Anda di halaman 1dari 4

DATA JURNAL

Judul Penelitian : Behavioral Factors Associated with Adherence to the Mediterranean Diet
in Young University Students - A Cross-Sectional Study

Penulis : Elena Hadjimbei, George Botsaris, Vassilis Gekas dan Andrie


Panayiotou

Departemen : Department of Agricultural Sciences, Biotechnology and Food Science,


Cyprus University of Technology, Cyprus

Jenis Jurnal : Clinical Study

Jumlah Halaman : 1 – 7 ( 7 halaman )

Publisher : Clinmed International Library

DOI : 10.23937/2572-3278.1510034

Negara : Okinawa, Jepang

Bahasa Asli : Bahasa Inggris

Time Line : 25 April 2019


Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui asupan kalori dan pengaruhnya terhadap penuaan dan perlambatan kognitif
pada manusia

Abstrak
Penuaan adalah sebuah perubahan biologis yang mengakibatkan penurunan resistensi terhadap
stress seluler, lebih rentan terhadap penyakit, dan peningkatan kemungkinan kematian. Variabel
yang mempengaruhi tingkat penuaan adalah asupan kalori. Meskipun sel-sel dalam tubuh
membutuhkan energy dalam makanan tetapi jumlah yang berlebihan dapat membahayakan
fungsi sel dari waktu ke waktu.Karena itu, pembatasan kalori atau puasa intermiten dapat
meningkatkan ketahanan terhadap suatu penyakit dan kematian.

Rumusan Masalah
Bagaimana asupan kalori dapat mempengaruhi proses penuaan dan keterlambatan kognitif pada
manusia?

Hipotesis sementara
Asupan kalori memiliki pengaruh terhadap peningkatan penuaan pada lansia dan penurunan
fungsi kognitif

Pendahuluan :
Jumlah orang dengan gangguan neurodegenerative terkait usia seperti Alzheimer, Hungtington
dal Parkinsonmemiliki kesamaan bahwa sel-sel otak mengakumulasi protein beracun seiring
bertambahnya usia, yang menghambat fungsi normal molekuler. Kemungkinan puasa intermiten
dapat mengurangi gangguan neurodegeneratif, secara keseluruhan kematian dan degenerasi
neuron yang terjadi pada masing-masing gangguan tersebut dikaitkan dengan mekanisme
kerusakan oksidatif dan disregulasi neuron. Puasa intermiten telah terbukti memperbaiki
gangguan melalui berbagai target termasuk plastisitas sinaptik, stress seluler, regulasi ekspresi
gen, dan sekresif faktor neurokimia.
Pembahasan :
Dalam makalah ini dijelaskan hubungan antara neurogenitas dan plastisitas sinaptik untuk
peningkatan pembelajaran dan memori. Jaringan otak yang berkaitan dengan makanan
terlibat dengan pemrosesan kognitif. Pembatasan kalori dikaitkan dengan peningkatan
konsolidasi memori dan fasilitas plastisitas sinaptik. Pada penelitian ditemukan peningkatan
signifikan sekitar 20% pada kelompok usia 50-80 tahun terhadap penurunan memori. Puasa
intermiten meningkat secara signifikan pada fungsi kognitif yang berkaitan dengan korteks
prefrontal yang bertanggung jawab terhadap kemampuan kognitif tingkat tinggi. Puasa
intermiten juga meningkatkan deficit terkait usia dalam fungsi kognitif pada Alzheimer. Faktor
neurologis terutama BDNF memodulasi plastisitas sinaptik dengan cara yang memfasilitasi
pembelajaran dan memori. BDNF terlibat dalam aktivasi reseptor NMDA melalui peningkatan
kalsium yang meningkatkan siklus vesikel pra-sinaptik dan meningkatkan potensiasi jangka
panjang dan plastisitas sinaptik.

Dalam makalah ini juga dibahas mengenai hubungan stress seluler terhadap penuaan. Dalam
puasa intermiten terdapat peningkatan aktiviats simpatik yang muncul akibat respons stress
fisiologis. Kerusakan stres oksidatif di otak disebabkan oleh penurunan fungsi otak yang sudah
tua, tetapi puasa meningkatkan kapasitas fungsional dan melindungi otak dengan mengurangi
kerusakan oksidatif pada protein dan DNA. Hal ini juga dicerminkan oleh keadaan redoks
glutathione, yang meningkat pada otak yang menua dan terkait dengan hilangnya fungsi dan
penyakit neurodegeneratif terkait usia. Pengurangan 40% asupan kalori melalui puasa intermiten
meningkatkan retensi kalsium di mitokondria, dibandingkan dengan penuaan alami ketika kadar
kalsium intraseluler tinggi. Puasa intermiten, bagaimanapun, meningkatkan kadar protein SIRT3,
yang menghilangkan gugus asetil dalam proses yang dikenal sebagai deasetilasi, dan
memungkinkan mitokondria untuk mempertahankan lebih banyak kalsium. Puasa juga terbukti
meningkatkan regulasi SIRT1 dan menurunkan sitokin termasuk p53 dan p16. . SIRT1
memainkan peran penting dalam regulasi fungsi kognitif normal dan plastisitas sinaptik dan telah
terlibat dalam mengatur proses yang mendasari umur panjang dan penuaan seluler tertunda,p53
dan p16, telah terbukti menghambat fungsi kognitif, dan penurunan regulasi ini dalam keadaan
puasa merupakan manfaat kesehatan yang besar. Keton, yang dilepaskan selama puasa,
menghambat produksi radikal bebas ini dan juga merangsang aktivitas sistem anti-oksidan
bawaan untuk memerangi molekul menggunakan enzim antioksidan termasuk glutathione
peroksidase, glutathione reduktase dan superoksida dismutase di mitokondria. Ini memberikan
peningkatan kapasitas untuk mengelola stres oksidatif.
Faktor Utama yang Disekresikan Bermanfaat selama Puasa Intermiten, kontributor utama
efek menguntungkan puasa pada neuron berasal dari respons stres seluler, di mana tingkat faktor
neurotropik, keluarga protein yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan, kelangsungan hidup,
dan pemeliharaan saraf. Secara umum, faktor neurotropik tampaknya melindungi neuron dengan
menginduksi ekspresi gen yang mengkode protein yang menghasilkan enzim antioksidan dan
menstabilkan homeostasis kalsium seluler. Ketika otak ditantang oleh aktivitas fisik, tugas
kognitif, dan bahkan pembatasan kalori yang lebih penting melalui puasa intermiten, tubuh
menghasilkan peningkatan kadar BDNF, yang pada gilirannya memperkuat koneksi saraf dan
meningkatkan produksi neurogenesis. Faktor lain yang disekresikan selama puasa yang telah
terbukti memiliki efek menguntungkan pada tubuh termasuk Leptin dan Ghrelin. Leptin, adalah
protein yang meningkat pada penurunan nafsu makan, seperti halnya BDNF, leptin juga
memfasilitasi plastisitas sinaptik. Keton telah terbukti mendorong perubahan positif dalam
struktur sinapsis yang penting untuk pembelajaran, memori, dan kesehatan otak secara
keseluruhan,hidroksibutirat, yang dianggap sebagai keton utama, telah terbukti menjadi bahan
bakar super yang menghasilkan energi ATP lebih efisien daripada glukosa.

Regulasi dan Ekspresi Gen dengan Asupan Kalori Rendah, penuaan diketahui menghasilkan
profil ekspresi gen yang menunjukkan peradangan, stres oksidatif, dan berkurangnya dukungan
neurotropik di otak. Pembatasan kalori melalui puasa, yang memerangi proses penuaan, secara
selektif melemahkan induksi gen yang terkait usia. Puasa dan asupan kalori rendah memberikan
efek neuroprotektif melalui penginduksian ekspresi protein yang meningkatkan kelangsungan
hidup sel. Gen yang ekspresinya terutama dipengaruhi oleh penuaan, dilawan dengan puasa
intermiten dan termasuk gen yang terlibat dalam respons stres oksidatif, imunitas bawaan, dan
metabolisme energi. Orang yang menjalani diet puasa, yang mengalami peningkatan ekspresi
salah satu polimorfisme yang meningkatkan SIRT1, menunjukkan pelestarian fungsi kognitif dan
memori yang lebih baik pada semua pengukuran daripada kelompok kontrol.

Kesimpulan dan Saran


Pengurangan asupan kalori dapat melindungi otak dari penuaan dan harus dipertimbangkan
sebagai pendekatan untuk mengurangi risiko gangguan neurodegeneratif. Menurunkan asupan
kalori harian sebesar 40% kalori secara dramatis mengurangi risiko gangguan terkait usia pada
sistem saraf termasuk penyakit Alzheimer dan penyakit Parkinson. Salah satu agen terapeutik
yang mungkin harus diperhatikan dengan segera adalah BDNF, yang tampaknya memiliki
potensi besar untuk memerangi penyakit neurodegeneratif dan metabolic

Pembatasan kalori intermiten tampaknya memiliki manfaat kesehatan pada manusia, tetapi
informasi praklinis lebih lanjut diperlukan untuk desain aplikasi terapeutik dan untuk lebih
memperjelas hal ini.

Anda mungkin juga menyukai