Anda di halaman 1dari 7

Anatomical Changes in Neurology System

Perubahan anatomi yang sangat mungkin terjadi pada system saraf dalam proses penuaan.
Secara umum diketahui bahwa ukuran otak manusia berkurang sebanyak 7% setiap
bertambahnya usia. Aliran darah dan penggunaan oksigen di otak pun dapat terjadi dan
perubahan ini cenderung lebih berat pada pria dibanding pada wanita . Jumlah neuron pun terus
berkurang seiring penuaan dan area cerebral cortex adalah area yang paling signifikan terjadinya
pengurangan jumlah neuron dengan rata-rata 20% . Selain itu munculnya lipofuscin , pigmen
penuaan , di sitoplasma adalah bukti paralel terjadinya kehilangan neuron pada otak .
Hipotalamus menjadi kurang efektif dalam mengatur panas tubuh , terlepas dari apakah
demensia terjadi atau tidak , senile plaques dan gagal fungsi neurofibrilator terus berkembang .
Fakta bahwa meningkatnya monoamine oksidase dan serotonin dan menurunnya kadar
norepinefrin dapat berkontribusi pada peningkatan depresi yang terlihat pada orang dewasa yang
lebih tua . Jika struktur terganggu maka menyebabkan gangguan fungsi otak dan sering disebut
penyakit.

Berikut ini merupakan beberapa contoh umum mengenai penyait terkait :


1. Transient ischemic attack atau TIA.
TIA adalah episode pendek dari penurunan aliran darah ke otak. Episode ini dapat
berlangsung dari beberapa menit hingga satu jam dan diduga diakibatkan oleh
mekanisme vaskular emboli, thrombosis, atau hemodinamik. Beberapa episode
transien/sementara berlangsung lebih dari 24 jam, tetapi pasien mengalami pemulihan
sempurna yang disebut reversible ischemic neurological deficits (RIND).
Etiologi serangan iskemik transien (Transient Ischemic Attack, TIA) tersering adalah
akibat tromboemboli dari atheroma pembuluh darah leher. Penyebab lain adalah
lipohialinosis pembuluh darah kecil intrakranial dan emboli kardiogenik. Etiologi yang
lebih jarang adalah vaskulitis atau kelainan hematologis.
Penyakit aterosklerosis arteri karotid di luar rongga tengkorak telah lama diakui sebagai
sumber emboli yang paling utama yang melakukan perjalanan ke otak dan meyebabkan
stroke. TIA adalah gejal awal penyakit aterosklerosis. Pasien yang memiliki TIA
hemisfer yang berkaitan dengan penyakit arteri karotis interna memiliki risiko yang
tinggi untuk terjadi stroke pada beberapa hari pertama setelah menglami TIA. Risiko
awal stroke tidak terpengaruh oleh tingkat stenosis arteri karotis interna .
TIA ditandai dengan penurunan sementara atau penghentian aliran darah otak dalam
distribusi neurovaskular tertentu sebagai akibat dari sebagian atau total oklusi, biasanya
dari tromboemboli akut atau stenosis dari pembuluh darah. Manifestasi klinis akan
bervariasi, tergantung pada pembuluh darah dan wilayah otak yang terlibat.
Hipoksia, karena aliran darah terganggu, memiliki efek berbahaya pada struktur organ
dan fungsi. Hal ini terutama terjadi pada stroke (iskemia serebral) dan infark jantung
(iskemia miokard). Hipoksia juga memainkan peran penting dalam mengatur
pertumbuhan tumor dan metastasis. Kebutuhan energi yang tinggi dibandingkan dengan
penghasilan energi yang rendah membuat otak sangat rentan terhadap kondisi hipoksia.
Meskipun hanya merupakan fraksi total berat badan yang kecil (2%), itu menyumbang
persentase proporsional besar konsumsi O2 (sekitar 20%).
Dalam kondisi fisiologis, kebutuhan ditingkatkan untuk O2 cepat dan memadai
diimbangi dengan peningkatan aliran darah otak. Namun, pada anak-anak yang menderita
peristiwa asphyxial atau pada orang dewasa yang mengalami stroke, hipoksemia dan
iskemia masing-masing mengakibatkan cedera otak. Semakin lama durasi hipoksia /
iskemia, lebih 8 besar dan lebih meredakan area otak yang terpengaruh. Daerah yang
paling rentan tampaknya batang otak, hipokampus dan korteks serebral.
Cedera berlangsung dan akhirnya menjadi ireversibel kecuali oksigenasi dipulihkan.
Kematian sel akut terjadi terutama melalui nekrosis tetapi hipoksia juga menyebabkan
apoptosis tertunda. Selain proses merusak dijelaskan sebelumnya, pelepasan glutamat
besar dari neuron presinaptik lebih meningkatkan Ca2+ masuknya dan runtuhnya
bencana dalam sel postsinaptik.
Harus dicatat bahwa, bahkan jika itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan
jaringan, reperfusi juga menginduksi kematian sel, terutama melalui reaktif produksi
spesies oksigen dan infiltrasi sel inflamasi. Jika penurunan pO2 tidak terlalu parah, sel
menekan beberapa fungsi mereka, yaitu, sintesis protein dan spontan aktivitas listrik,
dalam proses yang disebut "penumbra" yang ditandai dengan reversibilitas, asalkan
pasokan O2 dilanjutkan.
Tanda khas TIA adalah hilangnya fungsi fokal SSP secara mendadak; gejala sepeti
sinkop, bingung, dan pusing tidak cukup untuk menegakkan diagnosis. TIA umumnya
berlangsung selama beberapa menit saja, jarang berjam-jam.
Pasien dapat mengalami berbagai gejala termasuk penglihatan kabur, sakit kepala,
kelemahan motoric, dan vertigo yang hilang tanpa intervensi tergantung pada pembuluh
darah mana yang terkena.
TIA merupakan tanda peringatan adanya peningkatan kerusakan serebrovaskular yang
akan terjadi dan menjadi tanda awal dari stroke. Sekitar sepertiga dari orang-orang yang
yang memiliki stroke iskemik, setidaknya satu akan mengalami riwayat TIA; sekitar
setengah dari stroke ini terjadi dalam waktu 1 tahun dari TIA. Kebanyakan TIA terjadi
ketika adanya thrombus atau ateroma akibat aterosklerosis terlepas dari jantung atau
pembuluh darah arteri dan tersebar melalui aliran darah (menjadi emboli), dan terjadi
penumpukan di arteri yang meyuplai darah ke otak. Aterosklerosis menyebabkan TIA
berulang pada sekitar 5% orang. Penyebab kematian ketiga pada populasi yang lebih tua.

2. Serebrovaskular Accident atau CVA


Penyakit berikutnya adalah serebrovaskular accident atau CVA. CVA adalah akibat dari
penyumbatan di pembuluh darah otak atau pecahnya salah satu pembuluh darah otak
ketika bagian otak kekurangan oksigen yang disuplai melalui darah, neuron ini di bagian
otak yang terkena akan berhenti berfungsi.
Sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif , cepat berupa defisit
neurologis vokal atau global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan bisa
berlangsung menimbulkan kematian. Kondisi ini semata – mata disebabkan oleh
peredaran darah ke otak non traumatik. Masalah – masalah yang ditimbulkan oleh CVA
bagi kehidupan manusia sangatlah kompleks. Adanya gangguan – gangguan seperti
halnya fungsi vital otak seperti gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, gangguan
control postur, gangguan sensasi, dan gangguan gerak yang dapat menghambat aktivitas
sehari – hari pada penderita CVA.
Berdasarkan penyebabnya, stroke dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1) Stroke Iskemik
Hampir 85% stroke di sebabkan oleh, sumbatan bekuan darah, penyempitan
sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke otak, atau embolus (kotoran)
yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakranial (arteri yang berada di luar
tengkorak). Ini di sebut sebagai infark otak atau stroke iskemik.Pada orang
berusia lanjut lebih dari 65 tahun, penyumbatan atau penyempitan dapat
disebabkan oleh aterosklerosis (mengerasnya arteri).
Hal inilah yang terjadi pada hampir dua pertiga insan stroke iskemik. Emboli
cenderung terjadi pada orang yang mengidap penyakit jantung (misalnya denyut
jantung yang cepat tidak teratur, penyakit katub jantung dan sebagainya) secara
rata-rata seperempat dari stroke iskemik di sebabkan oleh emboli, biasanya dari
jantung (stroke kardioembolik) bekuan darah dari jantung umumnya terbentuk
akibat denyut jantung yang tidak teratur (misalnya fibrilasi atrium), kelainan
katup jantung (termasuk katub buatan dan kerusakan katub akibat penyakit
rematik jantung), infeksi di dalam jantung (di kenal sebagai endocarditis) dan
pembedahan jantung.
Penyebab lain seperti gangguan darah, peradangan dan infeksi merupakan
penyebab sekitar 5-10% kasus stroke iskemik, dan menjadi penyebab tersering
pada orang berusia muda.namun, penyebab pasti dari sebagian stroke iskemik
tetap tidak di ketahui meskipun telah dilakukan pemeriksaan yang mendalam.
Sebagian stroke iskemik terjadi di hemisfer otak, meskipun sebagian terjadi di
serebelum (otak kecil) atau batang otak. Beberapa stroke iskemik di hemisfer
tampaknya bersifat ringan (Sekitar 20% dari semua stroke iskemik) stroke ini
asimptomatik (tidak bergejala, hal ini terjadi ada sekitar sepertiga pasien usia
lanjut) atau hanya menimbulkan kecanggungan, kelemahan ringan atau masalah
daya ingat. Namun stroke ringan ganda dan berulang dapat menimbulkan cacat
berat, penurunan kognitif dan dimensia. Biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari.
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik di sebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut
hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau ke dalam ruang
subaraknoid yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang
paling mematikan, tetapi relative hanya menyusun sebgian kecil dari stroke total,
10-15% untuk perdarahan intraserebrum dan 5% untuk perdarahan subaraknoid.
Biasanya kejadianya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat.
Faktor resiko utama untuk stroke termasuk hipertensi penyakit jantung dan diabetes
Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa pria dan Afrika Amerika adalah dua
kelompok yang berisiko lebih besar terkena stroke. Peningkatan insiden tekanan darah
tinggi diantara orang Afrika – Amerika ini diyakini berkontribusi pada resiko kelompok
ini. Selain kematian yang tinggi terkait dengan stroke banyak penderita dari stroke
mengalami deficit neurologis yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk
melakukan aktivitas hidup sehari – hari.

3. Confusion
Berikutnya adalah confusion atau kebingungan. Istilah kebingungan , demensia , pikun ,
dan delirium kadang – kadang digunakan secara bergantian untuk merujuk kepada orang
tua atau lansia . Tak satupun dari kondisi ini meskipun tidak jelas dalam beberapa
konteks merupakan konsekuensi normal dari penuaan . Seorang pasien dengan demensia
akan mengalami episode kebingungan , namun salah untuk mengasumsikan bahwa semua
pasien yang menunjukkan tanda – tanda kebingungan adalah gila.
Hall dan White Field mendefinisikan kebingungan sebagai proses berfikir yang berubah
yang ditandai dengan deficit perhatian dan kesadaran yang kabur. Kebingungan serig
dibagi menjadi kategori akut dan idiopatik. Untuk keadaan ini istilah delirium lebih tepat
digunakan. Kebingungan akut disebabkan oleh reaksi fisiologis yang sementara merusak
system saraf otonom. Hal ini berkembang dalam waktu singkat dan pasien tidak akan
merespon dengan baik tekhnik reorientasi yang diberikan. Kebingungan akut juga
dianggap reversible , obat – obatan , midtermia , dan dehidrasi hanyalah beberapa
kemungkinan penyebab fisik dari kebingungan akut. Attention dan emosional dan social
dapat muncul jika terjadi kehilangan yang baru saja terjadi dan mungkin perawatan inap
atau perubahan tempat tinggal .
Dalam kebingungan idiopatik tidak ada penyebab pasti yang diketahui. Pasien seperti itu
biasanya akan merespon dengan baik teknik reorientasi seperti pertanyaan yang
membantu menghubungkan masa lalu dan masa kini. Misalnya seorang pasien ditanyai
tahun kelahirannya dan dia merespon dengan benar dengan menyebutkan tahun 1900-an .
Namun misalkan kita kemudian menanyakan tahun berjalan dan pasien tertawa berkata
1918, perlu ditanyakan kepadanya tentang presiden saat ini dan dia menjawab Van Der
Valk Apakah pasien ini bingung ? mungkin, dalam kasus ini pasien tahu betul bahwa itu
bukan tahun 1918 dan Van Der Valk bukanlah presiden. Tetapi dia juga tahu bahwa dia
tidak tahu jawaban yang benar, pasien bingung, tetapi juga cukup sadar mengetahui
bahwa dia bingung dan tidak berorientasi pada kejadian terkini. Bisakah pasien seperti itu
bekerjasama ? mungkin, dia bingung tetapi memiliki kesadaran yang cukup untuk
mengetahui hal itu. Pendekatan yang terfokus pada pemeriksaan akan membantunya
memberikan kerjasama yang diperlukan untuk menyelesaikan pemeriksaan.
4. Demensia
Demensia adalah jenis penyakit gangguan otak. Sel-sel otak akan mati secara bertahap
seiring dengan bertambahnya usia. Namun, sel-sel otak penderita demensia akan mati
dengan cepat dan volume otak mereka akan menyusut, menyebabkan kerusakan parah
terhadap fungsi otak. Pasien penderita demensia bukan saja bisa menjadi pelupa, tetapi
juga memiliki masalah dengan pemahaman, bahasa, pembelajaran, perhitungan, dan
penilaian. Kepribadian dan perilaku mereka juga bisa berubah.
Ada tiga kategori utama demensia:
1) Penyakit Alzheimer (AD) merupakan jenis demensia yang paling umum.
Penyebab AD belum diketahui dengan jelas saat ini, dan merupakan proses
degenerasi yang progresif.
2) Demensia vaskular dipicu oleh stroke dan gangguan serebrovaskular yang
menyebabkan kerusakan otak.
Degenerasi bisa terjadi secara tiba-tiba dan cepat. 20% dari pasien penderita
demensia termasuk ke dalam kategori ini.
3) Jenis lain dari demensia bisa disebabkan oleh depresi, kurangnya asupan nutrisi,
hipotiroidisme, dan keracunan obat. Dalam kasus ini, pasien bisa meringankan
kondisi kesehatan mereka dengan pengobatan tertentu. Beberapa demensia bisa
disebabkan oleh gangguan lain seperti penyakit Parkinson dan AIDS, dll.
Adapun faktor resiko terjadinya demensia , yaitu :
 Usia
Demensia umumnya terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Risiko
demensia meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia.
 Riwayat kesehatan keluarga
Orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga yang pernah menderita
demensia memiliki faktor risiko yang lebih besar.
 Jenis kelamin
Demensia lebih sering terjadi pada wanita, sebagian besar terjadi karena wanita
hidup lebih lama daripada pria.
 Gaya hidup
Orang yang menderita tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang tinggi atau
diabetes, dll, memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena demensia jika
mereka tidak mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan kondisi
kesehatan mereka.
 Gangguan kognitif
Orang dengan gangguan kognitif karena berbagai macam gangguan atau faktor
lainnya memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena demensia di tahun-tahun
selanjutnya.
 Tingkat pendidikan
Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan tingkat pendidikan yang lebih
rendah memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena demensia. Mungkin saja
orang yang berpendidikan tinggi melakukan lebih banyak latihan mental, yang
melindungi otak mereka dari proses degenerasi.
Penyebab demensia belum bisa diidentifikasi hingga saat ini. Penelitian telah
menunjukkan bahwa dua jenis perubahan sel otak biasanya terjadi pada penderita
demensia. Perubahan ini termasuk plak (gumpalan protein yang biasanya tidak berbahaya
yang disebut beta-amiloid) dan kusut (serat yang kusut, terdiri dari protein abnormal yang
disebut protein tau). Keduanya bisa menyebabkan kematian sel otak. Namun, penyebab
kondisi ini masih belum diketahui hingga saat ini. Selain itu, demensia bisa terjadi ketika
pembuluh darah di otak rusak, baik karena tersumbat atau pecah, yang menghalangi
pasokan darah ke otak. Orang yang mengalami stroke ringan (berskala kecil atau bersifat
sementara) mungkin tidak menyadari bahwa pembuluh darah dan sel-sel otak mereka
sudah rusak, dan memiliki faktor risiko terkena demensia yang lebih tinggi. Beberapa
demensia, seperti yang disebabkan oleh kurangnya vitamin B12 karena menjadi
vegetarian untuk jangka waktu yang lama, mungkin bisa disembuhkan dengan
pengobatan tertentu.
Pada umumnya, kita percaya bahwa daya ingat menurun seiring dengan bertambahnya
usia. Oleh karena itu, demensia bisa saja tidak dikenali dengan baik pada stadium awal
penyakit. Gejala demensia mencakup :
 Kehilangan ingatan jangka pendek dan sering melupakan percakapan atau janji,
yang bisa memengaruhi aktivitas atau kemampuan kerja sehari-hari
 Kesulitan dalam melakukan tugas biasa sehari-hari
 Masalah berbahasa, kesulitan berkomunikasi dengan orang lain
 Penilaian yang buruk
 Disorientasi waktu dan tempat. Bingung tentang waktu, tanggal atau tempat
 Masalah dengan pemikiran dan perhitungan
 Perubahan suasana hati dan perilaku
 Kehilangan inisiatif
 Lupa tempat menaruh barang-barang
 Perubahan kepribadian

Untuk memastikan kemungkinan kondisi lainnya yang bisa menyebabkan gejala yang
sama, akan dilakukan serangkaian tes untuk mendiagnosis demensia serta melakukan
anamnesis dan pemeriksaan kondisi mental secara terperinci.
 Tes darah : untuk membantu memastikan adanya gangguan lain seperti
hipotiroidisme atau kekurangan vitamin B12, dll .
 Evaluasi perilaku dan uji kognitif : Sejumlah tes terstruktur untuk mengukur
ingatan dan keterampilan mental, untuk menentukan apakah ada penyakit
demensia.
 Pemindaian MRI (pencitraan resonansi magnetik): Menggunakan medan dan
gelombang radio magnetik untuk membuat citra otak secara terperinci, untuk
membantu mengidentifikasi ukuran dan perubahan struktural otak serta masalah
lainnya, seperti gumpalan darah atau tumor di otak.
 Pemindaian PET (Tomografi Emisi Positron): Jenis pencitraan yang bias
mendeteksi kelainan beta-amiloid di otak. Pemindaian ini dilakukan dengan
menyuntikkan sejumlah kecil zat radioaktif (pelacak) ke dalam vena. Pelacak
diangkut menuju otak untuk mendeteksi beta-amiloid. Pemindaian ini membantu
untuk mengevaluasi tingkat keparahan kondisi kesehatan dan respons pasien
terhadap obat-obatan.

Demensia berbeda dengan delirium atau kebingungan. Demensia adalah kemunduran


fungsi mental yang progesif selama periode waktu yang lama.
Tabel dibawah ini menunjukkan perbedaan gejala delirium dan demensia

Penderita demensia merasakan degenerasi fungsi kognitif, daya ingat, kemampuan


berpikir dan berbahasa secara bertahap. Pada akhirnya, mereka tidak akan bisa mengurus
diri sendiri dan sangat tergantung kepada orang lain, hingga hanya bisa terbaring di
tempat tidur. Para penderita demensia mengalami pola masalah dan kecepatan penurunan
kemampuan yang berbeda-beda.
Pada demensia hilangnya kemampuan mental akhirnya mengganggu fungsi social atau
pekerjaan individu. Penyebab demensia antara lain yaitu penyakit Alzheimer , penyakit
creutzfeldt-jakob atau CJD , infark otak multiple , hematoma subdural , penyakit
Parkinson dan neoplasma otak . Diperkirakan bahwa 20 % orang yang diatas usia 80
tahun akan menderita demensia namun jika individu mencapai usia 80 tanpa gejala
demensia diyakini bahwa mereka memiliki peluang yang bagus untuk tidak akan pernah
menderita gangguan ini.

Anda mungkin juga menyukai