TATA LAKSANA PSIKIATRI

TERHADAP SALAH SATU

CONTOH KASUS FRAUD JENIS
KORUPSI DI INDONESIA

OLEH
RIFAT F. DATAU / 092114653005
 APA SIH FRAUD ITU?

FRAUD DAPAT DIARTIKAN SEBAGAI PENIPUAN ATAU KECURANGAN,

MENYEBABKAN KERUGIAN MATERIIL MAUPUN IMATERIIL YANG SANGAT BESAR DI
INSTITUSI MANA PUN. PELAKU FRAUD TIDAK TERBATAS PADA MEREKA YANG
TERDESAK SECARA SOSIAL-EKONOMI, NAMUN JUGA PADA MEREKA YANG
MEMILIKI STATUS SOSIAL, JABATAN, ATAU KEAHLIAN TERTENTU. (WILHELM, 2004;
KAYO, 2013; WIND, 2014).
 SESEORANG DIKATAKAN FRAUD KETIKA (?)

SESUAI PEDOMAN CHARTERED GLOBAL MANAGEMENT ACCOUNTANT (CGMA)

(LEES, 2012), FRAUD HARUSLAH MEMENUHI TIGA UNSUR BERIKUT INI: (1)
TINDAKAN YANG DISENGAJA; (2) KECURANGAN; (3) MENIMBULKAN KEUNTUNGAN
PRIBADI/KELOMPOK ATAU KERUGIAN DI PIHAK LAIN.
 TEORI FRAUD

MENURUT CRESSEY (1953) BAHWA ETIOLOGI FRAUD ADALAH APA YANG DISEBUTNYA
SEBAGAI FRAUD TRIANGLE, YAITU “PRESSURE, OPPORTUNITY, AND RATIONALIZATION”.
YAKNI ADANYA TEKANAN (PRESSURE) ATAU KONFLIK KEPENTINGAN (CONFLICT OF
INTEREST), ADANYA KESEMPATAN UNTUK MELAKUKAN (OPPORTUNITY), DAN ADANYA
KECENDERUNGAN UNTUK MENCARI PEMBENARAN TERHADAP PERILAKUNYA
(RATIONALIZATION) (WALLANG & TAYLOR, 2012; KAYO, 2013; SIZEMORE, 2013;
FITRAWANSYAH, 2014). PARA PELAKU FRAUD INI SERING DISEBUT DENGAN FRAUDSTER
 TEORI FRAUD (2)

MENURUT MARTIN T. BIEGELMAN (2006) MENYEBUTKAN BAHWA TERJADINYA

FRAUD JIKA TELAH MEMENUHI FORMULA C=P-A, DIMANA KORUPSI (CORRUPTION,
C) AKAN TERJADI JIKA KEKUASAAN (POWER, P) DISELENGGARAKAN TANPA
PERTANGGUNGJAWABAN YANG SEMESTINYA (ACCOUNTABILITY, A). (COLLIER &
VICENTE, 2012; KAYO, 2013; WALLANG & TAYLOR, 2012)
 KASUS FRAUD DI INDONESIA
• FRAUD MELALUI TINDAK PIDANA KORUPSI TERJADI PADA DUA PERUSAHAAN BUMN,
YAKNI PT ANGKASA PURA II (PERSERO) DAN PT INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA
(PERSERO). DIREKTUR KEUANGAN AP II DIDUGA MENERIMA SUAP SEBESAR 96.700 DOLAR
SINGAPURA DARI DIREKTUR UTAMA PT INTI SEBAGAI HADIAH TERIMA KASIH ATAS SALAH
SATUPROYEK. PADA AKHIRNYA, KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) MENANGKAP
DIREKTUR KEUANGAN AP II, DIREKTUR UTAMA PT INTI, DAN PERANTARA DARI PT INTI, SERTA
MENJADIKAN MEREKA SEBAGAI TERSANGKA.
• KASUS TERSEBUT MERUPAKAN CONTOH FRAUD BERJENIS CORRUPTION. PARA PELAKU
BISNIS TENTU PERLU MENCARI CARA UNTUK MENGHINDARI KASUS YANG SAMA. SALAH SATU
CONTOH PENGENDALIAN YANG SPESIFIK ADALAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI
INFORMASI BERUPA AUTOMATED FRAUD DETTERENCE  (DETEKSI KECURANGAN OTOMATIS)
YANG DAPAT MENANGKAL AKTIVITAS FRAUD TERSEBUT PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN.
SUDUT PANDANG PSIKIATRI PADA FRAUDSTER

ASPEK PSIKIATRI YANG DIKAJI BERDASARKAN DARI TEORI-TEORI FRAUD YANG ADA :
• TEKANAN
TEKANAN (PRESSURE) YANG DIALAMI FRAUDSTER DAPAT BERUPA FAKTOR
SOSIOEKONOMI ATAU FAKTOR PSIKOBIOLOGIS. PADA UMUMNYA FAKTOR PRESSURE
TERDIRI DARI KEADAAN-KEADAAN YANG BERSIFAT DI LUAR KEHENDAK FRAUDSTERS.
DENGAN MELIHAT KEDUANYA, PSIKIATER AKAN LEBIH MEMILIKI PANDANGAN YANG
HOLISTIK DALAM MENGKAJI PSIKODINAMIKA DAN PSIKOPATOLOGI FRAUDSTERS.
(BALAFOUTAS ET AL, 2011; WALLANG & TAYLOR, 2012)
• KESEMPATAN
SALAH SATU YANG MENDUKUNG TERJADINYA FRAUD ADALAH ADANYA KESEMPATAN BAGI PELAKU
UNTUK MELAKSANAKAN AKSINYA. KESEMPATAN INI DAPAT TERSEDIA DIKARENAKAN SISTEM
PENGAWASAN YANG LEMAH, DAPAT JUGA DICIPTAKAN SENDIRI OLEH PELAKU. PADA STUDI
KRIMINOLOGI, TERDAPAT HUBUNGAN ERAT ANTARA MOTIVASI DAN KEJADIAN KEJAHATAN. YANG
ARTINYA, MESKIPUN TERDAPAT BANYAK KESEMPATAN, KEJAHATAN TIDAK AKAN TERJADI JIKA TIDAK
ADA MOTIVASI JAHAT YANG TIMBUL DALAM DIRI SESEORANG. SEBALIKNYA, MESKIPUN TIDAK
TERSEDIA KESEMPATAN, MAKA KEJAHATAN TETAP MUNGKIN AKAN TERJADI JIKA TERDAPAT MOTIVASI
YANG KUAT DARI PELAKUNYA. MESKI DEMIKIAN, MEMPERKETAT SISTEM PENJAGAAN ADALAH SATU
FAKTOR PENTING UNTUK MEMPERSEMPIT KESEMPATAN SESEORANG BERBUAT JAHAT. (ALANEZI &
BROOKS, 2014; KAYO, 2013; SIZEMORE, 2013)
• RASIONALISASI
RASIONALISASI YANG DIMAKSUD IALAH PERILAKU FRAUDSTERS YANG
BERUSAHA MENCARI PEMBENARAN ATAS KEJAHATAN YANG IA LAKUKAN. PROSES
BERPIKIR FRAUDSTERS DALAM MELAKUKAN RASIONALISASI SERING TERDAPAT
COGNITIVE DISSONANCE, ATAU KEJANGGALAN KOGNISI, YAITU INKONSISTENSI
PROSES BERPIKIR YANG MENDASARI SIKAP TERHADAP SESUATU. (WALLANG &
TAYLOR, 2012)
• PENYALAHGUNAAN KEKUASAAN
BEBERAPA FRAUDSTERS MERASA ADA KEPUASAN TERSENDIRI JIKA KORBANNYA TIDAK
MENYADARI BAHWA DIRINYA SEDANG DITIPU. BEGITU KORBANNYA MULAI MENYADARI,
PELAKU TELAH MENYIAPKAN SEGALA MACAM BERKAS DAN MEDIA UNTUK MEMBENTENGI
DIRINYA DARI DUGAAN DAN TUNTUTAN HUKUM. PELAKU TAK SEGAN-SEGAN MELAKUKAN
BACKSTABBING UNTUK MENYELAMATKAN DIRINYA SENDIRI. CIRI INI MENDUKUNG
TERPENUHINYA KRITERIA REPUTATION-DEFENDING ANTISOCIAL PERSONALITY DISORDER, YANG
MANA MERUPAKAN KOMBINASI CIRI KEPRIBADIAN ANTISOSIAL DENGAN WARNA NARSISISTIK
(COLLIER & VICENTE, 2012; GABBARD, 2005; HALL & LINDZEY, 1993; MILLON & DAVIS, 2000;
WALLANG & TAYLOR, 2012)
TATA LAKSANA PSIKIATRI TERHADAP
FRAUDSTER

• TATA LAKSANA SECARA UMUM (GENERAL DETERRENCE THEORY - GDT)

• TATA LAKSANA HOLISTIK

 TATA LAKSANA GENERAL DETERRENCE
THEORY (GDT)

GDT TERDIRI DARI EMPAT KOMPONEN, YAKNI FRAUD PREVENTION, FRAUD

DETECTION, FRAUD RESPONSE, DAN FRAUD DETERRENCE.
• PENDETEKSIAN DAN PENCEGAHAN
FRAUD PREVENTION TERDIRI DARI LANGKAH MENDETEKSI DAN MENCEGAH.
KEDUANYA AKAN LEBIH UTAMA DILAKUKAN DARIPADA TERLAMBAT BERTINDAK
KETIKA FRAUD TELAH BERLANGSUNG LAMA DALAM PERUSAHAAN. DUA HAL
YANG DAPAT DILAKUKAN PSIKIATER ADALAH MELAKUKAN SKRINING PADA
PEGAWAI LAMA DAN BARU UNTUK MENDETEKSI POTENSI FRAUD.
(FITRAWANSYAH, 2014; KAYO, 2013; WALLANG & TAYLOR, 2012)
• MANAJEMEN WHISTLEBLOWER
SEBAGAIMANA MENJAGA RAHASIA PASIEN, PSIKIATER JUGA HARUS DAPAT
MENJAGA KERAHASIAAN PENGADU, ATAU WHISTLEBLOWER. PENGADU PADA
DASARNYA MEMILIKI BERBAGAI MOTIF PERSONAL, BAIK KARENA SUKA/TIDAK
SUKA KEPADA TERSANGKA, SEMATA-MATA TIDAK INGIN DINYATAKAN TERLIBAT,
ATAU MEMANG TULUS KARENA MERASA BAHWA PERBUATAN TERSEBUT BISA
MEMBAHAYAKAN PEKERJA LAIN TERMASUK DIRINYA. SELAIN DEMI MENJAGA
KEAMANAN PENGADU, JUGA MENIMBULKAN RASA AMAN BAGI KARYAWAN LAIN
YANG INGIN MEMBERIKAN INFORMASI TAMBAHAN. (GALLUP, 2013; LEES, 2012)
• ASESMEN KASUS
HARE PSYCHOPATY CHECKLIST—REVISED (PCL-R) ADALAH PANDUAN
WAWANCARA YANG CUKUP KUAT UNTUK MEMPREDIKSI APAKAH SUBYEK
MEMILIKI KECENDERUNGAN PSIKOPATIK ATAU TIDAK. SELAIN ITU, DAPAT
DIGUNAKAN INSTRUMEN B-SCAN UNTUK MENDETEKSI POTENSI FRAUD DALAM
PERUSAHAAN (COOKE & MICHE, 1997; HARE ET AL, 1990; MATHIEU ET AL, 2012;
NEUMANN ET AL, 2013)
• KELAYAKAN MENJALANI PERSIDANGAN
PADA BEBERAPA KASUS FRAUD DI TANAH AIR, PSIKIATER DILIBATKAN UNTUK
MEMBERI PENDAPAT SEBAGAI AHLI, APAKAH SEORANG TERSANGKA MAMPU DAN
LAYAK MENJALANI PERSIDANGAN. PSIKIATER DIMINTA UNTUK MENILAI, APAKAH
TERSANGKA MAMPU MEMAHAMI PROSES DAN BUKTI SELAMA SIDANG. BISA JADI
TERSANGKA MEMILIKI MASALAH MENTAL TERTENTU SEHINGGA MEMPENGARUHI
JALANNYA PERSIDANGAN, APAKAH KARENA MEMANG SEBELUMNYA MENGALAMI
SEBUAH GEJALA PSIKIATRIK, ATAU BARU SAJA TERGANGGU KARENA SHOCK
AKIBAT PERSIDANGAN. (WALLANG & TAYLOR, 2012)
 TATA LAKSANA HOLISTIK

SETELAH MENDAPAT PUTUSAN PERSIDANGAN, PSIKIATER DAPAT

MENGAJUKAN USULAN TATALAKSANA YANG HOLISTIK UNTUK PELAKU FRAUD.
PADA PRINSIPNYA, TATALAKSANA FRAUD YANG DIAJUKAN PSIKIATER SAMA
HALNYA DENGAN TATALAKSANA KASUS PSIKIATRIK LAINNYA, YAKNI MELIPUTI
3P-ASPECTS, PSYCHOBIOLOGY, PERSONALITY, DAN PSYCHOSOCIOSPIRITUAL.
(BASROWI & SUSILO, 2006; WALLANG & TAYLOR, 2012)
• TATALAKSANA FAKTOR PSIKOBIOLOGIS
TATALAKSANA INI MEMILIKI PERBEDAAN MENDASAR PADA TATALAKSANA
KASUS FRAUD YAITU KEBUTUHAN UNTUK MENGHAMBAT RESEPTOR DOPAMINERGIK,
SEHINGGA MENURUNKAN AGRESIVITAS DAN KECEMERLANGAN DAYA BERPIKIR
PELAKU. (GERHART ET AL, 2013; NETTLE, 2007; WALLANG & TAYLOR, 2012)
• TATA LAKSANA FAKTOR KEPRIBADIAN
TATALAKSANA UNTUK FAKTOR INI MELIBATKAN TIGA AREA, YAKNI AREA KULTURAL, AREA
KELOMPOK/KOMUNITAS, DAN AREA INDIVIDU. SALAH SATU SANKSI YANG BERKEMBANG DI TANAH AIR
ADALAH ADANYA SANKSI ADAT, MULAI DARI YANG PALING RINGAN YAKNI DIKUCILKAN/DIASINGKAN,
DICIBIR, HINGGA YANG PALING BERAT YAKNI HUKUMAN-HUKUMAN YANG MENGENAI FISIK. BEBERAPA
SANKSI ADAT TELAH MENUNJUKKAN ADANYA PENDEKATAN PERILAKU (BEHAVIOR APPROACH) UNTUK
MEMBUAT SIKAP PELAKU LEBIH PROSOSIAL, SEHINGGA DIHARAPKAN TIDAK LAGI MENIMBULKAN
KERUGIAN BAGI SEKITARNYA DI MASA MENDATANG. PENDEKATAN INI KEMUDIAN DIAKOMODIR DALAM
HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, SEBAGAIMANA ISTILAH DI KANADA DAN AMERIKA YANG
MENYEBUTNYA SEBAGAI ALTRUISTIC PUNISHMENT. (CROWTHER ET AL, 2012; HERRMANN ET AL, 2008;
NETTLE, 2007; SYLWESTER ET AL, 2013)
• TATA LAKSANA FAKTOR PSIKOSOSIOSPIRITUAL
SALAH SATU FAKTOR PROTEKTIF PADA PERILAKU MAUPUN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL ADALAH
FAKTOR PENDIDIKAN. PENDIDIKAN MEMBERIKAN PERAN PENTING UNTUK MENANAMKAN NILAI MORAL
DAN NILAI-NILAI PROSOSIAL. BERBEDA DENGAN NEGARA-NEGARA BARAT, NEGARA-NEGARA TIMUR
MEMILIKI TINGKAT SPIRITUALITAS YANG LEBIH DAPAT DITERIMA OLEH PARA PRAKTISI PENDIDIKAN.
SATU TITIK TEMU ANTARA BARAT DAN TIMUR ADALAH ADANYA NILAI-NILAI MORAL YANG MEMBUAT
MASYARAKATNYA SALING TERIKAT SATU SAMA LAIN, BAIK YANG BERSUMBER DARI KEARIFAN LOKAL
MAUPUN KETUHANAN. PSIKIATER PERLU MENGETAHUI PADA TINGKAT MANAKAH SEORANG TERDAKWA
MEMAHAMI TENTANG MORALITASNYA. PSIKIATER DAPAT MENGGUNAKAN TEORI PERKEMBANGAN
MORAL OLEH KOHLBERG UNTUK MENGANALISIS TINGKAT MORALITAS TERDAKWA. (BASROWI & SUSILO,
2006; CARBONE-LOPEZ, 2013; CROWTHER ET AL, 2012; MARAMIS & MARAMIS, 2009; SMITH ET AL, 2013)
 KESIMPULAN
TATALAKSANA FRAUD TERANGKUM DALAM GENERAL DETERRENCE THEORY (GDT), YANG
TERDIRI DARI EMPAT LANGKAH YAKNI PREVENTION, DETECTION, RESPONSE, DAN
DETERRENCE, DIMANA PSIKIATER DAPAT MENGAMBIL PERAN DI TIAP LANGKAH TERSEBUT.
PADA SAAT PEMBUKTIAN PERKARA, PSIKIATER DAPAT MENGOPTIMALKAN PEMERIKSAAN
PSIKIATRIKNYA UNTUK MENAPIS KEMUNGKINAN MALINGERING. JUGA APAKAH KASUS
FRAUD INI DILATARBELAKANGI OLEH GANGGUAN PSIKIATRIK TERTENTU.
PSIKIATER JUGA DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN KOGNITIF UNTUK MENYATAKAN
TERSANGKA LAYAK SIDANG ATAU TIDAK. JIKA PUTUSAN PERSIDANGAN TELAH DIBUAT,
PSIKIATER DAPAT MEREKOMENDASIKAN TATALAKSANA HOLISTIK YANG MELIPUTI UNSUR
3P, YAKNI PSIKOBIOLOGIS, PERSONALITY, DAN PSIKOSOSIOSPIRITUAL. PADA AKHIRNYA,
PERAN PSIKIATER DALAM MELAKUKAN ASESMEN DAN TATALAKSANA YANG HOLISTIK
DAPAT MEMBANTU FRAUDSTERS UNTUK DITERIMA KEMBALI DALAM MASYARAKATNYA.