Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIK

Disusun Oleh:

Melda Olynfiana Putri

2011010015

PROGRAMN STUDI KEPERAWATAN D3

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023
1. Definisi Stroke
Definisi Stroke Non Hemoragik Stroke Non Hemoragik adalah
proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya
terjadi setelah lama istirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari dan tidak
terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Batticaca, 2012).
2. Etiologi
Menurut Junaidi (2011), penyebab stroke non hemoragik diakibat
oleh :
1. Thrombosis Cerebral Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan penyumbatan jaringan otak
yang menimbulkan odema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur, hal
ini terjadi karenan penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang menyebabkan iskemi serebral.
2. Emboli Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri yang
mengalir di dalam darah, kemjudian tersumbat arteri yang lebih kecil.
Arteri karots dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga
tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain
misalnya dari jantung. Emboli lemak terbentuk jika sumsum tulang yang
pecah dilepaskan dalam alirah darah dan akhirnya tersumbat di dalam
sebuah arteri kecil.
3. Infeksi Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi
menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju otak.Selain
peradangan umum oleh bakteri, perdangan juga bisa dipicu oleh asam urat
yang berlebihan dalam darah.
4. Hipotensi Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak biasanya menyebabkan sesorang
pingsan.Stroke bisa juga terjadi jika tekanan darahnya rendah, hal ini
terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena
cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang
abnormal
3. Tanda gejala
Menurut Junaidi (2011), tanda dan gejala stroke tergantung bagian otak
yang terkena. Namun secara umum dapat di kemukakan tanda dan gejala umum
yang sering di jumpai :
1. Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai
atau salah satu sisi tubuh. Mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, terasa
terbakar
2. Mulu tidak simetris, lidah mencong jika diluruskan
3. Gangguan menelan,sulit minum
4. Bicara tidak jelas
5. Tidak mampu mengenali atau merasakan bagian tubuhnya
6. Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran
7. Gangguan kesadaran
8. Menjadi lebih sensistif
9. Mejadi pelupa, pikun
4. Pathofiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai
cadangan oksigen.Jika aliran darah ke setiap otak bagian otak terhambat
karena thormbus dan embolus maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke
jaringan otak.Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih
lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopi neiron neuron.Area
nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen pada awalnya
munkin akibat iskemia atau hipoksia karena akibat proses anemia dan
kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat merupakan akibat
dari bekuan darah, udara, plaque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi
stroke adalah hemoragik maka faktor pencetus adalah hipertensi. Pada
stroke thrombosis atau metabolic maka otak mengalami iskemia dan infark
sulit ditentukan, ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan
pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan
darah intracranial (TIK) dan kematian pada area yang luas. Prognosis nya
tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena.
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk 13 sirkulasi willisi: arteri karotis interna dan
system vertebrobasilar dan semua cabang-cabangnya. Secara umum,
apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 menit sampai 20
menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat
bahwa oklusi disuatu arteri tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak
yang diperdarai oleh arteri tersebut (Wijaya & dkk, 2013).
5. Phatway
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Wijaya & dkk (2013), pemeriksaan pada pasien stroke non
hemorgaik antara lain :
1. Angiografi serebral Menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti pendarahan
2. Single Photon emission computed tompgraphy (SPECT) Untuk
mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak yang juga mendeteksi,
melokalisasi dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT
Scan). CT Scan Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak
edema posisi hematoma adanya jaringan otak yang infark atau iskemik dan
posisinya secara pasti.
3. Magentic Imaging Resonance Menggunakan gelombang magnetik
untuk menentukan posisi dan besarnya terjadi pendarahan otak. Hasil yang
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
4. EEG Pemeriksaaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya implus
jaringan otak.
5. Sinar X tengkorak Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng, pineal
daerah yang berlawanan dari masa luas, klasifikasi karotis interna yang
terdapat pada trobus serebra.Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada
pendarahan sub arachnoid
7. Penatalaksanaan
Upaya yang dilakukan harus berfokus kepada kelangsungan hidup
pasien dan pencegahan komplikasi lebih lanjut. Perawatan yang efektif
menekankan pengkajian neurologi yang berkesinambungan, dukungan
respirasi, pemantuan tanda-tanda vital secara terus menerus, pengaturan
posisi tubuh yang seksama untuk mencegah aspirasi serta kontraktur,
pemantauan yang cermat terhadap status cairan serta elektrolit, status gizi
pasien dan waspada terhadap tanda-tanda bahwa pasien harus mengejan
pada saat defekasi karena tindakan ini akan menaikkan tekanan
intrakranial (Kowalak, Welsh and Mayer, 2017).
8. Fokus pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis pada pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien mengeluh nyeri atau mengakui ketidaknyamanan.
2. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang dikaji dimulai dari keluhan yang dirasakan
pasien sebelum masuk rumah sakit, ketika mendapatkan perawatan di
rumah sakit sampai dilakukannya pengkajian. Pada pasien post TUR.P
biasanya didapatkan adanya keluhan seperti nyeri. Keluhan nyeri dikaji
menggunakan PQRST : P (provokatif), yaitu faktor yang mempengaruhi
awat atau ringannya nyeri. Q (Quality), yaitu kualitas dari nyeri, seperti
apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (Region), yaitu daerah / lokasi
perjalanan nyeri. S (Severity), yaitu skala/ keparahan atau intensitas nyeri.
T (Time), yaitu lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami
sebelum nya, terutama yang mendukung atau memperberat kondisi
gangguan system perkemihan pada pasien saat ini seperti pernakah pasien
menderita penyakit kencing manis, riwayat kaki bengkak (edema),
hipertensi, penyakit kencing batu, kencing berdarah, dan lainnya. Tanyakan:
apakah pasien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah
pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya (Muttaqin, 2011)
4. Riwayat Keluarga
Tanyakan mungkin di antara keluarga klien sebelumnya ada yang
menderita penyakit yang sama dengan penyakit klien sekarang.
5. Pengkajian Psiko-sosio-spirutual
Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
Kecemasan pasien terhadap penyakitnya, kognitif, dan prilaku pasien.
Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik
dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian
psikososiospiritual yang saksama (Muttaqin, 2011).
6. Pola sehari-hari
a. Nutrisi
Pola nutrisi sebelum dan sesudah sakityang harus dikaji adalah
frekuensi, jenis makanan dan minuman, porsi, tanyakan perubahan
nafsu makan yang terjadi. Pada post TUR.P biasanya tidak
terdapat keluhan pada pola nutrisi.
b. Eliminasi
BAB :Tanyakan tentang frekuensi, jumlah, warna BAB terakhir
BAK : Mengkaji frekuensi, jumlah, warna BAK pada pasien post
TUR.P terpasang kateter threeway, mengkaji jumlah, warna biasanya
kemerahan.
c. Tidur/istirahat
Pola tidur dapat terganggu maupun tidak terganggu, tergantung
bagaimana toleransi pasien terhadap nyeri yang dirasakannya.
d. Personal Hygiene
Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.
9. Diagnosa keperawatan yang mungkin mucul
1. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
2. Itoleransi aktivitas b.d Kelemahan
3. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d Hipertensi
10. Intervensi Keperawatan
O:
- Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya
- Mengidentifikasi toleransi fisikmelakukan pergerakan.
- Memonitor tekanan darahsebelum memulai mobilisasi
T:
- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
- Memfasilitasi melakukan pergerakan
E:
- Menganjurkan mrlakukan mobilisasi dini
- Menganjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (misal duduk
ditempat tidur duduk diatas sisi tempat tidur
a. Implementasi
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari suatu
rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Fokus
pada intervensi keperawatan antara lain: mempertahankan daya tahan
tubuh, mencegah komplikasi, menemukan perubahan sistem tubuh,
menetapkan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan
dokter (Wahyuni, Nurul. S, 2016).
b. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil
pada psserencanaan (Sri Wahyuni, 2016). Teknik penulisan SOAP
menurut (Zaidin Ali, 2010) adalah sebagai berikut :
1. S (Subjective) : bagian ini meliputi data subjektif atau informasi yang
didapatkan dari klien setelah mendapatkan tindakan, seperti klien
menguraikan gejala sakit atau menyatakan keinginannya untuk
mengetahui tentang pengobatan. Ada tidaknya data subjektif dalam catatan
perkembangan tergantung pada keakutan penyakit klien.
2. O (Objective) : Informasi yang didapatkan berdasarkan hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan perawat setelah
tindakan. Misalnya pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, observasi atau
hasil radiologi.
3. A (Assesment) : Membandingkan antara informasi subjektif & objektif
dengan tujuan & kriteria hasil yang kemudian dapat ditarik kesimpulan
bahwa masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, atau masalah tidak
teratasi
4 P (Planning) : Perencanaan bergantung pada pengkajian situasi yang
dilakukan oleh tenaga ksehatan. Rencana dapat meliputi instruksi untuk
mengatasi masalah klien, mengumpulkan data tambahan tentang masalah
klien, pendidikan bagi individu atau keluarga, dan tujuan asuhan. Rencana
yang terdapat dalam evaluasi atau catatan SOAP dibandingkan dengan
rencana pada catatan terdahulu, kemudian dapat ditarik keputusan untuk
merevisi, memodifikasi, atau meneruskan tindakan yang lalu.
Nama : Melda Olynfiana Putri
Nim : 2011010015
Kasus : Sistem persyarafan (SH DD SNH/Stroke non-hemoragik)
Deskripsi Seorang paien laki-laki berusia 57 tahun dirawat diruang
kasus/Rangkuman cempaka dengan diagnosa sh dd snh/stroke non-
pengkajian hemoragik dengan keluhan kelemahan anggota gerak
kanan dan sulit berbicara. Hasil pemeriksaan fisik :
TD : 138/80 mmHg
N : 98x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,7
SPO2 : 98%
Hasil pemeriksaan penunjang radiologi thorax PA/AP :
Foto thoraks,proyeksi AP, asimetris,inspirasi dan dan
kondisi cukup, hasil :
- Corakan bronchovaskular relatif normal
- Tak tampak pelebaran pleuraspace bilateral dan
pemadatan limfonodi hilus billateral
- Diagfragme bilateral licin dan tidak mendatar
- Cor,CTR 0,62, klasifikasi arcus aorta aspak suparior
Kesan :
- Pulmo tampak normal
- Cargiomegali
- Aortosclerosis dan elongatio aorta

Diagnosa Utama DS : Pasien mengatakan anggota gerak kanan susah


digerakan dan mulut kaku.
DO : Pasien tampak terlihat tidak ada mobilisasi dan
geraknya terbatas.
DX : Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan
otot
Alasan : Karna kelemahan ekstremitas kanan terjadi
secara tiba-tiba kekuatan ototnya tiba-tiba melemah dan
sebelum ekstremitas melemah sulit berbicara
.

Intervensi O:
- Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya
- Mengidentifikasi toleransi fisikmelakukan pergerakan.
- Memonitor tekanan darahsebelum memulai mobilisasi
T:
- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
- Memfasilitasi melakukan pergerakan
E:
- Menganjurkan mrlakukan mobilisasi dini
- Menganjurkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (misal duduk ditempat tidur duduk diatas sisi
tempat tidur

Tindakan Prioritas “Menganjurkan mobilisasi sederhana yang harus


dilakukan (misal duduk ditempat tidur duduk diatas sisi
tempat tidur”
Alasan : Agar bisa cepat membantu melatih kekutan otot
yang melemah sehingga pasien dapat melakukan aktivitas
seperti sebelum terkena stroke.

Evaluasi Pasien masih kesulitan untuk melakukan mobilisasi tetapi


sudah ada kemajuan.
Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi.

Anda mungkin juga menyukai