UNIVERSITAS HASANUDDIN
Terjemahan Jurnal
ABSTRAK
PENDAHULUAN
RADIOLOGI FORENSIK
1895: Ini adalah tahun yang sangat penting dalam radiologi forensik
karena merupakan tahun dimana Wilhelm Conrad Rontgen secara tidak sengaja
menemukan, "A New Kind of Ray." Kecelakaan inilah yang membentuk bidang
radiologi saat ini.
Beberapa minggu kemudian, sinar-X ini diuji dalam penggunaan forensik
untuk pertama kalinya. Saat itu, para ilmuwan mengalami kendala dalam
pengolahan radiograf. Sebuah gambar tunggal akan membutuhkan waktu hampir
70 menit. Penemuan ini pertama kali digunakan untuk memecahkan kasus
pembunuhan di Amerika Utara. [2]
1919: Ini adalah tahun yang penting di Amerika Utara, karena radiologi
diterima sebagai alat identifikasi forensik dalam menyelesaikan kejahatan oleh
pengadilan. Secara kebetulan pula, pertama kalinya seorang presiden menjalani
radiografi. Pada tahun 1912, Presiden A.S., Theodore Roosevelt ditembak di dada
selama kampanye dan selamat. Dia menjalani radiografi dan terlihat jelas bahwa
peluru itu tertancap di tulang rusuk kanan yang patah. Ini digunakan sebagai
contoh dan diajukan ke pengadilan pada tahun 1919. Hal ini semakin
membuktikan kegunaan radiologi dalam mendeteksi luka tembak. [6,7]
1940: Pada awal tahun 1896, W. Koenig mulai mengambil radiografi gigi,
yang menjadi pelopor dalam pengembangan odontologi forensik. Kasus
terdokumentasi pertama di mana.
1967: Computed tomography (CT) oleh Sir Godfrey Hounsfeld dan
magnetic resonance imaging (MRI) diperkenalkan. Dalam CT, berbagai teknik
baru juga telah dikembangkan, dan salah satu teknik tersebut adalah CT
multidetektor. Teknologi ini menjadi sangat populer dalam pekerjaan forensik dan
dianggap sebagai "Gold Standard" saat ini untuk membandingkan radiografi
antemortem dan postmortem.
Identifikasi Gigi
Identifikasi Anatomi
Dental profiling
Kasus medikolegal
Penentuan usia
Rekonstruksi kraniofasial
Aspek kedokteran forensik ini menjadi populer ketika tidak ada catatan
antemortem yang tersedia. Didirikan dengan mencakup spesialisasi kedokteran
gigi forensik, kedokteran forensik, antropologi, dan anatomi. Misalnya, pada
korban perang, jika analisis dental dan sidik jari tidak memungkinkan, ahli
odontologi forensik yang terlatih dimasukkan dalam tim. Tugas mereka adalah
mengidentifikasi tubuh yang tidak dikenal menggunakan ilmu komputer dan
pencitraan medis. Penelitian terbaru menunjukkan semakin pentingnya pencitraan
tiga dimensi dalam rekonstruksi kraniofasial, dan ini telah dibuktikan melalui
kegunaan modalitas seperti CT dan MRI. [15]
Radiologi selalu digunakan secara luas dalam identifikasi gigi
konvensional, berdasarkan anatomi serta perbandingan berbagai penanda
kerangka maksilofasial dalam catatan antemortem dan postmortem. Ada banyak
struktur yang terlibat untuk identifikasi radiografi dalam forensik. Variasi dalam
struktur ini memungkinkan untuk identifikasi individu dengan membandingkan
radiografi antemortem dan postmortem. [2]
Tabel 1. : Fitur radiografi yang dinilai dalam identifikasi [8]
Struktur Fitur yang dicari
Gigi o Gigi ada - Erupsi, tidak erupsi, impaksi
o Gigi absen – kehilangan secara kongenital, hilang
antemortem, hilang postmortem
o Jenis gigi - Permanen, decidui, campuran, primer
persisten, supernumerary
o Posisi gigi – Malposisi
o Morfologi mahkota - Ukuran dan bentuk,
ketebalan email, titik kontak
o Patologi mahkota - Mutiara enamel, ekstensi
enamel serviks, kista dentigerous
o Morfologi akar - Ukuran, bentuk, struktur, jumlah,
divergensi akar
o Patologi akar - Fraktur akar, dens evaginatus,
resorpsi akar, hemiseksi akar, geminasi, fusi,
konkresensi, hipersementosis, dilaserasi
o Patologi gigi - Amelogenesis dan dentinogenesis
imperfecta, dentin dysplasia
o Morfologi pulpa - Ukuran, bentuk, dan jumlah,
dentin sekunder
o Patologi pulpa – Pulp stones, perawatan saluran
akar, retrofills, apikektomi
o Patologi periapikal - Abses, granuloma atau kista,
sementoma, kondensasi osteitis
o Ligamentum periodontal - Penebalan, pelebaran,
kista periodontal lateral
KESIMPULAN
Radiologi forensik dengan cepat menjadi hal penting dalam bidang ilmu
forensik di seluruh dunia. Ahli forensik dapat mengandalkan radiografi untuk
identifikasi manusia serta untuk perkiraan usia, jenis kelamin, ras, dan tinggi
badan. Status sosial ekonomi dan analisis bitemark untuk mengidentifikasi
tersangka juga dapat diperoleh dari radiografi. Munculnya teknik radiografi yang
lebih baru telah membuat pekerjaan dokter gigi forensik menjadi lebih mudah.
Namun, agar radiologi forensik menjadi lebih efektif, pengaplikasiannya harus
digunakan bersama dengan metodologi forensik lainnya, sehingga pendekatan
multidisiplin ini dapat memberikan hasil yang lebih akurat, lebih sedikit memakan
waktu dengan biaya yang lebih murah. Penting juga untuk memahami pentingnya
pencatatan, terutama pencatatan radiograf. Tim forensik harus selalu mengetahui
pentingnya radiografi gigi dalam ilmu forensik dan harus selalu dimasukkan
dalam protokol pemeriksaan normal. Radiologi forensik dan odontologi masih
menjadi penting di negara berkembang seperti India, di mana pengetahuan di
bidangnya masih relatif belum berpengalaman. Masa depan terlihat cerah dan
dalam beberapa tahun mendatang, permintaan untuk ahli radiologi maksilofasial
pasti akan meningkat dan akan menjadi bagian integral dari tim forensik.
DAFTAR PUSTAKA