MENERAWANG TANGGUNG JAWAB DAN PELAKSANAAN

NEGARA DALAM UU NO. 13 TAHUN 2011 TENTANG

PENANGANAN FAKIR MISKIN
DISUSUN OLEH:
PAUL PATRICK SIMANJUNTAK
FH/ILMU HUKUM
 LATAR BELAKANG
KEMISKINAN MERUPAKAN
MASALAH KLASIK YANG DIHADAPI
OLEH SEMUA NEGARA, TERMASUK
INDONESIA.
UU NO. 13 TAHUN 2011 TENTANG
PENANGANAN FAKIR MISKIN
MERUPAKAN PAYUNG HUKUM BAGI
NEGARA DALAM PENANGANAN
KEMISKINAN.
UU INI MENGATUR HAL-HAL SEPERTI
HAK DAN KEWAJIBAN FAKIR
MISKIN, BENTUK PENANGANAN,
PROSES PENDATAAN, SARANA DAN
PRASARANA, HINGGA KETENTUAN
SANKSI DENDA PIDANA.
 TANGGUNG JAWAB
NEGARA

NEGARA MEMILIKI TANGGUNG JAWAB UNTUK

MEMELIHARA FAKIR MISKIN SESUAI DENGAN
PASAL 34 AYAT (1) UUD NRI 1945.
UU NO. 13 TAHUN 2011 MENGATUR TANGGUNG
JAWAB NEGARA DALAM PENANGANAN FAKIR
MISKIN, YAITU:
A. MENYEDIAKAN PELAYANAN DASAR, SEPERTI
PANGAN, SANDANG, PERUMAHAN, KESEHATAN,
DAN PENDIDIKAN.
B. MELAKUKAN PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN.
MELAKUKAN PERLINDUNGAN SOSIAL FAKIR
MISKIN.
 PERMASALAHAN
PERMASALAHAN DARI SEGI HUKUM

TIDAK MENGATUR KETENTUAN TERHADAP FAKIR MISKIN YANG TELAH TIDAK MISKIN,
SEHINGGA FAKIR MISKIN SECARA TERUS MENERUS MENDAPATKAN DANA BANTUAN
SOSIAL.

PERMASALAHAN DARI SISI PELAKSANAAN OLEH PEMERINTAH

KETIDAKSESUAIAN DATA (DATA ERROR) FAKIR MISKIN, BAIK AKIBAT

PEMALSUAN DATA DARI FAKIR MISKIN TERKAIT, MAUPUN INCLUSION ERROR
DAN EXCLUSION ERROR DALAM DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL (DTKS).
PEJABAT PEMERINTAH YANG MENJALANKAN PROGRAM PENYALURAN BANTUAN
SOSIAL TURUT MENJADI MASALAH DENGAN TERLIBAT DALAM KORUPSI
BANTUAN SOSIAL.

PERMASALAHAN DARI SISI FAKIR MISKIN

FAKIR MISKIN YANG TIDAK TERTIB ADMINISTRASI, SEHINGGA MENYULITKAN PROSES PENDATAAN
UPAYA EVALUASI UNTUK
MENGATASI PERMASALAHAN

1. PERMASALAHAN HUKUM DARI UU 13/2011 DAPAT DISELESAIKAN DENGAN MENGATUR KETENTUAN FAKIR
MISKIN YANG KONDISINYA TELAH LEPAS DARI JERAT KEMISKINAN.
2. PENINGKATAN KOORDINASI DAN SINKRONISASI ANTARA INSTANSI-INSTANSI YANG TERKAIT DENGAN
PENANGANAN FAKIR MISKIN, BAIK DI TINGKAT PUSAT MAUPUN DAERAH.
3. PENINGKATAN TERHADAP SUMBER DAYA MANUSIA, ANGGARAN, DAN TEKNOLOGI DALAM AGAR
PELAKSANAAN PENDATAAN YANG PARTISIPASIF, TERPADU, DAN BERKESINAMBUNGAN.
4. PENINGKATAN TERHADAP MEKANISME VERIFIKASI, VALIDASI, DAN PEMUTAKHIRAN DATA SECARA
BERKALA DAN SISTEMATIS.
5. SOSIALISASI DAN EDUKASI YANG INTESIF DAN LUAS UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN
KESADARAN MASYARAKAT DALAM PROSES PENDATAAN, PENYALURAN, DAN PENGAWASAN BANSOS.
6. PEMBENTUKAN DAN PENGUATAN LEMBAGA-LEMBAGA TERTENTU YANG BERWENANG UNTUK MENGATASI
PENYELESAIAN SENGKETA DAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KELUHAN SERTA ASPIRASI YANG
DISAMPAIKAN.
 PENUTUP
UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN TELAH MEMBERIKAN
DASAR HUKUM YANG KUAT BAGI NEGARA DALAM PENANGANAN FAKIR MISKIN. NAMUN, DALAM
PELAKSANAANNYA MASIH TERDAPAT BERBAGAI PERMASALAHAN YANG PERLU DISELESAIKAN.
DENGAN UPAYA EVALUASI YANG TEPAT, DIHARAPKAN PERMASALAHAN TERSEBUT DAPAT DIATASI
DAN PENANGANAN FAKIR MISKIN DI INDONESIA DAPAT BERJALAN LEBIH OPTIMAL.
TERIMA KASIH