Anda di halaman 1dari 11

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 9 No: 1 Tahun 2018

e-ISSN: 2614 – 1930

PENGARUH GENDER, TINGKAT RELIGIUSITAS, DAN PEMAHAMAN


KODE ETIK PROFESI AKUNTAN TERHADAP PEMBUATAN
KEPUTUSAN ETIS MAHASISWA
(Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Program S1
Universitas Negeri di Bali)

1
Kadek Riasmini, 1Nyoman Trisna Herawati, 2Putu Sukma Kurniawan

Program Studi S1 Akuntansi


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {1kadekevariasmini@gmail.com, 1trisnaherawati@undiksha.ac.id


2
putusukma1989@gmail.com}

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel gender, tingkat


religiusitas dan pemahaman kode etik profesi akuntan terhadap pembuatan keputusan
etis mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif.
Data pada penelitian ini adalah data primer yang diukur menggunakan skala nominal
dan ordinal. Penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri di Bali. Populasi yang
digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa Akuntansi Program S1 Universitas
Pendidikan Ganesha dan Universitas Udayana semester 7 sebanyak 535 orang.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 229 responden. Data penelitian ini dikumpulkan
dengan menggunakan kuesioner yang kemudian diolah dengan uji analisis regresi linear
berganda dengan bantuan SPSS versi 17.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa (1) gender tidak berpengaruh terhadap
pembuatan keputuan etis mahasiswa, (2) tingkat religiusitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pembuatan keputusan etis mahasiswa, dan (3) pemahaman kode
etik profesi akuntan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembuatan keputusan
etis mahasiswa.

Kata kunci: Pembuatan Keputusan Etis, Gender, Tingkat Religiusitas, Pemahaman


Kode Etik Profesi Akuntan

Abstract

This study aimed at determining the effect of gender, religiosity level, and
understanding of ethical code of an accountant profession on student’s ethical decision
making. The research method used was quantitative research. The data in this study
were primary and measured by using nominal and ordinal scales. This research was
conducted at State Universities in Bali. The populations used in this study were
accounting students of Undergraduate Program at Ganesha University of Education and
Udayana University in the 7th semester as many as 535 people. The samples in this
study were 229 respondents. The data of this study were collected by using a
questionnaire which were then processed by testing multiple linear regression analysis
with the help of SPSS version 17.
The results of this study stated that (1) gender did not affect the making of
student’s ethical decision, (2) religiosity level had a positive and significant effect on
student’s ethical decision making, and (3) understanding ethical code of accountant
profession had a positive and significant effect on student's ethical decision making.
Keywords: Ethical Decision Making, Gender, Religiosity Level, Understanding of Ethic
Code of Accountant Profession

167
PENDAHULUAN pengambilan keputusan yang etis tidak
Perilaku merupakan tindakan atau hanya dipikul oleh praktisi akuntansi
aktivitas manusia seperti bagaimana melainkan juga akademisi termasuk
manusia bereaksi terhadap suatu kejadian mahasiswa sebagai generasi yang akan
yang ada termasuk didalamnya bagaimana terjun didunia akuntansi.
manusia membuat suatu keputusan ketika Mahasiswa sebagai agen
dihadapkan pada pilihan. Keputusan adalah perubahan seharusnya mampu
tahap paling akhir dari proses pertimbangan memperbaiki citra dan kredibilitas akuntan
atas permasalahan yang dihadapi, etis dengan bertindak etis dan mampu
tidaknya keputusan yang diambil tentu akan mengambil keputusan etis. Namun pada
memberikan dampak yang cukup signifikan. kenyataannya, mahasiswa seringkali
Keputusan etis merupakan suatu keputusan melakukan tindakan yang tidak etis seperti
yang harus dibuat oleh setiap profesional melakukan kecurangan akademik.
yang mengabdi pada suatu bidang Kecurangan akademik selalu menjadi
pekerjaan tertentu (Suliani dan Marsono, perhatian mengingat sekolah maupun
2010). Sebagai suatu bidang pekerjaan perguruan tinggi diharapkan mampu
profesional, akuntan dalam perilakunya mencetak lulusan yang memiliki
diatur oleh Kode Etik Ikatan Akuntan kemampuan akademik yang baik juga
Indonesia. Oleh karena itu dalam membuat memiliki moral dan etika yang baik. Dunia
suatu keputusan etis, seorang akuntan kerja tidak hanya membutuhkan individu
wajib mengacu pada kode etik tersebut. yang memiliki kemampuan akademik yang
Akuntan seharusnya bekerja baik, tetapi juga menuntut individu memiliki
berdasarkan kode etik tersebut, namun akhlak dan kepribadian yang baik. Dengan
pada praktiknya masih banyak akuntan banyaknya fenomena kecurangan
yang melakukan pelanggaran atau bekerja akademik yang terjadi, semakin besar
tidak sesuai dengan kode etik tersebut. kemungkinan meningkatnya tindakan tidak
Berdasarkan sumber media online etis yang dilakukan oleh para profesional
bisnis.tempo.com (2017) kasus nantinya.
pelanggaran yang dilakukan akuntan publik Kecurangan seringkali dilakukan
terus bermunculan, diantaranya adalah oleh mahasiswa untuk memperoleh nilai
kasus yang menimpa Kantor Akuntan yang tinggi demi kepuasan diri sendiri,
Publik mitra Ernst &Young (EY) di orang tua maupun kepentingan beasiswa.
Indonesia, yakni KAP Purwanto, Suherman Berdasarkan sumber media online
&Surja yang harus membayar denda senilai tribunnews.com (2016) jenis kecurangan
US$ 1 juta atau sekitar 13,3 milliar kepada yang sering dilakukan oleh mahasiswa
regulator Amerika Serikat, akibat divonis diantaranya menyontek saat ujian,
gagal melakukan audit laporan keuangan kerjaama curang dengan teman, plagiat,
kliennya. Selain itu, dalam media online hanya menumpang nama saat kerja
cncbindonesia.com (2018) menyatakan kelompok, menitipkan absen, membeli
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik skripsi maupun mendekati dosen. Tindakan
Satrio Bing Eny (SBE) yang terafiliasi tersebut merupakan tindakan tidak etis
dengan Deloitte menerima sanksi dari yang dilakukan oleh mahasiswa yang
Kementrian Keuangan karena dianggap menunjukkan lemahnya kemampuan
lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa dalam megambil keputusan
auditor PT Nusantara Pembiayaan (NSP yang etis. Mahasiswa yang sering
Finance). Pelanggaran yang dilakukan oleh melakukan kecurangan sejak di bangku
akuntan menyebabkan muncul banyak sekolah meyebabkan menganggap hal
pertanyaan mengenai kredibilitas para tersebut sudah biasa karea orang-orang
akuntan. Mengingat informasi yang disekitarnya juga sama. Seringnya
disajikan oleh akuntan begitu penting, maka mahasiswa melakukan kecurangan
seharusnya akuntan mampu mengambil akademik membuatnya berpengalaman dan
keputusan yang etis. Tanggung jawab mengetahui celah-celah yang dapat
untuk meningkatkan kepercayaan ditembus untuk dapat melakukan
masyarakat terhadap akuntan melalui kecurangan akademik tanpa terdeteksi.

168
Mahasiswa akuntansi sebagai pertama yang diajukan adalah sebagai
calon profesional akuntan, memiliki berikut:
tantangan cukup besar untuk menjaga H1: Gender (X1) berpengaruh terhadap
kredibilitas profesi akuntan. Kenyataan pembuatan keputusan etis
bahwa mahasiswa melakukan kecurangan mahasiswa.
akademik menimbulkan kemungkinan Religiusitas dapat didefinisikan
berperilaku yang sama ketika terjun ke sebagai keberagaman yang berarti meliputi
dunia kerja. Apriani (2017) dalam berbagai macam sisi atau dimensi yang
penelitiannya menyatakan bahwa bukan hanya terjadi ketika seseorang
kecurangan akademik bukan merupakan melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi
hal yang asing lagi dikalangan mahasiswa. juga melakukan aktivitas lain yang diorong
Meskipun setiap dosen memiliki kebijakan oleh kekuatan supranatural. Apabila
untuk menyikapi kecurangan akademik seseorang memilki tingkat religiusitas yang
yang dilakukan mahasiswa, tetapi pada tinggi maka orang tersebut akan berusaha
kenyataannya kecurangan masih saja untuk bertindak etis karena merasa harus
terjadi. taat kepada Tuhan. Tingkat religiusitas di
Terdapat beberapa faktor yang bali masih sangat kental, terbukti dengan
mempengaruhi pembuatan keputusan etis taatnya masyarakat dalam kegiatan
mahasiswa, diantaranya: gender, tingkat upacara keagamaan. Penelitian mengenai
religiusitas, dan pemahaman kode etik religiusitas pernah dilakukan oleh Herlyana
profesi akuntan. Gender adalah interpretasi (2017) bahwa seseorang yang memiliki
mental dan kultural terhadap perbedaan religiusitas tinggi memiliki tingkat
kelamin dan hubungan antara laki-laki dan kecurangan yang semakin rendah.
perempuan. Dalam beberapa tahun Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis
terakhir, terjadi fenomena peningkatan kedua yang diajukan adalah sebagai
lulusan program studi akuntansi dan praktisi berikut:
akuntansi pofesional bergender perempuan H2: Tingkat religiusitas (X2) berpengaruh
di Indonesia sehinga memunculkan positif terhadap pembuatan keputusan
ketertarikan tinggi terhadap isu gender etis mahasiswa
pada riset-riset Akuntansi (Fitri, 2016). Etika profesi akutan menjadi acuan
Perbedaan jenis kelamin ini kemungkinan bagi akuntan untuk bertindak etis dan
mempengaruhi perbedaan persepsi terhindar dari pelangaran ataupun
sehingga terdapat perbedaan dalam kecurangan yang dapat dilakukan oleh
menanggapi suatu permasalahan dan akuntan. Kode etik akuntan mendorong
dalam pengambilan keputusan yang etis. seorang akuntan untuk selalu membuat
Budaya patriaki mengurung keputusan yang etis demi menjaga
masyarakat Bali dalam setiap tindakannya. profesionalismenya sebagai seorang
Budaya patriaki menggambarkan bahwa akuntan. Pengambilan keputusan etis harus
pria mempunyai kedudukan yang lebih mampu dilakukan dimulai dari akuntan
tinggi daripada wanita baik dalam menempuh pendidikan, sehingga nantinya
kehidupan rumah tangga maupun dalam perguruan tinggi akan mencetak lulusan
kehidupan masyarakat termasuk juga yang profesional. Melalui pendidikan kode
dalam bidang pedidikan. Ketidakadilan etik yang diberikan kepada mahasiswa
gender terjadi pada kaum perempuan di akuntansi, diharapkan mahasiswa yang
bidang pendidikan akiat budaya patriaki, nantinya akan menjadi akuntan telah
karena lebih mengutamakan pendidikan memahami kode etik profesi akuntan
anak laki-laki yang merupakan penerus sehingga mampu mengambil keputusan
keturunan keluarga (Widayani dan Sri, dengan etis. Penelitian mengenai
2014). Penelitian mengenai gender pernah pemahaman kode etik akuntan pernah
dilakukan oleh Wijayanti et al. (2017) dilakukan oleh Ermawati dan Dyah (2018)
menunjukkan bahwa gender menjadi faktor yang menunjukkan bahwa terdapat
yang mempengaruhi dilema etika. pengaruh positif dan signifikan pemahaman
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kode etik profesi akuntan terhadap perilaku
etis mahasiswa. Berdasarkan uraian di

169
atas, maka hipotesis ketiga yang diajukan Universitas Udayana sebanyak 71. Data
adalah sebagai berikut: penelitian ini dikumpulkan dengan
H3: Pemahaman kode etik profesi menggunakan kuesioner yang kemudian
akuntan (X3) berpengaruh terhadap diolah menggunakan uji regresi linear
pembuatan keputusan etis berganda dengan bantuan program SPSS
mahasiswa 17 for windows.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan
yang ingin dicapai peneliti adalah untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui pengaruh gender terhadap Hasil
pembuatan keputusan etis mahasiswa, Berdasarkan hasil uji statistik
pengaruh tingkat religiusitas terhadap deskriptif dinyatakan bahwa variabel tingkat
pembuatan keputusan etis mahasiswa, dan religiusitas (X2) mempunyai nilai minimum
pengaruh pemahaman kode etik profesi 13, nilai maksimum sebesar 30, mean
akuntan terhadap pembuatan keputusan sebesar 25,66, dan standar deviasi sebesar
etis mahasiswa. 2,313. Hal ini berarti bahwa terjadi
perbedaan nilai tingkat religiusitas yang
METODE diteliti terhadap nilai rata-rata sebesar
Penelitian ini menggunakan metode 2,313.
penelitian deskriptif kuantitatif. Jenis data Variabel pemahaman kode etik
pada penelitian ini adalah data kuantitatif profesi akuntan (X3) mempunyai nilai
yang berupa jawaban responden atas minimum sebesar 74, nilai maksimum
pertanyaan pada kuisioner. Kuesioner sebesar 125, nilai mean sebesar 106,62,
dalam penelitian ini diukur menggunakan dan standar deviasi sebesar 6,97. Ini berarti
skala nominal dan skala ordinal. Data bahwa terjadi perbedaan nilai pemahaman
dalam penelitian ini diperoleh secara kode etik profesi akuntan yang diteliti
langsung (data primer) maupun studi terhadap nilai rata-rata sebesar 6,97.
kepustakaan (data sekunder). Variabel pembuatan keputusan etis
Penelitian ini dilakukan di Jurusan mahasiswa (Y) mempunyai nilai minimum
Akuntansi Program S1 Universitas sebesar 13, nilai maksimum sebesar 25,
Pendidikan Ganesha dan Universitas nilai mean sebesar 21,77, dan standar
Udayana. Populasi dalam penelitian ini deviasi sebesar 2,11. Ini berarti bahwa
adalah seluruh mahasiswa akuntansi terjadi perbedaan nilai pembuatan
program S1 semester 7 pada universitas keputusan etis mahasiswa yang diteliti
tersebut. Sampel sebanyak 229. Sampel terhadap nilai rata-rata sebesar 2,11. Hasil
ditentukan secara proporsional, sehingga uji statistik deskriptif disajikan pada tabel 1
responden mahasiswa Universitas berikut.
Pendidikan Ganesha sebanyak 158 dan

Tabel 1.
Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Tingkat Religiusitas 229 13 30 25,66 2,313
Pemahaman Kode Etik
229 74 125 106,62 6,962
Profesi Akuntan
Pembuatan Keputusan
229 13 25 21,77 2,11
Etis Mahasiswa
Valid N (listwise) 229
(Sumber: Data Diolah, 2018)

170
Uji yang dilakukan selanjutnya Smirnov Test dengan bantuan program
adalah uji asumsi klasik. Penelitian ini statistik komputer SPSS versi 17.0 for
melakukan 3 uji asumsi klasik yaitu uji windows. Peneliti menggunakan taraf
normalitas, uji multikolinearitas dan uji signifikansi 5%, maka variabel penelitian
heteroskedastisitas. Uji normalitas dikatakan berdistribusi normal jika nilai
digunakan untuk menguji goodness of fit analisis Kolmogorov-Smirnov memiliki
antar distribusi sampel dan distribusi tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05.
lainnya (Siregar, 2011). Uji normalitas Hasil uji normalitas pada penelitian ini
dilakukan dengan One-Sample kolmogorov- disajikan dalam tabel 2 berikut.

Tabel 2.
Hasil Uji Normalitas

Unstandardized Residual
Kolmogorov-Smirnov Z 1,049
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,221
( Sumber: Data Diolah, 2018)

Berdasarkan hasil uji normalitas model regresi ditemukan adanya korelasi


yang ditunjukkan pada tabel 2 dapat dilihat yang kuat antar variabel bebas. Apabila
bahwa data memiliki signifikansi sebesar nilai Variance Inflation Faktor (VIF) tidak
0,221 yaitu lebih besar dari 0,05 sehingga lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak
dapat dikatakan bahwa nilai residual kurang dari 0,10 maka model dapat
terdistribusi secara normal. dikatakan terbebas dari multilkoliniaritas
Uji asumsi klasik yang kedua yaitu dan dapat digunakan dalam penelitian.
uji multikolinearitas. Uji multikolinearitas Hasil uji multikolinearitas disajikan pada
bertujuan untuk menguji apakah dalam tabel 3 berikut.

Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics
Model Keterangan
Tolerance VIF
Gender 0,992 1,008 Bebas Multikolinearitas
Tingkat Religiusitas 0,536 1,865 Bebas Multikolinearitas
Pemahaman Kode Etik
0,539 1,857 Bebas Multikolinearitas
Profesi Akuntan
(Sumber: Data Diolah, 2018)

Berdasarkan hasil uji tidak terjadi multikolinearitas antar variabel


multikolinearitas yang ditunjukkan pada independen dalam model regresi.
tabel 3, hasil perhitungan Tolerance Uji asumsi klasik yang selanjutnya
menunjukkan variabel gender, tingkat dilakukan uji heteroskedastisitas. Uji
religiusitas, dan pemahaman kode etik heteroskedasitas dilakukan untuk menguji
profesi akuntan mempunyai nilai tolerance apakah dalam sebuah model regresi terjadi
yang lebih besar dari 0,10. Hasil ketidaksamaan varians dari residual suatu
perhitungan nilai Variance Inflation Factor pengamatan ke pengamatan lain
(VIF) juga menunjukkan bahwa variabel Heteroskedastisitas dapat diketahui melalui
gender, tingkat religiusitas, dan uji Glejser. Jika probabilitas signifikan
pemahaman kode etik profesi akuntan masing-masing variabel independen > 0,05,
mempunyai nilai VIF yang lebih kecil dari maka dapat disimpulkan tidak terjadi
10, sehingga dapat disimpulkan bahwa heteroskedastisitas dalam model regresi
(Ghozali, 2011). Hasil uji

171
heteroskedastisitas pada penelitian ini disajikan dalam tabel 4 berikut.

Tabel 4.
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -0,188 0,849 -0,222 0,824
Gender 0,106 0,111 0,064 0,955 0,340
Tingkat Religiusitas 0,000 0,033 0,000 0,001 0,999
Pemahaman Kode Etik 0,011 0,011 0,092 1,022 0,308
Profesi Akuntan
(Sumber: Data Diolah, 2018)

Berdasarkan hasil uji memecahkan rumusan masalah yang ada,


heteroskedastisitas yang disajikan pada yaitu untuk melihat pengaruh diantara dua
tabel 4 dapat dilihat bahwa masing-masing variabel atau lebih. Variabel dependen
variabel independen tidak signifikan secara pada penelitian ini adalah pembuatan
statistik mempengaruhi variabel dependen keputusan etis mahasiswa. Variabel
nilai Absolut Residual (AbsRes). Variabel independen pada penelitian ini adalah
gender mempunyai nilai sig. sebesar 0,340, gender, tingkat religiusitas, dan
variabel tingkat religiusitas mempunyai nilai pemahaman kode etik profesi akuntan.
sig. sebesar 0,999, dan variabel Uji hipotesis yang pertama
pemahaman kode etik profesi akuntan dilakukan adalah uji koefisien determinasi.
mempunyai nilai sig. 0,308. Ketiga variabel Koefisien determinasi mengukur seberapa
mempunyai probabilitas signifikansi > 0,05, jauh kemampuan model dalam
sehingga dapat disimpulkan model regresi menjelaskan variasi variabel dependen.
dalam penelitian ini tidak mengandung Apabila Adjusted R2 semakin mendekati 1,
adanya heteroskedastisitas. maka semakin besar variasi dalam
Setelah uji asumsi klasik terpenuhi independen variabel, ini berarti semakin
selanjutnya dilakukan uji hipotesis. tepat garis regresi tersebut untuk mewakili
Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan hasil observasi yang sebenarnya. Hasil uji
menggunakan model regresi berganda. koefisien determinasi pada penelitian ini
Model regresi berganda digunakan untuk disajikan dalam tabel 5 berikut.

Tabel 5
Uji Koefisien Determinasi

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 0,777 0,604 0,598 1,33836
( Sumber: Data Diolah, 2018)

Berdasarkan data pada tabel 5 hanya dapat menjelaskan 59,8% variasi


dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Square variabel pembuatan keputusan etis
diperoleh nilai koefisien determinasi mahasiswa. Sisanya yaitu 40,2% dijelaskan
sebesar 0,598, yang menunjukkan bahwa oleh variabel-variabel lain di luar model
variasi variabel gender, tingkat religiusitas, yang dapat mempengaruhi pembuatan
dan pemahaman kode etik profesi akuntan keputusan etis mahasiswa.

172
Selanjutnya dilakukan uji statistik t Artinya tidak ada pengaruh signifikan dari
yang menunjukkan seberapa besar variabel independen terhadap variabel
pengaruh satu variabel independen secara dependen. (2) apabila probabilitas < tingkat
individu dalam menjelaskan variansi signifikan (0,05), maka H0 ditolak dan Ha
variabel dependen. Keputusan statistik diterima. Artinya ada pengaruh signifikan
hitung dan statistik tabel dapat diambil dari variabel independen terhadap variabel
keputusan berdasarkan probabilitas, dependen
dengan dasar pengambilan keputusan: (1) Hasil uji statistik t pada penelitian ini
apabila probabilitas > tingkat signifikan disajikan pada tabel 6 berikut.
(0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Tabel 6
Hasil Uji Statistik t

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -2,699 1,366 -1,976 0,049
Gender -0,238 0,178 -0,056 -1,336 0,183
Tingkat Religiusitas 0,143 0,052 0,156 2,726 0,007
Pemahaman Kode Etik 0,265 0,017 0,873 15,265 0,000
Profesi Akuntan
a. Dependent Variable: Pembuatan Keputusan Etis Mahasiswa
( Sumber: Data Diolah, 2018)

Berdasarkan data pada tabel 6 demikian hipotesis pertama (H0) diterima


dapat dilihat bahwa dua variabel yaitu gender tidak berpengaruh terhadap
independen mempunyai nilai signifikansi pembuatan keputusan etis mahasiswa.
lebih kecil dari 0,05. Variabel tingkat Secara teori, gender adalah
religiusitas mempunyai nilaisignifikansi interpretasi mental dan kultural terhadap
sebesar 0,007,variabel pemahaman kode perbedaan kelamin dan hubungan antara
etik profesi akuntan profesionalisme laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil
mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000, penelitian yang ada tampak bahwa gender
sehingga kedua variabel independen tidak berpengaruh terhadap pembuatan
tersebut mempunyai pengaruh signifikan keputusan etis mahasiswa. Hal ini sejalan
terhadap variabel dependen karena nilai dengan hasil penelitian Suliani dan
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Sedangkan Marsono (2010), yang menyatakan bahwa
variabel gender memiliki nilai signifikansi variabel gender tidak berpengaruh terhadap
sebesar 0,183 atau lebih besar dari 0,05 pengambilan keputusan etis. Sejalan juga
yang berarti bahwa gender tidak memiliki dengan pnelitian yang dilakukan oleh Diwi
pengaruh yang signifikan terhadap (2015) yang menyatakan bahwa gender
pembuatan keputusan etis mahasiswa. tidak berpengaruh terhadap perilaku tidak
etis, dimana tidak terdapat perbedaan
Pembahasan antara persepsi mahasiswa perempuan dan
Pengaruh Gender Terhadap Pembuatan laki-laki dalam menanggapi adanya
Keputuan Etis Mahasiswa perbuatan yang tidak etis.
Hasil uji t secara parsial Secara spesifik Diwi (2015)
menunjukkan nilai signifikansi variabel menjelaskan bahwa karakteristik antara
gender sebesar 0,183 atau lebih besar laki-laki dan perempuan memang dibentuk
daripada 0,05. Hal tersebut menunjukkan saling bertentangan namun saling
bahwa variabel gender (X 1) tidak berkaitan. Sebagai contoh, laki-laki adala
berpengaruh terhadap pembuatan mahkluk yang rasional, maka perempuan
keputusan etis mahasiswa. Dengan mempunyai karateristik yang berlawaan

173
yaitu tidak rasional atau emosional. Namun Tuhan. Religiusitas berkaitan dengan
hal ini bukan suatu kepastian yang melekat bagaimana proses pendidikan agama
pada setiap karakteritik perempuan dan diperoleh secara dini baik formal maupun
laki-laki. Perubahan karakteristik gender non formal (Arsana, 2017). Religiusitas
antara laki-laki dan perempuan tersebut masyarakat bali masih sangat tinggi,
dapat terjadi dari waktu ke waktu, dari dibuktikan dengan taatnya masyarakat bali
tempat ke tempat lain, dari kelas ke kelas melaksanakan upacara keagamaan
masyarakat yang berbeda. ditengah era globalisasi. Tidak hanya itu,
Hasil penelitian ini yang menyatakan dalam dunia pendidikan, ajaran agama juga
bahwa gender tidak berpengaruh terhadap diajarkan dengan baik termasuk
pembuatan keputusan etis, menunjukkan implementasi dari ajaran agama tersebut.
bahwa laki-laki dan perempuan memiliki Terlihat dari bagaimana sekolah
kepekaan yang sama atau tidak ada mengajarkan untuk tri sandhya sebelum
perbedaan perilaku dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar dilaksanakan,
dilema etis. Mahasiswa Akuntansi Program atau berdoa sebelum maupun sesudah
S1 Universitas Negeri di Bali menunjukkan memulai kegiatan. Hal tersebut
tidak ada perbedaan perilaku yang menunjukkan bahwa religiusitas seseorang
disebabkan oleh perbedaan gender. sudah ditanamkan di keluarga maupun
dalam dunia pendidikan. Kebiasaan akan
Pengaruh Tingkat Religiusitas Terhadap ketaatan terhadap ajaran agama akan
Pembuatan Keputuan Etis Mahasiswa mendorong seseorang untuk berperilaku
Hasil uji t secara parsial yang sesuai dengan ajaran agama.
menunjukkan nilai signifikansi variabel Pada penelitian ini, religiusitas
potensi diri sebesar 0,007 atau lebih kecil didefinisikan sebagai ketaatan seseorang
daripada 0,05. Hal tersebut menunjukkan untuk melaksanakan ajaran tuhan dan
bahwa variabel tingkat religiusitas (X 2) menjauhi larangannya. Oleh karena itu
berpengaruh secara signifikan terhadap orang yang memiliki tingkat religiusitas
pembuatan keputusan etis mahasiswa. tinggi tentunya akan lebih berhati-hati
Dengan demikian hipotesis kedua (H2) mengambil keputusan, orang tersebut akan
dapat diterima yaitu tingkat religiusitas terus berusaha melakukan tindakan yang
berpengaruh positif terhadap pembuatan sesuai dengan ajaran agamanya dan
keputusan etis mahasiswa. menjauhi segala tindakan yang dilarang
Hasil uji regresi linear berganda oleh agamanya. Tingkat religiusitas
menunjukkan bahwa koefisien regresi memiliki hubungan dengan ketaatan
tingkat religiusitas sebesar 0,143 yang seseorang dalam beribadat. Semakin tinggi
berarti bahwa apabila terdapat tingkat religiusitas seseorang maka orang
penambahan tingkat religiusitas sebesar 1 tersebut akan semakin baik dalam
satuan, maka pembuatan keputusan etis pembuatan keputusan yang etis.
mahasiswa meningkat sebesar 0,143. Hasil Berdasarkan konsep tersebut,
tersebut menunjukkan bahwa variabel tingkat religiusitas berpengaruh positif
tingkat religiusitas berpengaruh positif terhadap pembuatan keputusan etis
terhadap pengambilan keputusan etis mahasiswa. Hasil penelitian ini mendukung
mahasiswa. Dimana semakin tinggi tingkat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
religiusitas seseorang maka pengambilan Wati dan Bambang (2016) yang
keputusan etis mahasiswa juga semakin menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
baik atau etis. persepsi etis antara mahasiswa atau
Secara teori religiusitas didefinisikan mahasiswi yang memiliki tingkat religiusitas
sebagai keberagaman yang berarti meliputi tinggi dengan mahasiswa atau mahasiswi
berbagai macam sisi atau dimensi yang yang memiliki relgiusitas rendah.
bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi Pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan
juga melakukan aktivitas lain yang diorong Terhadap Pembuatan Keputuan Etis
oleh kekuatan supranatural. Religiusitas Mahasiswa
berkaitan dengan kepercayaan terhadap

174
Berdasarkan hasil uji t secara terdapat pegaruh positif dan signifikan
parsial menunjukkan nilai signifikansi pemahaman kode etik akuntan terhadap
variabel pemahaman kode etik profesi perilaku etis mahasiswa akuntansi.
akuntan sebesar 0,000 atau lebih kecil Ermawati dan Dyah (2018) juga dalam
daripada 0,05. Hal tersebut menunjukkan penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
bahwa variabel pemahaman kode etik pengaruh positif dan signifikan pemahaman
profesi akuntan (X3) berpengaruh positif kode etik profesi akuntan terhadap perilaku
terhadap pembuatan keputusan etis etis mahasiswa.
mahasiswa. Dengan demikian hipotesis
ketiga (H3) dapat diterima yaitu pemahaman
kode etik profesi akuntan berpengaruh SIMPULAN DAN SARAN
terhadap pembuatan keputusan etis Simpulan
mahasiswa. Berdasarkan hasil uji dan
Sementara itu, hasil uji regresi linear pembahasan yang dilakukan dapat ditarik
berganda didapatkan bahwa koefisien simpulan, yaitu: (1) gender tidak
regresi pemahaman kode etik profesi berpengaruh terhadap pembuatan
sebesar 0,265 yang berarti bahwa apabila keputuan etis mahasiswa, (2) tingkat
terdapat penambahan pemahaman kode religiusitas berpengaruh positif dan
etik profesi sebesar 1 satuan, maka signifikan terhadap pembuatan keputusan
pembuatan keputusan etis mahasiswa akan etis mahasiswa, (3) pemahaman kode etik
meningkat sebesar 0,265. Hasil tersebut profesi akuntan berpengaruh positif dan
menunjukkan bahwa variabel pemahaman signifikan terhadap pembuatan keputusan
kode etik profesi akuntan berpengaruh etis mahasiswa.
positif terhadap pembuatan keputusan etis
mahasiswa. Dimana semakin baik
pemahaman terhadap kode etik profesi Saran
akuntan seseorang, maka pembuatan Adapun saran yang dapat
keputusan etis mahasiswa akan semakin disampaikan bagi mahasiswa secara umum
baik. dan mahasiswa Akuntansi Program S1
Secara teori pemahaman kode etik Universitas Negeri di Bali secara khusus,
profesi akuntan merupakan pemahaman diharapkan dapat meningkatkan tingkat
seseorang terhadap sistem norma, nilai, religiusitas dan juga meningkatkan
dan aturan profesional tertulis yang secara pemahaman terhadap kode etik profesi
tegas menyatakan apa yang benar dan akuntan demi meningkatkan kemampuan
baik, dan apa yang tidak benar dan tidak dalam pengambilan keputusan yang etis
baik bagi profesional bidang akuntansi. terkait dengan profesi sebagai akuntan
Kode etik menjadi dasar pertimbangan yang akan dijalankan.
seorang professional akuntansi dalam Peneliti selanjutnya disarankan
berperilaku. Pemahaman terhadap kode dapat menggunakan variabel-variabel yang
etik profesi akuntan juga akan tidak digunakan dalam penelitian ini, hal ini
mempengaruhi mahasiswa dalam dilakukan agar koefisien determinasi dapat
berprilaku. Sehingga, semakin tinggi ditingkatkan dengan penambahan variabel
pemahaman kode etik profesi akuntan lainnya. Penelitian selanjutnya juga
maka semakin baik pula pengambilan disarankan untuk memperluas ruang
keputusan etis seorang mahasiswa. lingkup penelitian, hal ini perlu dilakukan
Berdasarkan konsep yang ada agar memperoleh hasil penelitian yang
pemahaman kode etik profesi akuntan lebih baik.
berpengaruh terhadap pembuatan
keputusan etis mahasiswa. Semakin tinggi
pemahaman kode etik profesi akuntan DAFTAR PUSTAKA
maka semakin baik pula pembuatan Anonim. 2018. Mitra Ernst &Young
keputusan etis mahasiswa. Hasil penelitian Indonesia Didenda 13 Milliar di
ini selaras dengan penelitian yang AS.[Online]. Diperoleh dari
dilakukan oleh Pamela (2014) menunjukkan

175
https://bisnis.tempo.com. Diakses Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis
18 Oktober 2018. Multivariate dengan Program IBM
SPSS19 (Edisi ke-5). Semarang:
Anonim. 2016. Trragis! Demi Mendapat IPK Badan Penerbit Universitas
Baik, 7 Kecurangan ini Sering Diponegoro.
Dilakukan Mahasiswa. [Online].
Diperoleh dari www.tribunnews.com. Herlyana, M.V. 2017. Pengaruh Religiusitas
Diakses 18 Oktober 2018. dan Spiritualitas terhadap
Kecurangan Akademik Mahasiswa
Apriani, Nindya. 2017. Pengaruh Pressure, (studi Empiris pada Mahasiswa
Opportunity dan Rationalization Universitas Pendidikan Ganesha).
terhadap Perilaku Kecurangan Skripsi. Fakultas Ekonomi,
Akademik (Studi Empiris: Universitas Pendidikan Ganesha.
Mahasiswa Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha). Pamela, Astriana. 2014. Pengaruh
Skripsi. Fakultas Ekonomi, Pemahaman Kode Etik Profesi
Universitas Pendidikan Ganesha. Akuntan terhadap Perilaku Etis pada
Mahasiswa Akuntansi pada
Arsana, I.W.E. 2017. Hubungan Religiusitas Mahasiswa Akuntansi Universitas
dengan Agresivitas pada Remaja di Negeri Yogyakarta. Skripi. Fakultas
Pasraman Gurukula Bangli Bali. Ekonomi, Universitas Negeri
Tesis. Fakultas Kedokteran, Yogyakarta.
Universitas Udayana
Siregar, Sofyan. 2011. Statistika Deskriptif
Asmara, Chandra Gian. 2018. Kasus SNP untuk Penelitian (Dilengkapi
Finance, Kemenkeu: Sanksi untuk Perhitungan Manual dan Aplikasi
KAP Sudah di Teken.[Online]. SPSS Versi 17). Jakarta: PT Raja
Diperoleh dari www.cncb.com. Grafindo Persada.
Diakses 18 Oktober 2018.
Suliani, Metta dan Marsono.2010.
Diwi, Dewanti. 2015. Pengaruh Orientasi Pengaruh Pertimbangan Etis,
Etis dan Gender terhaap Persepsi Perilaku Machiavelian, dan Gender
Mahasiswa Mengenai Perilaku Tidak dalam Pembuatan Keputusan Etis
Etis Akuntan (Studi pada Mahasiswa Mahasiswa Akuntansi. Jurnal
S1 Akuntansi Universitas Negeri Akuntasi&Auditing. Universitas
Yogyakarta). Skripsi. Fakultas Diponogoro Vol.7 No.6, Hal: 62-79.
Ekonomi, Universitas Negeri
Yogyakarta Wati, Mirna dan Bambag Sudibyo. 2016.
Pengaruh Pedidikan Etika dan
Ermawati, Nanik dan Dyah, A.S. 2018. Religiusitas terhadap Persepsi Etis
Pengaruh Pemahaman Kode Etik Mahasiswa Akuntansi. Jurnal
Profesi Akuntan terhadap Perilaku Economia. Universitas Gadjah
Etis pada Mahasiswa Akuntansi Mada. Vol. 12, No. 2, Hal 183–201.
Universitas Muria Kudus.
Eprints.uny.ac.id. Vol. 8, No. 2, Hal: Widayani, N.M.D dan Sri Hartati. 2014.
88-102. Kesetaraan dan Keadilan Gender
dalam Pandangan Perempuan Bali:
Fitri. 2016. Kinerja Akuntan Manajemen Studi Fenomenolgis terhadap
dari Segi Gender pada Perusahaan Penulis Perempuan Bali. Jurnal
Area Kawasan Industri Makasar. Psikologi Undip. Fakultas Psikologi
Jurnal Capacity STIE AMKOP Universitas Semarang Vol.13, No.2,
Makassar. Vol. 11, No.3, Hal: 677- Hal:149-162.
683.

176
Wijayanti, et. al. 2017. Dilema Etika pada
Akuntan-Sebuah Studi Persepsi
Mahasiswa Akuntasi. Jurnal
Dinamika Akuntansi dan Bisnis. Vol.
4, No. 8, Hal: 159-172.

177

Anda mungkin juga menyukai