Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2023, 14(1), 33-49

BAGAIMANA PANDANGAN FILSAFAT ETIKA TENTANG KECURANGAN


LAPORAN KEUANGAN?
Henry Yusron Maulida*, Tri Jatmiko Wahyu Prabowo

Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudarto No.13, Semarang 50275

*Korespondensi: henryyusron13@gmail.com

Volume 14 Abstrak – Bagaimana Pandangan Filfasat Etika tentang Kecurangan


Nomor 1
Halaman 33-49
Laporan Keuangan?
Malang, April 2023 Tujuan Utama – Penelitian ini bertujuan untuk menggali akar dan etika
ISSN 2086-7603 manusia dalam melakukan kecurangan laporan keuangan.
e-ISSN 2089-5879 Metode – Penelitian ini menggunakan metode penyelidikan narasi. Fil­
safat etika digunakan sebagai pisau analisis untuk mengungkap akar
Tanggal Masuk: kecurangan laporan keuangan.
02 Februari 2023 Temuan Utama – Penelitian ini menghasilkan usulan konsep etiologi
Tanggal Revisi: akar kecurangan laporan keuangan. Pelaku kecurangan laporan keuang­
29 April 2023 an tidak memiliki keutamaan jiwa. Konsep filsafat etika Ibnu Miskawaih
Tanggal Diterima: memberikan pandangan tentang proses terbentuknya tabiat seseorang
15 Mei 2023 untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Model penyebab ke­
curangan laporan keuangan ini dapat melengkapi kekurangan dari teori
asosiasi diferensial dan teori fraud triangle.
Kata kunci: Implikasi teori dan Kebijakan – Inovasi dari beragam paradigma akan
memberikan kontribusi terhadap penelitian kecurangan laporan keuang­
association differential an di masa depan. Penelitian ini memberikan pandangan baru untuk
theory, pencegahan kecurangan laporan keuangan.
etiologi, Kebaruan Penelitian – Penelitian ini mengeksplorasi akar penyebab dan
fraud triangle, menawarkan model baru yang lebih luas dari teori fraud triangle.
kecurangan laporan
keuangan Abstract – What is the Philosophical Ethical View of Fraudulent
Financial Statements?
Main Purpose – This study explores human roots and ethics in committing
Mengutip ini sebagai: fraudulent financial statements.
Maulida, H. Y., & Prabowo, Method – This study uses a narrative inquiry method. Ethical philosophy
T. J. W. (2023). Bagaima­ is used to reveal the roots of fraudulent financial statements.
na Pandangan Filfasat Main Findings – This study resulted in a proposed concept of the root
Etika tentang Kecurang­ etiology of financial statements fraud. The perpetrators of financial state­
an Laporan Keuangan? ment fraud do not have the importance of the soul. The concept of Ibnu
Jurnal Akuntansi Multi­ Miskawaih’s ethical philosophy provides a view of forming a person’s cha­
paradigma, 14(1), 33­49. racter to commit fraudulent financial statements. This model of the causes
https://doi.org/10.21776 of fraudulent financial statements can complement the differential associ­
/ub.jamal.2023.14.1.03 ation and fraud triangle theory.
Theory and Practical Implications – Innovations from multiple para­
digms will contribute to fraudulent financial statements research in the
future. This research provides a new perspective on the prevention of fi­
© 2023 Henry Yusron nancial statement fraud.
Maulida, Tri Jatmiko Novelty – This study explores the root causes and offers a new broader
Wah­yu Prabowo model of the teori fraud triangle theory.

33
34 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 14, Nomor 1, April 2023, Hlm 33-49

Teori fraud triangle merupakan model pa­ an perlu dilakukan secara berkelanjutan agar
ling populer dalam menjelaskan penyebab me­ setiap individu dapat membentengi diri dengan
ngapa seseorang melalukan kecurangan, seka­ mengidentifikasi modal jiwa yang dimilikinya.
ligus menjadi model yang sering digunakan untuk Akhlak buruk seperti al-jahl (bodoh), as-syarh (ra­
pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Te­ kus), al-jubn (pengecut), dan al-jaur (lalim) dapat
ori fraud triangle sebagai teori dasar memaha­ terbentuk ketika individu gagal dalam menye­
mi kecurang­ an dapat diperluas menjadi model imbangkan tiga fakultas jiwa yaitu al-quwwah
lain, contoh­nya teori fraud diamond dan fraud al-natiqoh (berpikir), al-quwwah al-ghodhobiyah
square yang diciptakan untuk memahami ante­ (amarah), dan al-nafs al-bahimiyah (nafsu) (Al-
seden kecurang­an yang memiliki sifat multifaset Miskawaih & Hidayat, 1994). Selanjutnya, filsafat
dan multidimensi. Salah satunya adalah tekanan etika Ibnu Miskawaih penting untuk meningkat­
emosional yang disebabkan situasi darurat telah kan kesadaran dan mengindentifikasi penyakit
menyebabkan pemisahan dari nilai sosial “keju­ kecurangan yakni seperti manusia membangun
juran” yang biasanya mereka “orang jujur” ikuti pengendalian internal bagi dirinya sendiri. Or­
(Tickner & Button, 2020). Perilaku kejahatan ker­ ganisasi akan memperlemah risiko kecurangan
ah putih dilahirkan oleh lingkungan sosial dan dengan membangun budaya etis di dalamnya.
telah membentuk karakter seseorang menjadi in­ Walaupun demikian, jika sikap etis tidak dimulai
dividu yang tidak jujur. Sinergi faktor lingkungan dari tabiat individu terlebih dahulu, maka budaya
sosial dan psikologi individu jelas telihat, pelaku etis organisasi mustahil akan tercipta (Ghannam
mengamini dan mempelajari nilai-nilai buruk et al., 2019; Jeppesen, 2019).
tersebut dari lingkungannya. Ketika semua orang Kemampuan membangun akhlak untuk
tidak jujur, mustahil bagi majikan untuk mem­ pengendalian diri dengan mengetahui modal jiwa
berikan kepercayaan kepada orang lain untuk yang ada pada diri setiap manusia menjadi nilai
memegang kendali atas dana yang dititipkannya. paling dominan dalam memerangi perilaku ke­
Artikel ini ditulis bukan untuk memban­ curangan. Keselarasan pengendalian internal or­
dingkan mana teori yang lebih baik atau meng­ ganisasi dengan pengendalian internal diri akan
gugat teori di atas. Akan tetapi, kontradiksi atas saling melengkapi satu sama lain dengan tujuan
pertanyaan klasik di atas akan sangat membi­ memperkuat imun organisasi dari serangan ke­
ngungkan untuk ditemukan jawaban pastinya. curangan. Jika tidak ada keselarasan dari kedua
Dalam hal ini, teori fraud triangle tetap kokoh pengendalian ini, pelaku menganggap bahwa
berdiri di atas kebingungan tersebut. Teori asosi­ aturan perusahaan tidak berlaku baginya dan
asi diferensial terbatas dalam menjelaskan faktor tidak jarang pengendalian internal selalu dapat
murni individu dan hanya menjelaskan pengaruh ditembus oleh para penjahat kerah putih. Pem­
lingkungan sosial yang membentuk perilaku bu­ bentukan pengendalian diri ini dapat diawali de­
ruk individu. Memang, studi sebelumnya telah ngan mengetahui sifat dan kecenderungan setiap
menyebutkan bahwa faktor psikologis yang men­ fakultas jiwa yang dimiliki, memahami bagaima­
jadi pendorong seseorang melalukan kecurangan na memberi stimulus pada sifat dasar ketiga
adalah adanya stimulus dari faktor situasional fakultas jiwa, mengidentifikasi gejolak dari keti­
(Glebovskiy, 2019). Secara praktis, pelaku akan ga fakultas jiwa, hingga menyeimbangkan ketiga
terangsang oleh stimulus dari lingkungan sosial­ fakultas jiwa yang dimiliki agar individu dapat
nya dan stimulus tersebut memengaruhi psikolo­ memahami penyebab dan dapat memitigasi risiko
gi pelaku ketika mengambil keputusan untuk terlibat kecurangan lebih dini.
melakukan tindakan jahatnya (Budiatmaja & Ra­ Kajian akuntansi mengenai kecurangan
madhan, 2022; Rudkin et al., 2019). Akan tetapi laporan keuangan telah menyinggung persoalan
pada saat yang sama, mereka, dari sudut pan­ etika seperti etika profesi, kegagalan etika, dan
dang moral dalam hal etika, berpendapat bah­ perlunya membangun etika organisasi (Awang &
wa perilaku tidak etis adalah konsekuensi dari Ismail, 2018; Hardinto et al., 2020; Johnson et al.,
keinginan atau niat yang beralasan buruk (Maul­ 2021; Lehman et al., 2018; Ratmono & Frendy,
idi, 2020). Beberapa peneliti menyatakan bahwa 2022). Peran penting budaya etika organisasi da­
skandal akuntansi sangat berhubungan erat den­ lam membuat regulasi pencegahan kecurangan
gan buruknya nilai etika (Sharpe, 2021; Siregar laporan keuangan akan bergantung pada tabiat
& Tenoyo, 2015; Suh et al., 2018). Faktor kega­ dari masing-masing individu yang berada di da­
galan dalam akuntansi disebabkan oleh gagalnya lam lingkungan pengendaliannya. Walau stan­
individu melakukan tugas fidusia me­reka untuk dar pengendalian sudah ditetapkan dan harus
bertanggung jawab dan berperilaku etis (Awang dipatuhi, pelaku kecurangan laporan keuangan
& Ismail, 2018). Dengan demikian, untuk men­ akan tetap mengabaikan kode etik (Free, 2015;
jembatani faktor stimulus dan faktor bawaan, Suh et al., 2020). Fenomena tersebut disebabkan
etika individu akan diisi dengan filsafat etika oleh beberapa faktor seperti lingkungan pekerjaan
Ibnu Miskawaih guna memperluas pemaham­an yang mengabaikan pengendalian dan kondisi ba­
bagaimana keduanya berinteraksi dan saling ter­ tin individu yang memiliki tabiat buruk. Mereka
integrasi. akan cenderung mengabaikan regulasi yang telah
Penyelarasan filsafat etika Ibnu Miskawaih ditetapkan. Akhlak manusia adalah hal menarik
dengan pencegahan kecurangan laporan keuang­ untuk ditelusuri. Apa motif dan bagaimana cara
Maulida, Prabowo, Bagaimana Pandangan Filsafat Etika tentang Kecurangan Laporan Keuangan? 35

Tabel 1. Sumber Data dan Kegunaannya dalam Analisis

Pengelompokan Literatur Kriteria Kegunaan dalam Analisis


Literatur kecurangan Konten kecurangan: Memahami anteseden kecurang­
• Evolusi teori kecurangan an secara umum dan kecurang­
• Kecurangan laporan ke­ an laporan keuangan
uang­an
Literatur filsafat etika Ibnu Artikel dan buku yang ber­ Memahami faktor-faktor yang
Miskawaih hubungan dengan: membentuk tabiat individu.
• Pemikiran Ibnu Miskawaih
• Konsep Pendidikan Etika
Ibnu Miskawaih
• Keutamaan dari kebajikan
jiwa Ibnu Miskawaih

jiwa manusia bekerja dalam mengambil keputus­ Secara teoretis, kajian ini memberikan kontribu­
an saat melakukan kecurangan laporan keuang­ si kerangka model baru penyebab kecurangan
an perlu dikaji. Oleh karena itu, penggunaan fil­ laporan keuangan melalui penjelasan filsafat eti­
safat etika dari Ibnu Miskawaih akan membantu ka Ibnu Miskawaih. Selain itu, pandangan etika
memperluas pandangan tentang bagimana pro­ Ibnu Miskawaih akan memberikan kebaharuan
ses kecenderungan perilaku seseorang muncul dalam meninjau tabiat individu sehingga dapat
berdasarkan kondisi jiwanya. Selain itu, filsafat menjadi bahan referensi bagi akademisi maupun
etika Ibnu Miskawaih juga memberikan penjelas­ praktisi selanjutnya untuk menyusun regulasi
an tentang bagaimana ketiga fakultas jiwa ma­ tentang pencegahan kecurangan laporan keuang­
nusia bekerja saat pengambilan keputusan un­ an melalui pembentukan akhlak individu.
tuk melakukan kecurangan laporan keuangan.
Filsafat etika akan berguna untuk menjelaskan METODE
faktor-faktor terbentuknya tabiat manusia. Ibnu Model yang digunakan dalam artikel ini
Miskawaih adalah seorang bendaharawan ne­ adalah penyelidikan narasi. Kajian refleksi dari
gara di zaman Bani Buwaih yang menggeluti be­ nilai tokoh telah dilakukan sebelumnya oleh
berapa disiplin ilmu (kedokteran, bahasa, sas­ Hardianto et al. (2021) yang menggunakan nilai
tra, seja­rah, politik, dan filsafat). Dalam riwayat budaya dalam formulasi akuntabilitas. Adapun
hidupnya, Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai penyidikan narasi dalam artikel ini merujuk pada
seorang filsuf etika dan pandangan beliau cu­kup kerangka metode yang digunakan oleh Natalia
sesuai untuk mengupas akar masalah tentang (2022), yang menggunakan pemikiran Yudisti­
baik dan buruknya akhlak manusia. Terdapat ra untuk memberikan solusi atas keterbatasan
empat keutamaan jiwa yang diperoleh dari filsafat masalah tanggung jawab sosial. Metode ini di­
etika Ibnu Miskawaih yang dapat dija­dikan pon­ gunakan untuk memahami cara pandang dunia
dasi untuk melihat penyebab seseorang memiliki dari sudut pandang seseorang melalui narasi.
akhlak yang baik atau buruk. Sejauh ini, belum Dalam teks narasi terkandung nilai-nilai makna
tersedia riset terdahulu yang mengkaji bagaima­ dan tidak semata-mata cerita.
na cara kerja jiwa manusia membentuk tabiat bu­ Ibnu Miskawaih menyatakan bahwa setiap
ruk yang dapat mendorong individu melakukan manusia memiliki modal akhlak yang berbeda
kecurangan laporan keuangan. ketika lahir. Ada individu yang memiliki modal
Artikel ini dimaksudkan untuk mengisi ke­ akhlak yang baik. Di sisi lain, individu berbeda
kosongan teori dan menelusuri bagaimana per­ memiliki akhlak yang buruk dan ada pula indi­
anan jiwa individu sebelum terlibat kecurangan vidu yang dilahirkan dengan modal akhlak yang
laporan keuangan. Secara menyeluruh, kajian ini berdiri di antara kedua akhlak tadi (Al-Miskawaih
mengawalinya dengan pemahaman bahwa pelaku & Hidayat, 1994; Hidayah, 2022). Kondisi akhlak
kecurangan laporan keuangan tidak memili­ seseorang dapat berubah melalui kebiasaan-ke­
ki keutamaan jiwa. Artikel ini mengeksplorasi biasaan yang dilakukannya. Akhlak dapat ber­
tahap­ an terbentuknya sifat buruk yang berpo­ ubah melalui kebiasaan dan juga dapat dilatih
tensi menyebabkan seseorang melakukan kecu­ dengan membersihkan terlebih dahulu jiwa dari
rangan laporan keuangan. Artikel ini mengupas sifat-sifat tercela, lalu mengisinya dengan sifat-si­
anteseden kecurangan laporan keuangan secara fat terpuji, begitu pun sebaliknya. Dalam filsafat­
lebih mendalam, melampaui teori kecurangan nya, Ibnu Miskawaih mengupas bagaimana jiwa
yang telah ada sebelumnya (Cressey, 1950; Saluja manusia bekerja dan membentuk akhlak. Ter­
et al., 2022; Vousinas, 2019; Wolfe & Hermanson, dapat tiga jenis jiwa yang menjadi pondasi uta­
2004). Artikel ini diharapkan dapat mendorong ma pembentukan akhlak manusia yaitu fakultas
dialog multidisipliner dalam mengeksplorasi akar berpikir, amarah dan nafsu. Ketiga jiwa tersebut
utama penyebab kecurangan laporan keuangan. adalah modal awal terbentuknya akhlak manusia.
36 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 14, Nomor 1, April 2023, Hlm 33-49

Ketika ketiga jiwa tesebut dapat dipahami oleh Tahapan berikutnya pada Gambar 1 disa­
manusia, maka manusia akan mengetahui kare­ jikan informasi mengenai sistematika analisis
na apa ia berperilaku dan bagian jiwa mana yang dan alur pembahasan artikel. Literatur teori ke­
mendominasi ketika individu tersebut melakukan curangan dianalisis dalam menjelaskan tabiat
perbuatan baik atau buruk. Dalam kajian ini, fil­ buruk dari pelaku kecurangan laporan keuangan.
safat etika Ibnu Miskawaih akan membantu indi­ Kemudian, menginterpretasikan ruang lingkup
vidu mengidentifikasi dirinya ketika hendak atau filsafat etika Ibnu Miskawaih dalam menakwilkan
telah melakukan kecurangan. Filsafat ini bergu­ teori fraud triangle dalam mengeksplorasi ante­
na sebagai sumber evaluasi bagi munusia untuk seden kecurangan laporan keuangan.
memperbaiki akhlak dengan menyeimbangkan Hasil eksplorasi diperoleh setelah meng­
ketiga jiwa di atas dan untuk meraih keutamaan identifikasi pandangan nilai akhlak individu dari
jiwa guna menghindari perilaku buruk, bahkan sudut pandang filsafat etika Ibnu Miskawaih
perilaku kecurangan sekalipun. yang diambil dari Kitab Tahdzib Al-Aqkhlak
Kajian ini diawali dengan membahas ke­ yang me­ rupakan buku daras pertama tentang
curangan laporan keuangan, selanjutnya me­ filsafat etika. Kitab tersebut tidak hanya me­
meriksa teori kecurangan dengan tabiat buruk ngandung penjelasan jiwa manusia yang memi­
yang dimiliki manusia. Tahap akhir dalam artikel liki tabiat baik atau buruk, tetapi tersirat juga
ini memberikan kesimpulan tentang pandang­ gambaran asal-muasal terbentuknya sifat-sifat
an baru mengenai akar penyebab kecurangan manusia yang dapat digunakan untuk mengek­
laporan keuangan. Objek kajian dalam literatur splorasi penyebab seseorang melakukan kecu­
ini adalah artikel yang membahas kecurangan rangan lapor­an keuangan dengan memasukkan
laporan keuangan dan artikel filsafat etika Ibnu faktor-faktor tabiat buruk yang dimiliki oleh ma­
Miskawaih yang sudah terpublikasi dan Kitab nusia.
Tahdzib Al-Aqkhlak. Literatur dikelompokan se­ Untuk tahap awal pembahasan, artikel ini
suai dengan kriteria dan penggunaannya dalam diawali dengan mengulas kecurangan laporan
analisis. Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bah­ keuangan dan keterbatasan teori fraud triangle
wa sumber konten yang mengandung informasi dalam menjelaskan anteseden kecurangan lapor­
Ibnu Miskawaih beserta pandangannya digu­ an keuangan. Setelah itu, tahap pembahasan ar­
nakan untuk memahami tabiat individu. Lang­ tikel ini adalah mengimplementasikan nilai-nilai
kah selanjutnya adalah mengkaji konsep jiwa tabiat buruk untuk menggambarkan terkontam­
untuk dijadikan referensi dalam menggambarkan inasinya jiwa seseorang ketika terdorong untuk
keadaan pribadi individu. Setelah didapatkan melakukan kecurangan laporan keuangan. Pada
gambaran, kajian dilanjutkan dengan memba­ tahap akhir, artikel ini mengintegrasikan teori
has nilai keutamaan jiwa yang dapat memben­ fraud triangle dengan nilai etika. Hasil analisis
tuk tabiat baik seperti al-hikmah (kebijaksanaan), tersebut mengacu pada kondisi jiwa yang dimuat
as-saja’ah (berani), sikap al-iffah (kesucian diri dalam filsafat etika Ibnu Miskawaih.
atau sederhana), dan al-adlaalah (adil) serta ke­
balikan dari nilai-nilai tersebut untuk melihat sisi HASIL DAN PEMBAHASAN
sebaliknya dari keutamaan jiwa yang menyebab­ Kecurangan laporan keuangan dan ke-
kan seseorang memiliki tabiat buruk. terbatasan teori fraud triangle. Kecurangan

Teori Pengumpulan Penerapan


Kecurangan data dengan Filsafat Etika
studi pustaka Ibnu Miskawaih

Kecurangan Model Alur


laporan kecurangan terjadinya
keuangan laporan kecurangan
keuangan laporan
dalam keuangan
konteks etika

Gambar 1. Alur Poses Analisis dan Pembahasan


Maulida, Prabowo, Bagaimana Pandangan Filsafat Etika tentang Kecurangan Laporan Keuangan? 37

laporan keuangan merupakan penyajian laporan sempatan. Dalam mengantisipasi faktor kesem­
keuangan yang mengandung salah saji material patan, organisasi akan membuat suatu sistem
secara disengaja dan dapat memberikan informa­ untuk mendeteksi risiko, termasuk menutup
si akuntansi yang sesat pada pengguna laporan peluang bagi individu atau kelompok yang hen­
keuangan. Kualitas laporan yang mengandung dak melakukan kecurangan pada organisasinya.
salah saji sangat diragukan keandalannya dan Sebagian besar organisasi memiliki sistem pe­
dapat mengarahkan pengguna laporan untuk ngendalian internal untuk mengurangi risiko ke­
mengambil keputusan yang tidak tepat (Aksa et curangan dan beragam regulasi untuk audit serta
al., 2020). Dalam pelaporan akuntansi yang cu­ tindakan pencegahan seperti pelatihan integritas
rang biasanya pelaku membutuhkan tiga keadaan dan pengaturan laporan keuangan (Sikka, 2017;
simultan, yaitu peluang, motif untuk melakukan­ Tickner & Button, 2020). Oleh sebab itu, orga­
nya, dan kemauan dari pelaku itu sendiri (Ikbal nisasi perlu menanamkan akhlak terpuji untuk
et al., 2020). Kecurangan laporan keuangan ber­ membangun integritas demi pencegahan kecu­
beda dengan kejahatan jalanan, kejahatan kerah rangan laporan keuangan yang lebih efektif.
putih seperti ini lebih terkait dengan pelanggaran Faktor lain seperti rasionalisasi akan ha­dir
kepercayaan dan penipuan daripada tindak pe­ ketika tindakan kecurangan laporan keuang­ an
langgaran hukum yang melibatkan kekerasan. dibenarkan oleh setiap individu dengan alas­an-
Kejahatan semacam ini tidak begitu jelas terlihat alasan yang dapat diterima oleh ideologinya (Bo­
dan tidak mudah diidentifikasi karena biasanya tes & Saadeh, 2018). Ketika individu dihadapkan
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan oleh dengan berbagai tekanan atau menemukan pe­
individu yang memiliki status sosial dan jabatan luang untuk melakukan kecurangan (Cressey,
dalam pekerjaannya. 1950), mengapa sebagian individu memilih seba­
Teori fraud triangle telah memberikan pen­ liknya dan mereka tidak melakukan kecurangan
jelasan tentang mengapa kecurangan laporan (Evans & Kamla, 2018) walau mereka erat dengan
keuangan terjadi. Teori fraud triangle menja­ syarat teori fraud triangle. Tabiat buruk individu
di kerangka teoretis mendasar dalam literatur dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan
kecurangan laporan keuangan. Teori ini telah kecurangan laporan keuangan melalui faktor-fak­
membe­ rikan kontribusi terhadap standar audit tor yang terdapat pada teori kecurangan sebe­
di seluruh dunia. Meskipun istilah teori fraud tri­ lumnya. Sementara itu, penjelasan terbentuknya
angle tidak disebutkan secara eksplisit, penyebab tabiat buruk pelaku dari aspek internal dirinya
seseorang menggelapkan uang majikannya kare­ adalah wilayah yang luput dari pembahasan se­
na adanya tekanan, kesempatan, dan rasionalisa­ belumnya. Penjelasan terbentuknya tabiat buruk
si. Teori fraud triangle sebenarnya diperkenalkan yang bersumber dari internal diri seseorang per­
kali pertama oleh presiden pertama ACFE yaitu lu dieksplorasi melalui pemahaman konsep etika
Steve Albrecht dan Joseph Wells. seperti dalam filsafat etika Ibnu Miskawaih karena
Teori fraud triangle bukanlah teori final da­ dalam teori asosiasi diferensial hanya membahas
lam menjelaskan kecurangan laporan keuangan. terbentuknya tabiat buruk yang disebabkan oleh
Teori fraud triangle medapat kritik dari penulis lingkungan dan tidak menjelaskan bagaimana ta­
sebelumnya (Glebovskiy, 2019; Morales et al., biat dari internal diri individu tersebut bekerja.
2014). Kritik tersebut muncul baik karena ke­ Filsafat etika Ibnu Miskawaih. Tahdzib
terbatasan perspektif ataupun keterbatasan te­ al-Akhlak merupakan kitab daras pertama filsa­
ori fraud triangle itu sendiri (Cheliatsidou et al., fat etika yang mudah dipahami dan dapat diter­
2021). Selain itu, kritik pedas yang menyatakan apkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam fil­
bahwa interpretasi teori fraud triangle hanya un­ safat etika Ibnu Miskawaih, mengenal ilmu jiwa
tuk menguntungkan kegiatan ACFE dan dise­ merupakan hal utama untuk meraih keutamaan
barkan oleh mereka tanpa dasar ilmiah (Sikka, jiwa sebelum memahami ilmu lain. Tidak semua
2017). Keduanya hanya memberikan kuliah manusia memiliki tabiat baik dan tidak semua
tentang motivasi penipuan yang memanfaatkan manusia memiliki tabiat buruk. Tabiat terse­
langsung tiga faktor umum “tekanan, kesempat­ but merupakan sifat bawaan manusia sejak la­
an, dan rasionalisasi”. hir. Fokus kajian etika beliau adalah tentang
Relevansi teori fraud triangle dalam pence­ bagaimana manusia memiliki keutamaan jiwa
gahan dan deteksi kecurangan laporan keuang­ dan menjadi bijaksana di lingkungan sosialnya,
an terutama untuk pencegahan kecurangan di dalam konteks artikel ini adalah lingkungan or­
internal organisasi dapat dilakukan. Organisasi ganisasi, instansi pemerintah, atau dalam ruang
dapat mengantisipasinya dengan meminimali­ lingkup karyawan di perusahaan.
sasi kesempatan untuk melakukan kecurangan Dari sekian banyak karya yang ditulis oleh
dan mengurangi tekanan dari kebutuhan finan­ Ibnu Miskawaih, artikel ini akan fokus pada
sial yang mendesak. Misalnya, dengan mencari salah satu uraian tentang aliran etika yang ma­
informasi mengenai gaya hidup karyawan, utang teri awalnya dikumpulkan oleh Ibnu Miskawaih
karyawan, dan memberikan konsultasi pada berdasarkan konsep etika dari filsuf Yunani Plato
karyawan. Ketika dilihat dari sudut pandang or­ dan Aristoteles. Kemudian, artikel akan diramu
ganisasi, satu-satunya hal yang dapat diketahui dengan pandangan hukum Islam serta diperkaya
secara umum dari teori fraud triangle adalah ke­ dengan pengalaman hidup pribadi yang dimi­
38 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 14, Nomor 1, April 2023, Hlm 33-49

likinya (Al-Miskawaih & Hidayat, 1994). Dalam Selain untuk mengetahui perbedaan an­
Tahdzib al-Akhlaq Ibnu Miskawaih menolak se­ tara kebaikan dan keburukan, dalam etika Ibnu
bagian pemikiran Yunani yang menyatakan bah­ Miskawaih terdapat nilai-nilai keutamaan jiwa
wa akhlak tidak dapat diubah karena akhlak yang mendalam dan dapat digunakan oleh in­
bersumber dari watak dan bersifat bawaan. Bagi dividu dalam mengelola perilaku dan sifatnya.
beliau akhlak dapat selalu berubah melalui ke­ Untuk mendalami dan memahami watak, Ibnu
biasaan dan dilatih dengan syarat membersihkan Miskawaih menyebut bagian-bagian jiwa manu­
terlebih dahulu jiwa dari sifat-sifat tercela, lalu sia dengan sebutan “fakultas” dan membagin­
mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, begitu pun ya ke dalam tiga bagian: fakultas berpikir, am­
sebaliknya. Ibnu Miskawaih menegaskan bahwa arah, dan nafsu syahwiyah. Yang menarik dari
akhlak merupakan keadaan jiwa yang menyebab­ pemikiran Ibnu Miskawaih adalah tentang pe­
kan jiwa bertindak tanpa pertimbangan sehingga maparan bagaimana watak jiwa manusia bekerja
mendorong manusia melakukan sesuatu dengan dengan khasnya dan berkolaborasi hingga meng­
baik atau buruk tergantung kondisi jiwa yang hasilkan suatu tabiat.
dimilikinya (Hidayah, 2022). Manifestasi akhlak Fakultas berpikir menjadi sorotan utama.
adalah perilaku baik/buruk yang muncul dan Hal ini disebabkan derajatnya lebih tinggi diban­
dapat dilihat secara spontan melalui perbuatan dingkan dua fakultas lainnya. Fakultas amarah
yang diputuskan oleh jiwa secara otomatis tanpa dan nafsu syahwiyah merupakan daya jiwa yang
pertimbangan. memiliki kecenderunngan seperti sifat hewan.
Ibnu Miskawaih membagi asal muasal Contohnya adalah sifat rakus yang menjadi ta­
keadaan jiwa ini pada dua jenis, yaitu secara biat dari fakultas nafsu syahwat. Jiwa ini memi­
alami­ah yang bertolak dari watak dan yang kedua liki kecenderungan untuk menginginkan kenik­
adalah tercipta dari kebiasaan atau latihan (Al- matan duniawi seperti hasrat pada makanan
Miskawaih & Hidayat, 1994). Dalam teori asosiasi dan dorong­ an seksualitas. Pada jiwa amarah
diferensial, Sutherland berbicara tentang pen­ tertanam sifat dasar yang cenderung emosional
jahat kerah putih. Mereka adalah seorang indi­ dan arogan. Ibnu Miskawaih mengungkapkan
vidu yang pada kemungkinannya mempelajari bahwa ketika fakultas berpikir ini telah mum­
pe­rilaku menyimpang, serta tidak hanya mempe­ puni dan tidak keluar dari fitrahnya, maka jiwa
lajari keterampilan, tetapi juga penerimaan motif, akan memperoleh kebijaksanaan pengetahuan
kebiasaan, dan rasionalisasi perilaku menyim­ dan diiringi kebijakan kearifan. Sifat dari daya
pangnya (Eisenberg, 2017). Contohnya adalah fakultas berpikir ini hanya dimiliki oleh manusia
para bankir muda yang mulai memasuki pro­ dan tidak terdapat pada hewan. Manusia memi­
fesinya dapat dipengaruhi rekan yang memiliki liki fakultas berpikir (al-quwwah al-natiqoh) yang
tabiat buruk, terutama rekan yang lebih senior dapat menyeimbangkan dan memadukan serta
darinya. mengontrol fakultas lainnya untuk mendapatkan
Penjelasan tersebut menggambarkan bah­ keutamaan jiwa. Nilai keutamaan jiwa dari Ibnu
wa adanya transformasi perilaku individu menu­ Miskawaih memiliki empat unsur yang terdiri
ju perilaku organisasi. Walaupun pada awalnya dari dari kebijaksanaan, berani, kesucian diri, se­
karyawan merupakan individu dengan pribadi derhana, dan adil.
jujur, mereka akan memiliki kemungkinan untuk Keutamaan jiwa dapat diperoleh dalam be­
mengikuti budaya yang tidak sehat di dalam pe­ berapa hal. Pertama, bila jiwa natiqah normal dan
rusahaan (Maulidi, 2020; Rustiarini et al., 2019). jiwa tersebut tidak menyimpang dari hakikatnya
Pentingnya membentengi diri dengan ilmu akhlak aslinya, serta cenderung kepada ilmu pengetahuan
adalah untuk mencegah hal-hal di atas. Setiap yang benar, maka akan melahirkan keutamaan
manusia memiliki kualitas akhlak yang bebe­ ilmu dan puncak dari sifat keutamaan kebijak­
da-beda. Individu akan saling memengaruhi se­ sanaan. Ini merupakan keutamaan dari jiwa ber­
iring pergaulannya dengan individu lain (Naheem, pikir manusia untuk mengetahui sesuatu hal
2020). Dalam Tahdzib al-Akhlaq, Ibnu Miskawaih yang memiliki nilai benar dan salah. Selanjutnya,
mengatakan bahwa jiwa manusia memiliki pengetahuan ini menghasilkan pemahaman ten­
keutamaan dibandingkan dengan semua ilmu. tang bagaimana mengetahui, serta memilah dan
Oleh sebab itu, manusia akan meraih suatu memilih hal-hal yang boleh dilakukan dan yang
ilmu dengan bijaksana bilamana ia telah menge­ tidak boleh dilakukan. Ketika mengemban suatu
tahui ilmu jiwa sebelumnya dan setelahnya ia amanah, karyawan mutlak memiliki keutamaan
akan memiliki ilmu jiwa untuk mendampingi dan nilai kebijaksanaan karena sifat ini akan mem­
membantunya untuk memperoleh ilmu lain (Al- berikan nilai positif bagi lingkungannya, baik di
Miskawaih & Hidayat, 1994). Selain itu, mengeta­ lingkungan organisasi, perusahaan, ataupun
hui keadaan jiwa (ahwal an-Nafs) dapat dija­dikan negara. Bagi perusahaan atau negara, ketika
pondasi yang kokoh bagi ilmu akhlak. Sebab karyawan tidak memiliki keutamaan kebijaksa­
dengan memahami jiwa, manusia akan memili­ naan akan menimbulkan kerugian bagi lingkung­
ki daya untuk menangkap fenomena yang benar annya karena dikhawatirkan setiap keputusan
dan yang batil sampai dapat melihat perbedaan dan tindakan­nya cenderung kepada perilaku ti­
antara kebaikan dan keburukan (Safii, 2016). dak etis karena ketidaktahuannya tentang nilai
Maulida, Prabowo, Bagaimana Pandangan Filsafat Etika tentang Kecurangan Laporan Keuangan? 39

benar dan salah. Seperti dalam kasus hubungan tika karyawan gagal dalam mendapatkan keuta­
norma timbal balik, karyawan cenderung mengi­ man jiwa, ia akan gagal dalam membangun ta­
kuti perintah atasannya walaupun itu melanggar biat baik dirinya. Lebih jauh dari itu, karyawan
aturan, de­ngan alasan ia “karyawan” merasa be­ tersebut akan memiliki sifat-sifat tercela. Dari
nar untuk membayar hutang budi yang pernah sini dapat ditafsirkan antara faktor penyebab ma­
ia terima. nusia berpe­rilaku dengan konteks artikel ini yang
Kedua, bila jiwa ghodobiyah patuh pada membahas akar penyebab kecurangan laporan
jiwa natiqah untuk mencapai keseimbangan dan keuangan yang disebabkan oleh karyawan yang
tidak bergejolak sesuai sifat aslinya akan mela­ memiliki tabiat buruk.
hirkan sikap sabar yang diiringi sifat berani (Al- Seorang akuntan seharusnya memiliki nilai
Miskawaih & Hidayat, 1994). Keberanian ini ada­ keutamaan jiwa untuk menunjang sikap akun­
lah keutamaan dari jiwa amarah karena jiwa ini tabilitas, independensi, dan transparansi dari
telah tunduk pada jiwa natiqah yang memiliki pe­ profesinya. Profesi akuntan diharapkan mem­
nilaian baik dan buruk dalam menghadapi situ­ berikan penilaian yang bebas dan tidak memi­
asi dan dapat berguna untuk melawan pengaruh hak pada informasi yang disajikan dalam lapor­
buruk lingkungan. Seseorang tidak boleh merasa an keuangan oleh manajemen perusahaan saja.
takut menghadapi hal-hal yang dapat dianggap Dengan mengoptimalkan daya jiwa natiqah se­
mengkhawatirkan demi membela nilai kebenaran. orang akuntan akan cenderung memihak pada
Menghadapi situasi semacam itu harus dengan nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam
penilaian yang baik. Ketika terdesak pun dianjur­ kode etik profesinya. Tidak jarang beberapa ka­
kan untuk bersabar. Ketika karyawan mengalami sus kecurangan laporan keuangan melibatkan
tekanan seperti yang ada pada teori fraud triang­ profesi akuntan. Beberapa kasus bisnis menjadi
le (Cressey, 1950), dengan sifat berani karyawan sorotan karena adanya praktik profesi akuntan
harus menjaga independensi dan integritasnya yang mengabaikan standar akuntansi dan etika
untuk menjunjung tinggi kode etik organisasi­ profesi demi kepentingan pribadinya.
nya. Dalam lingkungan yang korup, seharusnya Sifat-sifat dari akhlak buruk dapat
karyawan baru memiliki keutamaan jiwa berani menyebabkan kecurangan laporan keuangan.
untuk tidak merasa takut ketika mendapat inter­ Setiap organisasi memiliki regulasi tersendiri
vensi atau pengasingan dari lingkungannya. Ti­ ketika di­ hadapkan dengan langkah pencegah­
dak jarang intimidasi terlihat di kalangan pelaku. an kecurang­an laporan keuangan. Hal tersebut
Mereka cenderung membuat tuntutan yang ti­ disebabkan oleh adanya perbedaan dari persen­
dak biasa dan krusial serta menumbuhkan rasa tase risiko dan lini operasi yang berbeda. Akan
takut di lingkungan kerja dengan memberikan tetapi, organisasi tidak dapat menunggu ada­
ancaman (Demetriades & Owusu-Agyei, 2022; nya teori untuk membuat regulasi yang dapat
Sandhu, 2020). melindungi semua perbedaan di atas, terutama
Ketiga, bila jiwa bahimiyah terkendali untuk untuk kemutakhiran regulasi dalam mengatur
tidak cenderung mengikuti keinginannya sendi­ tabiat karyawannya. Menjunjung tinggi akhlak
ri dan tidak menentang apa yang diputuskan adalah nilai utama bagi seluruh manusia, ter­
oleh jiwa natiqah sehingga akan mendapatkan masuk karyawan yang mengemban kepercayaan
keutamaan sikap sederhana. Sederhana adalah majikannya. Merupakan kewajiban mutlak un­
tentang bagaimana manusia mengarahkan hawa tuk membangun integritas bagi setiap individu,
nafsunya menurut penilaian baik dan buruknya, sebab seharusnya integritas dibangun oleh diri
tentu saja dengan dengan pengetahuan yang ak­ sendiri bukan dibangun oleh regulasi. Integri­
urat sehingga tidak terseret oleh keinginan hawa tas yang tinggi didapatkan dari kebiasaan indi­
nafsunya yang memiliki kecenderungan pada ke­ vidu tersebut bersikap jujur dan mengedepank­
nikmatan dunia. Seharusnya karyawan memili­ an keutamaan nilai kebajikan jiwa yang dimiliki­
ki sifat sederhana perlu dijunjung tinggi. Tidak nya. Manusia yang menjalani hidupnya dengan
jarang kasus kecurangan laporan keuangan ter­ menjunjung tinggi akhlak dan memiliki kondi­
jadi karena adanya faktor keserakahan (Cheliat­ si jiwa yang cenderung pada nilai-nilai luhur,
sidou et al., 2021). Manusia yang memiliki sikap secara otomatis akan termanifestasikan dalam
dan gaya hidup sederhana dapat meminimalisasi perilakunya yang memiliki nilai-nilai luhur pula
tekanan finansial. Tekanan finansial merupakan (Al-Miskawaih & Hidayat, 1994). Selain itu, per­
faktor yang paling umum dirasakan oleh penjahat ilaku etis manusia juga dapat dipengaruhi oleh
kerah putih (Cressey, 1950). lingkungan organisasinya (Hardinto et al., 2020).
Keempat, ketika ketiga kebajikan terse­ Bila setiap individu yang berada di dalam ogan­
but serasi dan saling terhubung dengan tepat isasi memiliki nilai etis yang tinggi, maka akan
antara satu dengan lainnya akan ada satu ke­ memengaruhi individu lain atau untuk mengikuti
bijakan lain yang merupakan kelengkapan dan nilai-nilai etika yang terkandung dalam organi­
kesempurnaan tiga kebajikan tersebut, yaitu sasi. Semua itu dilakukan demi menjaga budaya
kebajikan sifat adil. Nilai keutaman akhlak dari etis yang sudah dibangun di dalam organisasi.
Ibnu Miskawaih dapat diterapkan oleh karyawan Kecurangan merupakan fenomena yang
untuk menggambarkan bagaimana seharusnya unik untuk dipelajari. Faktor kegagalan tersebut
karyawan yang baik berperilaku. Akan tetapi, ke­ bukan hanya disebabkan oleh tata kelola yang
40 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 14, Nomor 1, April 2023, Hlm 33-49

buruk. Akan tetapi, lebih luas dari itu. Ketika mereka), atau sosial (misalnya keinginan untuk
di­singgung soal etika dan integritas pribadi bi­ mempertahankan atau mendapatkan rasa hor­
asanya akan ada jawaban-jawaban klasik yang mat atau meningkatkan harga diri dan status)
muncul dari pelaku tindakan kecurangan lapor­ yang ada dalam konsep segitiga penipuan yang
an keuangan. Mereka memiliki alasan tersendiri dikategorikan sebagai insentif/tekanan bukan­
untuk melakukan tindakannya. Tindakan kecu­ lah kondisi yang diperlukan untuk memengaruhi
rangan laporan keuangan dapat terjadi tidak ha­ orang untuk melakukan penipuan (Maulidi & An­
nya pada karyawan dalam bisnis kecil (Othman sell, 2020). Akan tetapi, ada pengaruh psikologi
& Ameer, 2022), tetapi juga bisnis besar yang ter­ lain yang bebeda dan dapat memengaruhi pe­
daftar dalam bursa efek (Lau & Ooi, 2016), dan rilaku curang, seperti kurangnya kesadaran dari
bahkan di perusahaan yang menggunakan kon­ pelaku.
sep syariah (Triyanto, 2022). Semua kasus itu Penentu kunci dari akar penyebab penipuan
dilakukan oleh orang dalam (karyawan) untuk yang sering diteliti dalam teori fraud triangle ada­
menipu tanpa mempertimbangkan ukuran dan lah rasionalisasi yang dapat berfungsi sebagai
jenis perusahaan tempat mereka bekerja. Sing­ hambatan dan dorongan bagi kecenderungan
katnya, kecurangan laporan keuangan dapat di­ individu untuk membuat keputusan yang tidak
gambarkan sebagai perilaku buruk yang dilaku­ etis (Schuchter & Levi, 2015). Atau dalam skop
kan untuk menipu demi keuntungan pribadi atau makro, penyebab penipuan yang menjadi objek
kelompok tertentu dan menimbulkan kerugian penelitiannya adalah lingkungan organisasi yang
bagi pihak lain. Kecurangan laporan keuangan membudayakan ketidakjujuran yang melibatkan
ini dilakukan dengan berbagai cara, termasuk integritas pribadi (Saluja et al, 2022). Keduanya
memanipulasi laporan akuntansi. tidak salah untuk diteliti dan dijelaskan kepada
Permasalahan yang muncul ketika memba­ publik. Akan tetapi, perlu dilakukan eksplora­
has faktor individu dalam kejahatan kecurangan si penyebab organisasi korup yang muncul dari
laporan keuangan adalah tentang tanda-tanda individu dalam organisasi tersebut yang memiliki
kepribadian seorang penjahat kerah putih. Ma­ kesadaran diri yang buruk. Penyebab seseorang
salah tersebut acapkali mendasari perilaku se­ melalukan kecurangan adalah kesadaran diri
seorang untuk melakukan kecurangan laporan yang buruk sehingga mendorongnya memiliki ta­
keuangan. Akan tetapi, tidak ada suatu kepas­ biat yang buruk. Ibnu Miskawaih mengungkap­
tian bahwa cara tersebut dapat menggambarkan kan tentang kebalikan dari empat keutamaan
akar penyebab sesungguhnya. Ketika melakukan jiwa “tabiat buruk”. Tabiat buruk akan muncul
pendekatan dengan teori fraud triangle, pelaku ketika ketiga jiwa tidak dapat dikontrol dan ke­
kecurangan rata-rata secara gamblang mengakui tiganya tidak mencapai keseimbangan. Tabiat
masalah keuangan yang mereka hadapi dan ti­ buruk yang dimiliki manusia antara lain sifat
dak dapat dibagikan secara luas. Konsep ini te­ bodoh, rakus, pengecut, dan lalim (Al-Miskawaih
lah lama menjadi gerbang awal bagi para peneliti & Hidayat, 1994).
untuk mendapatkan inspirasinya dalam meneliti Kebodohan adalah tabiat buruk yang me­
gejala awal kecurangan laporan keuangan. Oleh rupakan kebalikan dari keutamaan jiwa berfikir
karena itu, orang yang tumbuh dalam lingkungan kebijaksanaan, yakni tidak dapat mengetahui hal
yang cenderung menganggap tindakan kriminal yang bersifat ketuhanan dan hal yang bersifat
sebagai sesuatu yang wajar atau bahkan meng­ jasad. Manusia yang memiliki sifat bodoh tidak
hargainya, kemungkinan besar akan terpengaruh dapat membedakan mana sikap baik yang ha­
dan memilih untuk melakukan tindakan kriminal rus dipegang teguh dan mana sikap tercela yang
pula. seharusnya ditinggalkan. Fenomena ini dapat
Pada sisi lainnya, pergaulan dengan kelom­ ditemukan dalam teori fraud triangle (Cressey,
pok tersebut tidak menjamin perilaku buruk 1950), teori fraud diamond (Wolfe & Hermanson,
akan menular pada anggota lain karena ada ang­ 2004), teori fraud square (Saluja et al,. 2022). Me­
gota kelompok yang tidak bergaul dan mereka reka menghadirkan elemen rasionalisasi. Elemen
menjadi nakal, sementara yang lain tidak. Faktor ini membuat pelaku membenarkan tindakannya
psikologis individu merupakan salah satu faktor walaupun sebenarnya itu adalah tindakan yang
yang terlibat dalam setiap kejahatan kecurangan melanggar. Pelaku mengatakan bahwa ia melaku­
(Glebovskiy, 2019; Nuswantara & Maulidi, 2021; kan tindakan kecurangan karena merasa pantas
Smith et al., 2021). Ada saatnya individu memu­ untuk mendapatkan uang lebih. Alasan lainnya,
tuskan untuk berkomitmen terlibat dalam suatu mereka merasa kurang mendapatkan upah yang
kebiasaan kelompok (Maulidi, 2020; Rustiarini et cukup sehingga mengganggap pantas menggelap­
al., 2019). Tindakan tersebut timbul karena ada­ kan uang untuk membayar apa yang telah me­
nya kecenderungan psikologis individu yang ber­ reka kerjakan. Teori fraud diamond menambah­
interaksi dengan pengaturan sosial di lingkung­ kan elemen capability karena ada pelaku andal
annya. Sejauh ini teori asosiasi diferensial dan yang memiliki kemampuan untuk melakukan
teori fraud triangle telah mempertimbangkan penipuan. Individu yang memiliki kemampuan
hubung­an psikologi dan sosiologi pelaku. Mo­ tinggi akan memahami sistem pengendalian yang
tif finansial (misalnya uang), tekanan (misal­ diterapkan dan individu tersebut dapat dengan
nya tekanan untuk mempertahankan pekerjaan mudah menemukan celah yang menjadi kelemah­
Maulida, Prabowo, Bagaimana Pandangan Filsafat Etika tentang Kecurangan Laporan Keuangan? 41

an organisasi sehingga mereka menggunakan ke­ wa memang pelaku kecurangan laporan keuang­
mampuannya untuk merencanakan kecurang­an an tidak hanya karena tekanan finansial, tetapi
(Fitri et al, 2019; Nguyen et al., 2021). Kejadian dapat ditimbulkan pula oleh faktor keserakahan
tersebut menggambarkan bahwa pelaku tidak terhadap uang atau harta.
memiliki puncak kebijaksanaan, pelaku malah Teori fraud triangle & GONE telah luput
menyalahgunakan kemampuannya. membahas me­ ngapa manusia memiliki sifat
Sifat bodoh sangat berbahaya karena sifat rakus. Teori tersebut hanya membahas objek
ini bersumber dari fakultas berpikir (al- quwwah (harta) dari sifat rakus, bukan akar dari sifat ra­
al-natiqoh) manusia. Fakultas ini adalah fakultas kus. Pembahasan teori tersebut kurang menda­
tertinggi di antara fakultas jiwa lainnya. Fakultas lam dan perlu ditelusuri lebih mendalam untuk
ini memiliki daya jiwa untuk berpikir dan melihat mencari akar utama perilaku rakus. Filsafat eti­
fakta untuk memilih kebenaran dan kebatilan. ka Ibnu Miskawaih dapat menjelaskan tentang
Teori fraud triangle tidak menjelaskan bagaima­ asal-muasal sifat rakus. Sifat tersebut berasal
na jiwa berpikir manusia beroperasi ketika me­ dari fakultas nafsu syahwat. Fakultas ini memili­
nerima stimulus untuk melakukan kecurang­ an ki kemiripan dengan jiwa binatang karena memi­
laporan keuangan. Selain itu, teori tersebut ha­ liki dorongan alamiah untuk cenderung memili­
nya membahas rasionalisasi di mana para pelaku ki keinginan atas kenikmatan-kenikmatan yang
membenarkan tindakan buruknya. Dalam filsafat bersifat indrawi, layaknya sifat serakah babi yang
etika Ibnu Miskawaih, jiwa ini sangat berperan tidak merasa puas dengan makanannya. Manu­
penting dalam memilah dan memilih suatu nilai sia memiliki potensi rakus, sebab fakultas ini ti­
sebelum melakukan suatu tindakan. dak dapat me­ngenal rasa cukup. Fakultas jiwa ini
Sifat bodoh juga memengaruhi tindakan hanya akan mengerti dan tunduk pada fakutas
pelaku kecurangan laporan keuangan. Kare­ berpikir untuk mengendalikan dorongan hewani­
na kebodohannya, pelaku tidak dapat menilai nya. Karena bodohnya jiwa berpikir, manusia
bahwa perilaku tersebut melawan hukum dan tidak akan mengerti cara mengendalikan nafsu
berdampak buruk bagi orang lain, tepatnya se­ binatang yang dimilikinya. Ini adalah akar penye­
belum dan sesudah melakukan kecurangan bab me­ ngapa manusia tidak merasa puas dan
laporan keuangan. Ketika pelaku mengetahui cenderung melakukan apa pun demi memuaskan
bahwa tindakan kecurangan laporan keuangan nafsu binatang yang ada pada dirinya.
adalah buruk, alih-alih menghindarinya, pelaku Pengecut adalah kebalikan dari berani. Si­
malah terus melakukan tindakan tersebut. Lebih fat ini akan tampak ketika fakultas jiwa al-ghodo­
bodohnya, pelaku akan merancang strategi jitu biyah (binatang buas) tidak dikendalikan oleh
untuk memuluskan langkahnya dalam melaku­ keutamaan jiwa berpikir bijaksana sehingga tidak
kan tindakan melawan hukum. Rasionalisasi ti­ dipergunakan sesuai dengan kebijaksanaan akal
dak akan muncul jika pelaku tidak memiliki sifat ketika menghadapi situasi yang berisiko. Con­
bodoh. Teori fraud triangle telah luput membahas tohnya, pelaku menyatakan bahwa adanya in­
genealogi rasionalisasi. Oleh sebab itu, rasional­­­i­ tervensi eksternal, birokrat kelas bawah digiring
sasi pelaku untuk melakukan kecurangan lapor­ untuk melakukan penipuan karena mereka tidak
an keuangan sangat sulit dihilangkan. Pelaku memiliki kemampuan untuk melawan tatanan
akan terus membuat beragam alasan sebagai otoritas tinggi dalam organisasi.
mekanisme pertahanan diri atas kesalahan yang Nampak sekali ketika jiwa al-ghodobiyah
mereka buat. tidak dikendalikan oleh keutamaan jiwa ber­
Rakus adalah kebalikan dari sederhana. pikir, maka akan menimbulkan sifat pengecut.
Ketika manusia memiliki sifat rakus, maka itu Pengecut dalam konteks ini adalah tidak memi­
merupakan ciri bahwa manusia tidak memili­ liki keberanian untuk melawan intervensi dari
ki pertimbangan yang sehat ketika dihadapkan organisasi yang korup sehingga akan mengalami
de­ngan hawa nafsu. Dengan kata lain, manusia tekanan. Tekanan ini timbul karena bentuk pe­
telah tunduk dan terbelenggu oleh perbudakan maksaan yang dirasakan oleh penipu yang tidak
hawa nafsu. Hal ini akan timbul setelah responsi disengaja, yang artinya seseorang dilibatkan ke
indra terhadap stimulus tertentu. Terlihat jelas dalam skema penipuan dengan bentuk paksaan.
dalam teori GONE yang dicetuskan oleh Jack Bo­ Mereka yang tidak dapat membedakan kebaikan
logne di mana ia mengungkap salah satu akar dan kebatilan disebabkan oleh tidak optimalnya
penyebab kecurangan laporan keuangan adalah jiwa berpikir dalam mengontrol jiwa al-ghodo­
sifat serakah. Selain teori Jack Bologne, tidak biyah. Ketika itu terjadi, siap-siap saja mereka
bisa dikesampingkan elemen tekanan dari teori akan tenggelam dalam pengecut.
fraud triangle. Teori tersebut menyebutkan bahwa Sifat pengecut lebih masuk akal untuk
pelaku melakukan tindakannya karena tekanan menjelaskan dimensi tekanan yang dirasakan
finansial (Cressey, 1950). Akan tetapi, dalam te­ oleh pelaku. Sifat ini dapat menjelaskan menga­
ori fraud diamond, mereka menyebutkan bahwa pa pelaku kecurangan laporan keuangan, khu­
kecurangan laporan keuangan juga dapat dilaku­ susnya bagi mereka yang memiliki jabatan rela
kan oleh manajemen puncak yang identik memi­ melakukan tindakan buruk tersebut karena ke­
liki kemampuan finansial yang memadai (Wolfe & takutan kehilangan jabatan. Umumnya, tekanan
Hermanson, 2004). Berarti dapat dikatakan bah­ yang dirasakan oleh pelaku ketika memiliki ma­
42 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 14, Nomor 1, April 2023, Hlm 33-49

salah finansial adalah rasa takut akan kemis­ terbentuknya rasionalisasi, kesempatan, dan
kinan. Ketakutan dalam konteks teori fraud tri­ tekanan dari dalam diri manusia. Teori tersebut
angle adalah masalah keuangan yang tak dapat berfokus hanya pada stimulus eksternal saja dan
dibagikan. Rasa takut pada kematian secara bio­ luput menjelaskan proses terintegrasinya stim­
logis “karena kelaparan” atau mati secara eksis­ ulus dengan diri manusia. Teori tersebut tidak
tensialisme merupakan tekanan bagi manusia. dapat menjangkau faktor-faktor individu yang
Oleh karena itu, mudah bagi mereka yang memi­ memilih untuk tidak melakukan kecurangan
liki sifat pengecut untuk tunduk pada ancaman laporan keuangan. Filsafat etika Ibnu Miskawaih
yang dirasa akan mengganggu kehidupan mereka dapat menjawab keduanya, baik mengapa sese­
sehingga tidak berani melawan kebatilan. orang melakukan kecurangan laporan keuangan
Lalim adalah kebalikan dari adil. Sifat lalim ataupun menjelaskan mengapa seseorang memi­
akan timbul karena kegagalan fakultas berpikir lih untuk tidak melakukannya. Filsafat etika
gagal dalam mendapatkan keutamaan kebijak­ Ibnu Miskawaih mengeksplorasi dan menjang­
sanaan. Jika ini terjadi, dapat dikatakan bahwa kau akar permasalahan dari kontradiksi tersebut
fakultas berpikir, amarah, dan nafsu tidak se­ melalui penjelasan konsep nilai-nilai jiwa yang
laras dan manusia akan gagal dalam mendapat­ dimiliki manusia dan terbentuknya alur etiologi
kan keutamaan jiwanya. kecurang­an laporan keuangan.
Setiap fakultas jiwa berjalan sendiri-sendi­ Alur etiologi kecurangan laporan keuang­
ri untuk mengikuti tabiat dan daya jiwa yang di­ an. Tujuan dari artikel ini untuk memberikan
milikinya. Lebih parah lagi, manusia yang lalim sudut pandang alternatif mengenai akar penye­
karena sifat bodoh tidak akan dapat membeda­ bab kecurangan laporan keuangan yang bersum­
kan mana yang merupakan kebajikan dan ke­ ber dari tabiat buruk individu dan faktor-faktor
batilan. Celakanya, sifat tersebut dapat menja­ yang dapat membentuk tabiat buruk individu.
dikan individu gagal dalam menentukan orientasi Dalam pembahasan ini, tabiat manusia dieksplor­
jiwanya dengan baik. Ketika orientasi individu asi melalui pemahaman karakter jiwa yang dimi­
memiliki kecenderungan terhadap unsur jasad, likinya. Selain itu, juga memperdalam temuan
maka tidak menutup kemungkinan manusia sebelumnya tentang penyebab accounting fraud
akan gagal dalam mendapatkan keutamaan dari karena bisikan hati dari para pelaku (Schuch­
kebajikan jiwa karena manusia akan cenderung ter & Levi, 2015). Penelitian mereka menyatakan
mengikuti tabiat buruknya. Dari uraian tersebut, bahwa selain dapat mendorong melalukan ke­
dapat dilihat bahwa pelaku kecurangan laporan curangan, bisikan hati dapat menghambat sese­
keuang­ an tidak memiliki keutamaan dari jiwa orang untuk terlibat accounting fraud. Temuan
manusia. Mereka cenderung memiliki tabiat yang tersebut mengubah susunan formasi teori fraud
buruk. Sifat buruk yang bersumber dari jiwa triangle. Unsur rasionalisasi diubah dengan un­
manusia ini cocok untuk menginterpretasikan sur bisikan hati yang dirasa lebih tepat (Harrison
mengapa seseorang merespons stimulus dan ter­ et al., 2018). Pendapat mereka sangat masuk akal
dorong melakukan tindakan kecurangan laporan karena manusia adalah objek yang sedikit rumit
keuang­an. untuk diamati. Bahkan, yang terlihat hanya tin­
Pada tahap ini, filsafat etika Ibnu Miskawaih dakannya tanpa dapat melihat latar belakang
dapat menjelaskan mengapa individu melaku­ manusia tersebut melakukan suatu tindakan.
kan dan mengapa individu tidak melakukan Penelitian ini menjelaskan tidak hanya
kecurang­an laporan keuangan. Teori asosiasi di­ sekadar stimulus yang menjadi anteseden, tetapi
ferensial dan teori fraud triangle tidak dapat men­ juga keutuhan cerita dari suatu etiologi. Gambar
jelaskan bagaimana awal dan bagaimana proses 2 menyajikan visualisasi alur dari etiologi kecu­

Al-quwwah
al-natiqoh
Stimulus (Berpikir)

Al-quwwah
al-ghodobiyah
(Amarah)
Kecurangan
Al-jahl Al-jaur
Indera/jasad Laporan
(Bodoh) (Lalim)
Keuangan
Al-nafs al-
bahimiyah
(Nafsu)

Gambar 2. Alur Etiologi Kecurangan Laporan Keuangan


Maulida, Prabowo, Bagaimana Pandangan Filsafat Etika tentang Kecurangan Laporan Keuangan? 43

rangan dan gambaran bagaimana individu yang pelaku kecurangan tidak mau kehilangan posisi
memiliki tabiat buruk terstimulus untuk melaku­ kekuasaan atau reputasi mereka di hadapan ma­
kan tindakan kecurangan laporan keuangan. syarakat (Vousinas, 2019).
Gambar 2 menyimulasikan bagaimana aspek Setelah stimulus hadir, indera akan mengi­
stimulus dan jiwa manusia memiliki koherensi rimkan rangsangan kepada fakultas jiwa yang
dan saling berinteraksi satu sama lain. Terlepas secara lahir dimiliki oleh setiap individu. Sifat
dari itu, setiap individu memiliki kehendak untuk bawaan dari fakultas jiwa, seperti amarah dan
memberi respons atas stimulus tersebut. Indivi­ nafsu, merespons refleksi setiap stimu­lus. Pada
du akan mencerna setiap fenomena dari stimulus tahap ini, fakultas amarah yang memiliki si­
yang diterimanya tepat sebelum individu terse­ fat ambisi pada kekuasaan, keduduk­an, dan
but memutuskan untuk bertindak. Fokus utama kehormatan akan memberikan respons sesuai
Gambar 2 adalah untuk membagi tabiat buruk dengan sifat yang dimilikinya. Jika refleksi dari
manusia sebagai pelaku utama dalam kecurang­ stimulus tersebut diterima oleh jiwa nafsu yang
an laporan keuangan yang disesuaikan dengan memiliki daya dorongan nafsu makan, keinginan
stimulus. Ketiga kondisi jiwa memiliki peran pen­ mendapatkan kelezatan makanan, minuman,
ting dalam membentuk perilaku sese­orang atau seksualitas, dan segala bentuk kenikmatan yang
dalam hal ini membentuk tabiat buruk penyebab bersifat indrawi akan memberikan respons sesuai
kecurangan laporan keuangan. dengan sifat alaminya.
Pada awalnya, stimulus yang bersumber Ketika fakultas berpikir belum memiliki atau
dari faktor eksternal diri manusia hadir dan gagal mencapai kebijaksanaan, ia akan memiliki
fenomena tersebut ditangkap oleh indera manu­ sifat bodoh dalam mengendalikan fakultas lain.
sia. Selanjutnya, fenomena tersebut akan mem­ Kegagalan itu menyebabkan manusia tidak dapat
berikan rangsangan pada individu untuk melaku­ membedakan antara kebajikan dan kebatilan.
kan suatu tindakan. Stimulus yang dimaksud Fakultas amarah dan nafsu jika dikendalikan
berupa tekanan dan kesempatan (Cressey, 1950), oleh sifat bodoh akan memperoleh kegagalan da­
faktor stabilitas nasional (Cheliatsidou et al., lam meraih keutamaannya. Kegagalan dari nafsu
2021), hingga permasalahan norma timbal balik akan membentuk tabiat rakus dan al-ghodhobi­
di dalam lingkungan sosial (Naseer et al., 2020). yah memiliki kecenderungan sifat pengecut ke­
Stimulus sering menjadi faktor anteseden utama tika dihadapkan dengan lingkungan oganisasi
penyebab seseorang terlibat dalam tindakan ke­ yang korup. Pada akhirnya, individu gagal meraih
curangan, bahkan ketika ada stimulus berupa keutamaan jiwa dan gagal pula mendapatkan
tekanan pada seseorang yang takut kehilang­ puncak keutaman jiwa adil. Sebaliknya, individu
an jabatannya. Dalam beberapa kasus, para akan menjadi manusia yang memiliki sifat lalim.

Ke se mpatan

As-syarh Al -jahl
(Rakus) (Bodoh)

Ke curangan
Laporan
Ke uangan

Te kanan Rasionalisasi

Al -Jubn
(Pe nge cut)

Gambar 3. Model Teori Fraud Triangle dalam Konteks Etika Ibnu Maskawih
44 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 14, Nomor 1, April 2023, Hlm 33-49

Kegagalan inilah yang dapat mendorong manusia tungan pribadinya dan ia akan berkelit dengan
untuk berbuat lalim atau dalam pembahasan ini rasionalisasi untuk membenarkan segala tindak­
individu yang bertabiat buruk akan melakukan annya serta mengabaikan nilai-nilai kebaikan
tindakan kecurangan laporan keuangan. yang berlaku.
Model penyebab kecurangan laporan Manusia yang memiliki sifat rakus akan
keuangan dalam konteks etika. Teori fraud tri­ selalu mencari untuk memuaskan nafsunya.
angle memiliki sudut pandang mikro pada pelaku Bahkan, tidak menutup kemungkinan ia akan
tentang penyebab seseorang menggelapkan uang menyusun rencana dalam mempersiapkan ce­
milik majikannya. Dari ketiga dimensi teori fraud lah melalukan kecurangan di masa yang akan
triangle, ada satu dimensi yang tidak mudah datang. Sifat rakus dapat memberikan tekanan
ditelusuri. Menentukan dimensi rasionali­sasi pada individu yang selalu merasa kurang atas
dari pelaku untuk melakukan kecurangan lapor­ harta yang sudah dimilikinya. Persis binatang,
an keuangan merupakan hal yang cukup sulit manusia berpotensi memiliki sifat serakah kare­
ditelusuri genealoginya. Oleh sebab itu, kurang­ na gagalnya jiwa natiqah dalam mengontrol ke­
nya pengetahuan tentang satu atau lebih elemen cenderungan dari jiwa bahimiyah yang memiliki
teori fraud triangle dapat menyebabkan kesulitan kecenderungan nafsu menginginkan kenikmatan
dalam merancang strategi pencegahan kecurang­ (Al-Miskawaih & Hidayat, 1994). Celakanya, keti­
an (Mui & Mailley, 2015). ka setiap individu yang berada dalam organisasi
Filsafat etika Ibnu Miskawaih memberi atau perusahaan tidak dapat mengontrol jiwa ba­
sudut pandang di mana posisi tabiat buruk be­ himiyah, mereka akan bertransformasi menjadi
rada sebelum sese­ orang melakukan tindakan kelompok yang serakah. Seperti kasus Australian
kecurangan laporan keuang­an. Kondisi fakultas Wheat Board (AWB), perusahaan itu memiliki bu­
jiwa manusia yang bertabiat buruk memungk­ daya keserakahan untuk memuluskan kepen­
inkan individu melakukan kecurangan laporan tingan bisnis perdagangan dengan melakukan
keuangan. Filsafat etika Ibnu Miskawaih dapat suap kepada pemerintah Irak demi mendapatkan
melengkapi teori fraud triangle untuk memberi dan mengunci kesepakatan dagangnya. Dalam
pandangan baru tentang akar penyebab muncul­ skandal tersebut, AWB rela mengeluarkan biaya
nya ketiga dimensi teori fraud triangle. Gambar kesepakatan berapa pun untuk memaksimalkan
3 memberikan pandangan baru selain model tr­ penjualan dan melanjutkan peluang kerja sama
adisional yang telah dibahas sebelumnya. Model perdagangan gandum dengan pemerintah Irak
ini diperluas untuk memasukkan faktor tabiat (Fallon & Cooper, 2015).
buruk dari jiwa manusia yang menyebabkan ses­ Sifat pengecut dapat memunculkan tekanan
eorang melakukan kecurangan laporan keuan­ ketika individu dihadapkan dengan keadaan
gan. yang dianggapnya mengancam. Contohnya, ke­
Kata jâhl berasal dari ja-ha-la yang me­ tika perusahaan mengalami kerugian, individu
ngandung arti lawan kata ‘ilm; kasar tabiatnya; yang memiliki tanggung jawab akan mengala­
bersikap tidak ramah; berpaling dari/menjauh mi tekanan dari kondisi tersebut. Akan tetapi,
(jafâ); dungu; tolol; bodoh; naik darah (hamuqa) mengingat individu memiliki sifat pengecut, ia
(Bakri, 2018). Individu yang memiliki sifat bodoh akan takut menghadapi kenyataan pahit tersebut
akan cenderung merasionalisasi tindakan kecu­ sehingga akan merasionalisasi tindakan kecu­
rangan laporan keuangan dengan alasan demi rangan laporan keuangan untuk memanipulasi
keberlangsungan perusahaan. Dalam sudut kerugian dengan merekayasa laporan akuntansi
pandang agama Islam, khususnya teks yang ter­ untuk menyelamatkan perusahaan. Kasus suap
kandung dalam al-Quran dan al-Hadist, perilaku yang dialami oleh AWB memiliki unsur ketakut­
curang/korupsi dan terorisme secara umum an, pihak manajemen khawatir akan kehilangan
dikatakan sebagai kebodohan (Setiawan, 2016). kepentingan mereka dalam penjualan gandum
Sifat bodoh sangatlah berbahaya karena individu pada pemerintah Irak AWB sangat ingin memper­
yang jahl tidak dapat membedakan apa yang cu­ tahankan proyek perdagangan yang bernilai mi­
rang dan yang tidak dan tidak menjunjung ting­ liaran dolar dan karenanya mereka tunduk pada
gi nilai praktik akuntansi yang jujur serta lebih tuntutan Irak (Fallon & Cooper, 2015; Glebovs­
mengedepankan dorongan nafsunya. kiy, 2019). Pihak AWB menyangkal tindakannya
Dalam Alquran surat al-Imran ayat 54, tersebut dan berdalih bahwa mereka hanyalah
al-Ahzab ayat 33, al-Maidah ayat 50, dan al-Fath korban dan mereka menganggap bahwa mereka
ayat 26, sifat jahl digambarkan dengan suatu telah disesatkan oleh Irak.
kondisi masyarakat Arab yang telah mengab­ Penjelasan pada Gambar 3 memberikan
aikan nilai-nilai agama karena dorongan nafsu­ pandangan bahwa kegagalan mendapatkan
nya sendiri. Selain itu, individu bodoh yang me­ keutamaan jiwa merupakan akar masalah indivi­
lihat kesempatan dari kelemahan pengendalian du terlibat kecurangan laporan keuangan. Faktor
internal akan cenderung memanfaatkan celah sifat buruk dari jiwa individu dieksplorasi lebih
tersebut untuk melakukan kecurangan laporan dalam penelitian ini. Kegagalan mendapatkan
keuangan. Sehubungan dengan sifat bodoh yang keutamaan jiwa akan memengaruhi keputusan
dimilikinya, alih-alih memperbaiki kelemahan individu berperilaku, terutama perilaku indivi­
tersebut ia malah mengeksploitasi untuk keun­ du yang terlibat kecurangan laporan keuangan
Maulida, Prabowo, Bagaimana Pandangan Filsafat Etika tentang Kecurangan Laporan Keuangan? 45

Pe­rilaku ini termasuk menyasar individu yang lain untuk terlibat karena individu lain pun tetap
menghasut individu lain untuk mengikuti kemau­ memiliki jiwa. Dapat diasumsikan, pe­nyakit kecu­
annya sehingga mereka berkolusi atau individu rangan laporan keuangan adalah pe­nyakit sosial
yang melakukan kecurangan laporan keuangan yang dapat menular. Data di dunia menyebut­
secara mandiri. Beberapa implikasi teoretis dan kan bahwa perilaku tersebut dilakukan dengan
praktis dari hasil penelusuran, semuanya akan kolektif “lebih dari satu pelaku” dan meng­alami
dibahas secara terpisah di bawah ini. peningkatan. Di masa depan para pelaku kecu­
Hasil dari Gambar 3 memperluas litera­ rangan laporan keuangan dapat berkoalisi untuk
tur kecurangan laporan keuangan dan melihat melancarkan aksi kriminalnya ketika setiap indi­
bagaimana tabiat individu dapat memunculkan vidu tidak memiliki keutamaan jiwa sebagai obat
ketiga elemen teori fraud triangle. Penelitian ini penawarnya.
menyajikan visualisasi tentang anteseden utama Fokus utama dari ruang lingkup model te­
yang menjadi akar penyebab seseorang dengan ori fraud triangle berbasis etika ini adalah wilayah
tabiat buruknya melakukan tindakan kecurang­ internal diri manusia. Dapat dicatat bahwa pen­
an laporan keuangan. Diskusi di atas menyirat­ jelasan artikel ini jauh lebih sesuai dibandingkan
kan bahwa faktor penentu kecurangan laporan pernyataan Maulidi. Perilaku curang diakibatkan
keuangan (Cressey, 1950; Vousinas, 2019; Wolfe oleh iklim organisasi yang korup di mana atasan
& Hermanson, 2004) ditentukan oleh integritas menekan karyawan untuk terlibat memban­
pribadi (Saluja et al., 2022) dan integritas pribadi tu melakukan rencana kecurangan yang telah
ditentukan oleh tabiat yang dimilikinya. direncanakannya. Walaupun hal seperti ini dapat
Keadaan tabiat seseorang dipengaruhi oleh terjadi, seorang atasan tetaplah manusia yang
kondisi jiwa yang dimilikinya. Faktor keadaan memiliki jiwa. Seorang atasan yang diceritakan
jiwa jauh lebih memengaruhi seseorang memi­ adalah individu yang tidak memiliki keutamaan
lih tindakannya. Hal ini mememberikan jawaban jiwa bijaksana. Atasan bersebut memaksa orang
tentang bagaimana organisasi harus memperha­ lain untuk melakukan tindakan yang salah. Di
tikan faktor tabiat individu sebelum membang­ sisi lain, ketika karyawan mendapat tekanan dari
un budaya etis organisasi. Kecenderungan ten­ atasannya, orang ini (bawahan), akan menerima
tang kegagalan dalam mendapatkan keutaman konsekuensi negatif jika dia menolak perintah
jiwa inilah yang telah menyebabkan individu yang diberikan oleh atasannya. Hal itu membawa
melakukan kecurangan laporan keuangan dan dilema moral bagi bawahan tersebut. Di sini ter­
merugikan organisasinya. Faktor individu sep­ sirat bahwa karyawan tidak memiliki keutamaan
erti bodoh, serakah, pengecut, dan lalim menjadi jiwa berani sehingga ia memiliki jiwa pengecut
prediktor utama seseorang memiliki tabiat buruk. ketika dihadapkan dengan situasi sulit seperti
Kegagalan dalam menyelaraskan kondisi jiwa un­ ini. Manusia seperti ini sangat rentan melaku­
tuk membentuk tabiat yang baik disebabkan oleh kan tindakan kecurangan laporan keuangan dan
adanya disposisi antarjiwa yang dimiliki. Proses memilih pilihan yang mudah, bukan pilihan yang
internal manusia inilah yang luput dari pandang­ benar, serta memilih untuk turut berkolusi keti­
an peneliti terdahulu (Cressey, 1950; Saluja et ka mendapat tekanan atau provokasi dari kole­
al., 2022; Vousinas, 2019; Wolfe & Hermanson, ganya. Celakanya, keputusan individu seperti ini
2004). sangat rentan dan berbahaya untuk organisasi
Keunggulan model. Kajian ini mungkin akan dan organisasi akan dihadapkan dengan kegagal­
berbeda dengan penyebab kecurangan laporan an dalam membangun budaya etisnya.
keuangan yang disebabkan bisikan hati ataupun Untuk mengenal motif pelaku kecurangan
integritas. Kajian ini melihat pelaku melalui objek laporan keuangan, model teori fraud triangle ber­
paradigmatik filsafat etika yang memang harus basis etika telah memperluas dan memperdalam
hadir untuk alasan mengapa seseorang melaku­ apa yang ditemukan oleh para peneliti sebe­
kan kecurangan laporan keuangan (Cressey, lumnya seperti “tekanan finansial, kesempatan
1950; Saluja et al., 2022; Schuchter & Levi, 2015; melakukan penipuan dan rasionalisasi” (Cressey,
Vousinas, 2019; Wolfe & Hermanson, 2004). Mer­ 1950), “bisikan hati” (Schuchter & Levi, 2015),
eka tidak menawarkan kajian penjelasan dalam “integritas” (Saluja et al., 2022), “psikologi indi­
konteks kondisi jiwa seseorang, terutama dari vidu” (Nuswantara & Maulidi, 2021), “rasa sim­
perspektif tabiat buruk seseorang yang memben­ pati” (Maulidi, 2020) dan “permasalahan faktor
tuk perilaku kecurangan. Individu yang memiliki psikologi dan sosiologi” (Amos et al., 2019). Per­
tabiat buruk dapat terdorong untuk melakukan bedaan dalam penelitian ini adalah temuan bah­
kecurangan laporan keuangan tanpa harus ada wa setiap orang memiliki modal menjadi seorang
faktor peluang ataupun tekanan. pelaku kecurangan sejak lahir. Hal ini karena po­
Dalam model filsafat etika, ditemukan tensi jiwa yang dimilikinya serta rentan gagal da­
koneksi antarjiwa dalam diri manusia yang sa­ lam mendapatkan keutamaan jiwa, termasuk di
ling memengaruhi dalam menentukan sese­orang dalamnya individu yang memiliki sifat buruk atau
berperilaku, termasuk bertabiat buruk untuk individu yang mendapatkan tekanan dari kole­
melakukan kecurangan laporan keuangan. Tabiat ganya. Motif seperti ini teletak pada sifat gelap
buruk dari individu dapat memengaruhi individu dari psikologis seseorang yang dapat mendorong
46 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 14, Nomor 1, April 2023, Hlm 33-49

perilaku. The dark triad psychology (narsisme, ditemukan bahwa jiwa berpikir belum memiliki
machiavellianisme, dan psikopati) misalnya, keutamaan. Keutamaan jiwa berpikir membuat
dapat memberikan pengaruh unik pada elemen individu tidak dapat mengambil keputusan ber­
teori fraud diamond untuk seseorang melakukan dasarkan kalkulasi untung rugi.
tindakan curang (Smith et al., 2021). Sehubung­ Kecurangan laporan keuangan merupa­
an dengan konteks ini, dalam pembahasan sebe­ kan fenomena multifaset dan setiap skemanya
lumnya ditemukan bahwa adanya daya jiwa yang mengandung konsekuensi yang berbeda sehing­
masing-masing memiliki tabiatnya sendiri untuk ga te­lah menjadi mimpi buruk bagi organisasi.
memiliki kecenderungan mengikuti sifat alami­ Kerangka kerja untuk mengantisipasi kejahatan
ahnya. Contohnya adalah sifat dari jiwa al-ba­ kerah putih dengan penyelidikan akuntansi fo­
himiyah ketika tidak dikontrol menimbulkan sifat rensik atau bantuan teknologi data (Bertucci et
psikopati yang cenderung pada sifat rakus. Itu al., 2021; Oyerogba, 2021; Rezaee & Wang, 2019)
adalah ciri ketika tidak memiliki pertimbangan dapat membantu meminimalisasi risiko kecurang­
akal sehat saat dihadapkan dengan hawa nafsu. an laporan keuangan. Namun, itu semua tidak
Dengan kata lain, manusia telah tunduk pada menjamin organisasi akan bebas dari kecurangan
hawa nafsunya. Perilaku seperti ini memang ada laporan keuangan karena suatu sistem kerangka
dalam fenomena korupsi. pengendalian hanya mengandalkan administrasi
Berdasarkan teori GONE, salah satu akar dan teknologi. Akan tetapi, perlu diingat bahwa
penyebab kecurangan laporan keuangan adalah administrasi dan teknologi sangat dipengaruhi
sifat serakah. Individu yang memiliki sifat ini oleh manusia.
dapat terjerumus dalam tindakan kecurang­ an
laporan keuangan. Pelaku kejahatan kerah putih SIMPULAN
yang memiliki posisi jabatan dapat terlibat kecu­ Konsep jiwa Ibnu Miskawaih dapat menjadi
rangan tanpa harus ada tekanan finansial (Har­ paradigma baru dalam peneliian akuntansi un­
rison et al., 2018; Schuchter & Levi, 2015). Akan tuk memahami serta mengidentifikasi penyakit
tetapi, individu dapat dipengaruhi oleh tekanan kecurangan pada setiap individu. Langkah yang
teman sebaya untuk terlibat dalam krimi­nal de­ lebih jauhnya diharapkan dapat merumuskan
ngan mengamati tindakan orang lain dan mem­ strategi untuk langkah pencegahan kecurangan
bandingkan kerugian dan keuntungan dari atas laporan keuangan. Sejatinya setiap organisa­
tindak­annya terlebih dahulu (Lokanan & Aujla, si memiliki pengendalian ekosistem kelompoknya
2020). sendiri untuk meminimalisir risiko kecurangan
Anindya & Adhariani, (2019) menggambar­ sehingga setiap individu yang berada di dalam
kan bahwa tidak ada satu pun dari faktor teori organisasi harus memiliki pengendalian atas diri­
fraud triangle yang memiliki pengaruh signifikan nya sendiri. Setiap individu memiliki tiga fakultas
pada seorang karyawan untuk melakukan kecu­ jiwa yang dapat mempengaruhi akhlaknya. Selain
rangan laporan keuangan. Akan tetapi, ketika itu, individu yang memiliki sifat lalim akan cen­
membandingkan ketiga faktor tersebut, faktor derung melakukan tindakan manipulasi laporan
tekanan dianggap memiliki dampak tertinggi pada keuangan ketika dihadapkan dengan kondisi jiwa
risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan. yang telah mendapat rangsangan stimulus dari
Meski mereka tidak menyebutkan secara spesi­ dimensi eksternal.
fik faktor tekanan apa yang dapat memberikan Penelitian ini diharapkan dapat memberi­
dampak paling tinggi, bisa saja ini berasal bukan kan pemahaman untuk karyawan, profesi akun­
dari kebutuhan finansial yang mendesak, tetap­i tan, ataupun auditor dalam membentuk tabiat
tekanan yang diterima adalah yang bersum­ pribadinya. Penelitian ini memberikan saran ke­
ber dari karyawan lain “atasan”. Dalam suatu pada mereka untuk membangun integritas de­
lingkungan organisasi, kekuatan pribadi tidak ngan cara mengoptimalkan fakultas berpikir da­
dapat dipisahkan dari penyebaran penipuan de­ lam mengontrol nafsu yang dimiliki oleh setiap
ngan maksud membujuk orang lain (Anand et individunya agar terbentuk kesempurnaan akh­
al., 2015). Kondisi tersebut menggambarkan bah­ lak/etika. Seorang karyawan, akuntan, dan au­
wa individu dapat dengan mudah diprovokasi ditor diharapkan memiliki keutamaan jiwa untuk
oleh mereka yang memiliki otoritas lebih tinggi. terhindar dari sifat serakah, bodoh, dan pengecut
Karyawan dalam organisasi yang korup dapat saat dihadapkan dengan stimulus kecurangan
memiliki tekanan besar untuk melakukan pe­ laporan keuangan. Penelitian ini menyediakan
nipuan. Dalam mencari pemahaman yang lebih informasi dan konstruksi yang lebih luas terkait
baik tentang penipuan harus lebih banyak pene­ akar penyebab kecurangan laporan keuangan
litian yang menggali kondisi provokasi dari orang dan bagaimana tabiat buruk memengaruhi ketiga
terdekat semacam ini (Raval, 2018). Ketika dipro­ dimensi yang terkandung di dalam teori fraud tri­
vokasi, pelaku dalam mengambil keputusannya angle. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
masih menggunakan pandangan berdasarkan memberikan kontribusi kepada CEO dan CFO
konsekuensi untung rugi yang akan dia dapat­ untuk mempertimbangkan permasalahan tabiat
kan dan menyelamatkan dirinya sendiri (Maulidi, individu dan mensosialiasikan nilai-nilai etika
2020). Dalam menganalisis faktor anteseden yang Ibnu Miskawaih kepada setiap bawahannya yang
menjadi dorongan untuk keputusan tidak etis ini, berada dalam lingkungan organisasi. Sinergi an­
Maulida, Prabowo, Bagaimana Pandangan Filsafat Etika tentang Kecurangan Laporan Keuangan? 47

tarindividu diperlukan untuk menciptakan etika Cheliatsidou, A., Sariannidis, N., Garefalakis, A.,
organisasi yang terbebas dari kecurangan. Azibi, J., & Kagias, P. (2021). The Interna­
tional Fraud Triangle. Journal of Money
UCAPAN TERIMA KASIH Laundering Control, 26(1), 106-132. https://
Penulis mengucapkan terima kasih kepada insti­ doi.org/10.1108/JMLC-09-2021-0103
tusi, editor, dan mitra bestari yang telah mem­ Cressey, D. R. (1950). The Criminal Violation
bantu proses publikasi artikel. of Financial Trust. American Sociologi­
cal Review, 15(6), 738–743. https://doi.
DAFTAR RUJUKAN org/10.2307/2086606
Aksa, A. F., Irianto, B. S., & Bawono, I. R. (2020). Demetriades, P., & Owusu-Agyei, S. (2022). Fraud­
The Urgency of Rationalization for Un­ ulent Financial Reporting: An Application
ethical Behavior and Accounting Fraud. of Fraud Diamond to Toshiba’s Accounting
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 11(3), Scandal. Journal of Financial Crime, 29(2),
653-664. https://doi.org/10.21776/ub.ja­ 729–763. https://doi.org/10.1108/JFC-
mal.2020.11.3.37 05-2021-0108
Al-Miskawaih, I,, & Hidayat, H. (1994). Menuju Eisenberg, P. (2017). Financial Crime-is There
Kesempurnaan Akhlak. Mizan. Any Way Out of the Theoretical Deadlock?
Amos, C., Zhang, L. & Read, D. (2019). Hardwork­ Journal of Financial Crime, 24(4), 529–540.
ing as a Heuristic for Moral Character: Why https://doi.org/10.1108/JFC-06-2016-
We Attribute Moral Values to Those Who 0043
Work Hard and Its Implications. Journal of Evans, L., & Kamla, R. (2018). Language and
Business Ethics, 158, 1047–1062. https:// Translation in Accounting: A Scandal of
doi.org/10.1007/s10551-017-3725-x Silence and Displacement? Accounting, Au­
Anand, V., Tina Dacin, M., & Murphy, P. R. diting and Accountability Journal, 31(7),
(2015). The Continued Need for Diversity in 1834-1843. https://doi.org/10.1108/
Fraud Research. Journal of Business Ethics, AAAJ-09-2018-020
131(4), 751–755. https://doi.org/10.1007/ Fallon, F., & Cooper, B. J. (2015). Corporate Cul­
s10551-014-2494-z ture and Greed - The Case of the Australian
Anindya, J. R., & Adhariani, D. (2019). Fraud Wheat Board. Australian Accounting Review,
Risk Factors and Tendency to Commit 25(1), 71–83. https://doi.org/10.1111/
Fraud: Analysis of Employees’ Perceptions. auar.12031
International Journal of Ethics and Systems, Fitri, F. A., Syukur, M., & Justisa, G. (2019). Do
35(4), 545–557. https://doi.org/10.1108/ the Fraud Triangle Components Motivate
IJOES-03-2019-0057 Fraud in Indonesia? Australasian Account­
Awang, Y., & Ismail, S. (2018). Determinants of ing, Business and Finance Journal, 13(4),
Financial Reporting Fraud Intention among 63-72. https://doi.org/10.14453/aabfj.
Accounting Practitioners in the Banking v13i4.5
Sector: Malaysian Evidence. Internatio­ Free, C. (2015). Looking through the Fraud Tri­
nal Journal of Ethics and Systems, 34(1), angle: A Review and Call for New Direc­
32-54. https://doi.org/10.1108/IJO­ tions. Meditari Accountancy Research, 23(2),
ES-05-2017-0080 175-196. https://doi.org/10.1108/ME­
Bakri, S. (2018). Pemikiran Filsafat Manusia Ibnu DAR-02-2015-0009
Miskawaih: Telaah Kritis atas Kitab Tahdzib Ghannam, S., Bugeja, M., Matolcsy, Z. P., &
Alakhlaq. Al-A’raf: Jurnal Pemikiran Islam Spiropoulos, H. (2019). Are Qualified and
dan Filsafat, 15(1), 147–166. https://doi. Experienced Outside Directors Willing to
org/10.22515/ajpif.v15i1.1102 Join Fraudulent Firms and if So, Why? The
Bertucci, A., Skufca, T., & Boyer-Davis, S. (2021). Accounting Review, 94(2), 205-227. https://
Section 806 of the Sarbanes-Oxley Act: Can doi.org/10.2308/accr-52195
the Fraud Triangle Prevent Fraud in the Fi­ Glebovskiy, A. (2019). Criminogenic Isomorphism
nance Sector? Journal of Corporate Account­ and Groupthink in the Business Context.
ing and Finance, 32(4), 158-167. https:// International Journal of Organization Theo­
doi.org/10.1002/jcaf.22520 ry and Behavior, 22(1), 22-42. https://doi.
Botes, V., & Saadeh, A. (2018). Exploring Evi­ org/10.1108/IJOTB-03-2018-0024
dence to Develop a Nomenclature for Foren­ Hardianto, A. M., Basuki, & Soeherman, B. (2021).
sic Accounting. Pacific Accounting Review, Fondasi Akuntabilitas Kemitraan Corporate
30(2), 135-154. https://doi.org/10.1108/ Social Responsibility: Perspektif Kosmologi
PAR-12-2016-0117 Ghazali. Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
Budiatmaja, R., & Ramadhan, Y. (2022). Three 13(1), 95-110. https://doi.org/10.21776/
Corporate Control Strategies and Fraud Ac­ ub.jamal.2021.13.1.08
counting Prevention. Jurnal Akuntansi Mul­ Hardinto, W., Urumsah, D., Wicaksono, A. P., &
tiparadigma, 13(1), 194-204. https://doi. Cahaya, F. R. (2020). Sisi Gelap Pemimp­
org/10.21776/ub.jamal.2021.13.1.15 in dalam Memotivasi Tindakan Korupsi.
48 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 14, Nomor 1, April 2023, Hlm 33-49

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 11(2), Naheem, M. A. (2020). The Agency Dilemma in


334-354. https://doi.org/10.21776/ub.ja­ Anti-Money Laundering Regulation. Journal
mal.2020.11.2.20 of Money Laundering Control, 23(1), 26-37.
Harrison, A., Summers, J., & Mennecke, B. https://doi.org/10.1108/JMLC-01-2016-
(2018). The Effects of the Dark Triad on Un­ 0007
ethical Behavior. Journal of Business Ethics, Naseer, S., Bouckenooghe, D., Syed, F., Khan, A.
153(1), 53-77. https://doi.org/10.1007/ K., & Qazi, S. (2020). The Malevolent Side
s10551-016-3368-3 of Organizational Identification: Unravel­
Hidayah, S. N. M. (2022). Ibnu Miskawaih’s Islam­ ing the Impact of Psychological Entitlement
ic Economic Thinking (Reviewing The Con­ and Manipulative Personality on Unethical
cept of Exchange and The Role of Money Ac­ Work Behaviors. Journal of Business and
cording to Ibnu Miskawaih). AJIS: Academic Psychology, 35(3), 333-346. https://doi.
Journal of Islamic Studies, 7(1), 157-176. org/10.1007/s10869-019-09623-0
https://doi.org/10.29240/ajis.v7i1.4170 Natalia, I. (2022). Refleksi Yudhistira dalam Tang­
Jeppesen, K. K. (2019). The Role of Auditing in gung Jawab Sosial dan Akuntansi Lingkung­
the Fight Against Corruption. British Ac­ an. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 13(1),
counting Review, 51(5), 100798. https:// 42–59. https://doi.org/10.21776/ub.ja­
doi.org/10.1016/j.bar.2018.06.001 mal.2021.13.1.04
Johnson, E. N., Lowe, D. J., & Reckers, P. M. J. Nguyen, L. A., O’Connell, B., Kend, M., Pham,
(2021). The Influence of Auditor Narcissism V. A. T., & Vesty, G. (2021). The Likelihood
and Moral Disengagement on Risk Assess­ of Widespread Accounting Manipulation
ments of a Narcissistic Client CFO. Jour­ within an Emerging Economy. Journal of
nal of Accounting and Public Policy, 40(4), Accounting in Emerging Economies, 11(2),
106826. https://doi.org/10.1016/j.jac­ 312-339. https://doi.org/10.1108/JAEE-
cpubpol.2021.106826 02-2020-0041
Lau, C. K., & Ooi, K. W. (2016). A Case Study on Nuswantara, D. A., & Maulidi, A. (2021). Psy­
Fraudulent Financial Reporting: Evidence chological Factors: Self- and Circumstanc­
from Malaysia. Accounting Research Jour­ es-Caused Fraud Triggers. Journal of Fi­
nal, 29(1), 4–19. https://doi.org/10.1108/ nancial Crime, 28(1), 228–243. https://doi.
ARJ-11-2013-0084 org/10.1108/JFC-05-2020-0086
Lehman, C. R., Hammond, T., & Agyemang, G. Othman, R., & Ameer, R. (2022). In Employees
(2018). Accounting for Crime in the US: Race, We Trust: Employee Fraud in Small Busi­
Class and the Spectacle of Fear. Critical Per­ nesses. Journal of Management Control,
spectives on Accounting, 56, 63-75. https:// 33(2), 189–213. https://doi.org/10.1007/
doi.org/10.1016/j.cpa.2018.01.002 s00187-022-00335-w
Lokanan, M. E., & Aujla, I. (2020). Mapping the Oyerogba, E. O. (2021). Forensic Auditing Mecha­
Individual and Structural Theories of Fi­ nism and Fraud Detection: The Case of Ni­
nancial Crimes. Journal of Financial Crime, gerian Public Sector. Journal of Accounting
28(2), 420–432. https://doi.org/10.1108/ in Emerging Economies, 11(5), 752–775.
JFC-12-2019-0165 https://doi.org/10.1108/JAEE-04-2020-
Maulidi, A. (2020). When and Why (Honest) People 0072
Commit Fraudulent Behaviours? Extending Ratmono, D., & Frendy. (2022). Examining the
the Fraud Triangle as a Predictor of Fraudu­ Fraud Diamond Theory through Ethical Cul­
lent Behaviours. Journal of Financial Crime, ture Variables: A Study of Regional Develop­
27(2), 541–559. https://doi.org/10.1108/ ment Banks in Indonesia. Cogent Business
JFC-05-2019-0058 and Management, 9(1), 2117161. https://
Maulidi, A., & Ansell, J. (2020). The Conception doi.org/10.1080/23311975.2022.2117161
of Organisational Fraud: The Need for Re­ Raval, V. (2018). A Disposition-Based Fraud Mo­
juvenation of Fraud Theory. Journal of Fi­ del: Theoretical Integration and Research
nancial Crime, 28(3), 784–796. https://doi. Agenda. Journal of Business Ethics, 150(3),
org/10.1108/JFC-09-2020-0180 741-763. https://doi.org/10.1007/s10551-
Morales, J., Gendron, Y., & Guénin-Paracini, H. 016-3199-2
(2014). The Construction of the Risky In­ Rezaee, Z., & Wang, J. (2019). Relevance of Big
dividual and Vigilant Organization: A Ge­ Data to Forensic Accounting Practice and
nealogy of the Fraud Triangle. Accounting, Education. Managerial Auditing Journal,
Organizations and Society, 39(3), 170–194. 34(3), 268–288. https://doi.org/10.1108/
https://doi.org/10.1016/j.aos.2014.01.006 MAJ-08-2017-1633
Mui, G., & Mailley, J. (2015). A Tale of Two Tri­ Rudkin, B., Kimani, D., Ullah, S., Ahmed, R.,
angles: Comparing the Fraud Triangle with & Farooq, S. U. (2019). Hide-and-Seek in
Criminology’s Crime Triangle. Accounting Corporate Disclosure: Evidence from Neg­
Research Journal, 28(1), 45–58. https://doi. ative Corporate Incidents. Corporate Gover­
org/10.1108/ARJ-10-2014-0092 nance (Bingley), 19(1), 158-175. https://doi.
Maulida, Prabowo, Bagaimana Pandangan Filsafat Etika tentang Kecurangan Laporan Keuangan? 49

org/10.1108/CG-05-2018-0164 org/10.1016/j.accfor.2017.08.001
Rustiarini, N. W., T, S., Nurkholis, & Andayani, Siregar, S. V., & Tenoyo, B. (2015). Fraud Aware­
W. (2019). Why People Commit Public Pro­ ness Survey of Private Sector in Indonesia.
curement Fraud? The Fraud Diamond View. Journal of Financial Crime, 22(3), 329–346.
Journal of Public Procurement, 19(4), 345– https://doi.org/10.1108/JFC-03-2014-
362. https://doi.org/10.1108/JOPP-02- 0016
2019-0012 Smith, K. J., Emerson, D. J., & Mauldin, S. (2021).
Safii. (2016). Ibn Miskawaih Filsafat Al-Nafs Online Cheating at the Intersection of the
dan Al-Akhlāq. Jurnal Theologia, 25(1), Dark Triad and Fraud Diamond. Journal of
209–222. https://doi.org/10.21580/ Accounting Education, 57, 100753. https://
teo.2014.25.1.344 doi.org/10.1016/j.jaccedu.2021.100753
Saluja, S., Aggarwal, A., & Mittal, A. (2022). Un­ Suh, J. B., Shim, H. S., & Button, M. (2018).
derstanding the Fraud Theories and Ad­ Exploring the Impact of Organizational In­
vancing with Integrity Model. Journal of vestment on Occupational Fraud: Mediat­
Financial Crime, 29(4), 1318-1328 https:// ing Effects of Ethical Culture and Monitor­
doi.org/10.1108/JFC-07-2021-0163 ing Control. International Journal of Law,
Sandhu, N. (2020). Behavioural Red Flags of Crime and Justice, 53, 46–55. https://doi.
Fraud: An Ex Post Assessment of Types org/10.1016/j.ijlcj.2018.02.003
and Frequencies. Global Business Re­ Suh, I., Sweeney, J. T., Linke, K., & Wall, J. M.
view, 21(2), 507-525. https://doi. (2020). Boiling the Frog Slowly: The Immer­
org/10.1177/0972150919850410 sion of C-Suite Financial Executives into
Schuchter, A., & Levi, M. (2015). Beyond the Fraud. Journal of Business Ethics, 162(3),
Fraud Triangle: Swiss and Austrian Elite 645-673. https://doi.org/10.1007/s10551-
Fraudsters. Accounting Forum, 39(3), 018-3982-3
176–187. https://doi.org/10.1016/j.ac­ Tickner, P., & Button, M. (2020). Deconstruct­
cfor.2014.12.001 ing the Origins of Cressey’s Fraud Triangle.
Setiawan, A. R. (2016). Al-Halalu Bayn Wal Ha­ Journal of Financial Crime, 28(3), 722-731.
roomu Bayn: Tafsir Agama(Wan) atas Mul­ https://doi.org/10.1108/JFC-10-2020-
titafsir “Sisi Gelap” Pengelolaan Keuangan 0204
Daerah. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Triyanto, D. (2022). Sharia Compliance, Islamic
7(1), 17-35. https://doi.org/10.18202/ja­ Corporate Governance, and Fraud: A Study
mal.2016.04.7002 of Sharia Banks in Indonesia. Journal of In­
Sharpe, S. (2021). Accounting-Based Brand Scan­ telligence Studies in Business, 12(1), 34-43.
dals and the Implications for Firm-Level https://doi.org/10.37380/JISIB.V12I1.925
Advertising Spending. Studies in Business Vousinas, G. L. (2019). Advancing Theory of
and Economics, 16(2), 230-239. https://doi. Fraud: The S.C.O.R.E. Model. Journal of Fi­
org/10.2478/sbe-2021-0036 nancial Crime, 26(1), 372–381. https://doi.
Sikka, P. (2017). Using Freedom of Information org/10.1108/JFC-12-2017-0128
Laws to Frustrate Accountability: Two Case Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The
Studies of UK Banking Frauds. Account­ Fraud Diamond: Considering the Four Ele­
ing Forum, 41(4), 300-317. https://doi. ments of Fraud. The CPA Journal, 72, 38–42.

Anda mungkin juga menyukai