Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K


DENGAN STROKE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu

Praktek Klinik Keperawatan PTM

Di Puskesmas Tumpang

Oleh:
Nama : Zahwa Putri Aulia
NIM : P17210204151

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa


Medis………………………………………….…Di…………………………………
Periode ………………………… s/d ……………………..…… Tahun Ajaran
…………………………………….

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal …… Bulan………………


Tahun…………

Malang,

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

________________________ ________________________
NIP. NIP.

Atasan Langsung

________________________
NIP.
1.1 Pengertian
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja. Stroke merupakan penyakit yang paling sering
menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara,
proses berfikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai
akibat gangguan fungsi otak (Mutaqin, 2011).
Stroke atau serangan otak adalah suatu bentuk kerusakan neurologis
yang disebabkan oleh sumbatan atau interupsi sirkulasi darah normal ke
otak.Dua tipe stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke
hemoragik lebih jauh dibagi menjadi hemoragik intrasrebral dan hemoragik
subaraknoid (Weaver & Terry, 2013)
2.1 Etiologi
Stroke iskemik biasanya disebabkan karena adanya gumpalan yang
menyumbat pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya suplai darah keotak.
Gumpalan dapat berkembang dari akumulasi lemak atau plak aterosklerotik di
dalam pembuluh darah. Faktor resikonya antara lain hipertensi, obesitas,
merokok, peningkatan kadar lipid darah,diabetes dan riwayat penyakit jantung
dan vaskular dalam keluarga.
Stroke hemoragik terjadi akibat adanya perdarahan subaraknoid
(subarachnoid hemorrhage), yang mana perdarahan masuk ke ruang
subaraknoid yang biasanya berasal dari pecarnya aneurisma otak atau AVM
(malformasi arteriovenosa). Hipertensi, merokok, alkohol, dan stimulan
adalah faktor resiko dari penyakit ini.Perdarahan subaraknoid bisa berakibat
pada koma atau kematian.Pada aneurisma otak, dinding pembuluh darah
melemah yang bisa terjadi kongenital atau akibat cedera otak yang
meregangkan dan merobek lapisan tengah dinding arteri(Terry & Weaver,
2013).
3.1 Gejala dan Tanda
setiap bagian otak bertugas mengendalikan bagian tubuh yang berbeda,
sehingga gejala stroke bergantung pada bagian otak yang terserang dan
tingkat kerusakannya. Terdapat ada tiga gejala utama stroke yang mudah
untuk dikenali, yaitu:
1) Salah satu sisi wajah akan terlihat lebih turun dan pengidap tidak
mampu tersenyum karena mulut atau mata tampak terkulai.
2) Pengidap tidak mampu mengangkat salah satu lengan karena terasa
lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang berada pada
sisi yang sama dengan lengan juga mengalami kelemahan.
3) Ucapan menjadi tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara
sama sekali meski pengidap terlihat sadar.

Sementara itu, gejala dan tanda stroke lainnya adalah:

1) Mual dan muntah.


2) Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher
dan pusing seperti berputar (vertigo).
3) Mengalami penurunan kesadaran.
4) Sulit menelan (disfagia) sehingga mengakibatkan tersedak.
5) Mengalami gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
6) Mengalami hilang penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda.
4.1 Pohon Masalah
5.1 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan jenis serangan
stroke, letak sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, letak perdarahan,
serta luas jaringan otak yang mengalami kerusakan
1. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI)
Pemeriksaan yang dapat menunjukkan daerah yang mengalami infark atau
hemoragik (Oktavianus, 2014). MRI mempunyai banyak keunggulan
dibanding CT dalam mengevaluasi stroke, MRI lebih sensitif dalam
mendeteksi infark, terutama yang berlokasi dibatang otak dan serebelum
3. Pemeriksaan magnetic resonance angiography (MRA)
Merupakan metode non-infasif yang memperlihatkan arteri karotis dan
sirkulasi serebral serta dapat menunjukan adanya oklusi
4. Pemeriksaan ultrasonografi karotis dan dopler transcranial
Pemeriksaan guna mengukur aliran darah serebral dan mendeteksi
penurunan aliran darah stenosis di dalam arteri karotis dan arteri 23
vetebrobasilaris selain menunjukan luasnya sirkulasi kolateral. Kedua
pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengkaji perburukkan penyakit
vaskular dan mengevaluasi efek terapi yang ditimbulkan pada
vasospasme, seperti yang terjadi pada perdarahan subaraknoid.Angiografi
serebral merupakan prosedur invasif yang menggunakan media kontras
untuk menunjukan pembuluh darah serebral, kepatenan, dan lokasi
stenosis, oklusi atau aneurisma.Pemeriksaan aliran darah serebral
membantu menentukan derajat vasopasme
5. Pemeriksaan lumbal pungsi
Pemeriksaan fungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan. Tekanan
normal biasanya ada trombosis, emboli dan TIA, sedangkan tekanan yang
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
perdarahan subarachnoid atau intrakranial (Wijaya & Putri, 2013).
6. Pemeriksaan EKG
Dapat membantu mengidentifikasi penyebab kardiak jika stroke emboli
dicurigai terjadi (Hartono, 2010)
7. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, fungsi ginjal, kadar
glukosa, lipid, kolestrol, dan trigliserida dilakukan untuk membantu
menegakan diagnose(Hartono, 2010).
8. EEG (Electro Enchepalografi)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
9. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obtruksi arteri, oklusi/ruptur
10. Sinar X
tengkorak Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat
pada trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada
perdarahan sub arachnoid
11. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah berlawanan dari masa yang meluas
6.1 Penatalaksaan Medis
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukantindakan sebagai berikut :
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryangsering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usahamemperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan,
Pengobatan Konservatif :
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapimaknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnyatrombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.

Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :

a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu


denganmembuka arteri karotis di leher. 
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisme

7.1 Pengkajian Keperawatan


a. Identitas diri klien
1. Pasien (diisi lengkap) : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, Tgl masuk RS, no CM,
alamat.
2. Penanggung jawab (diisi lengkap) : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaa, alamat.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian.
2. Riwayat penyakit sekarang : riwayat penyakit pasien yang diderita saat
masuk RS.
3. Riwayat kesehatan lalu : riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien.
4. Riwayat kesehatan keluarga : adakah riwayat penyakit yang sama
diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain
baik bersifat genetis maupun tidak)
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum.
2. Pemeriksaan persistem
 Sistem persepsi dan sensori :pemeriksaan 5 indera
 Sistem persarafan : bagaimana tingkat kesadaran, GCS,
reflek bicara, pupil, orientasi waktu dan tempat.
 Sistem pernafasan : nilai frekuensi nafas, kualitas, suara
dan jalan nafas.
 Sistem kardiovaskuler: nilai TD, nadi dan irama, kualitas
dan frekuensi
 Sistem gastrointestinal : nilai kemampuan menelan, nafsu
makan/minum, peristaltik usus, dan eliminasi.
 Sistem integumen : warna kulit, turgor, tekstur dari kulit
pasien.
 Sistem reproduksi.
 Sistem perkemihan : nilai frekuensi BAK, volume BAK
3. Pola fungsi Kesehatan
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pada klien
hipertensi terdapat juga kebiasan merokok, minum alkohol
dan pengunaan obat-obatan.
 Pola aktifitas dan latihan : pada klien hipertensi terkadang
mengalami lemas, pusing, kelelahan, kelemahan otot dan
penurunan kesadaran.
 Pola nutrisi dan metabolisme : pada pasien hipertensi
terkadang mengalami mual dan muntah.
 Pola eliminasi : pada pasien hipertensi terkadang
mengalami oliguria.
 Pola tidur dan istirahat.
 Pola kognitif dan perceptual
 Persepsi diri/ konsep diri.
 Pola toleransi dan koping stres: pada pasien hipertensi
biasanya mengalami stress psikologi.
 Pola seksual reproduktif
 Pola hubungan dan peran.
8.1 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan stroke adalah
sebagai berikut :
a. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik: renal, serebral, kardiovaskular,
pulmonal, gastrointestinal, perifer) b/d aliran arteri lambat.
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal dan neurovaskuler.
c. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d imobilisasi.
d. Konstipasi b/d aktifitas fisik tidak adekuat.
e. Gangguan citra tubuh b/d penyakit.
f. Kurang perawatan diri : mandi, berpakain, makan, toileting b/d tidak
berfungsinya anggota gerak.
Prioritas diagnosa.
a. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik : serebral) b/d aliran arteri lambat.
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskleletal dan neurovaskuler.
c. Kurang perawatan diri b/d tidak berfungsinya anggota gerak.
9.1 Intervensi keperawatan.
a. Perfusi jaringan tidak efektif
Kriteria hasil :
1) Vital sign dalam batas normal
2) Tidak ada keluhan sakit kepala atau pusing.
3) Nilai lab dalam batas normal
4) Tekanan darah dalam batas yang dapat diterima.
Intervensi

1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam, nadi apical dan neurologis tiap 10
menit.
Rasional :untuk mengevaluasi perkembangan penyakit dan keberhasilan
terapi.
2) Pertahankan tirah baring pada posisi semifowler sampai tekanan darah
dipertahankan pada tingkat yang dapat diterima.
Rasional : tirah baring membantu menurunkan kebutuhna oksigen, posisi
duduk meningkatkan aliran darah arteri berdasarkan gaya gravitasi,
konstruksi arteriol dan hipertensi menyebabkan peningkatan pada arteri.
3) Pantau data laboratorium misal : AGD, kreatin
Rasional : indicator perfusi atau fungsi organ
4) Anjurkan tidak menggunakan nikotin atau rokok.
Rasional : dapat meningkatakan vasokontriksi
5) Kolabirasi pemberian obat-obatan anti hipertensi mislanya golongan
inhibitor simpatis (propanolol, atenolol), golongan vasodilator
(hidralazin).
Rasional : golongan inhibitor secara umum menurunkan tekanan darah
melalui efek kombinasi penurunan tahanan perifer, menurunan curah
jantung, menghambat saraf simpatis, dan menekan pelepasan rennin.
Golongan vasodilator berfungsi untuk merikskankan otot polos vaskuler.
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal dan nerovaskuler.
Kriteria hasil :
 Kerusakan kulit terhindar tidak ada kontraktur dan footdrop.
 Klien berpartisipasi dalam latihan.
 Klien mencapai keseimbangan saat duduk.
 Klien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi
hilangnya fungsi pada sisi yang hemiplagi.
Intervensi :

 Berikan posisi tidur yang tepat


Rasional : mempertahankan posisi tegak di tempat tidur dalam periode
yang lama akan memperberat deformitas fleksi panggul dan pembentukan
dekubitus di sakrum.
 Cegah adduksi bahu
Rasional : membantu mencegah edema dan fibrosis yang akan mencegah
rentang gerak normal bila pasien teah dapat melakukan kontrol lengan.
 Atur posisi tangan dan jari (jari-jari diposisikan sedikit fleksi dan tangan
ditempatkan agak supinasi)
Rasional :posisi tangan dan jari yang fungsional dapat mencegah edema
tangan.
 Ubah posisi pasien tiap 2 jam
Rasional : pemberian posisi ini penting untuk mengurangi tekanan dan
mengubah posisi dengan sering untuk mencegah pembentukan dekubitus.
 Latihan ROM 4-5 kali sehari
Rasional : latihan bermanfaat untuk mempertahankan mobilitas sendi,
mengembalikan kontrol motorik, cegah terjadinya kontraktur pada
ekstermitas yang mengalami paralisis, mencegah bertambah buruknya
sistem neurovaskuler dan meningkatkan sirkulasi. Latihan juga menolong
dan mencegah terjadinya stasis vena yang dapat mengakibatkan adanya
troombus dan emboli paru.
c. Kurang perawatan diri b/d tidak berfungsinya anggota gerak
Kriteria hasil :
 Pasien dapat merawat diri berpakaian
 Pasien dapat merawat diri mandi
 Pasien dapat merawat diri makan
 Pasien dapat merawat diri toileting
Intervensi (self care assistance) :

 Kaji kemapuan untuk perawatan diri


 Pantau kebutuhan klien untuk alat bantu dalam mandi, berpakaian,
makan, toileting.
 Berikan bantuan hingga klien sepenuhnya dapat mandiri.
 Dukung klien untuk menunjukan aktivitas normal sesuai kemampuan.
 Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan parawatan diri klien
Daftar Pustaka

Ardiansyah. (2019, January 1). Definisi Hipertensi . Retrieved from


eprints.poltekkesjogja.ac.id:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3657/4/Chapter2.pdf

N. Nurlitasari, S. (2021). LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MOBILITAS
FISIK DI RUANG AL FAJR RSUI KUSTATI SURAKARTA. Academia.

Sari, N. P. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HIPERTENSI YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT. Samarinda: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Samarinda.

widayanti, p. (2018). LAPORAN PENDAHULUANSTROKEDI BANGSAL


SYARAF RUMAH SAKIT QOLBU INSAN MULIA BATANG. ACADEMIA.EDU.

Anda mungkin juga menyukai