Anda di halaman 1dari 18

TUGAS GELOMBANG PJJ NEUROLOGI

MEMBUAT SOAL ESSAY DARI BUKU PEDOMAN TATALAKSANA EPILEPSI


PERDOSSI 2019

Oleh :

Agung Made Sintiya Dewi – 18014101026 Putri Wijaya – 18014101075

Kevin Christian Kamalo – 18014101059 Christian V. G. Rumampuk – 18014101039

Maria M. Erro – 18014101061 Zefanya Tahulending – 18014101083

Emalia M. B. P. Masengi – 18014101046 Mevlana Muh. A. Pasiak – 18014101063

Larisa Monica Pontoh – 18014101019 Piere Tendean – 15014101217

Brammy Gontung – 15014101143 Igel Lumingkewas – 0701116049

Michael Tenda – 95016168 Pangouw Sisko Wagiu – 0701116247

Trigisa Lasabuda – 15014101211 Villy Monicha Iroth -17014101317

Juandi Kasengke – 15014101213

Masa KKM : 08 Juni – 28 Juni 2020

BAGIAN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2020
BAB 1 ( Agung M. S. Dewi, Putri Wijaya )

1. Bagaimana cara menentukan antara bangkitan epileptik dan non epileptik berdasarkan
gejala klinis?

Jawab:

Gambaran Klinis Bangkitan epileptik Bangkitan


nonepileptik
Onset Mendadak Bertahap
Kesadaran Jarang Bervariasi
Posisi pelvis terangkat Jarang Sering
Gerakan anggota gerak Jarang Sering
tidak sinkron
Tubuh berguling Jarang Sering
Sianosis Dapat terjadi Jarang
Lidah tergigit Biasanya sisi lateral Ujung lidah
Durasi Detik atau menit Sering memanjang
hingga beberapa menit
Lirikan mata Jarang Sering
Berusaha kuat menahan Jarang Sering
gerakan ekstremitas pasif
atau membuka mata
Mengantuk pascaiktal Sering Jarang
Bisa diperintah Tidak bisa Dapat menuruti
perintah
Abnormalitas EEG iktal Abnormal Normal
Lingkungan Bisa terjadi Sering kali hanya
dimanapun muncul bila situasi
atau keberadaan orang
tertentu
Refleks cahaya Sering kali menurun Normal
Memburuk dengan Jarang Sering
antiepilepsi
Serangan di depan Jarang Sering
dokter
Namyak keluhan fisik Jarang Sering
lain penyerta

2. Bagaimana langkah untuk mendiagnosis suatu epilepsi?


Jawab:
Langkah diagnosis:
 Menentukan bangkitan epileptik atau non epileptik
 Menentukan bangkitan dengan atau tanpa provokasi

3. Jelaskan apa perbedaan antara bangkitan non epileptik dan bangkitan epileptik
berdasarkan defenisinya!
Jawab:
 Bangkitan epileptik adalah terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat akibat aktivitas
neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak
 Bangkitan non epileptik adalah terjadinya tanda/gejala yang tidak diakibatkan oleh
aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak

4. Sebutkan klasifikasi tipe bangkitan epileptik tanpa provokasi!


Jawab:
1) Bangkitan tanpa penyebab yang nyata
2) Bangkitan karena penyakit dahulu

5. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis suatu bangkitan?
Jawab:
1) Pencitraan
2) Laboratorium (pemeriksaan darah rutin tes fungsi ginjal, tes fungsi hepar, kadar gula,
kadar albumin, elektrolit untuk menyingkirkan bangkitan simptomatik akut, prolaktin)
3) Analisa cairan serebrospinal (pada kasus yang dicurigai SSP)
4) Elektrioensefalografi (EEG) dengan video
5) Elektrokardiografi

BAB 2 ( Christian Rumampuk, Kevin Kamalo )

1. Obat anti-epilepsi apa yang berpengaruh dan berdampak pada atensi seseorang ?
- Pemberian OAE dapat menyebabkan beberapa gejala inti dari ADHD, seperti
hiperaktivitas, agresif, dan distractibility. Topiramat, fenobarbital,
benzodiazepine, tiagabin dan zonisamid mempunyai efek negative terhadap atensi.

2. Apa saja komplikasi epilepsi pada kehamilan dan apa yang mempengaruhi frekuensi
bangkitan pada kehamilan ?
- Kehamilan berkaitan dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron yang
bermakna serta perubahan metabolisme hormone dan obat anti epilepsi. Kedua hal
tersebut akan memengaruhi frekuensi bangkitan epilepsi pada wanita hamil.
Epilepsi pada kehamilan dapat menyebabkan komplikasi maternal dan
fetal/neonatal. Komplikasi maternal yang dapat terjadi, yaitu perdarahan
pervaginam, aborsi spontan, preeklampsia, persalinan lama, bangkitan berulang
(hipoksia), status epileptikus, bangkitan saat persalinan, hipertensi persalinan,
persalinan preterm, dan sudden unexplained death in epilepsy (SUDEP).
Komplikasi ada fetal/neonatal yang bisa terjadi adalah keguguran (2 kali lebih
sering dari normal), kelainan kongenital (2-3 kali lebih sering dari normal),
hipoksia, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, IQ rendah, dan perilaku
abnormal.

3. Bagaimana tatalaksana/ pemberian OAE sebelum kehamilan ?


- Berikan penyuluhan kepada setiap perempuan yang menggunakan OAE dalam
masa reproduksi tentang berbagai resiko dan keuntungan akibat penggunaan OAE
terhadap OAE terhadap kehamilan dan janin.
- OAE diberikan dalam dosis optimal sebelum konsepsi (bila memungkinkan
periksa kadar obat dalam darah sebagai basis pengukuran)
- Bila memungkinan ganti ke OAE yang kurang teratogenik, dan dosis efektif harus
tercapai sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum konsepsi.
- Hindari penggunaan OAE politerapi
- Apabila memungkinkan, hindari penggunaan asam valproate. Apabila terpaksa
digunakan, berikan dosis terkecil (kurang dari 750 mg) dan gunakan bentuk lepas
lambat.

4. Apa saja indikasi dilakukannya tindakan bedah pada epilepsi ?


- Bedah epilepsi dilakukan bila penyakit epilepsi sudah mengalami resistan
terhadap obat. Tujuan tindakan bedah epilepsi adalah tercapainya bebas bangkitan
atau menurunkan frekuensi dengan efek samping minimal. Hingga saat ini bedah
epilepsi masih jarang dikerjakan di Indonesia.
Bedah epilepsi diindikasikan pada kasus epilepsi yang berpotensi akan membaik
dengan tindakan bedah (remediable) :
1. Sklerosis hipokampus
2. Ganglioglioma, dysembrioplastic neuroepithelial tumor (DNET), cavernous
angioma, dysplasia kortek
3. Ensefalitis Rasmussen, hemimegalensefali, sturge weber
4. Sindrom lennox gestaut

5. Sebutkan dan jelaskan jenis tindakan operasi pada bedah epilepsi ?

1. Reseksi
a. Mengangkat fokus epileptik fokal: lobektomi temporal anterior atau
amigdala hipokampektomi selektif (epilepsi lobus temporal).
b. Mengangkat jaringan luas: hemisferektomi (sindrom Rassmusen, sindrom
Struge weber).
2. Paliatif
a. Diskoneksi, yaitu memutus jaras penyebaran bangkitan, digunakan pada
prosedur: korpus kalosotomi (bangkitan drop attack), transeksi multiple
sub pial (epilepsi Landau Kleffner).
b. Stimulasi: untuk menurunkan eksitabilitas otak (vagal nerve stimulation/
VNS, deep brain stimulation/DBS

BAB 3 ( Maria Erro, Zefanya Tahulending, Emalia Masengi )


1. Bagaimana gambaran EEG pada pasien dengan Epilepsi Lobus Parietal?
Jawaban:
Interiktal: dapat normal, atau menunjukkan perlambatan,gelombang paku,
gelombang tajam, polyspike, gelombang cepat, perlambatan delta atau teta di
lobus parietal. Perubahan ini menyeluruh saat tidur non REM dan menjadi fokal
pada tidur REM.
Iktal : penurunan amplitude menyeluruh diikuti aktivitas cepat menyeluruh
dengan frekuensi yang berkurang dan peningkatan amplitude pada daerah sentral.

2. Sebutkan etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya Epilepsi Lobus Oksipital?


Jawaban:
Etiologi yang dapat menyebabkan kasus ini paling sering ditemukan tumor. Selain itu
malformasi, trauma, iskemi, penyakit mitokondrial dan sindrom Sturge-Weber.

3. Bagaimana manifestasi klinis dari Epilepsi Mioklonik pada bayi?


Jawaban:
Pada tipe ini biasa didapatkan tipe bangkitan yang mioklonik singkat (1-2 detik), head
nodding, mata ke atas, kontraksi ekstremitas atas dan diafragma saat usia awitan (6
bulan sampai 3 tahun), dapat terjadi secara spontan maupun bila ada stimulasi fotik,
suara atau sentuhan.

4. Jelaskan bagaimana tipe bangkitan yang dapat terjadi pada Epilepsi Lena pada anak?
Jawaban:
Tipe bangkitan yang terjadi yaitu ditandai dengan adanya aktivitas volunteer tiba-tiba,
hilangnya kesadaran/respons, pandangan kosong, bengong, atau mata ke atas dan
berkedip-kedip.

5. Jelaskan manifestasi klinis yang khas yang dapat kita temukan pada pasien dengan
Sindrom West?
Jawaban:
Pada Sindrom West bisa ditemukan trias: spasme epileptic terutama saat bangun tidur,
keterlambatan perkembangan dan gambaran EEG hypsarrhytmia.
Selain itu dapat juga ditemukan gejala seperti bangkitan yang berbentuk
fokal,asimetrik atau unilateral.

BAB 4 ( Mevlana Pasiak, Piere Tendean )

1. Status Epileptikus dapat didefinisikan sebagai bangkitan epilektik yang memanjang


atau berulang sesuai dengan durasi bangkitan yang di dapat. Maka terdapat definisi
oprasional yang disebut T1 dan T2. Jelaskan dan saat kapan dapat dilakukannya titik
waktu pada T1 dan T2 tersebut ………
Jawaban :
 Tipe SE Tonik Klonik
T1 : 5 menit
T2 : 30 menit
 Tipe SE Fokal dengan gangguan kesadaran
T1 : 10 menit
T2 : >60 menit
 Tipe SE Lena (absence)
T1 : 10-15 menit
T2 : Tidak diketahui
a. Titik T1 dilakukan pada waktu tatalaksana emergensi SE harus dimulai
b. Titik T2 dilakukan pada waktu saat konsekuensi jangka panjang seperti
(kematian,cedera maupun perubahan jaringan pada neoron) dapat terjadi

2. Diketahui bahwa status epileptikus bisa dialami orang dengan atau tanpa epilepsi,
terutama pada pasien usia tua. Secara umum diagnosis etiologi pada status epileptikus
dapat diklarifikasikan. Sebutkan dan berikan contoh ……..
Jawaban :
a. Etiologi Simtomatik SE
Contoh : Sistem Serebral (etiologi) dapat terjadi kerusakan serebral
hipoksi/metabolik, infeksi , tumor intrakranial, trauma kepala. Dll
b. Etiologi Non-Konvulsivus SE
(SENK) tanpa koma tipe Lena :
Contoh : Faktor OAE yaitu penghentian OAE mendadak atau konsumsi OAE
tidak teratur
(SENK) disertai koma :
Contoh : Koma-GED terjadi gangguan otak primer atau sekunder dan Koma-LED
terjadi lesi otak fokal.

3. Untuk dapat mendiagnosis SENK ditegakan berdasarakan data klinis dan EEG,
kriteria EEG yang digunakan untuk menegakkan SENK adalah Kriteria Salzburg
Modifikasi. Sebutkan dan jelaskan apa saja yang termasuk dalam kriteria
tersebut .........
Jawaban :
Perubahan EEG memenuhi kriteria, jika >10 detik
A. Pasien tanpa diketahui ensefalopati epileptik (minimal memenuhi 1 dari 3 kriteria
NCSE)
o Gelombang epileptiform >2,5 Hz
o Tipikal iktal spatiotemporal dengan
Gelombang epileptiform atau aktivitas ritmik (>0.5 Hz)
o Fenomena klinis iktal subtle dengan
Gelombang epileptiform atau aktivitas ritmik (>0.5 Hz)
o Jika kriteria 1-3 tidak terpenuhi, temukanlah 1 dari gambaran berikut
dengan pemberian OAE yang sesuai :
- Gelombang epileptiform <2,5 Hz dengan fluktuasi atau,
- Aktivitas ritmik >0,5 Hz dengan fluktuasi atau
- Aktivitas ritmik >0,5 Hz tanpa fluktuasi.
B. Pasien dengan ensefalopati epileptik (pasien memenuhi kriteria A dengan 1 dari
hal berikut)
o Peningkatan frekuensi dibandingkan irama dasar dengan mangamati
keadaan klinis
o Perbaikan klinis dan gambaran EEG dengan OAE IV

4. Sasaran utama penatalaksanaan adalah menghentikan segera aktivitas bangkitan klinis


dan elektrografik. Pada waktu 0-5 menit termasuk fase stabilisasi. Apa saja yang
harus dilakukan …….
Jawaban :
 Stabilisasi pasien (ABCD-pemeriksaan neurologi)
 Catat durasi bangkitan, pantau tanda vital
 Mulai EKG monitoring
 Pasang jalur IV
 Periksa gula darah sewaktu (GDS) jika GDS <60mg/dL. Berikan Dextrose
40% IV
 Periksa kadar elektrolit,hematologi,skrining toksitologi,kadar OAE dalam
darah

5. Apa sajakah pengobatan untuk SE Lena Tipikal yang harus diberikan ………
Jawaban :
 Pilih salah satu : Diazepam 10mg IV atau Lorazepam 4mg IV
 Jika bangkitan berlanjut dapat diulang atau berikan salah satu dibawah ini :
- Asam valporat IV 25-45 mg/kg (6mg/kg per menit)
- Fenobarbital IV 20 mg/kg (50 mg/kg per menit), dengan observasi
ketat

BAB 5 + BAB 1 ( Brammy Gontung, Igel Lumingkewas )

1. Apa yang dimaksud dengan Bangkitan Epileptik?


Jawab:
Bangkitan epileptik adalah terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat akhibat
aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan diotak.

2. Sebutkan bangkitan Non-Epileptik pada dewasa dan Anak-anak!


Jawab:
1) Bangkitan Non-Epileptik pada dewasa
 Sinkop;
 Neurovasogenik
 Penyebab kardiak
 Serangan psikogenik;
 Bangkitan nonepileptik psikogenik
 Depersonalisasi/derealisasi
 Serangan panik
 Serangan hiperventilasi
 Breath holding attack (biru dan pucat);
 Gangguan jantung;
 Pemanjangan interval QT
 Adam stokes
 Sick sinus syndrome
 Hypertrophic Obstructive Cardiomyopathy (HOCM)
 Abberant coronary artery
 Benign paroxysmal vertigo;
 Self service (masturbasi);
 Gangguan tidur (sleepwalking, night terror, nightmare, narcolepsy,
cataplexy);
 Gangguan gerak;
 Diskinesia paroksimal
 Mioklonus
 Hiperekpleksia
 Restless leg syndrome
 Transient ischaemic attack;
 Migraine;
 Transient global amnesia; dan
 Gangguan metabolik
 Hipo/hiperglikemi
 Gangguan elektrolit
2) Bangkitan Non-Epileptik pada anak-anak
 Respons mengejutkan fisiologis (physiological startle response);
 Benign neonatal sleep myoclonus;
 Gemetar atau mengigil;
 Refluks gastro-esofagus ekstrim (Sindroma Sandifer);
 Posisi deserebrasi yang disebabkan karena herniasi tonsilar serebelum pada
hidrosefalus atau peningkatan tekanan intrakranial akut akhibat
meningitis/ensefalitis;
 Spasme distonia pada palsi serebral spastik/diskinetik keempat ekstremitas
berat;
 Sindroma opsoklonus-mioklonus;
 Syndrome nyeri paroksismal ekstrem;
 Munchausen syndrome by proxy;
 “thought arrest” atau melamun

3. Sebutkan apa saja pemeriksaan penunjang pada bangkitan!


Jawab:
1) Pencitraan
2) Laboratorium (pemeriksaan darah rutin, tes fungsi ginjal, tes fungsi hepar, kadar
gula, kadar albumin, elektrolit untuk menyingkirkan bangkitan simtomatik akut,
prolaktin)
3) Analisa cairan serebrospinal (pada kasus yang dicurigai infeksi SSP)
4) Elektroensefalografi (EEG) dengan video
5) Elektrokardiografi

4. Sebutkan kriteria dan klasifikasi Suden Unexpected Death in Epilepsy!


Jawab:
1) Kriteria Suden Unexpected Death in Epilepsy:
 Korban menderita epilepsi.
 Korban meninggal secara tak terduga dimana sebelumnya dalam keadaan
sehat.
 Kematian terjadi “tiba-tiba” (dalam beberapa menit).
 Kematian terjadi saat aktivitas normal (misal, di atau sekitar tempat tidur, di
rumah, di tempat kerja).
 Penyebab kematian medis yang jelas tidak ditemukan.
 Kematian tidak secara langsung disebabkan oleh bangkitan atau status
epileptikus.
 Pemeriksaan Post-mortem tidak menunjukan adanya etiologi struktural atau
toksikologik.
2) Klasifikasi Suden Unexpected Death in Epilepsy:
 Definite SUDEP: memenuhi semua kriteria
 Probable SUDEP: memenuhi semua kriteria tanpa pemeriksaan post-mortem
 Possible SUDEP: SUDEP tidak dapat dikesampingkan, tetapi tidak cukup
bukti mengenai keadaan, dan tidak ada laporan post-mortem yang tersedia
 Unlikely/Not SUDEP: semua kriteria diatas tidak ada, dan penyebab lain
sudah diketahui.

5. Sebutkan langkah pencegahan Suden Unexpected Death in Epilepsy!


Jawab:
Salah satu langkah pencegahan utama dalam mencegah terjadinya SUDEP adalah
dengan mengontrol bangkitan umum tonik klonik. Terapi farmakologik harus
diberikan seoptimal mungkin, dengan memilih obat yang sesuai dengan tipe
bangkitan, optimalisasi dosis, dan menilai kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
Tindakan bedah epilepsi yang sukses juga dapat menurunkan risiko SUDEP

BAB 6 + BAB 2 ( Michael Tenda, Pangouw Sisko Wagiu )

1. Apa yang dimaksud dengan epilepsi resinstan obat dan apa saja faktor-faktor
resikonya?
Jawab:
a. Definisi
Kegagalan pengobatan epilepsi yang adekuat menggunakan dua atau lebih OAE
yang sesuai, baik sebagai monoterapi maupun politerapi.
b. Faktor resiko epilepsi resistan obat:
 Respons yang buruk terhadap pengobatan pertama
 Bangkitan yang tidak terkontrol dalam jangka waktu yang lama
 Riwayat status epileptikus
 Gangguan kognitif dan retardasi mental
 Gambaran EEG tertentu, seperti aktivitas epileptiform multifokal
 Onset bangkitan pada usia dini
 Memiliki lebih dari satu tipe bangkitan
 Memiliki riwayat penyakit otak atau kelainan struktur otak tertentu
(misalnya displasia kortikal)

2. Sebutkan etiologi epilepsi resistan obat!


Jawab:
a. Sklerosis hippokamus
b. Displasia kortikal
c. Ensefalomalasia
d. Polimorfisme genetic

3. Sebutkan langkah-langkah dalam penegakan diagnosis epilepsi!


Jawab:
a. Anamnesa
 Gejala dan tanda sebelum, selama dan pasca-bangkitan
 Faktor pencetus: kelelahan, kurang tidur, hormonal stres psikologis, alkohol.
 Faktor lain: usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval
terpanjang antar bangkitan, awareness antar bangkitan.
 Terapi dan respon terhadap OAE sebelumnya.
 Penyakit yang diderita sekarang dan riwayat penyakit lain yang menjadi
penyebab serta komorbiditas
 Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
 Riwayat pre-natal, natal dan tumbuh kembang, riwayat bangkitan
neonatal/kejang demam
b. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
 Trauma kepala
 Tanda-tanda infeksi
 Kelainan kongenital
 Kecanduan alkohol atau napza
 Kelaianan pada kulit (neurooculocutaneus)
 Tanda-tanda keganasan
c. Pemeriksaan penunjang
 Elektroensefalografi (EEG)
 Pencitraan otak untuk mendeteksi lesi epileptogenik diotak
 Pemeriksaan laboratorium
d. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti pungsi lumbal dan EKG

4. Bagaimana cara pemberian OAE pada epilepsi dewasa?


Jawab:
a. Terapi dimulai dengan monoterapi sesuai dengan jenis bangkitan dan sindrom
epilepsi dengan mempertimbangkan biaya
b. Pemberian OAE dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan bertahap, sampai
dosis perfektif tercapai atau timbul efek samping
c. Bila pada pemberian OAE pertama timbul efek samping yang tidak dapat
ditoleransi, berikan OAE lini pertama yang lain
d. Bila OAE pertama dapat ditoleransi tapi tidak efektif, pertimbangkan hal-hal
berikut sebelum mengganti OAE:
 Apakah diagnosa epilepsi sudah benar
 Apakah pasien patuh minum obat
 Apakah pemilihan OAE sudah sesuai dengan tipe bangkitan dan sindrom
 Apakah ada kondisi yang mendasari
 Apakah ada penggunaan alkohol dan obat-obatan yang lain
e. OAE pertama diganti jika:
 OAE pertama tidak efektif walaupun sudah mencapai dosis maksimal
 Muncul efek samping atau alergi

5. Apa yang dimaksud dengan bedah epilepsi, indikasi dan kontra indikasinya?
Jawab:
a. Bedah epilepsi dilakukan bila penyakit epilepsi sudah mengalami resistan
terhadap obat. Tujuan tindakan bedah epilepsi adalah tercapainya bebas bangkitan
atau menurunkan frekuensi dengan efek samping minimal.
b. Bedah epilepsi diindikasikan pada kasus epilepsi yang berpotensi akan membaik
dengan tindakan bedah (remediable), seperti:
 Sclerosis hipokamus
 Ganglioglioma, dysembrioplastic neuroepithelial tumor (DNET), cavernous
angioma, dysplasia kortek
 Ensefalitis Rasmussen, hemimegalensefali, sturge weber
 Syndrome lennox Gestaut
c. Kontra indikasi:
 Kontra indikasi absolut
 Latar belakang penyakit degeneratif atau gangguan metabolik
 Kelainan neurologi progresif
 Sindrom epilepsi benigna
 Kontra indikasi relative
 Tidak patuh minum OAE
 Psikosis interiktal
 IQ kurang dari 70
 Zona epileptogenic bilateral atau difus

BAB 7 + BAB 1 ( Trigisa Lasabuda, Villi Iroth )

1. Sebutkan macam macam aspek psikososial dan medikolegal yang terkait


dengan epilepsi!
Jawaban :

1) Stigma dan kualitas hidup


2) Masalah dan pekerjaan
3) Hobi, Olaraga, dan Traveling
4) Pernikahan
5) Aspek medikolegal
2. Apa yang di maksud dengan stigma dan kualitas hidup dalam aspek
psikososial dan medikolegal yang terkait dengan epilepsi ?

Jawaban :

Stigma adalah gambaran perbedaan pada seorang manusia dan devaluasi nilai
oleh masyarakat akibat perbedaan tersebut

3. Apa yang di maksud dengan bangkitan epileptik ?

Jawaban :
Bangkitan epileptik adalah terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat akibat
aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak

4. Apa yang di maksud dengan bangkitan refleks ?


Jawaban :

Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul segera (dalam detik atau
menit) sebagai respons atas stimulus spesifik

5. Sebutkan macam macam pemeriksaan penunjang pada bangkitan!


Jawaban:

1) Pencitraan
2) Laboratorium ( pemerikasaan darah rutin tes fungsi ginjal, tes fungsi
hepar, kadar gula, kadar albumin, eletrolit, untuk menyingkirkan
bangkitan simtomatik akut, prolaktin)
3) Analisa cairan serebrospinal (pada kasus yang di curigai infeksi SSP)
4) Elektoensefalografi (EEG) dengan Video
5) Elektrokardiografi
6)
BAB 2 + BAB 4 ( Juandi Kasengke, Larisa Pontoh )

1. Jelaskan bagaimana mendiagnosis epilepsy!


o Diagnosis epilepsy ditegakkan terutama dari anamensis yang didukung oleh
pemeriksan fisik dan pemeriksan penunjang
o Tentunkan tipe bangkitan
o Tentukan tipe epilepsi
o Tentukan sindrom epilepsy
Dalam praktik klinis, langkah-langkah dalam penegakan diagnosis epilepsy adalah
sebagai berikut:
Anamnesis auto dan allo-anamnesis dari saksi mata mengenai hal-hal yang terkait di
bawah ini.
 Gejala dan tanda sebelum, selama dan pasca-bangkitan
 Sebelum bangkitan, misalnya perubahan perilaku, perasaan
lapar, berkeringat, hipotermi, mengantuk, menjadi sensitive dan
lain-lain
 Selama bangkitan/iktal
o Apakah terdapat aura, gejala yang dirasakan pada awal
bangkitan?
o Bagaiman deskripsi bangkitan, mulai dari deviasi mata,
gerakan kepala, gerakan tubuh, vokalilasi, automatisme,
gerakan pada salah satu atau kedua lengan dan tungkai,
bangkitan tonik/klonik, inkontinensia, lidah tergigit,
pucat, berkeringat, dan lain-lain. Akan lebih baik bila
keluaga dapat diminta menirukan gerakan bangkitan
atau merekan video saat bangkitan
 Apakah terdapat lebih dari satu tipe bangkitan?
 Apakah terdapat perubahan tipe dari bangkitan
sebelumnya?
 Waktu terjadi bangkitan: saat tidur, saat terjaga,
bermain video game, berkemih atau sewaktu-
waktu
o Pasca-bangkitan?post-ictal: bingung, langsung sadar,
nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah, hemiparesis pasca-
bangkitan (paralisis Todd)
 Faktor pencetus: kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis,
alcohol
 Faktor lain: usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval
terpajang antar bangkitan, awareness antar bangkitan
 Terapi dan respons terhadap OAE sebelumnya:
 Jenis, dosis, jadwal minum, kepatuhan minum obat; dan
 Kadar OAE dalam plasma
 Penyakit yang diderita sekarang dan riwayat penyakit lain yang
menjadi penyebab serta komordibitas
 Riwayat epilepsy dan penyakit lain pada keluarga
 Riwayat pre-natal, natal dan tumbuh kembang, riwayat
bangkitan neonatal/kejang demam
Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
 Pemeriksaan fisik umum untuk mencari tanda-tanda misalnya:
 Trauma kepala
 Tanda-tanda infeksi
 Kelainan kongenital
 Kecaunduan alcohol atau napza
 Kelainan pada kulit (neuroculocutanous), dan
 Tanda-tanda keganasan
Pemeriksaan neurologis
Untuk mencari tanda-tanda deficit neurologis fokal atau difus
yang dapat berhubungan dengan bangkitan, seperti paralisis
Todd, gangguan kesadaran pasca-iktal, afasia pasca-iktal
 Pemeriksaan penunjang
 Elektroensefalografi (EEG)
o Membantu menunjang diagnosis
o Membantu penentuan tipe bangkitan maupun sindrom
epilepsy
o Membantu menentukan prognosis
o Membantu penentuan perlu/tidaknya pemberian OAE
dan
o Membantu menentukan penghentian OAE
 Pencitraan otak untuk mendeteksi lesi epileptogenic di otak
o CT-scan kepala pada kasus kejang pertama kali pada
usia dewasa, lebih ditujukan untuk kasus
kegawatdaruratan
o MRI (minimal 1,5 Tesla)
o Positron Emission Tomography Scan (PET-Scan)
o Single Photon Emission Computed Tomography
(SPECT)
o Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS)
o USG Doppler (pada neonatus)
 Pemeriksaan laboratorium
o Pemeriksaan hematologis
 Hemoglobin, leukosit dan hitung jenis,
hematocrit, trombosit, elektrolit (natrium,
kalium, kalsium, magnesium), kadar gula darah,
fungsi hati (SGOT/SGPT), ureum, kreatinin, dan
albumin.
Dilakukan pada:
 Awal pengobatan untuk pemilihan OAE
 Dua bulan setelah pemberian OAE untuk
mendeteksi efek samping OAE dan
 Rutin diulang setiap tahun sekali untuk
memonitor efek samping OAE
o Pemeriksaan kadar OAE dalam plasma
Dilakukan bila bangkitan belum terkontrol meskipun
OAE sudah mencapai dosis terapi maksimal atau untuk
memonitot kepatuhan pasien.
 Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan sesuai dengan
indikasi misalnya:
o Pungsi lumbal
o EKG
2. Jelaskan etiologi epilepsy!
Enam kelompok etiologi adlaah structural, genetic, infeksi, metabolic, dan imun, serta
kelompok yang tidak diketahui. Epilepsy pasien dapat diklasifikasikan ke dalam lebih
dari satu katergori etiologi; etiologinya tidak bersifat hierarki dan mungkin tergantung
pada keadaan pasien
1. Struktural:etiologi structural berdasarkan pada pemeriksaan pencitraan yang
dikaitkan dengan pemeriksaan elektroklinik. Etiologi structural antara lain stroke,
trauma, infeksi; atau yang berkaitan dengan genetic seperti malformasi
perkembangan kortikal. Identifikasi lesi structural memerlukan pemeriksaan MRI
dengan menggunakan protocol spesifik epilepsy
2. Genetik: akibat mutasi genetic yang diketahui atau diduga di mana bangkitan
merupakan gejala utama dari gangguan tersebut. Contoh: Childhood absence
Epilepsy atau Juvenile Myoclonic Epilepsy
3. Infeksi: akibat dari pasca –infeksi intracranial, seperti neurosistiserkosis,
tuberculosis, HIV, malaria serebral, pan-ensefalitis sclerosis subakut,
toksoplasmosis serebral, dan infeksi kongenital seperti virus Zika dan virus
Sitomegalo. Infeksi ini kadang memiliki korelasi structural
4. Metabolic:identifikasi penyebab metabolic sangat penting sehubungan dengan
terapi spesifik dan pencegahan gangguan intelektual
5. Imun:gangguan imunitas disertai adanya perdagangan SSP yang sehubungan
dengan reaksi autoimun, contoh:epilepsy pada multiple sclerosis
6. Tidak diketahui:penyebab epilepsy belum diketahui. Diagnosis hanya berdasarkan
usia awitanm semiologi bangkitan dan pemeriksaan EEG
3. Jelaskan langkah-langkah memulai terapi OAE pada epilepsi dewasa!
o OAE diberikan bila:
 Diagnosis epilepsy sudah dipastikan;dan
 Pasien dan/atau keluarganya setuju dan sudah menerima penjelasan
tentang tujuan pengobatan, potensi efek samping terapi, interaksi obat,
kepatuhan, teratogenisitasi dan mengemudi
o Terapi OAE
 Pada umumnya terapi OAE tidak diberikan pada bangkitan tanpa
provokasi yang pertama
 Terapi direkomendasikan bila kemungkinan kekambuhan tinggi, yaitu:
 Dijumpai focus epilepsy yang jelas pada EEG (level A);
 Pada pemeriksaan CT-scan atau MRI otak dijumpai lesi yang
berkolerasi dengan berkaitan;misalnya meningioma,
neoplasma otak, AVM, abses otak, ensefalitis herpes (Level B);
 Pada pemeriksaan neurologic dijumpai kelainan yang mengarah
pada adanya kerusakan otak
 Terdapatnya riwayat epilepsy pada saudara sekandung (bukan
orang tua);
 Riwayat bangkitan simtomatik
 Terdapat sindrom epilepsy yag berisiko kekambuhan tinggi
seperti JME (Juvenile Myoclonic Epilepsy);
 Riwayat trauma kepala terutama yang disertai penurunan
kesadaran, stroke, infeksi SSP (level A); dan
 Bangkitan pertama berupa status epileptikus
4. Sebutkan definisi dan klasifikasi Sudden unexpected death in epilepsy (SUDEP)!
o Kriteria
Korban menderita epilepsi
Korban meninggal secara tak terduga di mana sebelumnya dalam keadaan sehat.
Kematian terjadi “tiba-tiba” (dalam beberapa menit)
Kematian terjadi saat aktivitas normal (misal, di atau sekitar tempat tidur, di rumah, di
tempat kerja) dan dalam kondisi stabil
Penyebab kematian medis yang jhelas tidak ditemukan
Kematian tidak secara langsung disebabkan oleh bangkitan atau status epileptikus
Pemeriksaan post-mortem tidak menunjukkan adanya etiologi structural atau
toksikologik
o Definite SUDEP memenuhi semua kriteria di atas
o Probable SUDEP memenuhi semua kriteria di atas tanpa pemeriksaan post-
mortem
o Possible SUDEP SUDEP tidak dapat dikesampingkan, tetapi tidak cukup
bukti mengenai keadaan, dan tidak ada laporan post-mortem yang tersedia
o Unlikely/Not SUDEP Semua kriteria di atas tidak ada, dan penyebab lain
sudah diketahui
5. Sebutkan faktor risiko dan pencegahan SUDEP!
o Faktor risiko langsung SUDEP
Bangkitan umum tonik klonik yang sudah terjadi lebih dari 2 tahun
Usia onset epilepsy <16 tahun
Resisten terhadap pengobatan, tidak pernah remisi selama 5 tahun
Durasi epilepsy lebih dari 15 tahun
o Faktor risiko tidak langsung SUDEP yang berhubungan dengan control
bangkitan
Konsumsi alcohol yang berlebihan
Ketidakpatuhan terhadap pengunaan OAE
kurang tidur atau pola tidur tidal teratur
o Pencegahan SUDEP
o Salah satu langkah pencegahan utama dalam mencegah terjadinya SUDEP
adalah dengan mengontrol bangkitan umum tonik klonik. Terapi farmakologik
harus diberikan seoptimal mungkin, dengan memilih obat yang sesuai dengan
tipe bangkitan. Tindakan bedah epilepsy yang sukses juga dapat menurunkan
risiko SUDEP

Anda mungkin juga menyukai