Anda di halaman 1dari 11

Konsep Medik Dan Askep Stroke

Pendahuluan
Otak membutuhkan oksigen untuk bekerja dengan baik. Walaupun berat otak hanya
sekitar 2% dari total berat badan, tapi otak menggunakan 20% suplai oksigen yang
di hirup manusia.

Oksigen ini dibawa oleh darah melalui arteri di seluruh bagian otak. Jika terjadi
sesuatu yang menghalangi aliran darah, sel saraf otak akan mati dalam beberapa
menit karena tidak mendapatkan oksigen. Inilah yang terjadi pada kasus stroke.

Stroke  didefinisikan sebagai defisit neurologis mendadak dari sistem saraf pusat
karena iskemia atau perdarahan. Definisi tersebut meliputi stroke iskemik (sekitar
80%), perdarahan intraserebral (15%) dan perdarahan subarachnoid (5%).

Pada stroke iskemik, neuron mulai tidak berfungsi dan defisit klinis muncul jika aliran
darah arteri di jaringan otak turun di bawah tingkat kritis. Jika hipoperfusi ini cukup
parah dan berlarut-larut, kematian neuron terjadi di inti daerah iskemik. Daerah
sekitarnya  juga dapat berubah menjadi infark dalam beberapa menit hingga
beberapa jam kecuali aliran darah dipulihkan dengan reperfusi atau sirkulasi
kolateral atau perlindungan saraf yang efektif dimulai.

Perdarahan intraserebral (ICH) dan perdarahan subarachnoid (SAH) menyebabkan


kerusakan jaringan oleh faktor mekanis (gangguan lokal dan pemotongan jaringan
otak) serta oleh mekanisme molekuler, biokimia, dan inflamasi yang berhubungan
dengan degradasi darah dan nekrosis parenkim.

Di AS, stroke adalah penyebab kematian paling umum ke-5 dan penyebab paling
umum kecacatan neurologis pada orang dewasa.

Tipe Stroke
Transient Ischemic Attack (TIA)

Jika arteri yang menuju ke otak atau di dalam otak tersumbat oleh bekuan darah
untuk waktu yang singkat, aliran darah ke area otak akan melambat atau berhenti
sama sekali. Kekurangan darah dan oksigen ini dapat menyebabkan serangan
iskemik sementara (TIA), juga disebut stroke mini.

TIA dapat menyebabkan gejala seperti mati rasa, kesulitan berbicara, dan
kehilangan keseimbangan atau koordinasi. Biasanya gejala-gejala ini berlangsung
untuk waktu yang sangat singkat dan kemudian sembuh. 

Walaupun TIA tidak menyebabkan kerusakan otak permanen, Serangan TIA


biasanya merupakan tanda peringatan yang serius dan mendahului sekitar 15
persen dari semua kejadian stroke dan tidak boleh diabaikan.
Stroke iskemik

Stroke iskemik terjadi ketika gumpalan darah menyumbat arteri, memotong atau
mempersempit aliran darah yang kaya oksigen ke sel-sel otak. Kecuali jika
pembuluh darah di dekatnya dapat mengirimkan cukup darah ke daerah yang
terkena, sel-sel otak akan mulai mati dan penderita stroke akan mulai mengalami
masalah menggunakan bagian-bagian tertentu dari tubuh mereka atau benar-benar
kehilangan beberapa kemampuan.

Terdapat tiga jenis stroke iskemik yang dikategorikan berdasarkan penyebab


spesifiknya:

Stroke Iskemik Embolik 

Stroke iskemik embolik terjadi karena gumpalan darah atau fragmen plak terbentuk
di suatu tempat di tubuh biasanya arteri jantung atau leher dan bergerak melalui
aliran darah ke otak. Begitu berada di otak, gumpalan itu menyumbat pembuluh
darah dan menyebabkan stroke.

Stroke Iskemik Trombotik

Stroke iskemik trombotik terjadi akibat gumpalan darah menghalangi arteri yang
memasok darah ke otak. Gumpalan darah dapat mengganggu aliran darah dan
menyebabkan stroke. Ini biasa terjadi pada arteri yang rusak oleh arteriosklerosis.

Hipoperfusi Sistemik 

Hipofusi sistemik berarti aliran darah rendah dan terjadi karena kegagalan peredaran
darah yang disebabkan oleh kegagalan aksi pemompaan jantung (serangan jantung)
sehingga terlalu sedikit darah yang mencapai otak.

Stroke Hemoragik

Stroke Hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di
otak yang menumpahkan darah ke jaringan otak. Tekanan darah tinggi dan
aneurisma otak keduanya dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah dan
mungkin menyebabkan jenis stroke hemoragik ini.

Biasanya tingkat kematian lebih tinggi dan prognosis keseluruhan lebih buruk bagi
mereka yang mengalami stroke hemoragik, dan orang yang mengalami stroke
hemoragik biasanya berusia lebih muda.

Stroke hemoragik sering dimanifestasikan dengan sakit kepala yang sangat parah,
leher kaku, ketidakmampuan untuk mentolerir cahaya terang (fotofobia), mual dan
muntah dan gejalanya biasanya muncul tiba-tiba.

Terdapat dua jenis stroke hemoragik yang dikategorikan berdasarkan penyebab


spesifiknya yaitu:

Perdarahan intraserebral 
Merupakan jenis stroke hemoragik yang terjadi ketika pembuluh darah pecah
berdarah jauh ke dalam jaringan otak. Hipertensi adalah penyebab paling umum dari
jenis stroke ini. Pendarahan menyebabkan sel-sel otak mati, dan bagian otak
tersebut tidak lagi berfungsi dengan baik.

Perdarahan Subarachnoid 

Merupkan pecahnya pembuluh darah di dekat permukaan otak dan darah mengalir
ke area antara otak dan tengkorak. Pendarahan ini dapat meningkatkan tekanan di
otak, melukai sel-sel otak. Jenis stroke ini memiliki banyak kemungkinan penyebab,
tetapi biasanya merupakan akibat dari aneurisma yang pecah atau malformasi
arteriovenosa, atau AVM.

Epidemiologi
Prevalensi kejadian penyakit stroke di perkirakan Sekitar 1 dari 1.000 orang, dengan
peningkatan resiko. Seiring bertambahnya usia, Sekitar 20 dari 1.000 orang berusia
di atas 85 tahun terpengaruh.

Sebagian besar orang bisa selamat dari penyakit stroke. Tetapi pasca kejadian
serangan tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan di bagian tubuh tertentu atau
masalah berbagai masalah fungsional seperti kemampuan berbicara.

Gejala seperti kelumpuhan bisa membaik seiring waktu, tetapi bisa juga permanen
seumur hidup. Oleh karena itu, masalah psikologis seperti depresi tidak jarang
terjadi pada pasien dengan penyakit stroke.

Orang-orang yang pernah mengalami serangan stroke juga berisiko lebih besar
mengalami stroke lagi dimasa yang akan datang. Sekitar 40 dari 100 orang yang
selamat dari stroke mengalami serangan stroke kembali dalam waktu sepuluh tahun.

Tanda dan Gejala Stroke


Tanda-tanda umum mengalami penyakit stroke adalah kelemahan mendadak, mati
rasa, kelumpuhan, gangguan bicara atau pelo, kesulitan melihat, pusing, dan sakit
kepala.

Kelumpuhan biasanya terjadi pada satu sisi tubuh, tidak mampu menggerakan kaki
atau lengan. Bisa juga muncul mual atau muntah.

Untuk memudahkan identifikasi kondisi stroke bisa menggunakan metode “F-A-S-


T”.

 F (Face Dropping) : Wajah terkulai, tampak tidak normal pada salah satu sisi
atau tidak simetris, merasa baal dan hilang sensasi.

 A (Arm Weaknes) : Kelemahan tangan. Pasien tidak bisa mengangkat


sebelah tangannya. Cara sederhana mintalah untuk mengangkat kedua
tangannya keatas. Jika salah satu susah di angkat atau bisa diangkat tapi
tertinggal dan tidak bisa selevel atau sejajar dengan tangan yang lain.

 S (Speech Difficulty): Kesulitan berbicara. Pasien tiba-tiba tidak bisa bicara,


kesulitan mengucapkan kata-kata dan atau pembicaraannya sulit dimengerti.

 T (Time To Call 911) : Saatnya memanggil bantuan. Jika menemukan 3


gejala diatas segera panggil ambulan atau bawa ke unit gawat darurat
terdekat.

Penyebab Stroke
Penyebab umum serangan penyakit stroke adalah adanya gumpalan yang
menyumbat pembuluh darah otak. Gumpalan bisa terbentuk di otak sendiri, misalnya
akibat adanya perubahan pada dinding arteri.

Gumpalan bisa juga terbentuk di bagian tubuh lain lalu terbawa ke otak oleh aliran
darah, kemudian menyumbat pada salah satu area di otak. Stroke jenis ini disebut
stroke iskemik.

Penyebab kedua  penyakit stroke adalah adanya pendarahan di otak, yaitu


pecahnya pembuluh darah sehingga darah menyebar dan menumpuk di jaringan
otak. Stroke jenis ini disebut stroke hemoragic.

Faktor Resiko
Siapapun dan usia berapapun memiliki resiko terkena penyakit stroke, namun terjadi
peningkatan resiko seiring pertambahan usia. Semakin tua usia, maka resiko
terkena stroke semakin tinggi.

Beberapa hal yang dapat meningkatkan resiko terkena serangan stroke antar lain:

Pernah mengalami TIA (Transient Iskemic Attack)

Pernah mengalami TIA (Transient Iskemic Attack) juga dikenal dengan “stroke
ringan”. Jika pernah mengalami serangan TIA, maka meningkatkan resiko terkena
penyakit stroke di kemudian hari.

Tekanan Darah Tinggi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyebab utama


penyakit stroke hemoragic. Hal ini terjadi ketika tekanan darah terlalu tinggi dan
menyebabkan pecahnya pembuluh darah arteri yang terdapat di jaringan otak.

Tekanan darah tinggi seringkali tidak bergejala. Oleh sebab itu periksalah tekanan
darah secara rutin. Jika ada gejala, mintalah advis dari tenaga kesehatan mengenai
cara untuk mengontrol tekanan darah, baik dengan perubahan gaya hidup atau
penggunaan obat-obatan.
Kolesterol tinggi

Kelebihan kadar kolesterol di dalam tubuh akan menempel dan menumpuk di


dinding pembuluh darah. Penumpukan ini menyebabkan penyempitan pembuluh
darah, yang akan meningkatkan resiko penyumbatan atau pecahnya pembuluh. Jika
yang terkena adalah pembuluh darah arteri otak, maka akan menjadi penyakit
stroke.

Penyakit Jantung

Gangguan jantung secara umum akan meningkatkan resiko penyakit stroke. Seperti
penyakit jantung koroner, cacat katup jantung, dan gangguan irama jantung dapat
mempengaruhi suplai darah dan menganggu oksigen ke otak.

Pada kasus jantung koroner, penyempitan atau penyumbatan pada arteri koronaria
akan menyebabkan kematian jaringan otot jantung (Infark), akhirnya akan
mempengaruhi kemampuannya untuk memompa darah.

Diabetes

Pada diabetes melitus terjadi penumpukan gula pada pembuluh darah. Kadar gula


yang menumpuk menyebabkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen
berkurang. Tekanan darah tinggi juga umum terjadi pada penderita diabetes, yang
merupakan penyebab utama peningkatan resiko stroke.

Anemia Sel Sabit

Penyakit anemia sel sabit merupakan kelainan darah yang terkait dengan stroke
iskemik. Terutama menyerang anak-anak kulit hitam dan hispanik. 

Penyakit ini menyebabkan sejumlah sel darah merah membentuk bulan sabit yang
tidak normal. Stroke bisa terjadi jika sel sabit tersangkut di pembuluh darah otak dan
menghalangi aliran darah.

Diagnosa
Stroke merupakan keadaan "darurat medik". Jika ada orang di curigai mengalami
stroke, segera telpon ambulan atau bawa secepatnya ke Unit Gawat Darurat
terdekat.

Pemeriksaan menyeluruh akan dilakukan di Rumah Sakit, pemeriksaan penunjang


seperti CT-Scan, MRI dan pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan.

Pengobatan Stroke
Pengobatan tahap awal bertujuan untuk menyelamatkan nyawa pasien dan
meminimalkan kerusakan tubuh yang terjadi. 
Jenis pengobatan yang diberikan tergantung dari jenis stroke yang dialami, apakah
akibat gumpalan darah (iskemia) atau pecahnya pembuluh darah otak (hemoragic).

Jika disebabkan penyumbatan, maka tindakan yang dilakukan adalah membuka


sumbatan itu atau memecahkannya menggunakan obat atau kateter.

Jika stroke yang di alami adalah akibat pecahnya pembuluh darah, maka Dokter
akan melakukan tindakan pengobatan untuk menghentikan pendarahan tersebut
dengan cepat. Kadang juga melalui tindakan operasi.

Observasi dan Perawatan lebih lanjut akan dilakukan sesuai dengan tingkat
keparahan stroke, jenis efek yang ditimbulkan, dan hasil pemeriksaan lebih lanjut.

Rehabilitasi
Setelah proses penyembuhan, tahap selanjutnya adalah mengembalikan
kemampuan mobilitas, kekuatan otot, kemampuan berbicara, dan kemandirian
pasien. Termasuk mengembalikan keseimbangan emosional dan psikologis pasien.
Tahap ini dinamakan tahap rehabilitasi.

Ada berbagai program rehabilitasi yang dilaksanakan oleh rumah sakit untuk pasien
pasca stroke. Seperti terapi wicara, fisioterapi, dan pelatihan kebugaran. Program ini
bertujuan untuk meminimalkan kecacatan fisik akibat serangan yang pernah dialami.

Terapi okupasi dilaksanakan untuk melatih kemandirian kembali dalam kehidupan


sehari-hari dengan sebaik mungkin agar mengurangi keterbatasan fisik pasca
serangan.

Pencegahan Stroke
Mengelola resiko stroke dan menjalani gaya hidup sehat dapat membantu
mencegah terjadinya serangan stroke.

Di kutip dari Harvard Health publishing, Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
stroke antara lain:

 Kendalikan tekanan darah. Jika memungkinkan, pertahankan tekanan darah


kurang dari 120/80.

 Kurangi kadar garam dalam makanan tidak lebih dari 1,5 gram/hari (sekitar
setengah sendok teh).

 Kurang konsumsi lemak jenuh dan Tingkatkan konsumsi lemak tak jenuh.
Tingkatkan konsumsi buah dan sayur.

 Lakukan olahraga yang teratur dan terukur sesuai usia. Olahraga rutin akan
membantu menstabilkan tekanan darah dan menjaga berat badan tetap ideal

 Kurangi atau hentikan kebiasaan konsumsi minuman beralkohol.


 Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami fibrilasi atrium. Biasanya di
tandai dengan jantung berdebar dan sesak nafas. Segera temui dokter untuk
penanganan lebih lanjut.

 Tangani diabetes dan kendalikan kadar gula darah.

 Berhentilah merokok. Kebiasaan merokok mempercepat pembentukan


gumpalan darah dan meningkatkan penumpukan plak di arteri.

Asuhan Keperawatan (Askep Stroke) SDKI SLKI dan


SIKI
Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan.

1. Resiko Perfusi serebral tidak Efektif b/d Embolisme atau stenosis karotis
(D.0017)

Luaran: Perfusi Serebral Meningkat (L.02014)

 Tingkat kesadaran dan kognitif meningkat


 Tekanan intrakranial menurun
 Sakit Kepala, gelisah, kecemasan, dan agitasi menurun
 Nilai rata-rata tekanan darah membaik
 Kesadaran dan refleks saraf membaik

Intervensi
a. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I. 06198)

 Identifikasi penyebab peningkatan TIK seperti Lesi, gangguan


metabolisme, dan edema serebral.
 Monitor tanda/gejala peningkatan TIK seperti Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler,
kesadaran menurun
 Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
 Monitor PAWP, jika perlu
 Monitor PAP, jika perlu
 Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
 Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
 Monitor gelombang ICP
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)
 Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
 Berikan posisi semi fowler
 Hindari maneuver Valsava
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari penggunaan PEEP
 Hindari pemberian cairan IV hipotonik
 Atur ventilator agar PaCO2 optimal
 Pertahankan suhu tubuh normal
 Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
 Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
 Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

b. Pemantauan Tekanan Intrakranial (I.06198)

 Observasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi menempati ruang,


gangguan metabolism, edema sereblal, peningkatan tekanan vena,
obstruksi aliran cairan serebrospinal, hipertensi intracranial idiopatik)
 Monitor peningkatan TD
 Monitor pelebaran tekanan nadi (selish Tekanan Darah Sisitolik dan
Diastolik)
 Monitor penurunan frekuensi jantung
 Monitor ireguleritas irama jantung
 Monitor penurunan tingkat kesadaran
 Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan respon pupil
 Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalm rentang yang diindikasikan
 Monitor tekanan perfusi serebral
 Monitor jumlah, kecepatan, dan karakteristik drainase cairan
serebrospinal
 Monitor efek stimulus lingkungan terhadap TIK
 Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
 Kalibrasi transduser
 Pertahankan sterilitas system pemantauan
 Pertahankan posisi kepala dan leher netral
 Bilas sitem pemantauan, jika perlu
 Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika Perlu

2. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Gangguan neuromuskuler (D.0054)

Luaran: Mobilitas Fisik meningkat (L.05042)

 Pergerakan ekstremitas meningkat


 Kekuatan Otot Meningkat
 Rentang Gerak (ROM) meningkat
 Gerakan tidak terkoordinasi menurun
 Gerakan Terbatas menurun
 Kelemahan Fisik Menurun

Intervensi: Dukungan Ambulasi (I.06171)

 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


 Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
 Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu Seperti tongkat, dan
kruk.
 Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan Seperti  berjalan
dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar
mandi, sesuai toleransi.

3. Defisit Perawatan Diri b/d Gangguan neuromuskular (D.0109)

Luaran: Perawatan Diri Meningkat (L.11103)

 Kemampuan mandi meningkat


 Kemampuan menggunakan pakaian meningkat
 Kemampuan makan meningkat
 Kemampuan ke toilet (BAB/BAK Meningkat)
 Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat
 Minat melakukan perawatan diri meningkat
 Mempertahankan kebersihan diri meningat

Intervensi :

 Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia


 Monitor tingkat kemandirian
 Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias,
dan makan
 Sediakan lingkungan yang teraupetik
 Siapkan keperluan pribadi
 Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
 Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
 Jadwalkan rutinitas perawatan diri
 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan

4. Gangguan Komunikasi Verbal b/d Penurunan Sirkulasi Serebral (D.0119)

Luaran: Komunikasi Verbal meningkat (L.13118)

 Kemampuan berbicara meningkat


 Kemampuan mendengar meningkat
 Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh meningkat
 Kontak Mata meningkat
 Pelo dan gagap menurun
 Respon perilaku meningkat
 Pemahaman komunikasi meningkat
Intervensi: Promosi Komunikasi: Defisit Bicara (I.13492)

 Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume dasn diksi bicara


 Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan
bicara
 Monitor frustrasi, marah, depresi atau hal lain yang menganggu bicara
 Identifikasi prilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
 Gunakan metode Komunikasi alternative (mis: menulis, berkedip,
papan Komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan, dan
computer)
 Sesuaikan gaya Komunikasi dengan kebutuhan (mis: berdiri di depan
pasien, dengarkan dengan seksama, tunjukkan satu gagasan atau
pemikiran sekaligus, bicaralah dengan perlahan sambil menghindari
teriakan, gunakan Komunikasi tertulis, atau meminta bantuan keluarga
untuk memahami ucapan pasien.
 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
 Ulangi apa yang disampaikan pasien
 Berikan dukungan psikologis
 Gunakan juru bicara, jika perlu
 Anjurkan berbicara perlahan
 Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis dan fisiologis
yang berhubungan dengan kemampuan berbicara
 Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis

5. Gangguan Menelan b/d gangguan serebrovaskuler (D.0063)

Luaran: Status Menelan Membaik

 Mempertahankan makanan dimulut meningkat


 Refleks menelan meningkat
 Kemampuan mengosongkan mulut meningkat
 Kemampuan mengunyah meningkat
 Usaha menelan meningkat
 Pembentukan bolus meningkat
 Frekwensi tersedak menurun
 Batuk, muntah, refluks lambung dan regurgitasi menurun
 Produksi saliva, penerimaan makanan dan kualitas suara membaik

Intervensi
a. Dukungan Perawatan Diri: Makan/minum (I.11351)

 Identifikasi diet yang dianjurkan


 Monitor kemampuan menelan
 Monitor status hidrasi pasien, jika perlu
 Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan
 Atur posisi yang nyaman untuk makan/minum
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Letakkan makanan di sisi mata yang sehat
 Sediakan sedotan untuk minum, sesuai kebutuhan
 Siapkan makanan dengan suhu yang meningkatkan nafsu makan
 Sediakan makanan dan minuman yang disukai
 Berikan bantuan saat makan/minum sesuai tingkat kemandirian, jika
perlu
 Motivasi untuk makan di ruang makan, jika tersedia
 Jelaskan posisi makan pada pasien yang mengalami gangguan
penglihatan dengan menggunakan arah jarum jam (mis. sayur di jam
12, rendang di jam 3)
 Kolaborasi pemberian obat  sesuai indikasi

b. Pencegahan Aspirasi (I.01018)

 Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah dan kemampuan menelan


 Monitor status pernapasan
 Monitor bunyi napas, terutama setelah makan/minum
 Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
 Periksa kepatenan selang nasogastrik sebelum memberi asupan oral
 Posisikan semi fowler (30-45 derajat)
 Pertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) pada pasien tidak sadar
 Pertahankan kepatenan jalan napas (mis. Teknik head tilt chin lift, jaw
thrust, in line)
 Pertahankan perkembangan balon endotracheal tube (ETT)
 Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi sekret meningkat
 Sediakan suction diruangan
 Hindari memberi makan melalui selang gastrointestinal, jika residu
banyak
 Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
 Berikan obat oral dalam bentuk cair
 Anjurkan makan secara perlahan
 Ajarkan strategi mencegah aspirasi
 Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu

Referensi

1. Ji Y. Chong. 2020. Overview of Stroke. MSD Manual Professional


Version. https://www.msdmanuals.com/professional/neurologic-
disorders/stroke/overview-of-stroke
2. Claudia Chaves. 2020. Stroke. Verywell Health.
3. InformedHealth. 2017. Stroke: Overview. Cologne, Germany: Institute
for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279214/
4. https://www.health.harvard.edu/womens-health/8-things-you-can-do-to-
prevent-a-stroke
5. PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi
1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
6. PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1
cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
7. PPNI, 2019.  Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)edisi 1
cetakan II. DPP PPNI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai