Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS MENGENAI PENYIMPANGAN PERILAKU JASA JOKI

TUGAS BERDASARKAN PERSPEKTIF KRIMINOLOGI

Dosen : Dr. Aroma Elmina Martha, S.H., M.H.


Mata kuliah : Kriminologi
Penyusun :
1. Moamer Kohsad (19410327)
2. A Iqbal Madani (19410344)
3. Mahdavika Arsy Mubarak (19410345)

PROGRAM SARJANA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Masalah

Fenomena kecurangan akademik merupakan suatu perilaku yang mencoret kesakralan


dalam dunia pendidikan. Fenomena ini terjadi hampir di seluruh tahapan dalam proses
pendidikan baik dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
atas/kejuruan, bahkan sampai dalam dunia perguruan tinggi. Padahal seharusnya dunia
perkuliahan merupakan tempat bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, tetapi
fenomena kecurangan akademik banyak terjadi di tingkat universitas.
Bahkan di luar negri terdapat fenomena kecurangan akademik yang sempat terekspos
media pernah terjadi di salah satu universitas terbaik di dunia, yakni Harvard University,
Amerika Serikat dengan pada tahun 2012, sebanyak 125 mahasiswanya diketahui mencontek
saat ujian akhir semester dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Pemerintahan. 1
Kemudian di Indonesia, praktik kecurangan akademik ini merupakan suatu hal yang
sangat umum terjadi di dunia pendidikan. Bahkan di salah satu penelitian yang dilakukan
Nursalam dkk. (2013), menjelaskan bahwa dari hasil survey yang dilakukan kepada 50
responden mahasiswa di perguruan tinggi di Makassar, terdapat 44 mahasiswa (88%)
menyatakan pernah menyontek pada saat ujian, dan 6 mahasiswa (12%) yang menyatakan tidak
pernah menyontek selama menjadi mahasiswa. Sedangkan dalam penelitian Wisnumurti dan
Yulianto (2017), kecurangan akademik yang sering dilakukan peserta didik yaitu copy paste dari
internet pada saat mengerjakan tugas (72,5%), menyontek jawaban teman lain (58,33%), dan
bekerjasama dalam ujian (57,5%).2
Tetapi selain itu berbagai jenis dan temuan tersebut, terdapat satu fenomena praktik
kecurangan akademik yang sangat mencederai dunia pendidikan yaitu dengan adanya fenomena
jasa joki tugas. Pada dasarnya praktik joki tugas secara sederhana adalah merupakan aktivitas
dimana seorang peserta didik menyerahkan urusan akademiknya untuk dikerjakan kepada
seseorang penyedia jasa dan kemudian dari hasil pekerjaannya tersebut seorang penyedia jasa
(joki) akan mendapat imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukannya. Praktek joki tugas ini
biasanya dilakukan terhadap tugas-tugas perkuliahan, CEPT/TOEFL, Karya Tulis Ilmiah dan
bahkan dalam bentuk Skripsi sekalipun.
Di lingkungan Universitas Islam Indonesia fenomena praktik joki tugas sudah menjamur
dimana-mana. Mereka melakukan penyimpangan dan menawarkan jasanya biasanya dilakukan
secara sembunyi-sembunyi melalui operasi bawah tanah. Modus operandi yang dilakukan
sangatlah unik dengan melakukan pendekatan orang per orang sehingga membentuk suatu

1 Andi Noor Wahidin S., [et.al], Pengaruh Dimensi Fraud Triangle Terhadap Perilaku Kecurangan
Akademik dengan Akhlak Sebagai Variabel Moderenisasi pada Mahasiswa Akuntansi UIN Alauddin
Makassar, Jurnal ISAFIR; Islamic Accounting and Finance Review, Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020, hlm.
41
2 Ibid
jaringan. Bahwa penyimpangan ini pun biasanya dapat dilakukan secara berkelompok maupun
secara sendiri-sendiri.
Ketika dikaitkan dengan fenomena kecurangan akademik, terdapat banyak faktor
sebenarnya yang dapat menjadi pemicu seseorang melakukan perilaku tersebut. Beberapa
diantaranya bisa terjadi dikarenakan adanya tekanan (pressure), adanya peluang/kesempatan
yang memungkinkan seseorang tersebut melakukan kecurangan (opportunity), hingga pada
adanya alibi yang kuat dari seseorang yang mendukungnya untuk melakukan kecurangan
(rationalisation). Ketiga konsep faktor ini kemudian dikenal dengan istilah fraud triangle.3
Dari uraian tersebut penulis akan mengkaji terkait permasalah kecurangan akademik
khususnya adanya fenomena jasa joki tugas yang merupakan suatu perilaku yang menyimpang
yang kerap kali dimanfaatkan oleh mahasiswa di perguruan tinggi.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa faktor yang mempengaruhi pelaku sehingga muncul niat untuk melakukan joki
tugas?
2. Bagaimana modus operandi pelaku joki tugas dalam mendapatkan pelanggan?
3. Bagaimana tinjauan kriminologis terhadap penyimpangan perilaku jasa joki tugas
dikaitkan dengan teori yang ada?

1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pelaku joki tugas dalam memberikan
layanan jasa joki tugas.
2. Untuk mengetahui modus operandi pelaku joki tugas dalam mendapatkan pelanggan.
3. Untuk mengetahui tinjauan kriminologis terhadap penyimpangan perilaku jasa joki tugas
dikaitkan dengan teori yang ada.

1.4. Metode penelitian


1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris dengan pendekatan
Kriminologis, penelitian ini berfokus pada perilaku menyimpang mahasiswa dalam
melakukan atau menyediakan jasa Joki Tugas yang dikaitkan dengan teori Kriminologi
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yang didapatkan melalui
wawancara pada pelaku joki tugas kemudian untuk data sekunder didapatkan melalui
sumber data kepustakaan
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara yang mana
pelaku joki tugas diberikan beberapa pertanyaan terkait joki tugas yang selanjutnya
dipadukan dengan data yang didapatkan melalui sumber data kepustakaan

3 Ibid
BAB II
TINJAUAN TEORI KRIMINOLOGI

2.1 Differential Association


Teori ini pada pokoknya mengetengahkan suatu penjelasan sistematik mengenai
penerimaan pola-pola kejahatan. Kejahatan dipelajari melalui interaksi dengan orang-orang lain
dalam kelompok-kelompok pribadi yang intim.4 Proses belajar itu menyangkut teknik-teknik
untuk melakukan kejahatan serta motif-motif, dorongan-dorongan, sikap-sikap dan pembenaran-
pembenaran yang mendukung dilakukan kejahatan. Teori yang dikemukakan oleh E. Sutherland
ini pada dasarnya memusatkan diri pada proses belajar. Kejahatan seperti juga perilaku lainnya
umumnya merupakan sesuatu yang dipelajari. Asumsi yang mendasari dari teori ini adalah a
criminal act occurs when a situation appropriate for it, as defined by the person, is present.5

2.2 Anomie
Menurut Durkheim, Anomie diartikan sebagai suatu keadaan tanpa norma (the consept of
Anomie referred to on absence of social regulation normlessness). 6 dalam buku the division of
labor in society Emile Durkheim mempergunakan istilah Anomie untuk mendeskripsikan
keadaan”deregulation” di dalam masyarakat yang diartikan sebagai tidak ditaatinya aturan-aturan
yang terdapat pada masyarakat sehingga orang tidak tahu apa yang diharapkan dari orang lain
dan keadaan ini menyebabkan devariasi. Dalam keadaan ini seseorang itu hilang arah ataupun
keliru dengan nilai dan norma masyarakat yang menjadikan keadaan tiada norma atau
normlessness. Oleh karena itu menurut Emile Durkheim conformity dan obedience (pengukuhan)
menjadi kurang penting apabila hasrat individu untuk mencapai sesuatu menjadi mustahil. 7 Hal
ini karena, seseorang itu akan bebas melakukan tindakan yang tidak sesuai dan menimbulkan
perasaan tidak perlu kepada norma-norma masyarakat.

BAB III

4 Aroma Elmina Martha, Kriminologi Sebuah Pengantar, Buku Litera, Yogyakarta, 2020, hlm. 75
5 Beby Suryani, Pendekatan Integral Penal Policy Dan Non Penal Policy
Dalam Penanggulangan Kejahatan Anak, Doktrina: Journal of Law, 1 (2) Oktober 2018: 69-89, hlm. 79
6 Aroma Elmina Martha, Kriminologi Sebuah Pengantar, Buku Litera, Yogyakarta, 2020, hlm. 99
7 Azizi Bin Yahaya dan Rohaya Binti Ahmad, Teori Sistem yang digunakan di Sekolah, Universiti
Teknologi Malaysia Institutional Repository, hlm. 3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Faktor yang mempengaruhi pelaku sehingga muncul niat untuk melakukan joki tugas
Berdasarkan data yang telah kami kumpulkan melalui wawancara terhadap narasumber
yang merupakan penyedia dan pemakai jasa joki tugas terdapat sebanyak 70% responden
menjawab bahwa faktor utama yang menjadi sebab munculnya niat untuk melakukan joki tugas
adalah faktor ekonomi. Hal ini dikarenakan basic dari joki tugas adalah bisnis, sehingga
memunculkan minat mahasiswa untuk mencari uang jajan tambahan. Selain itu Minat belajar
mahasiswa yang menurun di masa pandemi menjadi salah satu pemicu mahasiswa menjadi
penjoki tugas. Fenomena pandemi ini membuat para mahasiswa menjadi malas sehingga banyak
yang melakukan kecurangan akademik dengan memakai jasa joki tugas ini. Dengan maraknya
tingkat kemalasan para mahasiswa hal ini menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan bagi
para penjoki untuk mendapatkan uang tambahan.
Data yang kami peroleh dari responden Adn, mengatakan bahwa selain faktor ekonomi
menjadi latar belakang ternyata terdapat faktor-faktor lain yang memicu tindakan ini. Ia
mengatakan bahwa faktor kedekatan dengan teman dalam lingkungan pertemanan sangat
mempengaruhi tindakan joki tugas ini. Responden juga mengatakan bahwa sebagian besar
pengguna jasa joki tugas berasal dari lingkungan pertemanan dekatnya. Responden dianggap
sebagai sosok yang rajin dan secara akademik berada pada level diatas teman-temanya, hal inilah
yang kemudian menjadikan teman-teman responden menggantungkan nilai dan tugas yang
mereka miliki kepada Adn. Beberapa penjoki mengatakan bahwa mereka menjoki sekaligus
mengajari terhadap para pengguna jasa joki yang dikarenakan ketidakpahamannya terhadap
materi yang diberikan oleh dosen.
Sebenarnya maraknya penyedia joki tugas dan skripsi tidak lepas dari tingginya
permintaan pasar yang ada untuk jasa tersebut. Terhadap karya ilmiah banyak mahasiswa yang
mengaku kesulitan dalam menuntaskan karya ilmiahnya sehingga membutuhkan jasa joki.
Mereka rela membayar demi segera menyelesaikan tugas perkuliahannya. Dilansir dalam laman
detik X bahwa berbagai faktor sebenarnya yang dapat menjadi alasan seseorang melakukan joki
tugas, karya ilmiah dan skripsi beberapa diantaranya yaitu terdapat faktor seperti sudah sibuk
bekerja, tidak mengerti metode penelitian, dosen pembimbing yang tidak suportif malas, tenggat
waktu yang semakin mendesak dan memanfaatkan celah pengawasan kampus yang tidak
maksimal.8 Selain itu terhadap celah pengawasan kampus yang tidak maksimal memang terhadap
beberapa perguruan tinggi kurang mengatur secara jelas dan rinci mengenai hal ini dan kurang
maksimal dalam melakukan penegakan dalam memberantas joki tugas, karya ilmiah, skripsi dan
CEPT/TOEFL/ELTS ini.

3.2 Modus operandi pelaku joki tugas dalam mendapatkan pelanggan

8 https://news.detik.com/x/detail/spotlight/20221025/Jerat-Pidana-Sarjana-Jalur-Joki/ diakses pada 10


Desember 2022
Bahwa berdasarkan sesi wawancara yang telah kami lakukan terhadap narasumber yang
merupakan joki telah didapatkan informasi bahwa sebenarnya dalam penyediaan jasa joki tugas
ini dapat bergerak dan dilakukan secara sendiri maupun berkelompok. Apabila dilakukan secara
sendiri maka target pasarnya adalah orang-orang terdekat yang memiliki hubungan pertemanan
dengan penjoki. Kemudian apabila dilakukan secara berkelompok tentang media promosinya
dilakukan dengan melalui orang ke orang dengan tetap merahasiakan identitas penjoki hal ini
agar penyedia jasa joki tugas dapat tetap terlindungi. Sehingga dalam melakukan kegiatannya
dilakukan dengan melakukan promosi yang membentuk suatu jaringan yang tersembunyi dengan
metode operasi bawah tanah. Terhadap target konsumennya biasanya para penjoki menyasar
seputar mahasiswa dengan mata kuliah yang penjoki kuasai yang tidak hanya terbatas dalam
lingkup Universitas Islam Indonesia tetapi juga menjangkau Universitas lain.

3.3 Tinjauan kriminologis terhadap penyimpangan perilaku jasa joki tugas


Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan dengan melakukan wawancara terhadap
narasumber yang disembunyikan identitasnya dalam hal ini terdiri dari penyedia jasa joki tugas
dan pengguna jasa ditemukan bahwa terdapat dua teori yaitu Teori Differential Association dan
Teori Anomie yang bisa menjelaskan serta menganalisis sebab-musabab terjadinya
penyimpangan kecurangan akademik berupa joki tugas.
Dalam Teori Differential Association bahwa Kejahatan dipelajari melalui interaksi
dengan orang-orang lain dalam kelompok-kelompok pribadi yang intim. Bahwa belajar itu
menyangkut teknik-teknik untuk melakukan kejahatan serta motif-motif, dorongan-dorongan,
sikap-sikap dan pembenaran-pembenaran yang mendukung dilakukan kejahatan. Dalam
penelitian ini kami telah mewawancarai beberapa narasumber yang mengungkapkan bahwa
penyimpangan ini dilakukan secara berkelompok dan individu. Bahwa setiap ada orang penyedia
jasa joki tugas yang diketahui oleh kelompok tersebut akan segera direkrut agar bisnis gelap ini
dapat terjadi secara teratur, lancar, aman dan rahasia. Bahwa awal mula dari salah satu
narasumber yang kami wawancarai ini melakukan joki tugas dikarenakan berawal dari
keinginannya dalam membantu teman seperkuliahannya dalam dalam mengerjakan tugas
perkuliahan dengan diberi imbalan. Tetapi setelah beberapa kali melakukan hal tersebut
narasumber diketahui oleh kelompok penyedia jasa joki tugas kemudian direkrut untuk
bergabung kedalam suatu kelompok tersebut. Kelompok penyedia jasa joki tugas menghimpun
mahasiswa untuk menjadi member dalam melakukan kegiatannya yaitu menjadi joki. Dari
kelompok tersebut sang narasumber mempelajari teknik dan cara bagaimana melakukan promosi
yang aman dan rahasia agar bisnis berupa joki tugas ini tetap dapat berlangsung dan tidak
ditutup. Berdasarkan teori differential association memanglah perilaku menyimpang itu terjadi
dikarenakan seseorang itu berkelompok-kelompok yaitu dengan adanya kelompok joki tugas
yang mana di dalam kelompok ini antar anggota kelompok akan saling tukar informasi dan
saling mempelajari berkaitan dengan cara mengembangkan bisnis joki tugas dan bagaimana
kegiatan bisnis joki tugas ini tetaplah menjadi bisnis yang aman, rahasia serta menguntungkan.
Dalam teori anomie yaitu keadaan”deregulation” di dalam masyarakat yang diartikan
sebagai tidak ditaatinya aturan-aturan yang terdapat pada masyarakat sehingga orang tidak tahu
apa yang diharapkan dari orang lain dan keadaan ini menyebabkan devariasi. Bahwa pada
senyatanya tidak ada aturan satu pun di dalam kampus yang melarang adanya praktek joki tugas
sehingga terhadap para penjoki tidak ada sanksi yang dapat diterapkan agar mencegah para
penjoki tidak melakukan aksinya. Sehingga keadaan ini menyebabkan keberadaan jasa joki tugas
menjadi hal yang kabur boleh atau tidaknya akan keberadaannya dikarenakan keadaan tiada
norma atau normlessness yang mengatur menganai hal ini. Sebenarnya terhadap hal ini apabila
merujuk pada peraturan Hukum Pidana yang ada itu ada cuma kurang jelas dalam merumuskan
pasal yang akan menyasar kepada para penjoki dan tidak ada aturan yang mengatur secara jelas
dan rinci terhadap hal ini. Aturan yang ada bisa merujuk pada Pasal 25 Ayat (2) Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “Lulusan perguruan tinggi
yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi
terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya.”9 Jo. Pasal 70 dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “Lulusan yang karya ilmiah yang
digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling
lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah)”10 dan Pasal 263 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bahwa “(1) Barang siapa
membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan
atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan
maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya
benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena
pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun. (2) Diancam dengan pidana
yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-
olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian.” 11 Tetapi aturan tersebut
memang kurang mengatur secara rinci mengenai Praktik Joki Tugas sehingga jarang sekali
penegakan terhadap penyedia jasa joki tugas melalui instrumen hukum pidana.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
9 Pasal 25 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
10 Pasal 70 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
11 Pasal 263 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
4.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa mayoritas faktor yang
menjadi penyebab munculnya jasa joki tugas adalah faktor ekonomi dan juga menurunnya minat
mahasiswa untuk belajar di masa pandemi. Kemudian modus operandi yang dilakukan oleh para
penyedia jasa joki tugas dilakukan secara sendiri maupun berkelompok. Apabila dilakukan
secara sendiri maka target pasarnya adalah orang-orang terdekat yang memiliki hubungan
pertemanan dengan penjoki. Kemudian apabila dilakukan secara berkelompok tentang media
promosinya dilakukan dengan melalui orang ke orang dengan tetap merahasiakan identitas
penjoki hal ini agar penyedia jasa joki tugas dapat tetap terlindungi. Sehingga dalam melakukan
kegiatannya dilakukan dengan melakukan promosi yang membentuk suatu jaringan yang
tersembunyi dengan metode operasi bawah tanah. Lalu jika melihat dari tinjauan Kriminologis
berdasarkan Teori Differential Association bahwa Kejahatan dipelajari melalui interaksi dengan
orang-orang lain dalam kelompok-kelompok pribadi yang intim. Bahwa belajar itu menyangkut
teknik-teknik untuk melakukan kejahatan serta motif-motif, dorongan-dorongan, sikap-sikap dan
pembenaran-pembenaran yang mendukung dilakukan kejahatan. Dalam penelitian ini kami telah
mewawancarai beberapa narasumber yang mengungkapkan bahwa penyimpangan ini dilakukan
secara berkelompok dan individu. Bahwa setiap ada orang penyedia jasa joki tugas yang
diketahui oleh kelompok tersebut akan segera direkrut agar bisnis gelap ini dapat terjadi secara
teratur, lancar, aman dan rahasia. Kemudian apabila menggunakan teori Anomie yaitu teori yang
menjelaskan tentang ”deregulation” di dalam masyarakat yang diartikan sebagai tidak ditaatinya
aturan-aturan yang terdapat pada masyarakat sehingga orang tidak tahu apa yang diharapkan dari
orang lain dan keadaan ini menyebabkan devariasi. Bahwa pada senyatanya tidak ada aturan satu
pun di dalam kampus yang melarang adanya praktek joki tugas sehingga terhadap para penjoki
tidak ada sanksi yang dapat diterapkan agar mencegah para penjoki tidak melakukan aksinya.

4.2 Saran
Bahwa terhadap penyedia layanan jasa joki tugas seharusnya dari pihak universitas terkait
membuat suatu regulasi dalam melakukan pelarangan adanya hal ini. Kemudian terkait
penegakannya dari pihak universitas harus senantiasa melakukan upaya dalam memberantas jasa
joki tugas tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Martha, Aroma Elmina, Kriminologi Sebuah Pengantar, Buku Litera, 2020, Yogyakarta.
Andi Noor Wahidin S., [et.al], Pengaruh Dimensi Fraud Triangle Terhadap Perilaku Kecurangan
Akademik dengan Akhlak Sebagai Variabel Moderenisasi pada Mahasiswa Akuntansi
UIN Alauddin Makassar, Jurnal ISAFIR; Islamic Accounting and Finance Review,
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020
Beby Suryani, Pendekatan Integral Penal Policy Dan Non Penal Policy Dalam Penanggulangan
Kejahatan Anak, Doktrina: Journal of Law, 1 (2) Oktober 2018: 69-89
Azizi Bin Yahaya dan Rohaya Binti Ahmad, Teori Sistem yang digunakan di Sekolah, Universiti
Teknologi Malaysia Institutional Repository
https://news.detik.com/x/detail/spotlight/20221025/Jerat-Pidana-Sarjana-Jalur-Joki/ diakses pada
10 Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai