Anda di halaman 1dari 7

Nama : Farhan Pramudya R

NPM : 21420150

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu-isu etika dalam dunia bisnis dan profesi membuat perhatian masyarakat menjadi

meningkat, hal tersebut dikarenakan skandal-skandal perusahaan besar terjadi dan ini tentu

tidak terlepas dari rendahnya kualitas opini audit yang mengakibatkan salahnya

pengambilan keputusan stakeholder perusahaan. Salah satu contoh fenomena pelanggaran

kode etik yang dilakukan oleh profesi akuntan adalah sengaja melakukan window dressing

terhadap laporan keuangan klien agar mendapat dana bank untuk ekspansi, contoh

fenomena pelanggaran kode etik lainnya adalah seorang auditor suatu perusahaan

merangkap sekaligus menjadi konsultan manajemen perusahaan tersebut atas permintaan

dari klien.

Pelanggaran kode etik akuntan akhir-akhir ini di Indonesia adalah kasus BLBI pada

tahun 1998 yakni skema bantuan (pinjaman) yang diberikan Bank

Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada saat terjadinya krisis

moneter 1998 di Indonesia, skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan

IMF dalam mengatasi masalah krisis namun audit BPK menyimpulkan telah terjadi indikasi

penyimpangan sebesar Rp 138 triliun terhadap penggunaan dana BLBI oleh ke-48 bank

tersebut. Selain kasus BLBI, adanya kasus pelanggaran kode etik lainnya adalah Bank

Century di tahun 2008 yang tentunya juga hal ini tidak terlepas dari rendahnya kualitas

opini auditsehingga membuat kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntansi menurun.


Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para akuntan, khususnya
akuntan publik yang menjalankan tugasnya sebagai auditor untuk lebih berbenah diri,

memperkuat kedisiplinan, menjalin hubungan dengan lebih baik terhadap para klien ataupun

masyarakat luas tanpa harus melanggar kode etik profesinya (Bangun, 2004). Dengan adanya

krisis kepercayaan pada profesi akuntan, maka pendidikan mengenai etika harus dilakukan

secara lebih mendalam kepada mahasiswa akuntansi sebelum mereka memasuk dunia kerja.

Karakter seseorang yang profesional diwujudkan dalam sikap profesional dan tindakan etisnya

(Winarna dan Retnowati, 2004). Secara profesional, dalam menjalankan pekerjaannya, akuntan

harus konsisten menjaga reputasi profesi dan menghindari tindakan yang merendahkan martabat

profesinya (Widyasmono, 2012), termasuk menjaga etika dan sikap dari akuntan itu sendiri

(Anwar dan Amarullah, 2006).

Tujuan dari pendidikan akuntansi adalah untuk mengenalkan mahasiswa kepada nilai-

nilai dan standar-standar etik dalam profesi akuntan (Clikemen dan Henning, 2000). Mastracchio

(2005) juga mengatakan bahwa kepedulian terhadap etika harus diawali dari kurikulum

akuntansi, jauh sebelum mahasiswa akuntansi masuk ke dunia profesi akuntansi. Elias (2010)

berpendapat bahwa mahasiswa akuntansi sekarang adalah para profesional di masa depan dan

dengan pendidikan etika yang baik diharapkan dapat menguntungkan profesinya dalam jangka

panjang. Karena begitu pentingnya etika dalam suatu profesi, membuat profesi akuntansi

memfokuskan perhatiannya pada persepsi etis para mahasiswa akuntansi sebagai titik awal

dalam meningkatkan persepsi terhadap profesi akuntansi, sehingga masih sangat dibutuhkan

penelitian mengenai sosialisasi tentang etika pada mahasiswa akuntansi.

Sikap etis dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah sifat seseorang terhadap

uang. Uang adalah aspek penting dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun uang tersebut
digunakan universal, arti dan pentingnya uang tidak diterima secara universal (Elias, 2010).

Karena pentingnya uang dan interpretasi yang berbeda, Tang (1992) memperkenalkan konsep

“love of money” untuk literatur psikologis yang merupakan ukuran perasaaan subjektif

seseorang tentang uang. Tang dan Chiu (2003) mengemukakan love of money sangat terkait

dengan konsep ketamakan, konsep love of money merupakan karakter seseorang yang memuja

atau mendewakan uang/materi lebih dari apapun tentu bagi seseorang yang memuja uang/materi

dia akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang/materi. Chen dan Tang (2006)

menemukan bahwa karyawan di Hong Kong dengan love of money yang tinggi bekerja dengan

kurang memuaskan dibandingkan rekan-rekan mereka dan hal tersebut dapat menyebabkan

perilaku yang tidak etis. Penelitian lainnya yaitu Elias (2010) serta Pradanti dan Prastiwi (2014)

menemukan bahwa tingkat love of money mahasiswa akuntansi berpengaruh signifikan terhadap

persepsi etis mahasiswa tersebut. Nkundabanyanga, et al (2011) yang meneliti sales personal

kosmetik di Uganda menemukan bahwa love of money dari sales personal berpengaruh terhadap

perilaku etisnya, namun Kamayanti dan Widyaningrum (2013) menemukan bahwa love of

money mahasiswa akuntansi berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi etikanya

Dari hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten peneliti menduga bahwa ada faktor

kontingensi yang memengaruhi hubungan antara love of money pada sikap etis. Murray (1990)

menjelaskan bahwa agar dapat merekonsiliasi hasil yang saling bertentangan diperlukan

pendekatan kontingensi untuk mengidenifikasi variabel lain yang bertindak sebagai pemoderasi

ataupun pemediasi dalam model riset. Penelitian ini menggunakan variabel manacika parisudha

sebagai variabel pemoderasi, karena konsep love of money yang berkaitan dengan ketamakan

atau keserakahan apabila didukung oleh manacika parisudha (berpikir yang baik/berpikir positif)

tentu akan memengaruhi sikap seseorang dalam berkata dan bertindak nantinya.
Manacika parisudha merupakan salah satu bagian dari tri kaya parisudha. Tri kaya

parisudha terdiri dari manacika parisudha (penyucian pikiran/berpikir yang baik), wacika

parisudha (penyucian perkataan/berkata yang baik) dan kayika parisudha (penyucian

perbuatan/berbuat yang baik). Dalam tri kaya parisudha, manacika parisudha inilah yang harus

diprioritaskan, karena pada dasarnya semua hal bermula disini. Murda (2010) menjelaskan

bahwa dari pikiran yang suci akan lahirlah perkataan suci, dengan adanya pikiran dan perkataan

suci akan terwujudlah perbuatan suci. Sarasamusccaya sloka 80 menyebutkan bahwa “Mano hi

mulam sarvesam indriyanam prawartate subhasubhasvavasthasu karyam tat suvyavasthitam”,

yang berarti Pikiran itu adalah sumbernya indriya, yang menggerakkan peruatan baik dan buruk,

karena itu pikiran patut dikendalikan secepatnya (Suhardana, 2007).

Pustaka kekawin Ramayana Sargah 1.4 menyebutkan bahwa “Ragadi musuh mapara, ri

hati ya tong wanya Tan madoh ring awak” yang artinya hawa nafsu dan lain – lainnya adalah

musuh yang dekat. Di dalam hati tempatnya tidak jauh dari diri sendiri. Mereka yang kuat

mengendalikan pikirannya sehingga tidak mengumbar hawa nafsunya akan lebih mudah

mencapai cita – citanya. Demikian sebaliknya mereka yang kurang mampu mengendalikan hawa

nafsunya sulit akan mencapai cita – citanya sebab itu diperbudak, pikirannya terbelenggu hingga

lupa apa yang dilakukan. Salah satu contoh dari Manacika Parisudha adalah tidak mengingini

sesuatu yang tidak kekal, contohnya adalah harta termasuk uang. Sehingga ketika love of money

yang berada dalam diri seseorang tinggi namun ia masih mampu berpikir secara baik maka sikap

etis orang tersebut tentu dapat dikendalikan.

Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi apakah faktor love of money merupakan

faktor yang memengaruhi sikap etis seorang akuntan dengan memasukkan manacika parisudha

sebagai pemoderasi. Add value dalam penelitian ini adalah peneliti memasukkan unsur kearifan
lokal yaitu manacika parisudha (konsep berpikir yang baik) sebagai pemoderasi sehingga

penelitian ini menjadi relatif baru. Penelitian ini diharapkan akan sangat berguna untuk

Universitas Udayana terutama Jurusan Akuntansi dalam membentuk karakter lulusan akuntansi

yang menjunjung tinggi kode etik dan profesionalismenya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1) Apakah love of money berpengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi?

2) Apakah manacika parisudha berpengaruh pada sikap etis mahasiswa akuntansi?

3) Apakah manacika parisudha mampu memperlemah pengaruh love of money padasikap etis

mahasiswa akuntansi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh love of money pada sikap etis mahasiswa akuntansi

2) Untuk mengetahui pengaruh manacika parisudha pada sikap etis mahasiswaakuntansi

3) Untuk mengetahui kemampuan manacika parisudha memperlemah pengaruh loveof money

pada sikap etis mahasiswa akuntansi


1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian maka manfaat penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1) Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengonfirmasi atau merevitalisasi konsep love of

money pada sikap etis, apabila hipotesis dalam penelitian ini terbukti maka love of

money tidak linear terhadap sikap etis melainkan ada faktor kontingensi salah satunya

adalah manacika parisudha.

2) Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia pendidikan

untuk dapat mengembangkan kurikulum tentang etika bisnis dengan memasukkan

unsur-unsur manacika parisudha pada mata kuliah etika bisnis dan profesi pada PPAk

ataupun pada Magister Akuntansi, apabila terbukti bahwa manacika parisudha

memiliki peran dalam memoderasi love of money pada sikap etis mahasiswa akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai