kelemahan motorik
7. Defisit sensorik
8. Gangguan otonom
9. Gangguan neurobehavio
Diagnosis
1. Anamnesis
yang perlu ditanyakan meliputi identitas, kronologis
terjadinya keluhan, faktor risiko pada pasien maupun
keluarga dan kondisi sosial ekonomi pasien. Stroke harus
dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit
neurologi akut (baik fokal maupun global) secara
mendadak. Keluhan muncul tanpa adanya trauma kepala.
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke non
hemoragik meliputi hemiparese, monoparese atau
quadriparese, tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada
nyeri kepala dan refleks babinski dapat positif maupun
negatif. Beberapa faktor dapat membuat anamnesis
menjadi sedikit sulit untuk mengetahui gejala atau onset
stroke seperti:
a. Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga
kelainan tidak didapatkan hingga pasien bangun (wake
up stroke).
b. Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu
untuk mencari pertolongan.
c. Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala
stroke.
d. Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai
stroke seperti kejang, infeksi sistemik, tumor serebral,
perdarahan subdural, ensefalitis dan hiponatremia.
2. Pemeriksaan fisik
Penilaian klinis untuk menilai stroke yaitu dengan
penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi
vital seperti tekanan darah kiri dan kanan, nadi,
pernafasan, dan tingkat kesadaran.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
menunjukkan factor risiko stroke seperti
trombositosis, trombositopenia, dan leukimia, anemia,
Pemeriksaan kimia darah untuk mengeliminasi kelainan
yang memiliki gejala seperti stoke (hipoglikemia,
hiponatremia) atau dapat pula menunjukkan penyakit
yang diderita pasien saat ini (diabetes, gangguan ginjal)
b. Radiologi
• CT scan kepala non kontras, membedakan stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik secara tepat
kerena pasien stroke non hemoragik, serta dapat
mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain
yang gejalahnya mirip dengan stroke (hematoma,
neoplasma, abses)
• EKG dan Foto Thorak, digunakan untuk mencari
tanda-tanda kelainan irama jantung atau penyakit
jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke.
Tatalaksana
1. Pengobatan Umum dipakai 5 B, yaitu
a. Breathing, Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan
fungsi paru-paru cukup baik karena sering
terganggu karena curah jantung yang kurang, maka
jantung harus dimonitor dengan seksama
b. Blood
• Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi
untuk mengalirkan darah ke otak. Pada fase akut
pada umumnya tekanan darah meningkat dan
secara spontan akan menurun secara gradual.
• Komposisi darah, Kadar Hb dan glukosa harus
dijaga metabolisme otak. Pemberian infus glukosa
harus dihindari karena akan menambah terjadinya
asidosis di daerah infark yang mempermudah
terjadinya edema
c. Bowel, Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan.
Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat
pasien gelisah. Nutrisi harus cukup, bila perlu
diberikan melalui NGT.
d. Bladder, Miksi dan balance cairan harus
diperhatikan. Jangan sampai terjadi retensio urin.
Bila terjadi inkontinensia lakukan pemasangan
kateter
e. Brain, Edema otak dan kejang harus dicegah dan
diatasi. Bila terjadi edema otak, dapat dilihat dari
keadaan penderita yang mengantuk, adanya
bradikardi atau dengan pemeriksaan funduskopi,
dapat diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-
kejang yang timbul dapat diberikan
Diphenylhydantion atau Carbamazepin.
2. Pengobatan Khusus
a. Trombolisis, pemberian r-TPA (Recombinant - Tissue
Plasminogen Activator) yang diberikan pada
penderita stroke iskemik dengan syarat tertentu baik
i.v maupun arterial dalam waktu kurang dari 3 jam
setelah onset stroke.
b. Antikoagulan, heparin adalah inhibisi terhadap faktor
koagulasi dan mencegah atau memperkecil
pembentukkan fibrin dan propagasi trombus.
Antikoagulansia mencegah terjadinya gumpalan
darah dan embolisasi trombus.
c. Anti agregasi trombosit, asetosal (aspirin) dengan
dosis 40 mg – 1,3 gram/hari.
d. Neuroprotektor, piracetam, citikolin, nimodipin,
pentoksifilin untuk mencegah dan memblok proses
yang menyebabkan kematian sel-sel terutama di
daerah penumbra
e. Anti edema, Obat anti edema otak adalah cairan
hiperosmolar, misalnya manitol 20%, larutan gliserol
10%. Pembatasan cairan juga dapat membantu.
Dapat pula menggunakan kortikosteroid.
Prognosis
1. 10% penderita stroke mengalami pemulihan hampir
sempurna
2. 25% pulih dengan kelemahan minimum
3. 40% mengalami pemulihan sedang sampai berat
4. 10% tidak membutuhkan perawatan khusus, namun
dirawat dirumah oleh perawat pribadi
5. 15% lainnya meninggal setelah stroke.
Kesempulan
Stroke merupakan manifestasi klinik dari gangguan
fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global)
yang terjadi dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam
dan dapat berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya
penyebab yang jelas selain dari gangguan vaskuler.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai