Oleh
Annisa Firdaus
NIM 202311101169
3. Definisi penyakit
Disebut stroke iskemik karena terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu
atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sekitar 80 persen serangan
stroke diakibatkan adanya sumbatan (iskemik), sedangkan sisanya karena
pendarahan (hemoragik). Pasien stroke berpeluang lebih besar untuk
sembuh bila penanganannya tidak lebih dari 4,5 jam. Periode mulai dari
serangan pertama hingga mendapat penanganan inilah yang disebut golden
periode. Sebagian besar stroke iskemik tidak menimbulkan nyeri, karena
jaringan otak tidak peka terhadap nyeri. Namun, pembuluh darah besar
dileher dan batang otak memiliki banyak reseptor nyeri sehingga cedera
pada pembuluh darah-darah ini saat serangan iskemik dapat menimbulkan
nyeri kepala. (Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia, 2016).
Berdasarkan patofisiologi stroke iskemik akut, leukosit memainkan peran
penting melawan kemunduran dan manifestasi klinis pada pasien dengan
melepaskan tiga mediator inflamasi, mekanisme penyambungan dalam
mikrosirkulasi, dan vasokonstriksi (Husna dkk., 2015). Faktor risiko stroke
meliputi risiko yang tidak dapat diubah seperti umur, suku, jenis kelamin,
dan genetik. Bila faktor risiko ini ditanggulangi dengan baik, maka
kemungkinan mendapatkan stroke dapat dikurangi atau ditangguhkan,
sedangkan faktor risiko yang dapat diubah merupakan factor risiko
terjadinya stroke pada seseorang yang keberadaannya dapat dikendalikan
ataupun dihilangkan, gaya hidup merupakan tindakan atau perilaku
seseorang yang biasa dilakukan sehari-hari atau sudah menjadi kebiasaan
seperti hipertensi, diabetes mellitus, kelainan jantung, kebiasaan merokok,
aktifitas fisik/olahraga, kepatuhan kontrol, obesitas, minum alkohol, diet,
pengelolaan faktor risiko ini dengan baik akan mencegah terjadinya stroke
berulang (Junaidi 2015 dalam Munir, 2019). Klasifikasi untuk stroke
iskemik menurut Tarwoto dkk (2007) dalam Maryani (2015) meliputi:
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia
otak sepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam
waktu tidak lebih dari 24 jam.
2. Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia
otak berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam
waktu 1-3 minggu.
3. Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan
mencapai maksimal dalam beberapa jam sampe bbrpa hari.
4. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan
mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai bebrapa
5. Completed Stroke (infark serebri)
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau
gangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa
memburuk lagi.
4. Epidemiologi
Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang memiliki tingkat
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi di dunia, menyebabkan sekitar
5,8 juta orang meninggal akibat stroke. WHO mendefinisikan stroke
sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak
fokal (global) dengan gejala - gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan kematian. Ada 2 jenis stroke yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Di negara barat dari seluruh penderita
stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya
merupakan jenis stroke hemoragik. Menurut Kemenkes RI (2017),
disebutkan bahwa dari 10 penyebab kematian utama berdasarkan Sampel
Registrasi Sistem (SRS) diantaranya adalah Penyakit Tidak Menular (PTM)
yaitu stroke di nomor pertama, urutan kedua penyakit jantung koroner dan
ketiga diabetes mellitus. Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia
tahun 2013 pada data tentang situasi kesehatan jantung yang dikeluarkan
oleh Kementerian Kesehatan RI (2014) diperkirakan sebanyak 1.236.825
orang, sedangkan berdasarkan diagnosis/gejala diperkirakan sebanyak
2.137.941 orang. Prevalensi stroke di Indonesia adalah 7 per mil penduduk
(berdasarkan didiagnosis oleh tenaga kesehatan), tertinggi pada usia ≥ 75
tahun sekitar 43,1%. Dari hasil tahun 2012-2014 penyakit Stroke yang
terdata di Indonesia, ditemukan bahwa pada stroke iskemik, penderita laki-
laki lebih dari perempuan, yaitu 56,6% berbanding dengan 43,4% (Usman
dkk., 2016). Prevalensi stroke di Indonesia semakin meningkat, yang
terlihat tahun 2013 di 7 per 1000 penduduk telah meningkat menjadi 10,9
per 1000 penduduk pada tahun 2018. Menurut Shazari & Betta (2016),
Provinsi Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu
sebanyak 238.001 orang (7,4‰) dan 533.895 orang (16,6‰), sedangkan
Provinsi Papua Barat memiliki jumlah penderita paling sedikit yaitu
sebanyak 2.007 orang (3,6‰) dan 2.955 orang (5,3‰).
5. Klasifikasi
a. Menurut patologi dan gejala klinisnya
1) Stroke hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak
tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun. Perdarahan otak dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Pendarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan
edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Pedarahan
intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
b) Pendarahan subarakhnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi
willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.
Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid menyebabkan
TIK meningkat secara mendadak, meregangnya struktur peka nyeri,
dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi
otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparase, gangguan hemisensorik, dll).
2) Stroke nonhemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari.
Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran
umumnya baik.
b. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya
1) TIA (Trans Iskemik Attack)
gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
2) Stroke involusi
stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat
berjalan 24 jam atau beberapa hari.
3) Stroke komplit
dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen.
Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan
TIA berulang.
6. Etiologi (Penyebab)
Menurut buku yang dirancang oleh Dosen Keperawatan Medikal-Bedah
Indonesia (2016), Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba
dapat disebabkan oleh Iskemia atau perdarahan yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke area otak, Hemoragi Serebral (pecahnya
pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke dalam jaringan otak atau
ruang sekitar otak), Oklusi Fokal pembuluh darah otak yang menyebabkan
turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami
oklusi. Stroke iskemik paling sering disebabkan oleh emboli ekstrakranial
atau trombosis intrakranial. Menurut Brunner & Suddarth (2014),
terjadinya emboli disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat
berasal dari “plaque athersclerotique” yang ber-ulserasi atau dari
trombus yang melekat pada intim arteri akibat trauma tumpul pada
daerah leher.
2. Embolisasi akibat gangguan sistemik seperti embolia septik (dari abses
paru atau bronkiektasis), metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru,
embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit “caisson”).
3. Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari
right- sided circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya
emboli kardiogenik adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis,
endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark miokard, atrial
fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.
Sebanyak 2-3 persen stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan
85 persen di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya
infark miokard.
7. Patofisiologi
Menurut Price (2006), infark iskemik cerebri sangat erat hubungannya
dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat
menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara :
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan
perdarahan aterm
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau
menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak diantaranya:
1. Keadaan pembuluh darah.
2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat,
aliran darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke
otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi
otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur
agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan
tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis
sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosi dan hypertensi pembuluh darah. Pembengkakan
otak dikenal dengan istilah medis edema serebral, yaitu kondisi yang bisa
meningkatkan risiko kerusakan pada organ otak. Serangan stroke iskemik
terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah pada otak
mengakibatkan otak tidak mendapat pasokan darah yang
mengandung oksigen, dan menyebabkan sel otak mati. Saat sel otak
mengalami kematian, risiko terjadi pembengkakan pada organ
tersebut menjadi semakin besar. Begitu juga dengan stroke hemoragik
yang dapat menjadi penyebab otak membengkak.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral
dapat reversible untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible
dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia cerebral dapat terjadi oleh
gangguan yang bervariasi, salah satunya yaitu cardiac arrest. Catatan:
kenapa saat terjadi pendarahan, TIK meningkat. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan tekanan pada cairan serebrospinal, yaitu cairan yang
mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Peningkatan tekanan
intrakanial juga dapat terjadi karena jaringan otak membengkak akibat luka
atau penyakit.
8. Pathway
9. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2008) dalam Maryani (2015), stroke
menyebabkan berbagai deficit neurologik, gejala muncul akibat daerah otak
tertentu tidak berfungsi akibat terganggunya aliran darah ke tempat
tersebut, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran
darah kolateral (sekunder atau aksesori).
1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit/jam)
Sakit kepala secara tiba-tiba, pusing, bingung
Penglihatan kabur atau kehilangnya ketajaman penglihatan pada
satu atau kedua mata
Kehilangan keseimbangan, lemah
Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh
2. Gejala stroke ringan
Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara
Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
Bicara tidak jelas
3. Gejala stroke berat (sembuh/mengalami perbaikan dalam beberapa
bulan/tahun, atau tidak bisa sembuh sama sekali)
Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara dan
ringan
Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)
Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
Bicara tidak jelas/hilangnya kemampuan bicara
Sukar menelan
Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan feses
Kahilangan daya ingat dan konsentrasi
Terjadi perubahan perilaku misalnya : bicara tidak menentu,
mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil, dan lain-lain.
Untuk mengetahui tanda gejala stroke, baik penderita ataupun orang-orang
di sekelilingnya harus mengetahui tanda-tanda serangan awal stroke. Untuk
lebih mudahnya, kita bisa menggunakan pengenalan gejala awal stroke
yaitu melalui 'SeGeRa ke RS' (SEnyum, GErak, bicaRA, KEbas, Rabun,
dan Sakit kepala) dan FAST (Face, Arm, Speech, dan Time).
SeGeRa ke RS meliputi,
Senyum : Sedikit miring/ berot
Gerak : Gerakan otot menurun/melemah
Bicara : Pelo, cedal
Kebas : Sering mengalami kebas
Rabun : Pandangan
mulai rabun Sakit kepala : Sering
timbul sakit kepala FAST meliputi,
Face : Cek wajah orang yang dicurigai stroke, perhatikan apakah mulutnya
tidak simetris, atau ketika tersenyum bibirnya tampak jatuh sebelah atau
tidak simetris.
Arm : Melemahnya tangan yang bisa diketahui dengan cara meminta orang
yang dicurigai stroke untuk mengangkat kedua tangan. Orang dengan
stroke biasanya menunjukkan gejala tidak dapat mengangkat salah satu
tangannya dengan baik (arm weakness).
Speech : Orang dengan stroke biasanya sulit mengucapkan kata atau frasa
sederhana dengan baik dan cenderung tak jelas (sedikit cadel atau pelo).
Time : Apabila salah satu dari gejala tersebut ditemukan pada orang yang
dicurigai stroke, maka tak perlu ragu dan menunda waktu. Orang yang
dicurigai stroke harus segera dibawa ke rumah sakit untuk segera ditangani
lebih lanjut.
12. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan, verifikasi, dan
komunikasi data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder
(keluarga, tenaga kesehatan) kemudian data dianalisis sebagai dasar untuk
diagnosa keperawatan.
1. Survey Primer
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis,
pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma
parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary survey adalah
untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang
mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey
antara lain (Fulde, 2009) :
a) A : Airway ( jalan nafas ) Pastikan kepatenan jalan napas dan
kebersihannya segera. Benda asing seperti darah, muntahan, permen,
gigi palsu, atau tulang. Obstruksi juga dapat disebabkan oleh lidah
atau edema karena trauma jaringan. Jika pasien tidak sadar, selalui
curigai adanya fraktur spinal servikal dan jangan melakukan
hiperekstensi leher sampai spinal dipastikan tidak ada kerusakan.
Gunakan tindakan jaw thrust secara manual untuk membuka jalan
napas.
b) B : Breathing (pola nafas) pada pasien stroke mungkin terjadi
akibat gangguan di pusat napas (akibat toke) atau oleh karena
komplikasi infeksi di saluran napas. pedoman konsensus
mengharuskan Monitoring saturasi O2 dan mempertahankannya
diatas 95 (94-98%). Pada pasien stroke yang mengalami gangguan
pengendalian respiratorik atau peningkatan TIK, kadang diperlukan
untuk melakukan ventilasi oksigen.
c) C : Circulation shock didefinisikan sebagian tidak adekuatnya
persuasi organ dan oksigenase jaringan. Diagnosis shock didasarkan
pada temuan klinis : hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia,
pucat, ekstremitas dingin,, penurunan capilary refill, dan penurunan
produksi urin. Pengkajian circulation pada klien stroke biasanya
didapatkan syok hipovolemik, tekanan darahnya bisa terjadi
peningkatan dan bisa terdapat hipertensi masive dengan TD>200
mmHg.
d) Disability tingkat kesadaran klien dan respon terhadaplingkungan
adalah indikator paling sensitif untuk membuat peringkat
perubahan dalam kewaspadaan dan kesadaran. Pada keadaan lanjut,
tingkat kesadaran. Pada tindakan lanjut, tingkat kesadaran klien
stroke biasanya berkisar [ada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa. Apabila pasien sudah mengalami koma, maka
penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran
klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
2. Survey sekunder
a. Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa Medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan
dari singkatan-singkatan atau istilah medis terkait Stroke Iskemik.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling mengganggu yang dirasakan klien
sehingga klien datang ke rumah sakit. Keluhan utama yang
dialami oleh penderita Stroke Iskemik adalah sakit kepala.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang
sekarang dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya
sampai klien memutuskan ke rumah sakit. Kronologis kejadian
yang harus diceritakan meliputi waktu kejadian, cara/proses,
tempat, suasana, manifestasi klinis, riwayat pengobatan, persepsi
tentang penyebab dan penyakit. Biasanya klien sakit kepala, mual
muntah bahkan kejang sampai tak sadarkan diri, kelumpuhan
separuh badan dan gangguan fungsi otak.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Riwayat penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya.
Biasanya pada klien ini mempunyai riwayat hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, anemi, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, pengunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin dan
kegemukan/obesitas.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji ada atau tidaknya keluarga yang menderita penyakit yang
sama. Biasanya ada anggota keluarga yang menderita atau
mengalami penyakit seperti : hipertensi, Diabetes Melitus,
penyakit jantung.
c. Pengkajian pola fungsi kesehatan
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana pola kesehatan dan
kesejahteraan klien. Pada saat klien sakit, klien mudah bekerja
sama untuk proses penyembuhan.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Berisi tentang pola makan klien, berat badan, intake dan output
makanan. Pada klien Stroke Iskemik biasanya mengalami
penurunan asupan.
3. Pola eliminasi
Berisi tentang karakteristik urin dan feses yang dikeluarkan.
Karakteristik tersebut meliputi frekuensi, jumlah, warna, bau,
berat jenis. Pada klien Stroke Iskemik jarang terjadi gangguan
eliminasi baik BAK maupun BAB
4. Pola aktivitas dan latihan
Klien dengan Stroke Iskemik kondisi pasien lemah.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan Stroke Iskemik kemungkinan kecil untuk terganggu
pada saat tidur.
6. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien dengan Stroke Iskemik
mengalami penurunan kesadaran dan sulit diajak komunikasi.
7. Pola persepsi diri
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan
peran masing-masing individu. Pada klien dengan Stroke Iskemik
terjadi gangguan pada pola persepsi.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien dengan Stroke Iskemik tidak mengalami gangguan pada
seksualitas dan reproduksi.
9. Pola peran dan hubungan
Klien dengan Stroke Iskemik tidak mengalami gangguan pada
pola peran dan hubungan.
10. Pola manajemen koping- stres
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda tergantung dari
berbagai faktor. Pada klien dengan Stroke Iskemik mengalami
gangguan pada pola manajemen koping-stres .
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan pada penderita Stroke Iskemik ini
berkaitan dengan klien percaya bahwa ia dapat sembuh dan ia
mampu melakukan semua tindakan untuk kesembuhan dirinya
meskipun terjadi perubahan dari sebelumnya.
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pada klien dengan Stroke Iskemik, klien tampak lemah dan tingkat
kesadaran composmentis.
2. Pemeriksaan tanda- tanda vital
Pada klien dengan Stroke Iskemik juga sama dengan klien lainnya
pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan nadi, tekanan darah, pola
pernapasan, dan suhu tubuh.
3. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
Inspeksi : simetris, rambut putih, kulit kepala bersih.
Palpasi : tidak ada massa
b. Mata
Inspeksi : simetris, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil isokor +/+, 2mm/2mm
Palpasi : tidak ada masalah
c. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada secret, fungsi penciuman
baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Mulut & lidah
Inspeksi : mulut asimetris dextra, lidah merah,
mukosa lembab Palpasi : tidak ada masalah
e. Leher
Inspeksi : simetris, tidak ada jejas.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
f. Thorax/ paru
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (+), tidak
ada jejas. Palpasi : fremitus simetris, pergerakan dada
simetris, tidak ada massa.
Perkusi : sonor Auskultasi : vesikuler
g. Jantung
Inspeksi : cekung (-),
cembung (-) Palpasi :
ictus cordis di ICS V
Perkusi : batas jantung
Atas : ICS II, linea sternalis kanan dan kiri
Pinggang : ICS III, linea sternalis kiri
Bawah : ICS V, MCL linea kiri
Auskultasi : heart rate regular, bising (-), gallop (-)
h. Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi abdomen (-), tidak ada
jejas.
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus 8x/i, (normal= 6-12x/i)
i. Muskuloskeletal
1) Kekuatan otot : 5555 1111
5555 1111
2) Akral hangat.
Dekortikasi
Ekstremitas kiri bawah kaku dan
terkedang (ekstensi), sedangkan kiri
atas kaku dan terketul(fleksi).
Deserebrasi
Gerakan ekstensi sendi siku dan
pronasi
c. Reflek kornea
d. Reflek Bulbokavernosus
e. Reflek Plantar
b. Reflek Patologis
Babinski