DI SUSUN OLEH :
NADIA
2019 01 023
CI LAHAN CI INSTITUSI
………………………………… …………………………………….
1. Definisi
Stroke Hemoragik adalah tidak berfungsinya neurologis fokal yang mendadak dan di
karenakan adanya perdarahan primer yang terjadi secara spontan, disebabkan karena
pecahnya bembuluh darah di otak (Purwanto, 2016).
Stroke hemoragik adalah stroke yang dikarenakan bocor atau pecahnya bembuluh darah
di otak. Ada beberapa kondisi penyebab pembuluh darah di otak pecah dan mengalami
perdarahan antara lain Hipertensi, aneurisma, pengencer darah (Haryono Rudi, 2019).
2. Etiologi
Menurut Haryono Rudi (2019) Stroke hemoragik dikarenakan adanya kebocoran atau
pecahnya bembuluh darah di otak. Ada beberapa kondisi penyebab pembuluh darah di otak
pecah dan mengalami perdarahan :
3. Patofisiologi
Menurut Haryono Rudi (2019) Patofisiologi penyakit stroke yang utama yaitu penyakit
jantung maupun pembuluh darah yang mendasari. Patologi yang termasuk utama yaitu
hipertensi, penyakit jantung, arterosklorosis, dislipidemia, dan hiperlipemia. Peningkatan
tekanan darah merupakan faktor prediposisi yang sering muncul pada stroke hemoragik
sehingga menyebabkan kerusakan vaskuler atau perubahan struktur pada pembuluh darah.
Perubahan struktur meliputi lapisan adventisia dan lapisan elastik eksternal menjadikan
pembuluh darah mengalami penipisan. Peningkatan tekanan darah bila terjadi secara
mendadak maka bisa menyebabkan pembuluh darah pecah.
Stroke hemoragik terjadi karena pembuluh darah yang pecah dan bisa menyebar ke
parenkim otak diakibatkan oleh nontraumatis. Pembuluh darah yang melemah sering
terjadi perdarahan. Aneurisme dan malaformasi arteriovenous (AVM) merupakan
penyebab melemahnya pembuluh darah yang sering pada penderita stroke. Menyebarnya
darah ke parenkim otak bisa merusak jaringan di sekitar akibat perluasan hematoma
(Haryono Rudi, 2019).
4. Manifestasi klinik
Gejala Stroke Hemoragik muncul tiba-tiba tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas,
sering muncul, menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala Stroke hemoragik (Manjoer dalam Tembaru, 2018) :
1. Intraserebral hemoragik :Nyeri kepala yang hebat, sering terjadi pada siang hari, timbul
mendadak setelah melakukan aktivitas dan emosi, pada awal permulaan serangan
sering terjadi mual dan muntah, pusing, , hemiparesis, kesadaran menurun dan cepat
terjadi koma (sekitar 65% terjadi kurang dari ½ jam, 23% terjadi antara ½ s.d 2 jam,
bisa sampai 19 hari).
2. Subarakhnoid hemoragik : Nyeri kepala hebat dan akut, Kesadaran terganggu dan
bervariasi, terjadi gejala atau tanda rangsangan meningeal, akan terjadi edema pada
papil jika terdapat perdarahan subhialoid karena anuerisma yang terdapat di arteri
karotis interna atau arteri komunikans anterior pecah. Gejala neurologis tergantung
pada seberapa parahnya kerusakan pembuluh darah dan lokasinya.
3. Afasia.
5. EEG Pemeriksaan ini untuk mengetahui masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang mengalami infark sehingga impuls listrik dalam jaringan otak
menurun.
6. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan kimia darah pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia, gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur – angsur turun kembali.
6. Penatalaksanaan
Perawatan pada pasien stroke hemoragik menurut Haryono Rudi (2019) berfokus pada
meminimalisir tekanan di otak dan pengelolaan pendarahan. Beberapa tindakan perawatan
meliputi :
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Haryono Rudi (2019) antara lain :
1. Kelumpuhan atau hilangnya gerakan otot Pada penderita stroke bisa mengalami
lumpuh, biasa terjadi di sebagian tubuh seperti wajah atau bagian tubuh lain.
2. Gangguan dalam proses berfikir dan memingat Penderita stroke banyak yang
megalami gangguan dalam mengingat. Selain itu juga penderita stroke kesulitan
untuk berfikir
3. Kesulitan berbicara dan menelan Pada penderita stroke bisa mengalami kesulitan
menelan maupun berbicara karena stroke akan mempengaruhi otot-otot pada
tenggorokan dan mulut.
1. Pengkjian
Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan Stroke Hemoragik menurut Tarwoto (2013)
yaitu:
1) Identitas Kien Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama,
alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil) dan
identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan dengan
klien, pekerjaan, alamat).
2) Keluhan Utama Adapun keluhan utama yang sering dijumpai yaitunya klien mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah badan, biasanya klien mengalami
bicara pelo, biasanya klien kesulitan dalam berkomunikasi dan penurunan tingkat
kesadaran.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang Keadaan ini berlangsung secara mendadak baik sedang
melakukan aktivitas ataupun tidak sedang melakukan aktivitas. Gejala yang muncul
seperti mual, nyeri kepala, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
5) Riwayat Penyakit Keluarga Adanya riwayat keluarga dengan hipertensi, adanya riwayat
DM, dan adanya riwayat anggota keluarga yang menderita stroke.
6) Riwayat Psikososial Adanya keadaan dimana pada kondisi ini memerlukan biaya untuk
pengobatan secara komprehensif, sehingga memerlukan biaya untuk pemeriksaan dan
pengobatan serta perawatan yang sangat mahal dapat mempengaruhi stabilitas emosi
dan pikiran klien dan keluarga.
7) Pemeriksaan Fisik
c. Hidung kesemtrisan.
d. Leher
e. Dada : Simetris antara kanan dan kiri,
f. Abdomen
g. Genito urinaria
a. Tingkat kesadaran
2. Diagnosa
a) Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d penurunan kinerja ventrikel kiri, tumor otak,
cidera kepala, infark miokard akut, hipertensi dan hiperkolesteronemia.
Terapeutik :
1. Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
2. Berikan posisi
semi fowler
3. Hindari manuver
Valsava
4. Cegah terjadinya
kejang
5. Hindari
penggunaan PEEP
6. Atur ventilator
agar PaCO2
optimal
7. Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian sedasi
dan anti
konvulsan, jika
perlu
2. Kolaborasi
pemberian diuretik
osmosis
3. Kolaborasi
pemberian pelunak
tinja Pemantauan
Neurologis
Observasi :
1. Monitor ukuran,
bentuk,
kesimetrisan, dan
reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat
kesadaran
3. Monitor tanda-
tanda vital
4. Monitor status
pernapasan :
analisa gas darah,
oksimetri nadi,
kedalaman napas,
pola napas, dan
usaha napas
5. Monitor refleks
kornea
6. Monitor
kesimetrisan wajah
7. Monitor respons
babinski
8. Monitor respons
terhadap
pengobatan.
Terapeutik :
1. Tingkatkan
frekuensi
pemantauan
neurologis, jika
perlu
2. Hindari aktivitas
yang dapat
meningkatkan
tekanan
intrakranial
3. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien 4.
Dokumentasikan
hasil pemantauan.
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan
2.Self care
assistance
i. monitor
kemandirian
klien
j. bantu
perawatan
diri klien
dalam hal :
makan,mandi,
toileting.
k. ajarkan
keluarga
dalam
perawatan
diri klien.
2 Perfusi jaringan NOC : NIC : 1. Mengetahui
serebral tidak Perfusi jaringan Perawatan kesadaran tingkat
efektif b.d cerebral setelah sirkulasi kesadaran dan potensial
perdarahan otak dilakukan peningkatan peningkat TIK dan
oedem timdakan perfusi jaringan kemajuan kerusakan
keperawatan otak aktifitas : SSP.
selama 5x24 jam 1. monitor status 2. Ketidak teraturan
perfusi jaringan neurologi pernapasan dapat
adekuat dengan 2. monitor status memberikan gambaran
idikator : respitasi lokasi
1. perfusi jaringan 3. monitor bunyi kerusakan/peningkatan
yang adekuat jantung TIK
didasarkan pada 4. letakkakn 3. Bradikardi dapat
tekanan nadi kepala dengan terjdi sebagai akibat
perifer, posisi agak adanya kerusakan otak
kehsngangatan ditinggikan dan 4. menurunkan tekanan
kulit, urine output dalam posisi arteri dengan
yang adekuat dan netral meningkatkan sirkulasi.
tidak ada 5. kelola obat 5.
gangguan pada sesuai order pencegahan/pengobatan
respirasi. 6. berikan penurunan TIK
oksigen sesuai 6. menurunkan
indikasi hipoksia
3. Implementasi
4. Evaluasi
Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan tahapan
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan teerencana tentag
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Terdapat dua jenis evaluasi :
adalah evaluasi yang dilakukan setelah smua aktivitas proses keperawatan selesai
dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yanh telah diberikan ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan keperawatan, yaitu :
1. Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukkan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
2. tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih dalam
proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagaian
kriteria yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya menunjukkan
sedikit perubhan dan tidk ada kemajuan sama sekali.
Daftar Pustaka
http://eprints.umpo.ac.id/7682/5/BAB%20II.pdf
Wlkinson, Judith M 2002. Diagnosa Keperawatan dengan NIC dan NOC: Alih
bahasa:Widyawati dkk. Jakarta:EGC.