OUTLINE PENELITIAN
NIM : 2019-30-032
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi pada saat ini, praktik-praktif koruptif yang semakin mudah
ditemukan di berbagai bidang kehidupan. Salah satu penyebab dari praktik koruptif itu
sendiri dikarenakan melemahnya nilai sosial yang ada pada diri manusia. Meskipun
terdapat beberapa Undang-Undang yang mencakup segala aktivitas yang terkait adanya
kecurangan, dan berbagai kebijakan maupun upaya juga saat ini telak dilakukan oleh
pemerintah guna memberantas korupsi. Namun, pada kenyataannya sampai saat ini upaya
yang dilakukan belum cukup mencegah terjadinya korupsi.Sebagai pokok permasalahan
pada penelitian kali ini yaitu salah satu lembaga yang memegang peran penting dalam
pencegahan korupsi yaitu pendidikan.
2
Dalam perguruan tinggi mahasiswa mendapatkan pendidikan yang akan menuntun
mereka sebagai profesional sesuai dengan bidang yang mereka tempuh selama menjalani
perkuliahan. Perguruan tinggi diharapkan mampu mencetak tenaga profesional yang
berkualitas, tentunya secara ilmu maupun akhlak, baik yang berkaitan secara moral maupun
etika profesi (Fitriana & Baridwan, 2012).
Secara umum fraud diartikan sebagai tindak kecurangan atau penipuan secara sengaja
untuk memperoleh keuntungan pribadiiatau kelompok dan berdampak menyesatkan orang
lain. Walaupun kecurangan memiliki arti yang berbeda-beda tergantung bagaimana
individu mendefinisikannya, kecurangan pasti dilakukan dengan unsur kesengajaan. Lain
halnya dengan eror yang dilakukan murni bukan karena kesengajaan. Menurut
(Purnamasari & Irianto, 2013) fraud adalah bentuk penipuan ataupun kecurangan yang
dilakukan seseorang yang tidak bertanggungjawab. Fraud sudah menjamah banyak bidang.
Salah satunya adalah academic fraud atau bentuk kecurangan yang ada didalam lingkungan
perkuliahan atau pendidikan.
Cressey dalam Skousen et al. (2009) menyebutkan bahwa membuat suatu teori
yang menyebutkan terdapat tiga kondisi yang selalu hadir saat terjadi kecurangan. Ketiga
kondisi tersebut adalah tekanan (pressure), peluang (opportunity), dan rasionalisasi
(rationalization) yang kemudian dikenal dengan istilah fraud triangle. Tekanan (pressure)
3
merupakan suatu situasi dimana seseorang merasa perlu untuk melakukan kecurangan.
Semakin tingginya pressure maka semakin besar pula kemungkinan perilaku kecurangan
akademik akan terjadi (Huang et al., 2017). Tekanan dalam penelitian yang akan dilakukan
ini merupakan tekanan yang dialami oleh mahasiswa sebagai faktor pendorong bagi
mahasiswa untuk melakukan kecurangan akademik.
Efikasi diri menurut Ormrod (2009) adalah keyakinan yang dimiliki seseorang
bahwa dirinya mampu menjalankan tugas tertentu atau meraih sasaran tertentu. Singkatnya
bahwa efikasi diri itu sendiri merupakan komponen dari keseluruhan perasaan diri
seseorang. Woolfolk (2009) menambahkan self-efficacy atau efikasi diri juga dapat
diartikan sebagai perasaan seseorang bahwa dirinya mampu melakukan tugas-tugas secara
efektif . Efikasi diri akademik adalah keyakinan individu dalam mengorganisasikan dan
melaksanakan tugas yang diembannya secara efektif untuk pencapaian prestasi akademik.
Seperti pada kasus Bank Maluku dibobol sebesar Rp. 1 Miliar oleh oknum teller
yang terjadi pada tahun 2019 (Kabar Timur News 2019). Modus “fraud” atau kejahatan
perbankan diduga mengetahui password aplikasi core-banking Bank Maluku cabang Banda
Naira dan dikatakan pengambilan uang dilakukan secara perlahan-lahan sesuai kebutuhan,
ketika diperlukan dapat dambil kisaran Rp. 100jt-200jt. Pada kasus ini terjadinya fraud
karena kurangnya pendidikan yang memadai pada oknum teller dan kurangnya efikasi diri
sehingga menuntutnya melakukan pembobolan dan penggelapan uang.
Mendasarkan pada uraian diatas, peneliti termotivasi untuk menguji apakah dengan
menggunakan dimensi fraud triangle mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
4
kecurangan akademik dengan efikasi diri pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Pattimura Ambon yang terdapat tiga prodi didalamnya yaitu Akuntansi, Manajemen, dan
Ilmu Ekonomi. Berdasarakan uraian diatas maka peneliti mengambil judul “PENGARUH
DIMENSI FRAUD TRIANGLE TERHADAP KECURANGAN AKADEMIK DENGAN
EFIKASI DIRI SEBAGAI VARIABEL MODERASI”. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi suatu penelitian yang mampu menggali informasi terkait tekanan, peluang, dan
rasionalisasi terhadap perilaku kecurangan. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan
dapat meminimalisir setiap faktor tersebut untuk mengurangi perilaku kecurangan
akademik dengan efikasi diri yang dikembangkan.
Berdasarkan latar belakang uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah efikasi diri akademik dapat memoderasi hubungan tekanan dan kecurangan
akademik?
2. Apakah efikasi diri akademik dapat memoderasi hubungan kesempatan dan
kecurangan akademik?
3. Apakah efikasi diri akademik dapat memoderasi hubungan rasionalisasi dan
kecurangan akademik?
1. Untuk mengetahui pengaruh efikasi diri akademik pada hubungan dengan tekanan
terhadap perilaku kecurangan akademik.
2. Untuk mengetahui pengaruh efikasi diri akademik pada hubungan dengan
kesempatan terhadap perilaku kecurangan akademik.
3. Untuk mengetahui pengaruh efikasi diri akademik pada hubungan dengan
rasionalisasi terhadap perilaku kecurangan akademik.
1. Manfaat Akademis
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura Ambon sebagai
evaluasi kegiatan dan pengambilan kebijakan terkait kecurangan akademik,
sehingga dapat meningkatkan efikasi diri akademik bagi mahasiswa Program Studi
Akuntansi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis untuk
mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh dimensi fraud triangle terhadap
Perilaku Kecurangan Akademik dengan efikasi diri akademik sebagai variable
moderasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Fraud
6
kecurangan terjadi ketika salah saji dibuat dalam suatu keadaan yang mengetahui bahwa hal
itu adalah suatu kepalsuan dan dilakukan dengan maksud untuk melakukan kecurangan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Norbarani (2012) fraud telah didefinisikan
secara berbeda-beda oleh para praktisi dan akademisi (Intal dan Do, 2002). Berikut ini
disajikan definisi fraud dari berbagai sudut pandang yang berbeda:
Table 2.1
Defenisi Fraud
7
Intal dan Do, 2002) menggunakan sumber daya perusahaan
secara tidak wajar dan salah menyajikan
fakta untuk memperoleh keuntungan
pribadi
Association of Certified Fraud Kecurangan (fraud) sebagai tindakan
Examiners (dalam Ernst & Young penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh
LLP, 2009) seseorang atau badan yang mengetahui
bahwa kekeliruan tersebut dapat
mengakibatkan beberapa manfaat yang
tidak baik kepada individu atau entitas atau
pihak lain
Binbangkum, n.d Suatu tindak kesengajaan untuk
menggunakan sumber daya perusahaan
secara tidak wajar dan salah menyajikan
fakta untuk memperoleh keuntungan
pribadi
Teori Fraud Triangle pertama kali dicetuskan oleh pada Cressey pada tahun 1953
untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang menjadi penyebab kecurangan. Cressey (1953)
menyatakan bahwa motivasi individu untuk melakukan kecurangan (fraud) disebabkan oleh
tiga unsur utama yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi
(rationalization). Menurut Priantara, (2013:44) “konsep fraud triangle saat ini digunakan
secara luas dalam praktik Akuntan Publik pada Statement of Auditing Standard (SAS) No.
99, Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit yang menggantikan SAS No.82.
konsep ini bertumpu pada riset Donald Cressey (1953) yang menyimpulkan bahwa fraud
mempunyai tiga sifat umum”.
Gambar 2.1
Fraud Triangle
8
1. Tekanan (pressure)
Sebagian besar tekanan merupakan terkait dengan kebutuhan finansial dan tekanan
non finansial, seperti tekanan untuk membuat laporan keuangan lebih baik daripada yang
sebenarnya, adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan atau timbulnya tantangan dalam diri
individu untuk melanggar sistem (Albrecht et al, 2012:54). Tekanan pada umumnya adalah
masalah internal ekonomi individu seperti utang yang menumpuk. Akan tetapi tekanan
tersebut dapat berasal dari lingkungan kerja yang memaksa individu untuk berbuat curang
yaitu tekanan dari atasan. Kombinasi dari kedua tekanan tersebut akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kecurangan.
2. Kesempatan (opportunity)
9
3. Rasionalisasi (rasionalization)
Ketiga faktor yang menjadi motivasi dan penyebab individu melakukan kecurangan
tersebut terkait satu sama lain. Ketika individu menghadapi tekanan ekonomi yang sulit,
maka ia akan menggunakan kesempatan untuk melakukan kecurangan. Apabila hal ini
terjadi secara berkelanjutan maka rasionalisasi individu terhadap kecurangan akan
meningkat. Keterkaitan ini dapat menjadi siklus yang akan terus terjadi secara berulang
apabila tidak diatasi. Suparjadi (2009:54) menjelaskan bahwa faktor penyebab perilaku
fraud yang dapat dikendalikan adalah opportunity atau kesempatan. Menekan kesempatan
individu untuk melakukan kecurangan akan mengurangi praktik kecurangan yang
merugikan organisasi.
10
sebagai kecurangan akademik. Brimble, Stevenon dan Clarke (Tadesse & Getachew, 2010)
menyatakan bahwa kecurangan akademik merupakan tindakan yang tidak beretika.
Menurut Kibler (Ercegovac & Richardson, 2004) kecurangan akademik adalah berbagai
bentuk kecurangan dan plagiat yang melibatkan perilaku seperti memberi atau menerima
bantuan yang tidak diizinkan dalam suatu ujian atau tugas dan menerima nilai untuk hasil
yang tidak mereka kerjakan sendiri.
Berdasarkan pengertian dari para ahli yang telah disampaikan diatas dapat
disimpulkan bahwa kecurangan akademik adalah perilaku menyontek, menipu ataupun
memalsukan diluar batasan peraturan yang diizinkan untuk dilakukan, hal tersebut
bertentangan dengan nilai-nilai kejujuran.
Menurut Cizek dalam Anderman dan Murdock (2007) terdapat beberapa aspek-
aspek dalam kecurangan akademik, Aspek-aspek tersebut adalah :
Apa yang dimaksud disini adalah kondisi dimana individu menerima bantuan baik
berupa jawaban maupun informasi lain yang mampu mengaburkan proses penilaiaan
dari kemampuan asli individu tersebut. Contohnya ketika ujian berlangsung seorang
individu memberitahukan jawaban yang ditulisnya terhadap orang yang ada
disekitarnya.
11
b. Menggunakan materi yang dilarang digunakan.
a. Menyontek (Cheating)
Menyontek yang dimaksud yaitu berbagai cara atau upaya yang digunakan untuk
mengambil atau berbagi informasi dengan orang lain selama sedang melakukan ujian
atau proses penilaian akademik. Contohnya seperti melihat hasil pekerjaan orang lain
ketika melakukan ujian lalu menuliskan hasil pekerjaan tersebut sebagai hasil
pekerjaannya sendiri.
b. Plagiat (Plagiarism)
Plagiarisme adalah pencurian terhadap karya tulis milik orang lain. Dapat juga
diartikan sebagai pengambilan karangan atau tulisan (pendapat dan sebagainya) orang
lain yang kemudian dijadikan seolaholah ditulis sendiri atau dibuat sendiri oleh individu
pelaku plagiat tersebut. Contohnya ketika mengerjakan sebuah paper atau karangan
menggunakan hasil pekerjaan orang lain selanjutnya digunakan untuk mengganti
sebagian atau keseluruhan hasil pekerjaan individu tersebut sendiri.
12
Mengarang atau memalsukan yang dimaksud adalah bagaimana seseorang indvidu
mengarang sebuah statement/pernyataan selanjutnya membuat tulisan tersebut seolah-
oleh dibuat oleh seseorang oleh dengan berbagai tujuan tertentu. Contohnya ketika
dalam menggerjakan sebuah paper atau karangan individu tidak menemukan sumber
yang tepat untuk mendukung tulisannya tersebut lalu individu mengarang teori dan
memalsukan daftar pustaka guna mendukung hasil tulisannya tersebut.
Apa yang dimaksud menggunakan hasil pekerjaan orang lain disini adalah
bagaimana indvidu menggunakan hasil pekerjaan orang lain baik artikel, tugas atau
sebagainya yang didapatkan dari berbagai sumber. Selanjutnya hasil pekerjaan tersebut
dibuat seolah-oleh menjadi hasil pekerjaan individu tersebut, kemudian dijadikan
sebagai alat pengukuran kinerja akademik individu tersebut. Contohnya adalah individu
menggunakan hasil pekerjaan orang lain agar dapat digunakan sebagai miliknya seperti
menggerjakan tugas yang dikerjaan oleh teman atau membuat karangan yang dibuat
oleh teman.
13
4. Menyalin hasil pekerjaan siswa lain saat ujian berlangsung tanpa
sepengetahuannya.
5. Membantu orang lain untuk menyontek pada saat ujian.
6. Menyontek pada saat ujian dengan berbagai cara.
7. Menyalin hasil pekerjaan milik orang lain dan mengakuinya sebagai hasil
pekerjaan sendiri.
8. Membuat atau memalsukan referensi atau daftar pustaka.
9. Meminta orang lain mengerjakan tugas yang diberikan.
10. Menerima bantuan pada saat mengerjakan tugas individu tanpa izin pengawas.
11. Mengerjakan tugas dengan bantuan orang lain ketika di minta untuk
menggerjakannya sendiri.
12. Menyalin kalimat yang telah dituliskan orang lain tanpa memberi catatan kaki
penulisnya.
a. Efikasi Diri
Efikasi diri yang dimaksud pada penelitian ini adalah efikasi diri akademik yaitu
kepercayaan pada kemampuan diri dalam melaksanakan dan mengatur suatu tindakan
yang diperlukan dalam pencapaian hasil usaha. Contohnya ketika seseorang memiliki
tanggung jawab melaksanakan sebuah tugas maka individu tersebut akan meluangkan
waktu dan mengatur agar bagaimana dirinya dapat menyelesaikan tugas tersebut sesuai
dengan tenggang waktu yang diperlukan.
b. Perkembangan Moral
14
Perkembangan moral yang dimaksud yaitu perubahan penalaran, perasaan, dan
perilaku tentang standar mengenai suatu perilaku yang benar dan salah. Contohnya
ketika seorang indvidu melihat jawaban dari orang disekitarnya saat ujian berlangsung
apakah individu tersebut merasa perilaku yang dilakukannya benar atau salah, hal
tersebut juga akan mempengaruhi proses pengambilan keputasanya terhadap perilaku
tersebut.
c. Religiusitas
Religiusitas yang dimaksud adalah perilaku individu yang didasari oleh ajaran-
ajaran agama, yaitu bagaimana individu berhubungan dengan dunianya, terutama
dengan manusia lain. Akhlak disini merupakan perbuatan yang meliputi perilaku suka
menolong,bekerjasama, tidak mencuri, tidak korupsi, dan tidak menipu. Hal-hal
tersebut yang mempengaruhi seseorang melakukan tindakan kecurangan akademik atau
tidak. Contohnya ketika seseorang melihat jawaban ujian orang yang berada disekitar
ditentukan oleh perasaan bahwa Tuhan yang masih melihat apa yang dilakukannya,
walaupun orang lain disekitarnya tidak mengetahuinya. Hal tersebut yang akan
mempengaruhi seorang individu akan melakukan kecurangan akademik atau tidak.
a. Umur
15
c. Persetujuaan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Tidak Jujur
16
Judge, Jackson, Shaw, Scott, dan Rich (2007) menjelaskan bahwa efikasi diri dapat
mengontrol berbagai aspek psikologis seseorang sehingga membuat seseorang mampu
mencapai kinerja terbaik. Judge (Ghufron & Risnawita, 2012) menambahkan bahwa efikasi
diri adalah indikator positif dari core self evaluation yang berguna untuk memahami diri.
Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri yang sangat berpengaruh
dalam kehidupan sehari-hari karena hal tersebut ikut mempengaruhi seseorang dalam
menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk
perkiraan pada tantangan yang akan dihadapi.
Menurut Owen dan Froman (1988) perilaku akademik terdiri oleh beberapa factor
yaitu 1) overt, social situasion (terbuka, mengajukan diri atau menonjoln dalam kelas) 2)
cognitive operation (melibatkan aspek kognitif dalam pembelajaran, mendengarkan,
memperhatikan, mencatat) 3) technical skill (skill teknis seperti menggunakan computer,
dsb).
Berdasarkan pengertian para tokoh diatas, peneliti menyimpulkan bahwa efikasi diri
akademik merupakan suatu keyakinan dalam diri individu terhadap kemampuanya dalam
hal akademik yang ditandai dengan keyakinan untuk menunjukkan diri, memperhatikan dan
kemampuan teknis.
Bandura menyebutkan bahwa efikasi diri akademik sifatnya spesifik pada dimensi
tertentu termasuk akademik, dan efikasi diri akademik merupakan sub bagian spesifik dari
dimensi efikasi diri akademik. Bandura (1997) mengemukakan ada tiga dimensi dalam
efikasi diri yang berkaitan dengan akademik, yaitu:
a. Magnitude
Aspek ini berkaitan dengan kesulitan tugas. Apabila tugas-tugas yang dibebankan
pada seseorang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka perbedaan efikasi diri
akademik secara individual mungkin terbatas pada tugas-tugas yang sederhana,
menengah, atau tinggi. Seseorang akan melakukan tindakan yang dirasakan mampu
untuk dilaksanakannya dan akan menghindari tugas-tugas yang diperkirakan di luar
batas kemampuan yang dimilikinya.
b. Generality
17
Aspek ini berhubungan luas bidang tugas atau tingkah laku. Beberapa pengalaman
berangsur-angsur menimbulkan penguasaan terhadap pengharapan pada bidang tugas
atau tingkah laku yang khusus sedangkan pengalaman lain membangkitkan keyakinan
seseorang yang meliputi berbagai tugas.
c. Strength
Aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan seseorang terhadap
keyakinannya. Tingkat efikasi diri akademik yang lebih rendah mudah digoyangkan
oleh pengalaman-pengalaman yang melemahkannya, sedangkan seseorang yang
memiliki efikasi diri akademik yang kuat tekun dalam meningkatkan usahanya
meskipun dijumpai pengalaman yang melemahnya.
a. Outcome expectancy
Outcome expectancy yaitu suatu perkiraan bahwa tingkah laku tertentu akan
menyebabkan akibat yang khusus dan sejauh mana tingkah laku tertentu akan
mengungkap konsekuensi tertentu. Hal ini juga merupakan keyakinan tentang
kemungkinan bahwa tindakan khusus akan memberikan konsekuensi tertentu (harapan
mengenai keefektifan arti perilaku tertentu dalam memproduksi hasil-hasil tersebut),
atau harapan akan kemungkinan hasil dari perilaku.
b. Efficacy expectancy
Efficacy expectacy merupakan suatu keyakinan bahwa tindakan seseorang akan
berhasil dan sesuai dengan yang diharapkan. Aspek ini menunjukan bahwa harapan
seseorang berkaitan erat dengan kesanggupan seseorang menyadari suatu perilaku yang
dikehendaki. Hal ini lebih condong pada keputusan yang akan diambil oleh seseorang
dengan kemampuan yang dimiliki dan kesanggupan untuk bertindak spesifik dalam
situasi khusus.
c. Outcome value
Outcome value merupakan nilai yang mempunyai arti konsekuenasi-konsekuensi
yang akan terjadi bila suatu perilaku dilakukan oleh individu. Melalui outcome value,
18
seseorang dapat memprediksi apa yang akan terjadi dan mempersiapkan diri menerima
hasil yang diperoleh.
Menurut Bandura (1997) faktor yang mempengaruhi proses pembentukan efikasi diri
akademik seseorang antara lain:
Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting sebagai sumber pembentukan
efikasi seseorang karena hal ini berdasarkan kepada kenyataan keberhasilan seseorang
dapat menjalankan suatu tugas atau ketrampilan tertentu akan meningkatkan efikasi diri
akademik dan kegagalan yang berulang akan mengurangi efikasi diri akademik.
Melihat kelebihan orang lain yang memiliki kesamaan dapat meningkatkan harapan
atau efikasi diri akademik. Seseorang dapat menilai dirinya memiliki kemampuan
seperti yang dimiliki orang yang diamati sehingga seseorang melakukan usaha untuk
meningkatkan ketrampilannya. Prinsip sederhana, jika orang lain dapat melakukannya
begitu pula dengan saya. Pengalaman secara tidak langsung tersebut diamati
berdasarkan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan pengaruh dari
lingkungan sekitar yang menunjukkan bahwa adanya kesuksesan yang dialami oleh
orang orang di sekitar.
c. Persuasi verbal
19
tidak didasari pada realita dan alasan yang kuat. Persuasi verbal merupakan dukungan
sosial yang berbentuk tindakan pemberian informasi atau arahan untuk
meningkatkankan usaha seseorang. Hal tersebut merupakan fungsi dari interaksi sosial
yang ada dan berkembang dalam peningkatan kesuksesan.
d. Keadaan Fisiologis
e. Keadaan Psikologis
Berdasarkan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai efikasi
diri akademik yang tinggi dalam diri seseorang dibutuhkan adanya pencapaian yang aktif,
pengalaman tidak langsung dari orang lain, persuasi verbal dari orang lain, kondisi
fisiologis yang baik, dan keadaan psikologis yang tenang, sehingga seseorang dalam
kondisi efikasi diri akademik yang tinggi mampu memecahkan masalah dan menyelesaikan
tugas.
20
Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang digunakan sebagai bahan
acuan, yaitu :
1. Arifa Nurinda Aulia Rohmah (2018) melakukan penelitian dengan sampel diseleksi
dari populasi dengan menggunakan metode convinience sampling. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dikirim baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada responden yang digunakan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel tekanan, kesempatan dan rasionalisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
2. Michael Sihombing dan I Ketut Budiartha (2020) melakukan penelitian dengan
metode pemilihan sampel menggunakan non probabilty sampling dengan teknik
purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau persyaratan
yang telah ditetapkan peneliti. Penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa tekanan (pressure),kesempatan
(opportunity) dan rasionalisasi (rasionalization) berpengaruh positif dan signifikan
pada kecurangan akademik (academic fraud) mahasiswa akuntansi Universitas
Udayana.
3. Fernando Lewerissa (2019) melakukan penelitian dengan metode convience
sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan memoderasi
hubungan tekanan,rasionalisasi terhadap perilaku kecurangan akademik, sedangkan
kualitas pelayanan tidak memoderasi hubungan kesempatan terhadap perilaku
kecurangan akademik mahasiswa akuntansi Universitas Pattimura.
4. Nurma Juwita (2020) melakukan penelitian dengan metode yang digunakan peneliti
untuk pengambilan sampel adalah Sampling Insidental. Teknik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan cara pembagian kuisioner penelitian secara langsung. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan berpengaruh terhadap kecurangan
akademik sedangkan kesempatan, rasionalisasi, kemampuan dan perilaku tidak jujur
tidak berpengaruh pada mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadiyah
Surakarta dan Universitas Sebelas Maret.
5. Muhammad Kharis Khamdani (2018) melakukan penelitian dengan metode yang
digunakan adalah metode analisis statistik. Perhitungan analisis data dilakukan
dengan menggunakan komputer pada program IBM SPSS Statistics version 24.0 for
windows sebagai alat bantuan alisis secara statistik. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri
akademik dengan kecurangan akademik yang artinya bahwa semakin tinggi efikasi
21
diri akademik maka akan semakin rendah kecenderungan responden untuk
melakukan kecurangan akademik pada mahasiswa Psikologi Universitas Islam
Indonesia.
6. Rachmi Hayati (2019) melakukan penelitian dengan metode yang digunakan adalah
Pengambilan data dengan metode kuesioner atau angket guna memperoleh jenis
data kuantitatif. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif
antara efikasi diri dan kecurangan akademik pada siswa SMA.
Table 2.2
Penelitian Terdahulu
22
4. Nurma Juwita Pengaruh Dimensi- Bahwa tekanan berpengaruh
(2020) Dimensi Dalam Fraud terhadap kecurangan akademik
Diamond Dan Perilaku sedangkan kesempatan,
Tidak Jujur Terhadap rasionalisasi, kemampuan dan
Kecurangan Akademik. perilaku tidak jujur tidak
berpengaruh pada mahasiswa
Akuntansi Universitas
Muahammadiyah Surakarta
dan Universitas Sebelas Maret.
5. Muhammad Hubungan Antara Efikasi Ada hubungan negatif antara
Kharis Khamdani Diri Akademik dan efikasi diri akademik dengan
(2018) Kecurangan Akademik kecurangan akademik yang
Pada Mahasiswa. artinya bahwa semakin tinggi
efikasi diri akademik maka
akan semakin rendah
kecenderungan responden
untuk melakukan kecurangan
akademik pada mahasiswa
Psikologi Universitas Islam
Indonesia.
Bagi setiap individu dengan pemahaman semangat belajar yang rendah akan
menimbulkan perasaan diri individu tersebut tidak bisa atau tidak mampu memenuhi
tuntutannya, dan pada akhirnya ketika melakukan suatu tindakan kecurangan hal tersebut
23
akan menjadi alasan yang mendasari setiap individu untuk memenuhi tuntutannya tersebut.
Semakin besar tekanan yang diterima oleh setiap individu semakin besar pula keinginan
individu tersebut untuk melakukan kecurangan akademik.
Pengawasan yang lemah akan dapat memberikan ruang gerak setiap individu untuk
dapat memaksimalkan kesempatan atau peluang yang ada, peluang adalah faktor pendorong
dimana semakin tinggi peluang maka semakin tinggi pula intensitas kecenderungan untuk
melakukan kecurangan akademik. Adanya peluang atau kesempatan akan dapat berakibat
setiap indvidu merasa dengan mudah akan memperoleh jawaban dengan melakukan suatu
tindakan kecurangan akademik. Hasil pada penelitian yang sudah dilakukan oleh
(Sasongko, 2019) faktor yang berhubungan dengan penipuan akademis mahasiswa terutama
arogansi dan kesempatan.
Dalam keadaan dengan kesempatan atau peluang yang tinggi dengan efikasi diri
yang rendah, yang menganggap bahwa dirinya tidak mampu menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan cara yang jujur, maka jalan pintas yang akan ditempuh olehnya. Sehingga
dengan efikasi diri akademik yang rendah dapat memicu seseorang dengan kesempatan
atau peluang yang besar dalam melakukan kecurangan akademik.
24
2.5.3 Efikasi Diri Akademik dapat memoderasi Rasionalisasi terhadap
Kecurangan Akademik
25
Budiartha (2019) bahwa tekanan, kesempatan dan rasionalisasi berpengaruh terhadap
perilaku kecurangan akademik.
Hal ini mengindikasikan bahwa kecurangan akademik dapat terjadi dan disebabkan
oleh karena adanya unsure dari tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. Namun tanpa
disadari, sebenarnya ada unsure lain yang harus diperhatikan secara lebih detail tentang apa
saja faktor-faktor yang menjadi pendorong sehingga seseorang cenderung melakukan fraud.
Salah satu faktornya adalah efikasi diri.
Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self-
knowledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari, hal ini
disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut mempengaruhi individu dalam menentukan
tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalam perkiraan
berbagai kejadian yang akan dihadapi. Efikasi diri menurut Bandura (1997) adalah
keyakinan akan kemampuan diri yang dimiliki individu untuk menentukan dan
melaksanakan berbagai tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu pencapaian.
Jika dikaitkan dengan konsep fraud, rendahnya efikasi diri dapat menjadi faktor
yang menyebabkan terjadinya fraud. Contohnya adalah dengan pengetahuan diri yang
rendah diperhadapkan dengan tugas yang menuntutnya melakukan hal yang baru
baginya,maka orang tersebut akan merasa tertekan dan jika didukung kesempatan dan
rasionalisasi bahwa merupakan hal yang baru baginya maka dapat memicu terjadinya fraud.
Dari uraian di atas, maka model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2
Model Penelitian
Tekanan (X1)
Kesempatan (X2) Kecurangan
Akademik (Y)
Rasionalisasi (X3)
26
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi yang diambil untuk melakukan penelitian ini adalah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Pattimura Ambon.
3.2.2 Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari
jawaban responden atas kuesioner yang dibagikan kepada Mahasiswa S1 aktif Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura.
27
Data penelitian diperoleh menggunakan instrument berupa kuesioner. Kuesioner ini
dibagikan secara langsung kepada Mahasiswa S1 aktif Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura Ambon dan yang mengisi kuesioner tidak
dibatasi semester,pengalaman maupun jenis kelamin.
Tekanan merupakan suatu situasi dimana seorang peserta didik merasa perlu untuk
melakukan kecurangan. Semakin tinggi tekanan, semakin besar kemungkinan perilaku
kecurangan terjadi (Kusaeri, 2016).
28
indeks prestasi. Pengukuran variable ini menggunakan kuisioner dengan skala likert 1-5 :
Sangat Tidak Setuju (1), Tidak Setuju (2), Ragu-ragu (3), Setuju (4) dan Sangat Setuju (5).
Menurut Bandura (Julike & Endang, 2012) efikasi diri merupakan suatu keyakinan
tentang kemampuan untuk melakukan suatu tindakan yang diharapkan, efikasi diri sebagai
latar belakang seseorang untuk melakukan suatu tindakan da mengontrol diberbagai
29
kondisi. Efikasi diri akademik yang tinggi mendorong seseorang dapat megontrol situasi
tersulit dan menghindari terjadinya kecurangan akademik.
Indikator variable efikasi diri memiliki 3 dimensi yaitu ; Magnitude, Generality dan
Strength.
Pengukuran variable ini menggunakan kuisioner dengan skala likert 1-5 : Sangat
Tidak Setuju (1), Tidak Setuju (2), Ragu-ragu (3), Setuju (4) dan Sangat Setuju (5).
Uji instrumen dilakukan untuk menguji apakah instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini valid dan reliabel. Uji instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji
reliabilitas.
30
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikasi 5% dengan kriteria
pengujian bila nilai t hitung > t tabel maka disimpulkan butir pertanyaan valid, sebaliknya
jika nilai t hitung < t tabel maka butir pertanyaan dikatakan tidak valid.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak Ghozali, Imam (2013:160)
menyatakan, dalam uji t dan uji F diasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas
Kormogolov-Smirnov dan uji normalitas P-Plot.
31
homokedastisitas atau tidak terjadi gejala-gejala heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji heteroskedastisitas Scatterplot dan
uji heteroskedastisitas Glejser.
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih
variabel independen (X1, X2,…..Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah
berhubungan positif atau negatif dengan variabel dependen. Berikut persamaan regresi
linear berganda sebagai berikut :
Y = α + β1X1+ ε
Y = α + β2X2+ ε
Y = α + β3X3+ ε
Keterangan :
32
Lampiran
Kuisioner Penelitian
Kepada Yth,
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pattimura Ambon
Di tempat
Saya Melinda Aglencya Lerebulan mahasiswa program Strata Satu (S1) Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pattimura sedang melaksanakan
penelitian untuk outline penelitian yang merupakan salah satu tugas pada mata kuliah
Metodologi Penelitian.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya memohon bantuan kepada saudara/i untuk
meluangkan waktunya dalam mengisi kuisioner ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun
salah terkait kuisioner ini. Sehingga diharapkan agar saudara/i mengisi setiap pertanyaan
dengan jujur sesuai dengan pengalaman Saudara/i. Kuisioner ini dibuat semata-mata hanya
untuk kepentingan penelitian, sehingga jawaban dan identitas saudara/i akan dijamin
kerahasiannya. Atas bantuan dan kesediaan saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Petunjuk Pengisian :
Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi yang Anda alami dan berikan jawaban yang
sejujur-jujurnya dengan memberikan tanda checklist (√) pada pilihan yang tersedia.
33
Penilaian:
NIM :
Semester :
34
(untuk tugas individu) merupakan bentuk
kecurangan akademik.
Tekanan
Tekanan adalah faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan kecurangan akademik.
Kesempatan
35
Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah faktor yang membuat seseorang menganggap bahwa kecurangan yang
dilakukannya adalah suatu hal yang dapat dimaklumi karena sudah biasa dilakukan.
Efikasi diri akademik merupakan bagian yang tak terpisahkan menghasilkan individu yang
lebih unggul dan berkualitas.
36
6. Selama ujian saya dapat mengingat apa
saja yang saya pelajari
7. Saya bisa mencapai tujuan saya dalam
belajar
8. Saya dapat mengembangkan keterampilan
membaca untuk memahami materi
perkuliahan
9. Saya sulit untuk bisa memahami materi
kuliah dengan baik
10. Saya merasa bahwa saya kurang mampu
mengingat poin penting dari materi kuliah
yang telah di pelajari
11. Saya tidak bisa mengelola waktu secara
efesien untuk belajar
12. Saya sulit untuk mengetahui sumber-
sumber yang diperoleh untuk
pembelajaran
13. Saya merasa sulit dalam menuliskan
jawaban ketika ujian berlangsung
14. Seringkali saya gagal untuk memahami
inti dari pelajaran yang sudah di pelajari
15. Saya tidak bisa mengatur waktu untuk
belajar materi perkuliahan lain disela-sela
ketika saya menyelesaikan suatu tugas
16. Saya dapat memanfaatkan fasilitas
perpustakaan untuk keperluan belajar
17. Ketika saya tidak masuk kuliah/kelas
karena beberapa alasan, saya dapat
mengatasi mata kuliah yang tidak saya
ikuti dengan baik. Seperti mengerjakan
tugas atau ujian dsb dengan baik.
18. Saya yakin bisa mengerjakan ujian dengan
baik
19. Saya bisa tenang saat ujian karena yakin
akan kemampuan saya dalam belaja
20. Saya bisa mengatasi permasalahan yang
menggangu dalam menyelesaiakan tugas
37
21. Ketika diadakan ujian mendadak, saya
bisa menjawabnya dengan baik
22. Ketika saya mencoba untuk bersungguh-
sungguh, saya bisa mendapatkan nilai
terbaik
23. Saya mendapatkan nilai yang baik untuk
jenis pertanyaan jawaban singkat
24. Ketika dosen bertanya atau memutarkan
pertanyaan saya bisa menjawabnya
25. Saya tidak pernah bertanya pada dosen
tentang pelajaran yang tidak dipahami
karena merasa malu bertanya
26. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan jenis esai atau hitungan dengan
baik
27. Ketika proses pembelajaran saya merasa
kurang dalam memahami penjelasan dosen
di kelas
28. Ketika saya mempelajari materi baru, saya
lupa dengan materi sebelumnya
29. Saya merasa tidak bisa mengatur waktu
dalam menyelesaiakn tugas
30. Ketika dosen bertanya kembali tentang
pelajaran yang telah di sampaika, saya bisa
menjawabnya
38