Disusun Oleh:
Rifat Fansyuri Datau
092114653005
KATA PENGANTAR
bantuan dan tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penyusun menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
seluruh pembaca.
Surabaya, November
Penulis
DAFTAR ISI
2.3 PEMBAHASAN..............................................................................10
1. KESIMPULAN ............................................................................... 13
2. SARAN ........................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
informasi yang dapat dengan mudah mengakses apapun dari handphone kita
sendiri tanpa harus keluar rumah. Sebagai contoh untuk melakukan transaksi
pembelian barang, transfer uang, ataupun melakukan bisnis hanya dengan sekali
klik semua kebutuhan kita sudah bisa terpenuhi berkat kemajuan teknologi
informasi.
ataupun media sosial. Seseorang dapat mengetahui berita yang hangat yang
panggilan langsung ataupun melakukan video call dari berbagai media sosial.
Inilah arti dari dunia dalam genggaman karena kita dapat dengan melakukan
komunikasi, melakukan transaksi bisnis atau apapun itu tanpa harus melakukan
baru-baru ini berkembang secara pesat seperti pemalsuan data, konten ilegal,
sehingga pemerintah dalam hal ini Presiden dikala itu pada tahun 2005 yaitu
aturan untuk mengatasi masalah cybercrime tersebut. Maka lahirlah aturan yang
dapat mengatasi kejahatan cybercrime ini yang kita kenal dengan Undang-
undang No. 11 tahun 2008 (UU ITE) yaitu Undang-undang tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Akan tetapi aturan ini menimbulkan masalah bagi
pemerintah melalui media sosial karena dalam aturan tersebut juga mengatur
alat vital dan bukti yang kuat bagi setiap orang yang dapat diperkarakan dalam
2. Rumusan Masalah
BAB II
ISI
2.1 Teori Konseptual
sistem norma. Sistem norma ini merupakan asas-asas ataupun kaidah dari
kepada fakta-fakta sosial, maka dari itu jika terjadi adanya kesenjangan,
Sistem norma yang merupakan objek kajian ini yaitu unsur-unsur dari
a. Norma dasar.
b. Asas-asas hukum.
e. Dokumen perjanjian.
f. Keputusan pengadilan.
g. Keputusan birokrasi.
masyarakat yang terkaitkan dengan ranah hukum. Seperti yang kita ketahui
melakukan proses tersebut. Dengan adanya ahli linguistik forensik atau bisa
hukum.
University Denpasar) kajian linguistik forensik memiliki fokus pada tiga (3)
kajian, yaitu :
tujuan lahirnya suatu aturan hukum (ratio legis) dengan apa saja
pada satu kasus tertentu. Kasus-kasus tersebut yang menjadi objek untuk
hukum.
c. Languange as legal evidence yang artinya bahasa sebagai alat bukti sah.
Ada dua (2) tujuan pada proses penyidikian terutama pada proses
pertama yaitu verbal van verhoy yaitu proses pemeriksaan guna mencari
dan lain lain) tindak pidana dengan menggunakan metode wawancara. Maka
dari itu ahli linguistik forensik dibutuhkan dalam keahlian kebahasaan yang
dia miliki.
2.3 Pembahasan
dari maraknya kejahatan di dunia maya atau cybercrime. Dari regulasi yang
cybercrime ini terbilang cukup unik. Keunikan dari kejahatan di dunia maya
atau yang biasa disebut cybercrime ini terletak dari keunikan tempat
terjadinya suatu tindak pidana (locus delicti). Seperti yang kita ketahui bahwa
tempat dari kejadian tindak pidana cybercrime ini, jika ditinjau dari pelaku
dan korban memiliki tempat yang berbeda dan mungkin sangat jauh. Maka
dari itu dengan meninjau dari kebijakan hukum sesuai dengan Undang-
kejahatan cybercrime.
pertama, bisa dilakukan uji forensik digital dari barang bukti, sehingga
dalam persidangan.
mencemarkan nama baik seseorang atau suatu lembaga, karena boleh jadi
pelaku mengatakan bahwa dia tidak melakukan ataupun tidak berniat untuk
pencemaran nama baik di dunia maya. Ahli dari bidang tersebut bisa ditinjau
pesat ini, yang menimbulkan banyak dampak positif dan tidak sedikit juga
dampat negatif yang ditimbulkan seperti kasus tindak pidana di media sosial
atau yang biasa disebut cybercrime. Adanya lingusitik forensik dapat dengan
pada konteks-konteks yang dituturkan. Maka dari itu tugas ahli lingusitik
pelaku bersalah ataupun tidak, diluar tanggung jawab dari ahli linguistik
forensik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
b. Pelaku tindak pidana pencemaran nama baik di media sosial dapat dijerat
dituturkan.
B. Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis tuliskan sebagai bahan rujukan bagi
yang ingin meneliti lebih lanjut ataupun bagi pemerintah, dan penyidik
kepolisian, yaitu :
a. Pertama yaitu dengan mengkaji lagi beberapa aturan atau pasal di dalam UU
permasalahan tersebut.
c. Terakhir untuk yang mau melanjutkan penelitian ini, dapat mengkaji dari
DAFTAR PUSTAKA
[4] Abdulla Wahid. Dkk. 2005. Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), Refika
Aditama.Bandung, hlm. 9.
[5] Didik M. Arif, Mansur dan Elisataris Ghultom, 2005, Cyber Law: Aspek