Anda di halaman 1dari 12

Paradigma

Postmodernisme

Fitri Andriani
Anissa Nuur Fardianti
Pengertian Postmodernisme
Menurut Jenks (dalam Pawitro, 2010: 41-42)
1. Sebuah aliran pemikiran yang radikal dan bersifat kritis
terhadap filsafat Barat

2. Berhubungan dengan sikap, kebudayaan umum, atau


yang berkaitan dengan kritik teoritikal

3. Definisi kaitan dengan sosiologi, sebagai aliran pemikiran


yang timbul dari adanya akibat atau hasil perubahan
ekonomi, kebudayaan dan demografis.

4. Berkaitan dengan reaksi-reaksi atas “kegagalan” yang


terjadi dalam aliran arsitektur modern
Asumsi-Asumsi Dasar Paradigma
Postmodernisme

1.Nilai-nilai kebenaran yang bersifat relative

2.Pemikiran-pemikiran yang disuguhkan oleh


pemikir-pemikir terdahulu dalam sebuah “narasi
besar” dianggap tidak bisa menjawab tantangan
krisis sosial-kultural
Ciri dan Pemikiran Postmodernisme
Menurut pemikiran Rosenau (1992) (dalam Ritzer)
1.Postmodernisme hadir sebagai kritik terhadap
aliran modernisme yang gagal dalam memenuhi
janji-janji kehidupan sosial yang lebih baik

2.Cenderung menolak metanarasi, totalitas, dan


pandangan-pandangan besar dunia

3.Cenderung melihat pada fenomena-fenomena


emosional premodern

4.Banyak pemikir postmodernis yang menolak gaya


diskursus akademis modern yang teliti dan bernalar.
Proses Penelitian Non-Positivistik

A.Deskripsi C. Seleksi

B. Reduksi
Menurut Paranaon (2015) Setiap pengumpulan
data dilakukan melalui lima tahapan, yaitu:
• Setelah peneliti memasuki objek penelitian atau sering disebut konteks sosial (yang terdiri atas
tempat, aktor/orang/pelaku, dan aktivitas) peneliti akan berfikir apa yang akan ditanyakan;
1

• Setelah menemukan apa yang akan ditanyakan, peneliti telah menemukan pertanyaan dan
bertanya pada orang-orang yang dijumpai pada tempat tersebut;
2

• Selanjutnya jawaban dari pertanyaan yang diajukan akan dianalisis apakah jawaban yang diberikan
benar atau tidak;
3

• Jika jawaban atas pertanyaan tadi dirasakan benar maka dibuatlah simpulan;
4

• Selanjutnya pada tahap ini, peneliti akan mencandra kembali terhadap simpulan yang telah dibuat,
apakah simpulan yang telah dibuat itu kredibel atau tidak.
5
Metode Penelitian Kualitatif Akuntansi
Paradigma Postmodernis
•Paradigma Postmodernis memiliki pendekatan tidak terstruktur, tidak
berbentuk, tidak formal, tidak mutlak dan serba relatif

•Paradigma Postmodernis sering melakukan kombinasi dan perkawinan


dari berbagai pemikiran yang berbeda atau bahkan bertentangan.

•Paradigma ini menganggap bahwa teori (akuntansi) digunakan untuk


menstimulasi (to stimulate) kebangkitan kesadaran manusia pada tingkat
yang lebih tinggi yaitu kesadaran emosi dan kesadaran spiritual.

•Paradigma ini juga bersifat all inclusive sehingga dapat menerima dan
mengkombinasikan atau mensinergikan pemikiran-pemikiran yang
berbeda.
Contoh Penelitian Akuntansi dengan
Paradigma Postmodernisme
Diambil dari penelitian Ibu Lilik Purwanti dengan judul :
“Refleksi Pengguna Laporan Keuangan Atas Praktik Manajemen Laba dalam
Perspektif Weton.”

A. Latar Belakang Penelitian


Peneliti melakukan penelitian dengan perspektif yang
berbeda mengenai pemaknaan manajemen laba, yaitu
dengan menggunakan perspektif weton

B. Tujuan Penelitian
Mencari dan menganalisis makna praktik manajemen
laba oleh para pengguna laporan keuangan berdasarkan
weton.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan penentuan informan secara sengaja dan purposive, yaitu
informan yang telah lama dan cukup intensif berhubungan dengan objek
penelitian yang akan diteliti, dalam hal ini adalah manajemen laba.

Prosedur analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan


model Miles and Huberman (1992:15-21), antara lain:
1. Reduksi Data,
2. Penyajian Data,
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi.
D. Hasil dan Pembahasan
•Andri (pemeriksa pajak) memaknai manajemen laba sebagai lipstik
yang dapat mempercantik tampilan seorang wanita, laporan keuangan
yang “pucat” dapat menjadi cantik setelah adanya penerapan
manajemen laba.

•Hani (analis kredit) memaknai manajemen laba yang serupa dengan


Andi. Lebih lanjut Hani memaknai manajemen laba sebagai bedak,
perona pipi, lipstik, pensil alis, dan lain-lain.

•Sigit (investor) memaknai praktik manajemen laba sebagai intervensi


atau akal-akalan manajer yang disengaja pada proses pelaporan
keuangan.
Perspektif Weton dalam Memaknai
Manajemen Laba
•Berdasarkan pengamatan peneliti, perilaku yang ditunjukkan oleh Andri tidak begitu sesuai
dengan karakter beradasarkan weton Senin Wage disebabkan karena Andri aktif menekuni
ilmu spiritual dan selalu berpikir positif.

• Andri – Pemeriksa Pajak

•KreditBerdasarkan pengamatan peneliti, perilaku Hani mencerminkan karakter yang dilihat


dari wetonnya yaitu Senin Pon . Karakter tersebut terbentuk semakin kuat dengan lingkungan
keluarga dan kerja yang sangat mendukung.

• Hani – Analis

•Hasil analisis weton Sigit yaitu Selasa Paing menunjukkan bahwa perilaku Sigit dalam
memaknai praktik manajemen laba mencerminkan karakternya berdasarkan ramalan
wetonnya. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan bisnis dan pengalaman selama menjadi
investor.
• Sigit – Investor
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai