Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PENGARUH LOVE OF MONEY, GENDER, DAN RELIGIUSITAS TERHADAP

PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI

Oleh :
Wreda Adi Irawan
Sagita Nur Aeni
Febrianty Wulandari
Add’line Agietafalia Putri

Dosen Pembimbing:
Dr. Dien Noviany Rahmatika S.E., M.M., Ak., CA

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pancasakti Tegal

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan Pengaruh Love of Money, Gender,
Dan Religiusitas Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Objek penelitian ini adalah mahasiswa
akuntansi. Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dengan teknik sampel non-probability
sampling dengan responden sebanyak 100 mahasiswa. Dalam analisis data, penelitian ini menggunakan
metode analisis regresi linier berganda dengan aplikasi SPSS. Hasil analisis menunjukkan bahwa variable
Love of Money berpengaruh negative terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Variabel Gender
berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Variabel Religiusitas berpengaruh positif
terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.

Kata Kunci: love of money, gender, religiusitas, persepsi etis

ABSTRACT
The purpose of this study is to find out and explain the Effects of Love of Money, Gender, and Religiosity
on Ethical Perceptions of Accounting Students. The object of this research is accounting students. Data
collection using a questionnaire method with non-probability sampling technique sampling with
respondents of 100 students. In data analysis, this study uses multiple linear regression analysis method
with SPSS application. The analysis shows that the Love of Money variable has a negative effect on the
ethical perceptions of accounting students. Gender variable influences the ethical perceptions of
accounting students. Religiosity variable has a positive effect on the ethical perceptions of accounting
students.

Keywords: love of money, gender, religiosity, ethical perception

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari etika selalu diterapkan dan dijunjung tinggi, tak terkecuali dalam bisnis dan
profesi. Dalam berbisnis yang harus dilakukan sama etisnya dengan berbagai aspek yang melingkupi
bisnis tersebut, seperti peraturan perundangan, ekonomi, politik dan sosial. Salah satunya yaitu profesi
akuntan berkaitan erat dengan etika, sehingga seorang akuntan dituntut untuk memiliki profesionalisme
yang tinggi. Skandal-skandal akuntansi yang sering terjadi menimbulkan dampak negative bagi profesi
akuntansi, reaksi dan persepsi dari mahasiswa akuntansi yang merupakan masa depan profesi tersebut.
Dampak negative tersebut akan melebar kepada pengguna laporan keuangan yang membutuhkan
judgement dari profesi akuntan untuk dapat mengambil keputusan yang tepat. Kurangnya pengetahuan
tentang skandal-skandal yang terjadi di dalam negeri (Indonesia) maupun di luar negeri menyebabkan
kurangnya kesadaran diri mahasiswa atas perilaku etis yang seharusnya dilakukan oleh akuntan.
Sementara itu banyak praktisi dan akademisi akuntan yang menjelaskan bahwa meningkatnya perilaku
tidak etis disebabkan kurangnya perhatian terhadap etika dari kurikulum pendidikan yang diterima
mahasiswa saat ini, dengan demikan akan sangat menarik untuk dapat mengetahui beragam reaksi atau
persepsi mahasiswa akuntansi mengenai pelanggaran-pelanggaran perilaku etis atau kasus-kasus yang
terjadi di perusahaan swasta maupun lembaga pemerintah yang terkait dengan skandal manipulasi
keuangan tidak terlepas dari profesi seorang akuntan.
Keputusan yang tidak etis timbul karena adanya pengaruh dari karakter individu dan juga
lingkungan. Menurut Utami (2005) dalam perusahaan terdapat faktor-faktor yang memengaruhi sebuah
keputusan atau perilaku tidak etis yaitu kebutuhan setiap individu yang berbeda, individu yang faktor
yang berpengaruh pada keputusan atau tindakan tidak etis antara lain kebutuhan setiap individu, individu
tidak memiliki pedoman dalam dirinya, kebiasaan dari individu tersebut, tidak etisnya lingkungan
disekitar, dan tindakan dari atasan yang membuat setiap individu dalam perusahaan berperilaku tidak etis.
Mempelajari perilaku dalam profesi akuntansi sangat penting menggunakan pertimbangan etis
karena kepercayaan dan nilai perilaku individu terkait dengan penilaian profesional (Elias, 2008).
Mempertahankan standar etika yang tinggi sangat diperlukan, karena meningkatnya persaingan
menyebabkan profesi akuntansi akan terus berhadapan dengan tekanan. Profesi akuntansi dalam
menjalankan tugas dan membuat keputusan harus didasari kode etik yang ada. Realitanya profesional
akuntansi banyak yang masih bekerja tidak didasari pada kode etik profesional. Mahasiswa akuntansi
merupakan orang-orang yang akan menjalani profesi akuntan kelak atau dengan kata lain mahasiswa
akuntansi merupakan calon akuntan, jika kurangnya perhatian terhadap bidang etika dan pelanggaran etis
sejak dini, maka hal tersebut akan merusak profesi akuntansi dimasa yang akan datang.
Pelanggaran etika akuntan, baik dalam skala nasional maupun internasional, selalu menjadi
perbincangan yang menarik dan menyedot perhatian publik. Beberapa contoh kasus pelanggaran etika
akuntan yang mendunia adalah skandal yang melibatkan Enron, KAP Arthur Anderson dan Worldcom
pada tahun 2002. Menurut Comunale et al. (2006), Enron melakukan perubahan angka-angka pada
laporan keuangannya dari periode 1997 hingga 2000 dengan menggelembungkan pendapatannya sebesar
US$ 600 juta dan menyembunyikan utangnya sebesar US$ 1,2 miliar. Dalam memanipulasi laporan
keuangannya, Enron dibantu oleh KAP Arthur Anderson. Pada periode yang hampir sama, Worldcom
pun tersandung skandal yang sama. Worldcom memanipulasi laporan keuangannya dengan mencatat
beban interkoneksi dengan perusahaan telekomunikasi lain sebagai capital expenditures. Hal ini
menyebabkan aktivitas yang seharusnya dicatat sebagai beban atau biaya justru dicatat sebagai aset,
sehingga aset perusahaan overvalued.
Salah satu kasus pelanggaran etika profesi akuntan di Indonesia, yaitu laporan keuangan PT KAI
tahun 2005 disinyalir telah dimanipulasi oleh pihak pihak tertentu. Manipulasi laporan keuangan PT
Kereta Api Indonesia tahun 2005 diduga telah dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, hal ini jelas melanggar
etika profesi akuntan. Kecurangan PT KAI sebenarnya sudah terjadi pada tahun sebelumnya, dimana PT
KAI mengalami kerugian Rp 63 miliar namun sebaliknya PT KAI justru mengumumkan keuntungan
sebesar Rp 6,90 miliar. Bukti penyimpangan standar akuntansi keuangan ada pada piutang tak tertagih
(http://www.tempo.com). Bedford Committee menyatakan seharusnya nilai tentang integritas,
kredibilitas, dan standar etik dalam profesi akuntansi ditanamkan kepada mahasiswa (Normadewi, 2012).
Skandal akuntansi besar seperti Enron dan Arthur Andersen seharusnya tidak terjadi dan tuntutan
tersebut dapat dicapai dengan mudah jika saja para akuntan menerapkan prinsip etika secara memadai
sejak dini. Elias (2010) mengemukakan bahwa mahasiswa akuntansi sekarang akan menjadi tenaga
profesional di masa mendatang. Diakibatkan akan besarnya harapan masyarakat mengenai pentingnya
etika dalam suatu profesi, membuat profesi akuntansi berfokus pada persepsi etis para mahasiswa
akuntansi sebagai dasar dalam meningkatkan persepsi yang baik terhadap profesi akuntan.
Penelitian-penelitian terdahulu mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk bertindak tidak etis dalam menekuni profesinya. Faktor tersebut adalah love of money atau
kecintaan terhadap uang. Di Amerika, uang yang banyak dan pendapatan yang dihasilkan merupakan
tolak ukur kesuksesan (Elias, 2010). Tang & Chen (2008) menemukan bahwa love of money, baik secara
langsung maupun tak langsung, dapat mempengaruhi seseorang untuk bertindak tidak etis.
Faktor lainnya yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak tidak etis dalam menekuni
profesinya. Beberapa faktor diantaranya adalah gender dan religiusitas. Penelitian yang dilakukan oleh
Becker dan Ulstad (2007) menemukan bahwa perempuan menemukan kecurangan tidak dapat diterima
dibandingkan laki-laki. Sehingga perempuan cenderung lebih enggan untuk melakukan perilaku tidak etis
daripada laki-laki.
Dalam hal faktor religiusitas, Charismawati and Yuyetta (2011) mengungkapkan bahwa agama
dipercaya dapat mengontrol perilaku seseorang dalam betindak tidak etis. Hal ini juga diharapkan akan
berlaku pada persepsi etis mahasiswa akuntansi. Dengan demikian diharapkan dengan semakin tingginya
tingkat religiusitas seseorang maka dapat mengurangi kecenderungan untuk berperilaku tidak etis.
DAFTAR PUSTAKA

Basri, Y. M. (2015). Pengaruh gender, religiusitas dan sikap love of money pada persepsi etika
penggelapan pajak mahasiswa akuntansi. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 10(1).
Charismawati, Celvia Dewi. (2011). Analisis hubungan antara love of money dengan persepsi
etika mahasiswa akuntansi. Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro.
Elias, R. Z. (2010). "The Relationship Between Accounting Students' Love of Money and
Their Ethical Perception". Managerial Auditing Journal, 25(3).
Mawarni, P. D., & Ludigdo, Unti. (2013). Makna uang dalam perspektif mahasiswa akuntansi.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB UB.
Normadewi, Berlian. (2012). Analisis Pengaruh Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan terhadap
Persepsi Etis Mahasiswa dengan Love of Money sebagai Variabel Intervening. Undergraduate
thesis.Universitas Diponogoro.

Anda mungkin juga menyukai