Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH PERTIMBANGAN ETIS, PERILAKU MACHIAVELLIAN,

GENDER, DAN LOVE OF MONEY TERHADAP PEMBUATAN


KEPUTUSAN ETIKA MAHASISWA AKUNTANSI
( Studi Kasus Pada Universitas di Surakarta )

Nathanael Yoga S.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap manusia memiliki nilai atau norma yang dijunjung bersama
dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai yang dimaksud merupakan nilai etika
yang dapat meminimalisasi suatu permasalahan dan suatu tindakan yang
merugikan seseorang. Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi telah
meningkat setelah adanya beberapa kasus manipulasi laporan keuangan yang
melibatkan akuntan, yang mengakibatkan para pemakai laporan keuangan
(investor dan kreditur) mulai tidak percaya terhadap akuntan publik sebagai
pihak independen yang menilai kewajaran laporan keuangan. Perhatian
terhadap pentingnya etika perlu dilakukan karena kasus-kasus tersebut terjadi
karena adanya pelanggaran terhadap etika profesi. Banyaknya kasus
pelanggaran etika sebenarnya bisa dihindari apabila setiap akuntan
mempunyai pengetahuan, pemahaman dan kemauan untuk menerapkan nilainilai moral dan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan
profesionalnya (Tikolah dkk, 2006)
Etika juga menjadi suatu isu yang penting dalam bidang akuntansi di
dunia pendidikan karena dunia pendidikan memiliki andil dalam membentuk
perilaku mahasiswa untuk menjadi seorang yang professional. Dunia
pendidikan, khususnya perguruan tinggi, merupakan penghasil sumber daya
manusia yang profesional diharapkan dapat memenuhi tenaga profesional

yang memiliki kualifikasi keahlian sesuai bidang ilmunya dan juga memiliki
perilaku etis yang tinggi (Hastuti, 2007). Perguruan tinggi akuntansi perlu
mengasah kemampuan keputusan etis mahasiswa melalui diskusi maupun
simulasi penuntasan kasus yang berkaitan dengan etika, sehingga para
mahasiswa nantinya akan menjadi para professional dalam bidang akuntansi
yang mempunyai kemampuan mengambil keputusan etis yang baik karena
sudah terbiasa untuk mengambil keputusan etis. Richmond (2001)
menyatakan bahwa pemahaman yang lebih baik dalam proses-proses
pertimbangan etis dan perilaku moral dari mahasiswa akuntansi dapat
meningkatkan kesadaran etis mahasiswa yang memungkinkan mahasiswa
punya persiapan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan dalam dunia
kerja.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan etis antara lain
perilaku Machiavellian, pertimbangan etis, gender, dan Love of Money.
Perilaku Machiavellian merupakan persepsi yang akan membentuk suatu
kepribadian yang mendasari sikap dalam berhubungan dengan orang lain.
Christie dan Geis (dalam Purnamasari, 2006) mendefinisikan perilaku
Machiavellian sebagai suatu proses dimana manipulator mendapatkan
imbalan lebih ketika

mereka

memanipulasi, sementara

orang lain

mendapatkan kurang tanpa melakukan manipulasi, setidaknya dalam konteks


langsung. Perilaku Machiavellian dapat berpengaruh dalam pengambilan
keputusan etis seseorang karena seseorang yang mempunyai karakter
Machiavellian cenderung untuk melakukan manipulasi, mendapatkan

keuntungan pribadi dan lebih memiliki keinginan untuk tidak taat pada
aturan. Individu yang memiliki perilaku Machiavellian yang tinggi cenderung
melakukan tindakan tidak etis dibandingkan dengan individu dengan perilaku
Machiavellian rendah.
Pertimbangan etis adalah pertimbangan-pertimbangan yang harus
dilakukan untuk mengantisipasi dilema etis (Wibowo, dalam Suliani dan
Marsono 2010). Pertimbangan etis menyangkut penilaian tentang tindakan
yang secara moral lebih dibenarkan. Pertimbangan etis dapat digunakan untuk
menentukan keputusan etis saat seseorang dihadapkan pada dilema etis
karena pertimbangan etis meliputi pemikiran etis dari pertimbangan
profesional dalam sebuah pemecahan yang ideal untuk sebuah dilema etis
(Thorne, dalam Suliani dan Marsono 2010).
Gender menurut Ferijani dan Mareta (dalam Suliani dan Marsono,
2010) adalah interprestasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin
dan hubungan antara laki laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial
maupun budaya. Perbedaan nilai dan sifat secara gender dapat mempengeruhi
pria dan wanita dalam membuat keputusan dan praktik. Pria cenderung untuk
melanggar aturan saat bersaing untuk mencapai sukses, sedangkan wanita
lebih menekankan pada pelaksanaan tugas yang baik dan hubungan kerja
yang harmonis. Perbedaan secara gender tersebut juga dapat mempengaruhi
perbedaan dalam mengambil suatu keputusan etis.
Uang merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Love of money (cinta uang) adalah konsep yang diperkenalkan

oleh Tang yang berusaha mengukur perasaan subjektif seseorang tentang


uang (Suliani, 2010). Seseorang yang memiliki tingkat love of money yang
tinggi akan melakukan segala cara agar kebutuhannya terpenuhi bahkan bisa
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan etika. Hal itu dapat
mempengaruhi seseorang dalam mengambil suatu keputusan etis.
Beberapa penelitian tentang pengaruh pertimbangan etis, sifat
Machiavellian, gender, dan Love of Money terhadap keputusan etis yang
dilakukan oleh Purnamasari (2006), Chrismastuti dan Purnamasari (2004),
Muchlis

(2012),

Widyaningrum

Suliani

dan

dan

Sarwono

Marsono
(2012).

(2010),

Penelitian

Yeltsinta

(2013),

Christmastuti

dan

Purnamasari (2004) menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari


sifat Machiavellian pada perilaku etis akuntan dan mahasiswa akuntansi
sedangkan variabel lain seperti gender, status dan pendidikan tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan. Penelitian Purnamasari (2006)
menyatakan bahwa Sifat Machiavellian berhubungan negatif dengan
independensi dan perilaku etis auditor. Artinya auditor yang memiliki sifat
Machiavellian tinggi akan cenderung lebih menyetujui penyimpangan
terhadap independensi dan cenderung berperilaku tidak etis, namun
pertimbangan etis tidak berpengaruh terhadap perilaku etis auditor.
Suliani dan Marsono (2010) meneliti tentang pengaruh pertimbangan
etis, perilaku Machiavelian dan gender dalam pembuatan keputusan etis
mahasiswa. Hasil penelitian menyatakan bahwa pertimbangan etis dan gender
tidak berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis, sedangkan perilaku

Machiavellian berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Berbeda


dengan penelitian Suliani dan Marsono (2010), penelitian yang dilakukan
oleh Muchlis (2012) menyatakan bahwa pertimbangan etis, perilaku
Machiavellian dan gender berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis.
PenelitianWidyaningrum dan Sarwono (2012) mendukung penelitianpenelitian sebelumnya di atas. Penelitian Widyaningrum dan Marsono (2012)
menyatakan bahwa sifat Machiavellian mempengaruhi sikap etis akuntan dan
mahasiswa akuntansi. Penelitian Yeltsinta (2013) menyatakan bahwa love of
money dan perilaku Machiavellian berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan etis.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menemukan beberapa
perbedaan dalam beberapa hasil penelitian maka peneliti ingin meneliti
kembali pengaruh faktor-faktor pertimbangan etis, perilaku Machiavellian,
gender, dan Love of Money terhadap keputusan etis.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut
1.

Apakah pertimbangan etis berpengaruh signifikan terhadap pembuatan


keputusan etika mahasiswa akuntansi?

2.

Apakah perilaku Machiavellian berpengaruh signifikan terhadap


pembuatan keputusan etis mahasiswa akuntansi?

3.

Apakah Gender berpengaruh signifikan terhadap pembuatan keputusan


etis mahasiswa akuntansi?

4.

Apakah Love Of Money berpengaruh signifikan terhadap pembuatan


keputusan etis mahasiswa akuntansi?

5.

Apakah pertimbangan etis, perilaku Machiavellian, Gender, dan Love Of


Money secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pembuatan
keputusan etis mahasiswa akuntansi?

C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya fokus pada pengaruh pertimbangan etis, perilaku
Machiavellian, Gender dan Love of Money terhadap pembuatan keputusan
etis mahasiswa akuntansi. Sedangkan aspek-aspek lain yang mungkin juga
berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis mahasiswa akuntansi tidak
ikut diteliti. Penelitian ini hanya terbatas pada mahasiswa akuntansi di
Surakarta.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan memberikan bukti empiris :
a.

Bagaimana

pengaruh

tingkat

pertimbangan

etis

pengambilan keputusan etis pada mahasiswa akuntansi.

terhadap

b.

Bagaimana pengaruh tingkat perilaku machiavellian terhadap


pengambilan keputusan etis pada mahasiswa akuntansi.

c.

Bagaimana pengaruh gender terhadap pengambilan keputusan etis


pada mahasiswa akuntansi.

d.

Bagaimana pengaruh Love Of Money terhadap pengambilan


keputusan etis pada mahasiswa akuntansi.

2.

Manfaat Penelitian
a.

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk memberikan


kontribusi bagi dunia pendidikan agar lebih mengembangkan
kurikulum etika dalam ilmu akuntansi.

b.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi


dan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang akan
mengadakan kajian lebih luas dalam bahasan ini.

c.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong dosen untuk


meningkatkan pemahaman dan kesadaran pada mahasiswa akuntansi
akan pentingnya dalam berperilaku etis.

E. Sistematika Penulisan
BAB I

PENDAHULUAN
Pada Bab I diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan

BAB II

LANDASAN TEORI
Pada Bab II ini memuat pengertian pertimbangan etis, perilaku
Machiavellian, gender, Love of Money dan keputusan etis
mahasiswa. Selain itu juga memuat penelitian terdahulu, hipotesis
dan kerangka penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini memuat tempat, objek dan waktu penelitian, penentuan
populasi dan sampel, jenis dan sumber data yang digunakan. Selain
itu juga membahas tentang metode pengumpulan data, definisi
variabel, instrumen penelitian, dan metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini memberikan deskripsi objek penelitian dan menyajikan
hasil analisis data serta pembahasan atas pengaruh pertimbangan
etis, perilaku Machiavellian, Gender, dan Love Of Money terhadap
pembuatan keputusan etis mahasiswa akuntansi.
BAB V

PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pengolahan data
yang dilakukan dan saran-saran yang direkomendasikan.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Keputusan Etis

B. Pertimbangan Etis
Ditinjau dari sudut bahasa, sikap dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia didefinisikan sebagai perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan
pendirian, pendapat atau keyakinan (Dani, 2002). Menurut Ika (2010), sikap
dapat didefinisikan sebagai reaksi individu terhadap suatu obyek yang
merupakan konstelasi kognitif, afektif, dan konatif yang disebabkan oleh
suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (pendirian).
Menurut Griffin dan Ebert (dalam Maryani dan Ludigdo, 2001), sikap
dan perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan normanorma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakantindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan. Kaitan dengan etika
profesi, sikap dan perilaku etis merupakan sikap dan perilaku yang sesuai
dengan etika profesi tersebut. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut,
sikap etis mahasiswa akuntansi adalah sikap atau respon mahasiswa akuntansi
terhadap kejadian yang mengandung situasi dilematis berdasarkan etika
profesi akuntansi.

Perubahan perilaku etis oleh Rest (dalam Utami, 2005:3) meliputi


proses sebagai berikut :
1.

The person must be able to identify alternative actions and how those
alternatives will effect the welfare of interested parties.

2.

The person must be able to judge which course of action ought to be


undertaken in that situation because it is morally right (or fair or just
morally good).

3.

The person must intend to do what is morally right by giving priority to


moral value above other personal values.

4.

The person must have sufficient perseverance, ego strenght and


implementation skills to be able to follow through on his/her intention to
behave morally, to withstand fatigue and flagging will, and to overcome
obstacles.

Empat hal tersebut berkaitan dengan moral perception, moral judgement,


moral intention, dan moral action. Moral perception dan moral judgement
berkenaan dengan bagaimana seseorang memikirkan isu-isu etika dan
bagaimana kedua hal tersebut menilai pengaruh eksternal dan internal
terhadap pengambilan keputusan etis. Moral perception dan moral judgement
berkaitan erat dengan intelektual (akal). Moral intention dan moral action
merupakan unsur psikologis dari diri manusia untuk berkehendak berperilaku
etis.
Kohlberg (Darmaputera, 1985:26) mengatakan bahwa kesadaran etis
manusia itu bertumbuh dalam tiga tingkatan, yang setiap tingkatnya ditandai

oleh dua tahap. Kohlberg melihat sikap manusia yang semakin terbuka
kepada sekitarnya dari satu tingkat ke tingkat lainnya. Semakin dewasa
pertumbuhan kesadaran etis seseorang, semakin terbuka dia kepada orang lain
(Darmaputera, 1085:26). Tingkatan kesadaran etis dapat dilihat dalam tabel
berikut
Tabel 2.1
Tingkatan Kesadaran Etis Kohlberg
Level

Stages

3. Post

Disposition

Based on universal moral principles.

Conventional

Impartial, with a concern for everyones interest

2. Conventional

Informed by societys laws

Conforming to group norms

Self interest is the primary motivation

Avoid punishment

1. Pre
Conventional

Sumber : McPhail (2006:11)


Kita dapat lihat dari tabel di atas bahwa pada tingkatan prakonvensional
individu mempersepsikan aturan dan ekspektasi sosial sebagai hal-hal di luar
dirinya; rasa takut akan hukuman adalah motivasi utama untuk mengikuti
aturan-aturan sosial pada tahap ini. Pada tingkat konvensional, individu
mengidentifikasi dirinya dengan suatu kelompok sosial dan menginternalisasi
aturan-aturan kelompok serta ekspektasi-ekspektasi dari orang lain di dalam
kelompok,

terutama

orang

yang

memiliki

autoritas.

Pada

tingkat

pascakonvensional, seseorang mendiferensiasi self-esteem-nya dari aturanaturan dan ekspektasi orang lain serta menentukan nilai-nilai pribadi terkait
dengan prinsip-prinsip yang dipilihnya sendiri.

Sikap etis penting dalam sebuah masyarakat karena berfungsi sebagai


cara untuk menjaga ketertiban dan dapat menjadi perekat yang dipegang oleh
semua anggota masyarakat. Pentingnya etika membuat banyak nilai-nilai etis
yang dijabarkan secara eksplisit dalam sebuah peraturan atau undang-undang,
walaupun juga ada nilai-nilai etis yang tidak dapat dijabarkan dalam sebuah
peraturan atau undang-undang karena sifat judgemental yang menyertai nilai
tersebut. Misalnya kejujuran, loyalitas, toleransi, tanggung jawab, keadilan
dan lain-lain.
C. Perilaku Machiavellian
Etika menurut Bertens (dalam Ludigdo, 2007) adalah nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Menurut Agoes dan Ardana
(2011), etika adalah cabang ilmu yang membahas tentang perilaku manusia,
mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik dalam konteks hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan
alam. Lebih lanjut, Agoes dan Ardana (2011) mengatakan bahwa arti etika
setidaknya dapat dilihat dari dua hal yaitu :
a.

Etika sebagai praksis, sama dengan moral atau moralitas yang berarti
adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
kelompok atau masyarakat.

b.

Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral.


Taraf ini, ilmu etika dapat saja mencoba merumuskan suatu teori, konsep,
asas, atau prinsip-prinsip tentang perilaku manusia yang dianggap baik

atau tidak baik, mengapa perilaku tersebut dianggap baik atau tidak baik,
mengapa menjadi baik itu sangat bermanfaat, dan sebagainya.
Akuntansi keuangan (financial accounting) adalah sebuah proses
pengumpulan, pencatatan, penganalisaan, peringkasan, pengklasifikasian dan
pelaporan transaksi keuangan yang berakhir pada pembuatan laporan
keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan oleh
berbagai pihak baik internal maupun eksternal. Pemakai laporan keuangan
meliputi investor, kreditur, manajer, serikat pekerja, dan badan-badan
pemerintah. Terdapat Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) yang
berguna untuk menyeragamkan sajian informasi di dalam akuntansi keuangan
sehingga laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang berbeda dapat
dibandingkan dengan lebih mudah. Standar dalam pembuatan laporan
keuangan sudah ditetapkan di Indonesia sebagai dasar bagi penyajian laporan
keuangan bertujuan umum yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan
Interpretasi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), yang terdiri dari : (a) Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK); (b) Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK).
Penyusunan laporan keuangan harus memperhatikan beberapa syarat
yang disebutkan dalam PSAK yaitu :
a.

Penyusunan laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi


keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas
perusahaan sehingga tujuan laporan keuangan tersebut dapat tercapai.

b.

Penyusunan laporan keuangan harus berdasarkan asumsi kelangsungan


usaha.

c.

Laporan keuangan disusun atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.
Dalam akuntansi akrual, aktiva, kewajiban, ekuiti, penghasilan dan
beban diakui pada saat kejadian bukan saat kas atau setara kas diterima
dan dicatat serta disajikan dalam laporan keuangan pada periode
terjadinya.
Berdasarkan definisi di atas, muatan etika dalam pengajaran akuntansi

keuangan adalah pengajaran tentang Prinsip Akuntansi Berterima Umum


(PABU) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dapat menjadi
pegangan bagi mahasiswa akuntansi. Pengajaran etika dalam akuntansi ini
disajikan sebagai bagian dari setiap mata kuliah akuntansi, bukan sebagai
mata kuliah tersendiri atau terpisah (Loebs, dalam Utami dan Indriawati
2006). Menurut Ludigdo (2007) saat ini sudah berkembang mata kuliah Etika
Bisnis dan Profesi di pendidikan tinggi akuntansi, bahkan pada tahun 2003
perkembangan mata kuliah etika bisnis (dan profesi) secara nasional
berlangsung semenjak dibukanya Program Pendidikan Akuntansi (PPAk).
International Federation of Accountants (IFAC) pada tahun 2003
telah menerbitkan 7 standar pendidikan akuntansi internasional (International
Education Standars/IES). Dari tujuh standar tersebut, Standar nomor 4 (IES
4) menyebutkan bahwa program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan
kerangka nilai, etika dan sikap profesional untuk melatih judgement

profesional calon akuntan sehingga dapat bertindak secara etis di tengah


kepentingan profesi dan masyarakat (Utami, 2005:9).
Kurikulum pendidikan akuntansi di Indonesia memberikan muatan
etika pada mata kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan dan etika. Namun
muatan etika dalam mata kuliah tersebut dirasakan masih kurang. Kurangnya
muatan etika dalam kurikulum akuntansi diungkapkan oleh Wulandari dan
Sularso (dalam Utami, 2005:9) dalam penelitian yang dilakukan kepada
mahasiswa dan akuntan pendidik di Surakarta. Hasil penelitian Wulandari
dan Sularso menunjukkan bahwa 15,62% menyatakan kurikulum program
studi akuntansi sudah cukup memberikan muatan etika dan 84,38%
menyatakan belum cukup.
Hasil penelitian Wulandari dan Sularso (dalam Utami, 2005:9) lebih
lanjut menyatakan bahwa responden yang menyatakan tidak cukup muatan
etika dalam pendidikan akuntansi (84,38%) menyatakan agar pemberian
muatan etika:
1.

diperluas dengan mengintegrasikan ke mata kuliah tertentu (46%)

2.

diperluas dengan mengintegrasikan ke semua mata kuliah (29,01%)

3.

ditambahkan sebagai mata kuliah tersendiri (18,52%)

4.

memberikan pendapat lain (5,56%)


Mata

kuliah

yang

mempunyai

kemungkinan

besar

untuk

diintegrasikan dengan muatan etika adalah kelompok mata kuliah akuntansi


keuangan yaitu mencakup pengantar akuntansi, akuntansi keuangan
menengah, akuntansi keuangan lanjutan, teori akuntansi dan seminar

akuntansi. Pentingnya muatan etika pada kelompok mata kuliah akuntansi


keuangan didasarkan pada kenyataan bahwa masalah kecurangan akuntansi
banyak dilakukan oleh perusahaan, yang merupakan wadah sebagian besar
sarjana akuntansi bekerja (Utam, 2004:10)
Teknik pengajaran yang dianggap efektif dalam pengintegrasian
muatan etika dalam kurikulum akuntansi adalah dengan diskusi dan simulasi.
Langenderfer and Rockness (dalam Utami,2004:11) memberikan beberapa
langkah dalam memberikan pengajaran kasus sebagai berikut :
1.

Select a case with an ethical dilemma that is relevant to the accounting


issues being discussed in class.

2.

Distribute copies of short cases (one or two pages) at the start of


discussion.

3.

In discussing the case in the class, raise the following questions and
issues :
a) What are the fact of the case
b) What are the ethics issues in the case
c) What are the norms, principles, and value related to the case
d) What are alternatif coursers of action
e) What is the best course of action that consistent with the norms,
principles, and value indentified in (c)
f)

What are the consequences of each possible course of action

g) What is decision
4.

Conclude the case by summarizing the different point of view.

Tujuan pengajaran etika diharapkan dapat tercapai jika tahap tersebut di atas
dapat direalisasikan.
D. Gender

E. Love Of Money
Pengertian aspek adalah sudut pandangan (Poerwodarminto, 1995).
Pengertian individual adalah berhubungan dengan manusia secara pribadi;
bersifat perseorangan (Poerwodarminto, 1995). Berdasarkan kedua definisi
tersebut maka aspek individual adalah sudut pandang yang berhubungan
dengan manusia secara pribadi. Penelitian Tikollah (2006) menyebutkan
aspek individual yang mempengaruhi perilaku etis adalah :
a.

Kecerdasan Intelektual
Kemampuan intelektual merupakan logika deduktif dan pemikiran
abstrak, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dan sanggup
menyelesaikan

dilema

etis.

Intelligent

Quotient

(IQ)

dihitung

berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan mental (mental


age) dengan tingkat usia (chronological age), merentang mulai dari
kemampuan dengan kategori idiot sampai dengan genius (Syaodih, dalam
Lisda 2009). Menurut Dwijayanti (2009) kecerdasan intelektual adalah
kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan
menerapkannya dalam menghadapi masalah.

Ada 7 dimensi yang membentuk kemampuan intelektual seseorang,


yaitu: kemahiran berhitung, pemahaman verbal, kecepatan perseptual,
penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang, dan ingatan
(Lisda, 2009). Sedangkan menurut Stenberg (dalam Dwijayanti, 2009)
dimensi kecerdasan intelektual terdiri dari kemampuan memecahkan
masalah, intelegensi verbal dan intelegensi praktis
b.

Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang secara mendalam
mempengaruhi seluruh kemampuan lainnya, baik memperlancar maupun
menghambat kemampuan-kemampuan tersebut (Goleman, 1996:112).
Lebih lanjut, Goleman (2001) mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan
orang lain.
Kecerdasan emosi tidak hanya berarti bersikap ramah melainkan
bersikap

tegas

yang

walaupun

tidak

menyenangkan

tetapi

mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari. Kecerdasan emosi


bukan berarti memberi kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa
melainkan mengelola perasaan sehingga terekspresikan secara tepat dan
efektif yang memungkinkan orang bekerja sama dengan lancar menuju
sasaran bersama (Goleman, 2001). Goleman membagi kecerdasan

emosional ke dalam lima komponen yaitu pengenalan diri, pengendalian


diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.
c.

Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia
yang menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna,
nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama
makhluk hidup karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga
membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif
dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki
(Rachmi, 2010). Menurut Ginting (2011) kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang berasal dari dalam hati, menjadi kreatif ketika
dihadapkan pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang
terkandung didalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar
memperoleh ketenangan dan kedamaian hati. Kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan
nilai, yaitu untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang
lain (Zohar danMarshall, 2002)
Indikasi dari SQ yang telah berkembang dengan baik menurut
Zohar & Marshall (2002) mencakup: a) Kemampuan untuk bersikap
fleksibel, b) Adanya tingkat kesadaran diri yang tinggi, c) Kemampuan
untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, d) Kemampuan untuk

menghadapi dan melampaui perasaan sakit, e) Kualitas hidup yang


diilhami oleh visi dan nilai-nilai, f) Keengganan untuk menyebabkan
kerugian yang tidak perlu, g) Kecenderungan untuk berpandangan
holistik, h) Kecenderungan untuk bertanya mengapa atau bagaimana
jika dan berupaya untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar, i)
Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.

F. Kerangka Pikir
Pengaruh antara variabel muatan etika dalam pengajaran akuntansi
keuangan dan aspek individual yang meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi
dalam kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat dari gambar sebagai berikut :

Muatan Etika dalam


Pengajaran Akuntansi
Keuangan

Aspek
Individual

Sumber :
1.

Utami dan Indriawati, 2006

2.

Tikollah dkk, 2006

G. Hipotesis

Sikap Etis
Mahasiswa

Mata kuliah yang berisi ajaran moral dan etika sangat relevan
diajarkan kepada mahasiswa dan keberadaan pendidikan etika ini memiliki
peranan sangat penting dalam perkembangan profesi di bidang akuntansi di
Indonesia (Sari dkk, 2010). Hasil penelitian Utami & Indriawati (2006)
menyatakan bahwa muatan etika dalam pengajaran akuntansi tidak berpengaruh
terhadap persepsi etika mahasiswa, namun adanya interaksi antara muatan etika
dengan prestasi mahasiswa berpengaruh signifikan terhadap persepsi etika
mahasiswa. Utami & Indriawati menyatakan lebih lanjut bahwa pemberian
muatan etika yang diintegrasikan dalam kurikulum dapat meningkatkan
sensitivitas mahasiswa terhadap isu-isu etika. Agustina & Susilawati (2012) juga
meneliti dampak muatan etika dalam pengajaran akuntansi terhadap persepsi etika
mahasiswa. Hasil penelitian Agustina & Susilawati (2012) menyatakan bahwa
muatan etika berpengaruh terhadap persepsi etika. Adanya interaksi antara muatan
etika, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi berpengaruh signifikan
terhadap persepsi etika.
Selain aspek lingkungan, ada penelitian yang melihat aspek individu
dalam perilaku etis. Penelitian Tikollah dkk (2006) serta Lisda (2009) menguji
faktor kecerdasan individu yang memengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang.
Penelitian yang dilakukan Tikollah dkk (2006) menekankan dimensi kecerdasan
intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial kecerdasan intelektual
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku etis, sedangkan kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap perilaku etis. Berbeda dengan

penelitian Tikollah dkk, hasil penelitian Lisda (2009) menunjukkan bahwa secara
parsial kecerdasan intelektual tidak berpengaruh terhadap sikap dan perilaku etis,
sedangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap
perilaku etis. Hasil penelitian Tikollah dkk (2006) serta Lisda (2009) sama-sama
menunjukkan bahwa secara simultan kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap perilaku etis seseorang.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa muatan etika
dalam pengajaran akuntansi keuangan, dan aspek individual yang meliputi
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual berpengaruh
terhadap sikap etis mahasiswa. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H1 : Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan berpengaruh signifikan
terhadap sikap etis mahasiswa.
H2 : Aspek individual yang meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap sikap
etis mahasiswa.
H3 : Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual
yang meliputi: kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa secara
simultan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2000:61).
Penelitian ini, populasi yang diambil adalah mahasiswa akuntansi yang sudah
mengambil mata kuliah akuntansi keuangan di Surakarta.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2000:62). Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Convenience Sampling. Penelitian ini dilakukan di 5
universitas dan Sekolah tinggi di Surakarta yaitu : STIE AUB Surakarta,
Universitas Surakarta (UNSA), STIE Atma Bakti, STIE Pignatelli,
Universitas Setia Budi dan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 dengan
masing-masing universitas sebanyak 20.

B. Jenis dan Sumber Data


Data yang diperlukan untuk menganalisis penelitian ini dapat
diperoleh dari Data Primer, yakni data yang diperoleh langsung dari sumber
atau objek peneliti dan data sekunder. Data primer ini diperoleh melalui
kuesioner. Kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengajukan lembaran angket yang berisi daftar pertanyaan kepada


responden. Data sekunder berupa data jumlah mahasiswa akuntansi, jurnal,
buku dan referensi lain yang mendukung.

C. Definisi Operasional Variabel


Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sikap
etis mahasiswa. Sedangkan untuk variabel independen terdapat 2 variabel,
yaitu: muatan etika dalam akuntansi keuangan dan faktor individual. Masingmasing variabel akan dijelaskan sebagai berikut:
1.

Sikap Etis Mahasiswa


Sikap etis mahasiswa akuntansi adalah sikap atau respon mahasiswa
akuntansi terhadap kejadian yang mengandung situasi dilematis
berdasarkan etika profesi akuntansi. Variabel ini diukur dengan
menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 item pertanyaan tentang
moralitas dan perilaku etis yang dikembangkan oleh Ratdke dan telah
dimodifikasi oleh Risa (2011) dengan menggunakan skala interval.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah :
a.

Sikap etis dalam mengerjakan tugas dengan kemapuan sendiri

b. Tidak melanggar aturan dalam mengerjakan soal ujian


c.

Tidak menyuap atau mengancam dosen untuk meningkatkan nilai


mata kuliah

d. Mempersiapkan diri sendiri saat mengahadapi soal ujian

2.

Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan


Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan adalah memasukkan
aspek tentang nilai-nilai, asas, norma-norma, dan prinsip-prinsip dalam
mata kuliah akuntansi keuangan yang dapat menjadi pegangan bagi
mahasiswa akuntansi. Variabel ini diukur dengan memodifikasi
kuesioner dari penelitian Utami dan Indriawati (2006) dengan
menggunakan skala interval. Indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel ini adalah :
a.

Mahasiswa memahami materi akuntansi keuangan

b.

Mahasiswa mengetahui bagaimana cara menyusun laporan keuangan


yang benar

c.

Mahasiswa memahami prosedur pembuatan laporan keuangan yang


sesuai dengan standar akuntansi keuangan (SAK)

3.

Aspek Individual
Aspek Individual adalah sudut pandang yang berhubungan dengan
manusia secara pribadi. Aspek individual yang mempengaruhi perilaku
etis adalah :
a.

Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk
menjalankan kegiatan mental, berpikir, menalar dan memecahkan
masalah. Kecerdasan intelektual diukur dengan kuesioner yang

dibuat oleh Ode (2011) yang terdiri dari 10 pertanyaan. Indikator


empiris dalam variabel ini adalah :
1) Kemahiran dalam berhitung
2) Pemahaman verbal
3) Pemahaman visualisasi ruang
4) Kemampuan dalam memecahkan masalah
5) Kemampuan dalam ingatan
b.

Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang secara mendalam
mempengaruhi seluruh kemampuan lainnya, baik memperlancar
maupun menghambat kemampuan-kemampuan tersebut. Kecerdasan
emosional diukur dengan kuesioner yang dibuat oleh Safaria (2004)
dalam bukunya yang berjudul tes kepribadian untuk seleksi
pekerjaan. Indikator empiris dalam variabel ini adalah :
1) Kemampuan pengenalan diri
2) Kemampuan pengendalian diri
3) Kemampuan memotivasi
4) Mempunyai rasa empati
5) Memiliki keterampilan sosial.

c.

Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu untuk menempatkan
perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas

dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang
lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual
diukur dengan kuesioner yang dibuat oleh Safaria (2004) dalam
bukunya yang berjudul tes kepribadian untuk seleksi pekerjaan.
Indikator empiris dalam variabel ini adalah :
1) Kedekatan dengan Tuhan
2) Pemahaman kehidupan spiritual
3) Perbuatan baik
4) Kemampuan menyelesaikan masalah.

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan memberikan atau
menyebarkan kuesioner kepada responden lalu menanyakan kesediaannya
untuk mengisi kuesioner. Daftar pertanyaan yang digunakan adalah
pertanyaan terstruktur dan responden tinggal memberi tanda () pada jawaban
yang dipilih,

kemudian

responden langsung mengembalikan

daftar

pertanyaan setelah diisi.

E. Metode Analisis Data


1.

Uji Kualitas Kuesioner


a.

Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner, suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan


diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005).
Pengujian

validitas

dalam

penelitian ini

dilakukan dengan

menggunakan Teknik Korelasi Pearsons Product Moment. Sebuah


instrumen dikatakan valid apabila nilai r hitung > r table, sedangkan
dinyatakan tidak valid apabila r hitung < r table dengan tingkat
kepercayaan 0,05.
b.

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui reliabel
atau tidaknya suatu variabel dilakukan uji statistik dengan melihat
nilai Cronbach Alpha. Kriteria yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut ini: (Ghozali, 2005).
a.

Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka pertanyaan-pertanyaan


yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah
reliabel

b.

Jika nilai Cronbach Alpha < 0,60 maka pertanyaan-pertanyaan


yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah tidak
reliabel

2.

Uji Asumsi Klasik


Menurut Setyadharma (2010:1), model regresi linear berganda (multiple
regression) dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut
memenuhi Kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE
dapat dicapai bila memenuhi Asumsi Klasik. Uji asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Uji Normalitas Data
Menurut Ghozali (2011:160) uji normalitas bertujuan apakah dalam
model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen
(bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Normalitas data dihitung
dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan level of
significant (tingkat signifikan) 5% ( = 0,05). Kriteria yang
digunakan untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak
adalah jika nilai :
Asymp. Sig < tingkat signifikasi () maka data berdistribusi
normal
Asymp. Sig > tingkat signifikasi () maka data tidak berdistribusi
normal (Sulaiman, 2004:91)
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mendeteksi gejala korelasi antara
data yang satu dengan data yang lain. Uji autokorelasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson (DW).

Kriteria yang digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya


autokorelasi adalah (Setyadharma, 2010:4):
1) Jika dU DW (4-dU) maka dapat disimpulkan tidak terjadi
gejala autokorelasi
2) Jika DW < dL atau DW > (4-dL) maka dapat disimpulkan terjadi
autokorelasi.
3) Jika dL DW dU atau (4-dU) DW (4-dL) maka tidak dapat
disimpulkan terjadi autokorelasi atau tidak.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mendetaksi gejala korelasi
antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain.
Dalam penelitian ini, uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat
nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF < 10 maka dapat
disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinearitas (Setyadharma,
2010:6).
d. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterodektisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Uji
heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Uji
Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel
independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi
antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05

maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Setyadharma,


2010:9).

3.

Pengujian Hipotesis
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
(muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan dan aspek
individual) terhadap variabel dependen yaitu sikap etis mahasiswa
akuntansi. Alat analisis regresi berganda dengan derajad kepercayaan
95% ( = 5%) dan pengolahan data dengan menggunakan program
SPSS. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + 1X1 + 2X2+ e

( Djarwanto, 2001: 186)

Keterangan :
Y = Sikap etis mahasiswa
a = konstanta
1, 2= koefisien regresi
X1 = Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan
X2 = Aspek Individual
e = Faktor Error/Disturbance
Test hipotesis yang dirumuskan adalah Ho dan Ha sebagai berikut :
Ho1 : 0, tidak ada pengaruh antara variabel muatan etika dalam
pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual
terhadap variabel sikap etis mahasiswa.

Ha1 : = 0, ada pengaruh antara variabel muatan etika dalam


pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual
terhadap variabel sikap etis mahasiswa.

b. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji apakah model regresi variabel
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian pada uji t adalah sebagai berikut :
Daerah Tolak

Daerah Tolak
Daerah Terima

Pengambilan kesimpulan pada pengujian hipotesis dilakukan sebagai


berikut :
Jika : nilai Sig. < (5%) maka Ho ditolak
Nilai Sig. (5%) maka Ho diterima (Sulaiman, 2004:82)

c. Uji F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali,
2009:88). Uji F digunakan untuk melihat pengaruh signifikan semua
variabel independen secara bersama-sama atau serentak terhadap
variabel dependen.
Kriteria pengujian pada uji t adalah sebagai berikut :
Daerah Tolak

Daerah Tolak
Daerah Terima

Pengambilan kesimpulan pada pengujian hipotesis dilakukan sebagai


berikut :
Jika : nilai Sig. < (5%) maka Ho ditolak
Nilai Sig. (5%) maka Ho diterima (Sulaiman, 2004:81)
d. Koefisien Determinasi (
Koefisien determinasi (

digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variabel yang terikat. Nilai


koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai

yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan


variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan memprediksi variabel-variabel dependen.

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASANNYA

A. Gambaran Proses Pengumpulan Data


Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan hasil dari
penyebaran kuesioner kepada mahasiswa . Jumlah kuesioner yang disebarkan
sebanyak 100 kuesioner dan kembali 100%. Dari 100 kuesioner yang
disebarkan dan kembali, semua dapat dipergunakan untuk melakukan analisis
data dalam penelitian ini.
B. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum melakukan analisis data, langkah yang harus dilakukan
adalah pengujian terhadap asumsi-asumsi statistika terhadap data agar didapat
hasil dan kesimpulan yang realibel, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya jika
kevalidan suatu instrumen rendah menunjukkan bahwa instrumen tersebut
kurang valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap
data dari variabel yang diteliti secara tepat, yaitu apabila butir-butir yang
membentuk instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen.
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Teknik Korelasi Pearson,s Product Moment, suatu item pertanyaan dianggap
valid bila nilai r hitung > r table, sedangkan dinyatakan tidak valid apabila r
hitung < r table dengan tingkat kepercayaan 0,05.

Dengan melihat nilai r hitung dari lampiran dapat dilihat bahwa setiap
item-item pertanyaan kuesioner memiliki nilai r hitung di atas nilai r tabel
sebesar 0.1966. Untuk variabel Muatan Etika dalam Akuntansi Keuangan,
nilai r hitung berada diantara 0.301 0.584 Variabel Aspek Individual
memiliki nilai r hitung 0.324 0.672 Sedangkan variabel Sikap Etis memiliki
nilai r hitung 0.337 0.753. Melihat nilai r hitung setiap item-item pertanyaan
yang memiliki nilai r hitung di atas nilai t tabel (0.1966) maka dapat
disimpulkan bahwa semua item-item pertanyaan kuesioner dapat dikatakan
valid.
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau
keterpercayaan hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran.
Reliabilitas menunjukan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik Cronbach Alpha. Jika nilai Cronbach Alpha di atas 0.6 maka
instrumen dapat dikatakan reliabel (handal).
Dengan melihat nilai koefisien Cronbach Alpha pada tabel 4.1, maka
dapat dinyatakan bahwa semua instrumen tersebut reliabel karena memiliki
nilai koefisien Cronbach Alpha di atas 0.6.
Tabel 4.1 Hasil Uji Reliabilitas
Nilai Crobach
Alpha

Muatan Etika

Aspek Individual

Sikap Etis

0.758

0.907

0.883

Sumber : Data primer diolah, 2014

C. Uji Asumsi Klasik


1.

Uji Normalitas Data


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
berdistribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan
uji kolmogorov-smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5%
(0,05) maka jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) diatas nilai signifikan 5%
artinya variabel residual berdistribusi normal.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data
Variabel

residual

Asymp.Sig. (2-tailed)

0.214

Sumber : Data primer diolah, 2014


Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) untuk
variabel residual ternyata > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa data
sampel berdistribusi normal dan asumsi dalam statistik parametrik dapat
dipenuhi sehingga analisa regresi berganda dapat dilakukan.
2.

Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ada
hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Hal ini
merupakan prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi berganda.
Jika terjadi korelasi, maka terdapat persoalan multikolinearitas, karena
seharusnya tidak boleh terjadi korelasi antar variabel independennya. Uji

multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan Variance Inflation


Factor (VIF). Hasil multikolinearitas dapat dilihat dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel

Nilai VIF

Muatan Etika dalam Akuntansi Keuangan

1.182

Aspek Individual

1.182

Sumber : Data primer diolah, 2014


Dari tabel 4.3, terlihat bahwa nilai VIF untuk setiap variabel tidak lebih
dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinearitas antarvariabel bebas. Dengan kata lain dinyatakan
bahwa tidak ada hubungan linear atau korelasi antarvariabel independen
dalam model regresi pada data yang akan kita uji ini sebagai salah satu
syarat mutlak yang harus dipenuhi.
3.

Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokolerasi, yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya
autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian pada penelitian ini
adalah dengan Uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai
berikut:

1) Jika dU DW (4-dU) maka dapat disimpulkan tidak terjadi gejala


autokorelasi
2) Jika DW < dL atau DW > (4-dL) maka dapat disimpulkan terjadi
autokorelasi.
3) Jika dL DW dU atau (4-dU) DW (4-dL) maka tidak dapat
disimpulkan terjadi autokorelasi atau tidak.
Hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson,
diperoleh nilai Durbin-Watson 1.760. Dari tabel Durbin Watson dengan n
(jumlah data) = 100 dan k (jumlah variable independen) = 2, diperoleh
nilai dL sebesar 1.6337 dan nilai dU sebesar 1.7152. Dari hasil
pengujian, nilai Durbin Watson yang diperoleh (1.760) berada diantara
nilai du (1.7152) dan 4 dU (2.2848) sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi.
4.

Uji Heterokedastisitas
Uji Heterodektisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
ketidaksamaan

varian

dari

residual

pada

model

regresi.

Uji

heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Uji


Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen
dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel
independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas (Setyadharma, 2010:9).

Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Glejser,


diperoleh nilai Sig.0.785 dan 0.460 yang lebih besar dari 0.05 sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heterokedastisitas.
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Untuk dapat mengetahui pengaruh variabel-variabel independen
terhadap variabel dependen maka digunakan analisis regresi berganda dengan
bantuan program SPSS 15.0. Variabel-variabel independen tersebut adalah
konsep diri, prestasi belajar kewirausahaan dan lingkungan keluarga
sedangkan variabel minat berwirausaha sebagai variabel dependen.
Dari hasil penghitungan regresi berganda maka dapat dibentuk
persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Y = 10.138 + 0.232 X1 + 0.410 X2 + e
Keterangan :
Y

= Sikap Etis Mahasiswa

X1 = Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi


X2 = Aspek Individual
e = Error
Interpretasi hasil estimasi dari persamaan regresi linier berganda yang
telah diperoleh dapat dilihat bahwa:

1.

Konstanta sebesar 10.138 berarti bahwa jika variabel independen


dianggap konstan atau nol, maka sikap etis mahasiswa sebesar 10.138.

2.

Koefisien regresi variabel muatan etika dalam pengajaran akuntansi


keuangan sebesar 0.232 menunjukkan bahwa variabel muatan etika
dalam pengajaran akuntansi keuangan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap sikap etis mahasiswa, artinya setiap peningkatan variabel
muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan sebesar satu satuan
maka sikap etis mahasiswa akan meningkat sebesar 0.232.

3.

Koefisien regresi variabel aspek individual sebesar 0.410 menunjukkan


bahwa variabel aspek individual berpengaruh positif dan signifikan
terhadap sikap etis mahasiswa, artinya setiap peningkatan variabel aspek
individual sebesar satu satuan maka sikap etis mahasiswa akan
meningkat sebesar 0.410.
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis

regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%, Perhitungannya dilakukan


dengan bantuan program SPSS 15.0.
Dalam menganalisa pengaruh secara bersama-sama dari variabel
muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual
terhadap sikap etis mahasiswa maka perlu dilakukan uji F. Dengan
membandingkan nilai signifikansi F dengan nilai alpha. Penerimaan terhadap
hipotesis nol terjadi jika nilai Sig. F > 0.05 dan penolakan hipotesis nol
terjadi jika nilai Sig. F < 0.05. Untuk menguji pengaruh variabel muatan etika
dalam pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual secara parsial

terhadap sikap etis mahasiswa maka digunakan uji t. Penerimaan terhadap


hipotesis nol terjadi jika nilai signifikansi t > 0.05 dan penolakan hipotesis
nol terjadi jika nilai signifikansi t < 0.05.
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Berganda
Variabel

Nilai t hitung

Sig.

Keterangan

Muatan Etika dalam Akuntansi

2.504

0.014

Ha diterima

Aspek Individual

4.427

0.000

Ha diterima

Sumber: Data primer diolah, 2014


Dari hasil olah data regresi berganda, dapat dilihat bahwa nilai Sig. F
sebesar 0.000 yang lebih kecil dari alpha sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa muatan etika dalam pengajaran
akuntansi keuangan dan aspek individual secara bersama-sama terhadap sikap
etis mahasiswa.
Pada tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa untuk masing-masing
variabel muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan dan aspek
individual secara parsial terhadap sikap etis mahasiswa. Hal itu ditunjukkan
dengan nilai Sig. t masing-masing variabel yang kurang dari 0.05.
Pengujian dengan menggunakan uji koefisien determinasi (R 2), yaitu
untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen yaitu muatan etika
dalam pengajaran akuntansi (X1), dan aspek individual (X2) terhadap
variabel dependen yaitu sikap etis mahasiswa (Y). Nilai R-Square atau nilai
determinan (R2) mendekati satu berarti pengaruh variabel muatan etika dalam

pengajaran akuntansi keuangan dan aspek individual terhadap sikap etis


mahasiswa adalah besar dan sebaliknya
Dari hasil olah data regresi berganda dengan menggunakan SPSS 15.00,
dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R2 sebesar 0.282. Hal itu berarti variabel
independen yaitu muatan etika dalam pengajaran akuntansi (X1), dan aspek
individual (X2) terhadap variabel dependen yaitu sikap etis mahasiswa (Y)
sebesar 28.2%, sedangkan sisanya 72.8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka

Agoes, Sukrisno dan Ardana, I Cenik. 2011. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta : Salemba Empat.
Agustina, Lidya dan Susilawati, Christine.D.K. 2012.Dampak Muatan Etika
Dalam Pengajaran Akuntansi Keuangan Dan Audit Terhadap Persepsi
Etika Mahasiswa Yang Dimoderasi Oleh Kecerdasan Kognisi Dan
Kecerdasan Emosional: Studi Eksperimen Semu. Jurnal Akuntansi
Vol.4 No. 1 Mei : 22-32.
Dani, K. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Penerbit Putra Harsa,
Surabaya.
Dwijayanti, Arie Pangestu. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan
Intelektual, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial Terhadap
Pemahaman Akuntansi. Skripsi tidak dipublikasikan.Jakarta : FE
Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Lisda, Afria. 2009. Pengaruh Kemampuan Intelektual, KecerdasanEmosional,
Dan Kecerdasan Spiritual TerhadapPerilaku Etis Auditor Serta
Dampaknya Pada Kinerja(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik
Di Jakarta). Skripsi tidak dipublikasikan.Jakarta :Jurusan
AkuntansiFakultas Ekonomi Dan Ilmu SosialUniversitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Djarwanto, 2001, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta: BPFE.
Ginting,

Mahdalena S. 2011.
Hubungan Kecerdasan Intelektual,
KecerdasanEmosional Dan Kecerdasan Spiritual TerhadapPrestasi
Belajar Siswa Dalam Mata PelajaranEkonomi Kelas X(Studi Kasus
Sma
Stella
Duce
2
Yogyakarta
).
Skripsi
tidak
dipublikasikan.Yogyakarta
:Program
Studi
Pendidikan
AkuntansiJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP
Universitas Sanata Dharma

Goleman, Daniel.2001. Working With Emotional Intellegence (Terjemahan Alex


Tri Kantjono W). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika.Jakarta : Erlangga.
Ika, Desi. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan SpiritualTerhadap Sikap
Etis Mahasiswa AkuntansiDipandang Dari Segi Gender (Studi
PadaPerguruan Tinggi Negeri Di Kota Medan). Tesis tidak

dipublikasikan.Medan :Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera


Utara.
Ludigdo, Unti. 2007. Paradoks Etika Akuntan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Maryani dan Ludigdo, Unti. 2001. Survei atas Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Sikap dan Perilaku Etis Akuntan , Jurnal TEMA 2, Hal: 4962.
Poerwodarminta, W.J.S. 1995. Kamus besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai
Pustaka.
Rachmi, Filia. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan
Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi(Studi
Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Diponegoro
Semarang Dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta) Skripsi tidak
dipublikasikan Semarang : FE UNDIP.
Santosa, Singgih. 2003. SPSS 10: Mengolah data statistik secara professional.
Jakarta : PT. Elex Media Computindo.
Setyadarma, Andryan. (2010). Uji Asumsi Klasik Dengan SPSS 16.0.Semarang :
FE Universitas Negeri Semarang.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19, Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Dip. Semarang.
Sugiyono. 2000. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : CV. ALFABETA.
Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS.Yogyakarta :
Penerbit ANDI.
Supramono dan Utami, Intiyas.2003. Desain Proposal Penelitian. Salatiga: FE
UKSW.
Tikollah, M. Ridwan, Triyuwono, Iwan dan Ludigdo, H. Unti. 2006. Pengaruh
Kecerdasan Intelektual,Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan
Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi(Studi Pada
Perguruan Tinggi Negeri Di Kota MakassarProvinsi Sulawesi
Selatan). Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23 26 Agustus.
Utami, Wiwik dan Indriawati, Fitri. 2006. Muatan Etika dalam Pengajaran
Akuntansi Keuangan dan Dampaknya Terhadap Persepsi Etika
Mahasiswa : Studi Eksperimen Semu. Simposium Nasional Akuntansi
9 Padang, 23 26 Agustus.

Zohar, Danah dan Marshall, Ian, 2002.SQ :Memanfaatkan SQ dalam


BerpikirHolistik untuk Memaknai Kehidupan,Alih Bahasa: Rahmani
Astuti, AhmadNadjib Burhani dan Ahmad Baiquni,Cetakan Kelima,
Penerbit Mizan,Bandung.
Gozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
Hastuti, S. (2007). Perilaku Etis Mahasiswa Dan Dosen Ditinjau dari Faktor
Individual Gender dan Locus of Control. Jurnal Riset Ekonomi dan
Bisnis, Vol.7 No.7 Maret: 58-73.
Kosyah & Indriantoro, N. (1998). Pengaruh Orientasi Etike Terhadap Komitmen
dan Sensitifitas Etika Auditor Pemerintah di DKI Jakarta. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol.1 (Januari): 13-28.
Reiss, M. C., & Mitra, K. 1998. The Effect of Individual Difference Factors on
the Acceptability of Ethical and Unethical Workplace Behaviors.
Journal of Business Ethics, Vol.17, No. 12: 1581-1593.
Sari, Riza S. N., dkk. 2010. Tafsir Perilaku Etis Menurut Mahasiswa Akuntansi
Berbasis Gender. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Ikatan Akuntan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai