DIAGNOSA STROKE
Kelas A
Kelompok X :
Audri Maatoke
Firnawati Maskepe
Nurmanto Amin
Tiara M. Paputungan
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Stroke atau CVA adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah kebagian otak (Brunner& Suddarth, 2002).
Stroke hemoragi adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah otak dan merusaknya (Pudiastuti, 2011).
Stroke hemoragi merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subaraknoid. Di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak
tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun (Muttaqin,
2008).
B. Etiologi
a. Perdarahanintraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
yang menekan jaringan otak dan menimbulkanedema otak. Peningkatan
TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi
sering di jumpai di daerah putamen, thalamus, pons, dan serebelum.
Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
b. Perdarahan Serebral Faktor risikostroke
Beberapa faktor penyebab stroke antara lain:
1) Hipertensi, merupakan faktor risikoutama
2) Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak.
3) Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral
dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
4) Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di
bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.
5) Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal darijantung.
6) Kolesterol darahtinggi.
7) Obesitas ataukegemukan.
8) Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral.
9) Merokok
10) Penyalahgunaan obat (khususnyakokain)
11) Konsumsi alkohol
(muttaqin,2008)
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang
terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada
stroke akut gejala klinis meliputi :
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul
secaramendadak
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggotabadan
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)
d. Afasia (kesulitan dalambicara)
e. Disatria (bicara cadel ataupelo)
f. Gangguan penglihatan,diplopia
g. Ataksia
h. Vertigo, mual, muntah, dan nyeri kepala
(Tarwoto2007)
D. Patofisiologi
Menurut (Muttaqin, 2008) Infark serebral adalah berkurangnya suplai
darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor
seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral
terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah
ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal
(trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering
sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran
darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi.
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti
di sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar
daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam
atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien
mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak
fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral
oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi
septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi
abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
lebih sering menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit
serebro vaskular; karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak,
dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan
otak di nukleus kaudatus, talamus, dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral:
Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu
4-6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti
jantung.
E. Pathway
1. Hipoksiaserebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
itegritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat(cairan intravena) harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan
pada aliran darah serebral dan potensi luasnya area cedera.
3. Embolismeserebral
A. Pengkajian
Perawat harus menghindari membuat asumsi bahwa perilaku tertentu menandakan
duka cita, sebaliknya perawat harus memberi kesempatan pada klien untuk menceritakan
apa yang sedang terjadi dengan cara mereka sendiri.
Perawat mewawancarai klien dengan keluarga dengan menggunakan komunikasi
yang tulus dan terbuka, dengan menekankan keterampilan mendengar dan mengamati
respond an perilaku mereka.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perawat mengumpulkan data untuk membuat diagnose keperawatan mengenai duka
cita atau reaksi klien terhadap duka cita.
2. Perilaku yang menandakan duka cita maladaptive termasuk yang berikut ini:
a. Aktivitas berlebihan tanpa rasa kehilangan
b. Perubahan dalam hubungan dengan teman dan keluarga
c. Permusuhan terhadap orang tertentu
d. Depresi, agitasi dengan ketenangan, agitasi, insomnia, perasaan tidak berharga,
rasa bersalah yang berlebihan, dan kecenderungan untuk bunuh diri
e. Hilang keikutsertaan dalam aktivitas keagamaan dan ritual yang berhubungan
dengan budaya klien.
f. Ketidakmampuan untuk mendiskusikan kehilangan tanpa menangis (terutama lebih
dari 1 tahun) serta terjadi kehilangan.
g. Rasa kesejahteraan yang salah.
C. Perencanaan
Perawat harus lebih toleran dan rela untuk meluangkan waktu lebih lama bersama
klien menjelang ajal untuk mendengarkan klien dalam mengekspresikan duka cita dan
untuk mempertahankan kualitas hidup mereka. Tujuan tambahan bagi klien menjelang ajal
antara lain:
1. Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan
2. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari
3. Mempertahankan harapan
4. Mencapai kenyamanan spiritual
5. Meraih kelegaan akibat kesepian dan isolasi
D. Implementasi
1. Merawat klien menjelang ajal dan keluarganya
2. Peningkatan kenyamanan
3. Pemeliharaan kemandirian
4. Pencegahan kesepian dan isolasi
5. Peningkatan ketenangan spiritual
6. Dukungan untuk keluarga yang berduka
7. Perawatan hospice
8. Perawatan setelah kematian
DAFTAR PUSTAKA
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/KMB-2-
Komprehensif.pdf Diakses tgl 21 Juli 2021, Jam 18:00 wita