Oleh:
M.Khairul Dzakirin
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: khairul.dzaki@gmail.com
ABSTRAKSI
1
PENDAHULUAN
Etika akuntan telah menjadi issue yang sangat menarik sejak merebaknya
kasus Enron suatu perusahaan di Amerika Serikat yang pernah menjadi satu dari
tujuh perusahaan terbesar menurut Fortune 500, yang melibatkan salah satu
kantor akuntan publik The Big Five Arthur Andersen. Skandal yang menyebabkan
kejatuhan Enron dimulai dari dibukanya partnership-partnership yang bertujuan
untuk menambah keuntungan pada Enron. Partnership-partnership yang diberi
nama “special purpose partnership” memang memiliki karateristik yang
istimewa. Skandal Enron tersebut seharusnya tidak terjadi jika setiap akuntan
memiliki pengetahuan, pemahaman dan menetapkan etika secara memadai dalam
pelaksanaan pekerjaan profesionalnya.
Skandal yang terjadi antara Enron dan KAP Arthur Andersen serta berbagai
kasus serupa yang terjadi di Indonesia sebagai contoh skandal manipulasi laporan
keuangan PT. Kimia Farma Tbk yang melibatkan akuntan publik Hans
Tuanakotta dan Mustofa (HTM), membuktikan pentingnya etika profesi
khususnya bagi profesional di bidang akuntansi semakin menjadi perhatian. Issue
ini memberikan pelajaran berharga mengenai dampak dari unethical decision
untuk keberlanjutan sebuah organisasi.
Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat
mempengaruhi persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal
keuangan. Di Indonesia, isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik perempuan
tidak terlepas dari masalah gender (Hasibuan, 1996 dalam Margawati, 2010).
Dalam penelitian ini dikatakan bahwa meskipun partisipasi wanita dalam pasar
kerja di Indonesia meningkat secara signifikan, adanya diskriminasi terhadap
2
wanita yang bekerja tetap menjadi suatu masalah besar. Salah satu bidang yang
terkena dampak dari ketidakadilan struktur ini adalah bidang akuntansi yang tidak
terlepas dari diskriminasi gender (Hasibuan, 1996).
Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat
mempengaruhi persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal
keuangan. Di Indonesia, isu-isu yang berkaitan dengan akuntan publik perempuan
tidak terlepas dari masalah gender (Hasibuan, 1996 dalam Margawati, 2010).
Dalam penelitian ini dikatakan bahwa meskipun partisipasi wanita dalam pasar
kerja di Indonesia meningkat secara signifikan, adanya diskriminasi terhadap
wanita yang bekerja tetap menjadi suatu masalah besar. Salah satu bidang yang
terkena dampak dari ketidakadilan struktur ini adalah bidang akuntansi yang tidak
terlepas dari diskriminasi gender (Hasibuan, 1996).
Menurut Sasanti (2003), definisi persepsi adalah suatu proses pengenalan atau
identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima
individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui
proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam
diri individu. Sabri (1993) juga mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang
memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai
kepadanya melalui alat inderanya. Proses terjadinya persepsi menggambarkan
bagaimana stimulus yang berupa objek, kejadian maupun orang diterima oleh
indera serta bagaimana masukan persepsi itu diseleksi, diorganisasi dan
selanjutnya diinterprestasikan sehingga dapat memberikan arti tentang sesuatu hal
bagi pemersepsi. Proses terjadinya persepsi berkaitan erat dengan bagaimana
persepsi terbentuk dan mempengaruhi sikap serta perilaku orang.
3
sedikit mengakibatkan akibat buruk pada individu lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Sankaran dan Bui (2003) menunjukan bahwa
seorang perempuan akan lebih perduli terhadap perilaku etis dan pelanggarannya
dibandingkan dengan seorang laki-laki. Mahasiswa akuntansi yang bergender
perempuan akan memiliki ethical reasoning yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa laki-laki.
4
Pada dasarnya idealisme dan relativisme adalah dua aspek moral filosofi
seorang individu. Seorang individu yang idealis akan menghindari berbagai
tindakan yang dapat menyakiti maupun merugikan orang di sekitarnya. Seorang
idealis akan mengambil tindakan tegas terhadap suatu kejadian yang tidak etis
ataupun merugikan orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Comunale (2006)
menunjukan bahwa mahasiswa yang memiliki idealisme yang tinggi cenderung
memberikan presepsi negatif terhadap skandal Enron. Dengan demikian, hipotesis
yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H1 : Tingkat idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas
krisis etika akuntan profesional.
Hal lain yang juga mempengaruhi seseorang berperilaku secara etis adalah
lingkungan, yang salah satunya dunia pendidikan. Terdapatnya mata kuliah yang
berisi ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada
mahasiswa. Keberadaan pendidikan etika ini juga memiliki peranan penting dalam
perkembangan profesi di bidang akuntansi di Indonesia (Murtanto dan Marini,
2003 dalam Margawati, 2010). Hasil penelitian Comunale et al. (2006)
menunjukan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa akuntansi terhadap skandal
dan profesi akuntansi akan berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan etika
mahasiswa akuntansi. Berdasarkan teori dan penelitian yang tedahalu, maka
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H3 : Tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa atas
krisis etika akuntan profesional.
Selain orientasi etis, gender juga menjadi salah satu hal yang dapat
mempengaruhi persepsi mahasiswa setelah mereka mengetahui adanya skandal
keuangan. Penelitian yang dilakukan Sankaran dan Bui (2003) mendapatkan hasil
bahwa mahasiswa yang bergender wanita akan lebih bepersepsi tegas terhadap
pelanggaran etika yang dilakukan para akuntan dalam kasus Enron. Penelitian
oleh Darsinah (2005) juga menyatakan bahwa ada perbedaan sensitivitas etis yang
signifikan antara mahasiswa laki-laki dengan perempuan dalam menyikapi
berbagai skandal keuangan yang terjadi. Selanjutnya, hipotesis yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah:
H4 : Gender berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa atas krisis etika akuntan
profesional.
5
METODE PENELITIAN
6
ANALISIS DATA DAN HASIL
20 tahun 12 8,39%
21 tahun 89 62,23%
22 tahun 34 29,37%
Laki-laki 49 34,26%
Perempuan 94 65,73%
7
Kerakteristik Responden Berdasarkan Semester
VI 89 62,24%
VIII 54 37,76%
Ya 143 100%
Belum 0 0
Sedang 0 0
8
menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat relativisme yang cukup
tinggi.
Menurut Ghozali (2006), uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau
tidaknya suatu kuesioner. Dalam penelitian ini uji validitas digunakan untuk
melihat valid tidaknya masing-masing instrumen dalam variabel idealisme,
relativisme, tingkat pengetahuan, dan persepsi mahasiswa terhadap krisis etika
akuntan profesional. Nilai dari pengujian ini adalah 0,164 dengan DF= n-1dan
taraf signifikan 0,05 (5%). Instrumen dikatakan valid jika angka koefisien korelasi
yang diperoleh lebih besar dari nilai kritik r. Adapun hasil uji validitas pada
pengujian ini untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
9
Hasil Uji Validitas
persepsi mahasiswa
terhadap krisis etika akuntan 0.549 – 0.774 0.164 Valid
profesional
10
Berdasarkan hasil uji reliabilitas maka dapat dikatakan bahwa seluruh variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel, hal tersebut dikarenakan
koefisien Cronbach’s Alpha diatas 0,6.
Pengujian Hipotesis
Hasil Uji F
Hipotesis Alternatif (Ha) FTabel = 2.437 Keterangan
11
Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 21.881 2.831 7.730 .000
X1 -.115 .055 -.188 -2.103 .037 .807 1.240
X2 -.010 .048 -.017 -.206 .837 .917 1.091
X3 -.155 .064 -.210 -2.442 .016 .874 1.144
X4 -.041 .572 -.006 -.072 .942 .992 1.008
a. Dependent Variable: Y
12
mengenai krisis etika akuntan profesional. Dengan demikian hipotesis H3 yang
menyatakan tingkat pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi
mahasiswa atas krisis etika akuntan profesional diterima.
Hasil
Penelitian ini menguji pengaruh idealisme, relativisme, tingkat pengetahuan
dan gender terhadap persepsi mahasiswa mengenai krisis etika akuntan
profesional. Berdasarkan pada pengujian empiris yang telah dilakukan terhadap
beberapa hipotesis dalam penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa hanya dua
variabel saja yang berpengaruh signifikan terhadap persepsi mahasiswa mengenai
krisis etika akuntan profesional. Secara keseluruhan hasil pengujian hipotesis
dengan menggunakan regresi berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini
13
pada kepedulian seseorang terhadap kesejahteraan orang lain dan berusaha untuk
tidak merugikan orang lain. Tabel di atas menunjukkan bahwa ternyata tingkat
idealisme mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap krisis etika akuntan
profesional. Hasil ini konsisten dengan penelitian Comunale et al. (2006) yang
menemukan bahwa tingkat idealisme mahasiswa berpengaruh pada opini
mahasiswa terhadap krisis etika akuntan. Mahasiswa dengan idealisme tinggi akan
menilai perilaku tidak etis akuntan secara lebih tegas. Hal tersebut dapat terjadi
akibat pemahaman mahasiswa mengenai etika dan proses pembelajaran etika yang
efektif, sehingga ketika dihadapkan kepada sebuah kasus pelanggaran etika
mahasiswa cenderung memberikan persepsi atau penilaian yang tegas.
Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Nugroho (2008). Pada
penelitian Nugroho (2008) ditemukan bahwa tingkat idealisme tidak berpengaruh
pada opini mahasiswa terhadap tindakan auditor, sehingga mahasiswa yang
memiliki tingkat idealisme lebih tinggi belum tentu akan menilai pelanggaran
tindakan auditor dengan lebih tegas. Nugroho (2008) menyebutkan bahwa
sensitif atau tidaknya seseorang yang beridealisme tinggi terhadap permasalahan-
permasalahan yang menyangkut etika dipengaruhi oleh komitmen mereka
terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam organisasi maupun profesinya.
Tidak sensitifnya mahasiswa akuntansi terhadap hal ini dapat dikarenakan bahwa
mereka belum sepenuhnya memahami aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
organisasi atau profesi yang tidak diperoleh dalam perkuliahan. Maka dari itu, hal
ini akan mempengaruhi komitmen mereka dalam menjustifikasi etis atau tidaknya
suatu perbuatan.
Secara teoritis hasil penelitian ini tidak sesuai dengan konsep yang
menyatakan bahwa seseorang yang memiliki relativisme tinggi akan lebih
memberi toleransi dalam menemukan masalah moral serta dalam melaksanakan
nilai-nilai (aturan) moral universal yang berlaku atau yang membimbing perilaku
mereka. High relativist seharusnya memberikan opini yang lebih toleran atas
krisis etika akuntan profesional dalam skandal keuangan. Namun demikian,
14
penelitian ini memberikan hasil yang berbeda yang mungkin dikarenakan
walaupun mahasiswa akuntansi memiliki tingkat relativisme yang tinggi, ternyata
mereka masih memperhatikan nilai-nilai etika yang berlaku dalam menjustifikasi
suatu perilaku yang dapat dikategorikan etis atau tidak. Hal ini dapat juga
dikarenakan bahwa mahasiswa akuntansi belum dihadapkan dalam situasi yang
benar-benar riil, sehingga mereka belum dapat memahami situasi yang dihadapi
dan kemudian membuat suatu penilaian secara tepat apakah suatu tindakan etis
atau tidak.
15
Namun beberapa penelitian lain menujukkan bahwa wanita wanita lebih perduli
dengan isu etika dibandingkan pria (Sankaran dan Bui, 2003). Secara teoritis hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa wanita lebih
sensitif terhadap isu-isu etika dalam proses pembuatan keputusan etis. Persepsi
yang diberikan oleh responden perempuan dan laki-laki pasti mendapatkan
pengaruh dari lingkungannya juga. Walaupun secara teori wanita mempunyai
persepsi dan pandangan yang tegas akan suatu tindakan kurang etis, namun pada
nyatanya pria pun mempunyai pandangan yang tegas terkait isu-isu pelanggaran
etika. Hal ini bisa disebabkan pengaruh lingkungan tempat mereka bersosialisasi.
Setelah dilakukan uji statistik dengan model regresi berganda, maka diperoleh
hasil bahwa idealisme dan tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap persepsi
mahasiswa akuntansi mengenai krisis etika akuntan profesional. Namun demikian
relativisme dan gender tidak mempunyai pengaruh terhadap persepsi mahasiswa
akuntansi mengenai krisis etika akuntan profesional.
16
Berdasarkan hasil kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka diajukan
saran sebagai berikut:
17
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, W.C., Johnson, R.N., Kell, G.W. 2003. Modern Auditing. (edisi 7).
Jakarta: Erlangga. Gelinas, U.J.Jr., Dull, R.B. (2008).
Caiwardana. n.d. Pengertian Pengetahuan dan sikap Menurut Para Ahli. Jakarta.
Darsinah. 2005. Perbedaan Sensitivitas Etis Ditinjau dari Disiplin Ilmu dan
Gender. Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
18
Forsyth, D. 1980. A Taxanomy of Ethical Ideologies. Journal of Personality and
Social Psychology. Vol 39, pp 175-184.
Forsyth, D and Nye, J. 1990. Personal Moral Philosophies and Moral Choice.
Journal of Research in Personality. Vol 24, pp 398-414.
Gibson, J., L., John, M., I. dan James, H., D Jr., 1993. Organisasi: Perilaku,
Struktur, dan Proses. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Harsono, M. 1997. Etika Bisnis sebagai Modal Dasar dalam Menghadapi Era
Perdagangan Bebas Dunia. Perspektif (Januari), pp 4-9.
Larkin, J,. M. 2000. The Ability of Internal Auditors to Identify Ethical Dillemas.
Journal of Business Ethics. Vol 23, pp 401-409.
Murtanto dan Marini. 2003. Persepsi Akuntan Pria dan Akuntan Wanita serta
Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi
Akuntan, Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober, hlm.790–805.
19
Nugroho, B. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Mahasiswa
Akuntansi atas Tindakan Auditor dan Coorporate Manager dalam Skandal
Keuangan serta Tingkat Ketertarikan Belajar dan Berkarier di Bidang
Akuntansi. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Salam, B., H. 2000. Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral. Penerbit PT.
Rineka Cipta Jakarta.
20
LAMPIRAN
Kuesioner Penelitian
Identitas Responden
Usia :.................................................
Semester :..................................................
Telah menempuh Audit I : Ya / Belum / Sedang
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Skandal akuntansi/bisnis yang
terjadi pada perusahaan Enron telah
memberikan pengaruh ...............
terhadap opini saya atas akuntan.
2 Skandal akuntansi/bisnis yang
terjadi pada perusahaan PT. Kimia
Farma telah memberikan pengaruh
............... terhadap opini saya atas
akuntan.
3 Penggelapan pajak yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan di
Indoneia memberikan pengaruh
............. terhadap opini saya atas
akuntan.
4 Kecurangan laporan keuangan
dengan maksud untuk menarik
minat investor telah memberikan
pengaruh ............. terhadap opini
saya atas akuntan.
21
No Pernyataan 1 2 3 4 5
5 Pemberian sanksi yang tegas dan
berat terhadap pihak-pihak yang
terbukti melakukan kecurangan
akuntansi telah memberikan
pengaruh ............ terhadap opini
saya atas akuntan.
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Seorang individu harus
memastikan bahwa tindakan yang
ia lakukan tidak akan menyakiti
atau merugikan individu lain.
2 Tindakan yang merugikan orang
lain, sekecil apapun tindakan itu
tidak dapat ditolerir.
3 Melakukan tindakan yang
merugikan orang lain, akan selalu
menjadi tindakan yang salah,
walaupun akan memberikan
keuntungan bagi kita.
4 Seorang individu tidak boleh
menyakiti individu lainnya, baik
secara fisik maupun psikologis.
5 Apabila suatu tindakan akan
merugikan individu lain yang tidak
bersalah, maka tindakan tersebut
seharusnya tidak dilakukan.
6 Seorang individu tidak boleh
melakukan tindakan yang dapat
mengancam martabat dan
kesejahteraan individu lain.
7 Tindakan bermoral adalah
tindakan yang hampir sesuai
dengan tindakan yang sempurna.
8 Memutuskan suatu tindakan
dengan menyeimbangkan antara
dampak positif dan dampak negatif
yang akan didapat, adalah perilaku
yang tidak bermoral.
22
No Pernyataan 1 2 3 4 5
9 Martabat dan kesejahteraan
seorang individu harus menjadi
perhatian utama di dalam
masyarakat.
10 Mengorbankan kesejahteraan
orang lain adalah hal yang
seharusnya tidak dilakukan.
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Etika bervariasi dari satu situasi
dan masyarakat ke situasi dan
masyarakat lainnya.
2 Standar moral seharusnya dibuat
berdasarkan individu masing-
masing, karena suatu tindakan
yang bermoral dapat dianggap
tidak bermoral oleh individu lain.
3 Tipe-tipe moralitas yang berbeda
tidak dapat dibandingkan dengan
keadilan.
4 Pengertian etis bagi tiap individu
sulit untuk dipecahkan karena
pengertian moral dan imoral
berbeda bagi tiap individu.
23
No Pernyataan 1 2 3 4 5
7 Pengkodean secara kaku suatu
posisi etika yang mencegah
beberapa tipe tindakan dapat
dijadikan sebagai jalan untuk
menciptakan hubungan &
penyesuaian hubungan manusia
yang lebih baik.
8 Tidak ada standar yang mengatur
mengenai masalah berbohong.
Suatu kebohongan dapat
diperbolehkan atau tidak
tergantung pada situasi yang
terjadi.
9 Sebuah kebohongan dapat dinilai
sebagai tindakan moral atau imoral
tergantung pada situasi yang
terjadi.
10 Tidak ada prinsip etika yang sangat
penting untuk dijadikan bagian dari
suatu kode etik.
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 KAP Big 4 memiliki lebih banyak
kantor internasional dan domestik
dibandingkan dengan KAP non-Big
4.
2 Di Indonesia, Audit fee dibayar
oleh klien audit.
3 Kantor Akuntan Publik harus
memiliki izin untuk membuat
laporan keuangan klien.
4 Sertifikasi CPA dibutuhkan untuk
profesi akuntan di bidang akuntan
publik.
24
No Pernyataan 1 2 3 4 5
5 Auditor eksternal bertanggung-
jawab untuk melakukan tinjauan
yang objektif atas keuangan dan
sistem operasi suatu perusahaan,
namun tidak berhak untuk
merubah sistem yang ada.
6 KAP yang tadinya tergabung di
dalam Big 5 dan hancur atau
tutup karena melakukan
pelanggaran berat adalah Arthur
Andersen.
7 Di dalam kasus Enron terdapat
KAP besar yang dinyatakan
bersalah karena menghancurkan
dokumen yang berkaitan dengan
dokumen audit.
8 Di Indonesia auditor berkerja
untuk kepentingan perusahaan.
9 Di Indonesia semua KAP harus
tunduk pada peraturan dan standar
audit.
10 Laporan Keuangan diterbitkan
untuk kalangan pemegang saham,
kreditur, dan pemerintah.
TERIMA KASIH
25