Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FISIKA FORENSIK

ANALISIS TEKNIK POST-MORTEM


IMAGING (VIRTUAL AUTOPSY)

Oleh
RIFAT FANSYURI DATAU
092114653005
 Morillas A, et al. 2020. A review on the evolution and characteristics of post-
mortem imaging techniques. Forensic Imaging. 23 (2020) 200420
 Wan L, et al. 2020. The approach of virtual autopsy (VIRTOPSY) by
postmortem multi-slice computed tomography (PMCT) in China for
forensic pathology. Forensic Imaging. 20 (2020) 200361
 Schweitzer W, et al. 2021. Forensic volumetric visualization of gunshot
residue in its anatomic context in forensic post mortem computed
tomography: Development of transfer function preset. Forensic
Imaging. 25 (2021) 200451

JURNAL REFERENSI
Dalam menentukan penyebab kematian pada kasus kematian tidak wajar,
teknik yang sering dilakukan yaitu teknik yang dikenal dengan “post-mortem”
atau biasa disebut dengan teknik “otopsi”. Teknik ini dipakai untuk melakukan
pemeriksaan lebih detail tentang informasi dari jenazah tersebut seperti contoh,
penyebab kematian, waktu kematian, dan cara kematian. Tetapi teknik otopsi
manual pada saat sekarang ini, memiliki banyak hambatan seperti memakan
waktu, biaya yang tidak sedikit, dan juga untuk di Indonesia masih banyak
dihubungkan dengan agama, ras, ataupun budaya yang dianggap tabu dengan
teknik otopsi manual tersebut.
Maka dari itu ada perkembangan teknologi pada zaman modern dalam
bidang medis juga pada saat ini telah mendapatkan beberapa solusi yang dianggap
bisa menyelesaikan masalah dari otopsi manual atau teknik post-mortem manual.
Solusi tersebut sering dikenal dengan post-mortem imaging dan salah teknik
pada post-mortem imaging sering dikenal dengan teknik Virtual Autopsy
(VIRTOPSY).

PENDAHULUAN
Teknik pencitraan dalam pemeriksaan medis sebenarnya telah lebih dulu ada
sebelumnya dalam bidang medis seperti teknik pencitraan sinar-X. Tetapi teknik
ini memiliki keterbatasan pada pengambilan informasi yang lebih detail. Karena
dengan teknik sinar-X ini hanya mendapatkan informasi seperti gambaran
makroskopik tulang atau benda asing yang berada didalam tubuh. Kemudian pada
era tahun 80-an dan awal 90-an ditemukan teknik pencitraan baru, yang dikenal
dengan CT (Computed Tomography) dan juga MRI (Magnetic Resonance
Imaging). Kedua teknik ini merupakan sejarah dari beberapa teknik pencitraan
post-mortem dalam melakukan pemeriksaan medis.
Hingga kemudian pada awal abad 21, ilmuan forensik dari Victorian Institute
of Forensic Science (Australia) mengembangkan pendekatan dengan cara Virtual
Autopsy dengan teknik post-mortem multi-slice computed tomography
(PMCT/MSCT). Teknik ini juga tidak jauh dari beberapa teknik sebelumnya
seperti CT dan MRI, hanya saja dikembangkan dengan nama yang berbeda.

PENDAHULUAN (2)
Otopsi Virtual sebenarnya sudah sangat banyak contohnya pada dunia medis
pada zaman moderen saat ini. Otopsi virtual sendiri mengacu pada pemeriksaan
non-invasif untuk praktik forensik. Otopsi virtual ini sering dikenal dengan
pemeriksaan seperti menggambarkan patah tulang dengan CT, cedera jaringan
lunak, luas luka, dan kerusakan organ dengan menggunakan teknik Post-Mortem
MSCT (PMCT) atau MRI dan bisa dipakai di dalam pengadilan sebagai bukti
yang kuat.

PEMBAHASAN
FENOMENA: Kecelakaan lalu lintas *Fenomena dan besaran
 Pada tahun 2015 (Han, et al) menggunakan PMCT untuk mengamati dan menganalisis fisis merupakan
cedera kecelakaan lalu lintas dalam dua kasus fatal dan awalnya melakukan riset nilai PMCT fenomena atau kejadian
dalam kecelakaan lalu lintas. Pada kasus pertama, ruptur limpa dan perdarahan intra- yang terjadi di sekitar
abdomen disebabkan oleh cedera batang kiri seperti pada gambar. Penyebab kematian adalah kita yang di dalamnya
perdarahan dan syok traumatis, seperti yang dikonfirmasi oleh otopsi. Studi menyimpulkan terdapat variabel atau
bahwa PMCT berguna untuk mengamati cedera tulang dan gangguan hematologi. besaran fisis seperti
 Pada tahun 2016 (Han, et al) melakukan pemindaian PMCT seluruh tubuh pada 10 mayat contoh kecepatan,
dari kecelakaan lalu lintas, dan otopsi sistematis kemudian dilakukan perbandingan dengan waktu, suhu, intensitas
hasil PMCT. Kemudian dianalisis dan dicari keuntungan dan kerugian dari otopsi dan PMCT cahaya, gelombang, dll.
untuk memperoleh informasi tentang cedera kecelakaan lalu lintas. Hasilnya yaitu ditemukan
bahwa PMCT dapat mengungkapkan fitur morfologis 3D dari patah tulang di berbagai
bagian tubuh dan dapat mendeteksi akumulasi udara di posisi tubuh yang berbeda, yang
menunjukkan keunggulan PMCT dibandingkan otopsi. Namun, resolusi PMCT membatasi
perannya dalam memeriksa cedera organ dan jaringan lunak. Maka dari itu disimpulkan
bahwa kombinasi PMCT dan otopsi adalah cara terbaik untuk menentukan cara dan
penyebab kematian dari kecelakaan lalu lintas, dan bahwa PMCT dapat memandu otopsi dan
menemukan cedera yang tidak dapat dideteksi secara akurat oleh otopsi.

*FENOMENA DAN BESARAN FISIS


 Pada fenomena sebelumnya yaitu kecelakaan lalu lintas beserta pemeriksaan yang
dilakukan, ada besaran fisis dari pemeriksaan tersebut yang paling menonjol yaitu
pengaplikasian dengan menggunakan gelombang elektromagnetik yaitu sinar-X yang
merupakan cikal bakal dari pemeriksaan CT dan juga Post-Mortem MSCT (PMCT). Sinar-X
termasuk dari salah satu spektrum gelombang elektromagnetik seperti halnya cahaya
tampak, gelombang radio, gelombang mikro, sinar inframerah, ultraviolet, dan juga sinar
gamma. Spektrum gelombang elektromagnetik ini dapat dibedakan dengan apa yang
dinamakan lambda (λ) yang merupakan panjang gelombang dalam satuan meter. Kemudian
untuk yang satunya lagi yaitu frekuensi (f) dalam satuan hertz (Hz), dengan memiliki
𝑐
hubungan : 𝑓 = λ , sedangkan c merupakan kecepatan cahaya.

 Sinar-X sendiri memiliki panjang gelombang (λ) berkisar antara 10 nanometer atau sama
dengan 10 x 10-9 m sampai dengan 100 pikometer atau sama dengan 100 x 10-12 m.

FENOMENA DAN BESARAN FISIS (2)


 Keunggulan:
1. Virtopsy menyediakan sarana opsional atau lebih untuk otopsi forensik.
Dalam hal ini dikarenakan otopsi manual di beberapa tempat dilarang karena
alasan hukum, agama, atau budaya, Virtopsy menawarkan metode
pemeriksaan alternatif yang dapat memainkan peran penting dalam kondisi
tertentu.
2. Virtopsy menyediakan catatan radiologi tentang mayat dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Pemindaian hanya membutuhkan beberapa menit, sangat
meningkatkan efisiensi identifikasi forensik.
3. Teknik pencitraan Virtopsy seperti X-ray, MSCT, dan MRI menyediakan
pemeriksaan noninvasif, mengganti pisau bedah dengan instrumen seperti
pemindaian permukaan, sinar-X, dan resonansi magnetik dan mengganti
catatan otopsi (ditulis dalam bahasa peraturan yang dapat dimengerti) dengan
gambar objektif.

KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN


 Keterbatasan
1. Peralatan dan instrumen anatomi virtual mahal, dan operator harus menerima
pelatihan yang lebih khusus lagi.
2. Keterbatasan perangkat lunak (software) dan perangkan keras (hardware)
yang dapat menunjang teknik tersebut.
3. Metode pencitraan klinis yang tersedia saat ini tidak dapat dipakai atau
digunakan menjadi standar untuk beberapa penyakit.
4. Virtopsy tidak dapat memberikan informasi pada tingkat sel secara
noninvasif atau menganalisis diatom, DNA, bakteri, atau racun menggunakan
metode kimia atau histopatologi.

KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN


(2)
Virtopsy memungkinkan untuk dapat mendeteksi dan menilai cedera pada manusia
dengan cukup efektif. Bukti elektronik yang dihasilkan juga dapat ditampilkan dalam
bentuk gambar, animasi, atau model 3D yang jelas dan mudah dipahami dan bisa
dipakai pada peradilan. Bukti tersebut juga dapat membantu orang awam untuk lebih
memahami kasus dan dengan demikian meningkatkan kualitas identifikasi. Karena
adanya perbedaan dalam hal prinsip, peralatan, dan perhatian pada teknologi digital
ini, kombinasi beberapa teknologi digital telah menjadi bidang yang banyak digeluti
dalam ilmu forensik internasional. Secara khusus pada virtopsy berbasis PMCT dalam
kombinasi dengan kecerdasan buatan (AI) semakin diakui. AI yang dikombinasikan
dengan data anatomi virtual dapat secara semi-otomatis dan otomatis melakukan
pengenalan kraniofasial dan menyimpulkan informasi antropologi seperti usia, jenis
kelamin, dan tinggi badan. Penerapannya dalam diagnosis otomatis pada cedera atau
pada penyakit ini dapat diambil kesimpulan bahwa mekanisme cedera kedepannya
akan menjadi topik penelitian hangat di masa depan.

KESIMPULAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai