Oleh:
Tria Permata Sari, S.Kep
NIM 132310101042
a) Otak
Sebagian besar otak terdiri dari neuron, glia, dan berbagai sel pendukung. Otak
manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon), menerima 20%
curah jantung, memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilokalori
energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi
dalam seluruh
1) Cerebrum
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut
dengan nama cerebral cortex, forebrain, atau otak depan. Cerebrum
membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa,
kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Cerebrum secara
terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut lobus yaitu lobus frontal,
lobus parietal, lobus occipital dan lobus temporal.
a) Lobus frontal merupakan bagian lobus yang terletak pada bagian depan
cerebrum. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah,
memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual
dan kemampuan bahasa secara umum.
b) Lobus parietal berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti
tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
c) Lobus temporal berhubungan dengan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
d) Lobus occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata (Muttaqin,
2008).
2) Cerebellum
Cerebellum atau otak kecil adalah bagian dari sistem saraf pusat yang
terletak di bagian belakang tengkorak (fossa posterior cranial). Semua
aktivitas pada bagian ini di bawah kesadaran (involuntary). Fungsi utama
cerebelum yaitu mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot serta
mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan
keseimbangan dan sikap tubuh. Apabila terjadi cedera pada cerebelum,
dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot
sehingga gerakan menjadi tidak terkoordinasi (Price dalam Muttaqin, 2008).
3) Brainstem
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau
sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia
termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur
proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight
or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya (Puspitawati, 2009).
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a) Mesencephalon atau otak tengah (mid brain) adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan cerebrum dan cerebelum.
Mesencephalon berfungsi untuk mengontrol respon penglihatan, gerakan
mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh, dan fungsi
pendengaran.
b) Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah
kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla
oblongata mengontrol fungsi involunter otak (fungsi otak secara tidak
sadar) seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
c) Pons disebut juga sebagai jembatan atau bridge merupakan serabut yang
menghubungkan kedua hemisfer serebelum serta menghubungkan
midbrain disebelah atas dengan medula oblongata. Bagian bawah pons
berperan dalam pengaturan pernapasan. Nukleus saraf kranial V
(trigeminus), VI (abdusen), dan VII (fasialis) terdapat pada bagian ini.
4) Limbic system (sistem limbik)
Sistem limbik merupakan suatu pengelompokan fungsional yang
mencakup komponen serebrum, diensefalon, dan mesensefalon. Secara
fungsional sistem limbik berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut.
a) Suatu pendirian atau respons emosional yang mengarahkan pada
tingkah laku individu
b) Suatu respon sadar terhadap lingkungan
c) Memberdayakan fungsi intelektual dari korteks serebri secara tidak
sadar dan memfungsikan batang otak secara otomatis untuk merespon
keadaan
d) Memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan menggali kembali
simpanan memori yang diperlukan
e) Merespon suatu pengalaman dan ekspresi suasana hati, terutama reaksi
takut, marah, dan emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual
(Muttaqin, 2008).
1. Meninges
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat penting yang dilindungi
oleh tulang tengkorak yang keras, jaringan pelindung, dan cairan otak.
Dua macam jaringan pelindung utama yaitu meninges dan sistem
ventrikular. Meninges terdiri dari tiga lapisan yaitu
Durameter
Durameter merupakan lapisan paling luar yang tebal, keras, dan
fleksibel tetapi tidak dapat diregangkan (unstrechable).
Arachnoid membran
Arachnoid membran merupakan lapisan bagian tengah yang
bentuknya seperti jaringan laba-laba. Sifat lapisan ini lembut,
berongga-rongga, dan terletak dibawah lapisan durameter.
Piameter
Piameter merupakan lapisan pelindung yang terletak pada lapisan
paling bawah (paling dekat dengan otak, sumsum tulang belakang,
dan melindungi jaringan-jaringan saraf lain). Lapisan ini
mengandung pembuluh darah yang mengalir di otak dan sumsum
tulang belakang. Antara piameter dan membran arachnoid terdapat
bagian yang disebut dengan subarachnoid space (ruang sub-
arachnoid) yang dipenuhi oleh cairan serebrospinal (CSS)
(Puspitawati, 2009).
2. Sistem Ventrikulus
Otak sangat lembut dan kenyal sehingga sangat mudah rusak.
Selain lapisan meninges, otak juga dilindungi oleh cairan
serebrospinal (CSS) di subarachnoid space. Cairan ini menyebabkan
otak dapat mengapung sehingga mengurangi tekanan pada bagian
bawah otak yang dipengaruhi oleh gravitasi dan juga meilndungi otak
dari guncangan yang mungkin terjadi. CSS ini terletak dalarn ruang-
ruang yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Ruang-ruang
ini disebut dengan ventrikel (ventricles). Ventrikel berhubungan
dengan bagian subarachnoid dan juga berhubungan dengan bentuk
tabung pada canal pusat (central canal) dari tulang belakang. Ruang
terbesar yang berisi cairan terutama ada pada pasangan ventrikel
lateral (lateral ventricle). Ventrikel lateral berhubungan dengan
ventrikel ketiga (third ventricle) yang terletak di otak bagian tengah
(midbrain). Ventrikel ketiga dihubungkan ke ventrikel keempat oleh
cerebral aqueduct yang menghubungkan ujung caudal ventrikel
keempat dengan central canal. Ventrikel lateral juga membentuk
ventrikel pertama dan ventrikel kedua (Puspitawati, 2009).
CSS merupakan konsentrasi dari darah dan plasma darah yang
diproduksi oleh choroid plexus yang terdapat dalam keempat ventrikel
tersebut. Sirkulasi CSS dimulai dalam ventrikel lateral ke ventrikel
ketiga, kemudian mengalir ke cerebral aqueduct ke ventrikel keempat.
Dari ventrikel keempat mengalir ke lubang-lubang subarachnoid yang
melindungi keseluruhan SSP. Volume total CSS sekitar 125 ml dan
daya tahan hidupnya (waktu yang dibutuhkan oleh sebagian CSS
untuk berada pada sistem ventrikel agar diganti oleh cairan yang baru)
sekitar 3 jam. Apabila aliran CSS ini terganggu, misalnya karena
cerebral aqueduct diblokir oleh tumor dapat menyebabkan tekanan
pada ventrikel karena dipaksa untuk mengurangi cairan yang terus
menerus diproduksi oleh choroid plexus sementara alirannya untuk
keluar terhambat. Dalam kondisi ini, dinding-dinding ventrikel akan
mengembang dan menyebabkan kondisi hydrocephalus. Bila kondisi
ini berlangsung terus menerus, pembuluh darah juga akan mengalami
penyempitan dan dapat menyebabkan kerusakan otak (Puspitawati,
2009).
b. Intramedular
1) Astrocytoma
Tumor yang menyerang sel penyokong otak
2) Oligodendroglioma
Tumor langka yang berkembang di otak, hal ini terjadi karena sel-sel
yang terletak di jaringan ikat mengelilingi sel-sel saraf otak.
3) Hemangioblastoma
4) Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer biasanya pada payudara, prostat,
tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung.
2) Muntah
Muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah (vagal)
pada medula oblongata.Sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai pergeseran batang
otak. Muntah dapat terjadi didahului dengan mual dan dapat proyektil
3) Papiledema
Papil edema disebabkan oleh stres vena yang menimbulkan
pembengkakan papila saraf optikus. Bila terjadi pada pemeriksaan
oftalmoskopi tanda ini mengisyaratkan terjadinya kenaikan tekanan intra
kranial. Terkadang disertai gangguan penglihatan termasuk pembesaran
bintik buta dan fungsi penglihatan berkurang.
4) Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan
daerah otak yang terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan
lokal seperti pada ketidaknormalan sensori dan motorik, perubahan
penglihatan, dan kejang. Tanda gejala berdasarkan letak tumor dapat
dilihat sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2001).
a) Lobus frontalis
Perubahan mental, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan dalam
kepribadian. Beberapa penderita mengalami periode depresi, bingung
atau periode ketika tingkah laku penderita menjadi aneh. Perubahan
tersering adalah perubahan dalam berargumentasi yang sulit dan
memberi penilaian. Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada daerah
lintasan motorik dekat tumor.
b) Lobus oksipital
Tumor pada bagian ini dapat menyebabkan timbulnya kejang konvulsif,
gangguan penglihatan, halusinasi penglihatan, dan hilangnya
penglihatan pada setengah lapang pandangan pada sisi yang berlawanan
dari tumor.
c) Lobus temporalis
Tumor pada bagian ini menyebabkan tinitus, halusinasi pendengaran,
afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah.
d) Lobus parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan.
e) Cerebulum
Tanda dan gejalan yaitu pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)
atau gaya berjalan yang kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot-otot
tidak terkoordinasi dan mistagmus (gerakan mata berirama tidak
disengaja) biasanya menimbulkan gerakan horizontal. Papil oedema,
nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, dan hiperekstremitas sendi
f) Korteks motorik
Biasanya timbul kejang pada salah satu sisi tubuh (kejang Jacksonian)
g) Intrakranial
Biasanya menunjukkan adanya gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara, dan gangguan gaya berjalan terutama pada
lansia
h) Kortek parasentalis posterior dan lobus parasentralis
Tumor yang menyerang korteks prasentralis posterior menyebabkan
kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan ibu jari.
Tumor yang menyerang bagian ini menyebabkan kelemahan pada kaki
ekstremitas bawah.
f. Patofisiologi tumor otak
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis yang progresif yang
disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan
tekanan intrakranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan
pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulakn tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak yang
mengakibatkan terjadi kehilangan fungsi secara akut dan dapat diperparah
dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi dan perubahan suplai
darah ke dalam jaringan otak (Batticca, 2008).
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
seperti bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan
otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang
menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar di otak menimbulkan peningkatan volume
intrakranial dan meningkatkan TIK(Batticca, 2008).
Peningkatakan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan
untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah
intrakranial, volume CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel
parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan menimbulkan
herniasi unkus serebellum. Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus
melalui insisura tentorial karena adanya lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi
menekan mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf
otak ke 3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum bergeser ke bawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.Kompresi medulla
oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.Perubahan fisiologis yang
terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresif,
hipertensi sistemik dan gangguan pernafasan (Batticca, 2008).
g. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan pada tumor otak yaitu (Ariani, 2012):
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek massa yang mendesak.
2. Hidrosefalus
3. Herniasi Otak
4. Epilepsi
5. Kematian
h. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada tumor otak yaitu
(Gisenberg, 2005):
1) CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur data awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda
penyakit otak yang difus atau fokal dan salah satu tanda spesifik dari
sindrom atau gejala-gejala tumor.
i. Penatalaksanaan
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam
penatalaksaannya yaitu (Gisenberg, 2005):
1) Terapi Medikamentosa
Antikonvulsan untuk kejang dan kortikosteroid seperti dexametason untuk
mengurangi peningkatan tekanan intra kranial. Steroid juga dapat
memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan mengobati edema
otak.
2) Pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor.
Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan
dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya
menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Pembedahan
memerlukan insisi tulang (kraniotomi). Pendekatan ini digunakan untuk
mengobatai pasien meningioma, neuroma akoustik, astrositoma kistik
pada serebellum, tumor kongenital, dan beberapa granuloma.
3) Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Radioterapi memiliki banyak peranan
pada berbagai jenis tumor otak. Radioterapi diberikan pada pasien dengan
keadaan inoperabel, sebagai adjuvant pasca operasi, atau pada kasus
rekuren yang sebelumnya telah dilakukan tindakan operasi.Pada dasarnya
teknik radioterapi yang dipakai adalah 3D conformal radiotherapy, namun
teknik lain dapat juga digunakan untuk pasien tertentu seperti stereotactic
radiosurgery/radiotherapy(Kemenkes RI, 2015).
4) Chemotherapy
Kemoterapi pada kasus tumor otak saat ini sudah anyak digunakan
karena diketahui dapat memperpanjang survival rate dari pasien terutama
pada kasus oligodendroglioma. Kemoterapi pada tumor otak tidak bersifat
kuratif, tujuan utama dari kemoterapi adalah untuk menghambat
pertumbuhan tumor dan meningkatkan kualitas hidup (quality of life)
pasien selama mungkin (Kemenkes RI, 2015).
PATHWAY
Gangguan perfusi jaringan Herniasi serebral Bergesernya ginus medialis Statis vena serebral
lobus temporal ke inferior
Obstruksi sistem
Gangguan Gangguan penglihatan serebral
Papil edema
persepsi sensori Obtruksi drainage
vena retina
Tumor serebrum
Lobus parasentralis Korteks motorik
Kelemahan pada kaki kejang Lobus temporalis Lobus frontalis Lobus parietalis Lobus oksipitalis
dan ekstremitas bawah
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan
pasien dilanjutkan mengukur TTV, kesadaran pasien diamati sadar
sepenuhnya (komposmentis, apatis, somnolen, delirium semi koma,
koma, keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tampak
tidak sakit.
2. Pengkajian rangsang meningeal
Bila ada peradangan selaput otak atau di rongga sub arachnoid terdapat
benda asing seperti darah, maka dapat merangsang selaput otak.
a) Kaku kuduk
Kaku kuduk dengan cara tangan pemeriksa ditempatkan di bawah
kepala pasien yang sedang berbaring Kemudian kepala ditekukkan
(fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.Selama penekukan
ini diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita
dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai dada.Kaku kuduk dapat
bersifat ringan atau berat.Pada kaku kuduk yang berat, kepala tidak
dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik ke belakang.Pada
keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami
waktu menekukkan kepala.
b) Tanda laseque
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi klien berbaring lurus. Lakukan
ekstensi pada kedua tungkai.Kemudian salah satu tungkai diangkat
lurus, di fleksikan pada sendi panggul.Tungkai yang satu lagi harus
berada dalam keadaan ekstensi / lurus.Normal : Jika kita dapat
mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit atau
tahanan.Laseq (+) = bila timbul rasa sakit atau tahanan sebelum kita
mencapai 70
c) TandaKerniq
Pemeriksaan dilakukan dengan pasien berbaring lurus di tempat
tidur.Pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai
membuat sudut 90o.Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut.Biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut 135
o, antara tungkai bawah dan tungkai atas.Tanda kerniq (+) = Bila
terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut 135
d) TandaBrudzinskyI
Pemeriksaan dilakukan dengan klien diminta berbaring di tempat
tidur. Tangan ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu
mencapai dada.Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di
dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan. Brudzinsky I (+)
ditemukan fleksi pada kedua tungkai.
e) Tanda Brudzinsky II
Pemeriksaan dilakukan dengan klien diminta berbaring di tempat
tidur.Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang tungkai
yang satu lagi berada dalam keadaan lurus. Brudzinsky I (+)
ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, tapi perhatikan apakah
ada kelumpuhan pada tungkai.
3. Pengkajian saraf kranial
a) Saraf I
Pada klien tumor otak yang tidak mengalami kompresi saraf ini tidak
memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
b) Saraf II
Gangguan lapang pandang disebabakan lesi pada bagian tertentu dari
lintasan visual. Pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan adanya
papiledema. Tanda yang menyertai papailedema dapat terjadi gangguan
penglihatan termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks
(saat ketika penglihatan berkurang).
c) Saraf III, IV, dan VI
Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf VI memberikan
manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiforms
8. Pemeriksaan penunjang
a. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur data
awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-
tanda penyakit otak yang difus atau fokal dan salah satu tanda spesifik
dari sindrom atau gejala-gejala tumor.
Gambar 5. Gambaran neuroma akustik
b. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Tujuan untuk melihat adanya sel-sel tumor. Pemeriksaan ini tidak
rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang
besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui
pemeriksaan patologi anatomi sebagai cara yang tepat untuk
membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
c. Biopsi
Tujuan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis
d. Angiografi Serebral
Tujuan memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak
tumor serebral.
e. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk megevaluasi lobus temporal
pada waktu kejang
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan tumor otak
adalahsebagai berikut:
1) Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, terhambatnya suplai darah ke otak
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompresi pada pusat
pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan,
kegagalan fungsi pernapasan.
3) Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/ perubahan tempat jaringan
otak dan peningkatan tekanan intrakranial
4) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan kompresi/ perubahan
tempat jaringan otak, obstruksi drainage vena retina
5) Hipertermi berhubungan dengan kompresi subkortikal akibat
peningkatan tekanan intrakranial
6) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kompresi/ perubahan
tempat jaringan otak
7) Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial
8) Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan,
vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat kompresi/
perubahan tempat jaringan otak.
4. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Monitoring TIK
perfusi keperawatan selama ...x24 1. Pantau tanda dan gejala 1. Trias klasik meningkatan TIK yaitu
serebral jam terjadi dengan kriteria peningkatan TIK yaitu muntah, nyeri kepala, dan papil
berhubungan hasil: mengkaji GCS klien, tanda- edema
dengan 1. Tidak ada tanda tanda vital, respon pupil, 2. Fleksi / rotasi leher berlebihan,
peningkatan peningkatan TIK dancatat adanya muntah, sakit stimulasi panas dingin, menahan
TIK dan 2. Klien mampu bicara kepala, perubahan tersebunyi nafas, mengejan, perubahan posisi
edema dengan jelas, (mis; letargi, gelisah, perubahan yang cepat, mengejan, batuk dapat
serebral menunjukkan mental meningkatkan tekanan intrakranial
konsentrasi, perhatian 2. Hindarkan situasi atau 3. Panas merupakan reflek dari
dan orientasi baik manuever yang dapat hipotalamus.Peningkatan kebutuhan
3. Peningkatan tingkat meningkatkan TIK (fleksi / metabolisme dan O akan
kesadaran (GCS 15, rotasi leher berlebihan, menunjang peningkatan TIK
tidak ada gerakan stimulasi panas dingin, 4. Memberikan suasana yang tenang
involunter) menahan nafas, mengejan, dapat mengurangi respon psikologis
4. TTV dalam batas perubahan posisi yang cepat) dan memberikan istirahat untuk
normal (TD: 120/80, 3. Monitor lingkungan yang dapat mempertahankan TIK yang rendah
RR 16-20x/mnt, Nadi menstimulus peningkatan TIK 5. Steroid untuk mengurangi inflamasi
80-100x/mnt, Suhu 4. Berikan lingkungan yang dan mengurangi edema
36,5-37,5oC) tenang
5. Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi seperti steroid
dexametason
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
2 Pola nafas Setelah dilakukan tindakan Airway management and
tidak efektif keperawatan selama ..x 24 respiartory monitoring
berhubungan jam pasien menunjukkan 1. Monitor respirasi dan status O2 1. Untuk mengetahui status respirasi
dengan keefektifan pola nafas, 2. Pantau frekuensi, irama, sebagai dasar untuk melakukan
kompresi dibuktikan dengan kriteria kedalaman pernafasan. tindakan keperawatan
pada pusat hasil: 3. Berikan posisi yang nyaman 2. Distres pernapasan dan perubahan
pernapasan di 1. Suara nafas yang yaitu semifowler pada tanda vital dapat terjadi sebagai
medulla bersih, tidak ada 4. Anjurkan pasien untuk akibat stres fisiologi dan dapat
oblongata, sianosis dan dyspneu melakukan nafas dalam. menunjukkan terjadinya syok
kelemahan 2. Irama nafas, frekuensi 5. Kolaborasi dengan dokter untu sehubungan dengan hipoksia.
otot-otot pernafasan dalam pemberian terapi oksigen. 3. Meningkatkan inspirasi maksimal,
pernapasan, rentang normal (16- meningkatkan ekspansi paru
kegagalan 20x/menit) 4. Memaksimalkan oksigen pada darah
fungsi 3. TTV dalam batas arteri dan membantu dalam
pernapasan normal (TD: 120/80, pencegahan hipoksia
RR 16-20x/mnt, Nadi 5. Memenuhi oksigen dalam tubuh.
80-100x/mnt, Suhu
36,5-37,5oC)
Batticca FB. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC