Anda di halaman 1dari 24

Pendekatan Pengambilan

keputusan beretika
Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah pilihan-pilihan dari dua alternative
atau lebih. Keputusan biasa nya diambil ketika
terjadi masalah, untuk mengatasi masalah yang
terjadi dalam suatu organisasi atau dalam perusahaan
diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan
keputusan yang baik dalam menentukan strategi,
sehingga menimbulkan pemikiran tentang cara-cara
baru untuk melanjutkannya. Proses pengambilan
keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola
komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai
anggota kelompok dalam struktur organisasi.
Pendekatan Kerangka Pengambilan
Keputusan Beretika

Kerangka pengambilan keputusan beretika


adalah kerangka yang mengusulkan bahwa
keputusan atau tindakan nantinya akan
dibandingkan dengan standar penilaian yang
komprehensif dari perilaku yang etis.
kerangka ini menyertakan persyaratan tradisional
untuk profitabilitas dan legalitas. Serta persyaratan
yang dapat ditampilkan filosofis secara penting dan
baru-baru ini dituntut oleh pemangku kepentingan.
Hal ini dirancang untuk meningkatkan pertimbangan
etis dengan menyediakan:
a) Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis
isu-isu penting yang harus dipertimbangkan dan
pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap.
b) Pendekatan untuk menggabungkan dan
menerapkan keputusan faktor yang relevan ke
dalam tindakan praktis
Kerangka pengambilan keputusan beretika
menilai etikalitas dari suatu keputusan atau
tindakan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan:
a. Konsekuensi atau kekayaan yang dibuat
dalam hal keuntungan bersih atau biaya
b. Hak dan kewajiban yang terkena dampak
c. Kesetaraan yang dilibatkan
d. Motivasi atau kebajikan yang diharapkan
Pendekatan filosofi
Pendekatan filosofis memiliki beberapa kriteria :
a. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
 Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh
dalam memaksimalkan manfaat yang dihasilkan
oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip
bahwa suatu tindakan itu benar secara moral jika
dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan
manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan
dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi
yang menguntungkan lebih besar daripada
konsekuensi yang merugikan.
Utilitarianisme klasik berkaitan dengan
utilitas keseluruhan, mencakup
keseluruhan varian, oleh karena itu hanya
dari manfaat parsial dalam pengambilan
keputusan etis dalam konteks bisnis,
profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme
berfokus pada hasil atau akhir dari
tindakan, maka disebut juga teleological
b. Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus
pada kewajiban dan tanggung jawab yang memotivasi suatu
keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari
tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan
kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi
professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan
memenuhi kewajibannya. Menambah konsekuensialisme
dengan analisis deontologi secara khusus termasuk
perlakuan yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana
untuk kepentingan apa pertimbangan konsekuensi yang
menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan
tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan
c. Virtue Ethics (Etika Kebajikan)
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada
konsekuensi dari tindakan atau tanggung jawab,
hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk
membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan
berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter
moral yang ditunjukkan oleh pengambil
keputusan. Kebajikan adalah karakter yang
membuat orang bertindak etis dan membuat
orang tersebut menjadi manusia yang bermoral.
Pendekatan Analisis Biaya Manfaat
Analisis biaya-manfaat (ABM) dapat
digunakan untuk:
1. Menentukan proyek apa yang harus
dilakukan 2. Untuk memantau kinerja
sebuah perusahaan atau proyek.
Penggunaan analis biaya manfaat, dibagi
menjadi 2 yakni:
1. Organisasi sektor swasta
a) Dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau
tarif.
b) Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat
c) Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk
kegiatan publik Evaluasi alokasi sumber daya untuk
proyek-proyek atau kampanye kepentingan umum
d) Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari
hilangnya nyawa, mata, tungkai dan lain-lain.
e) Perhitungan waktu luang
2. Organisasi sektor publik
Evaluasi alternative program social mengarah
pada alokasi sumber daya untuk:
a) Program kesehatan
b) Program pendidikan
c) Fasilitas rekreasi
d) Proyek konservasi
e) Proyek-proyek perbaikan transportasi
f) Perumusan peraturan untuk pengendalian
polusi
Sniff Test dan Aturan Praktis Umum: Tes
Awal Etikalitas Sebuah Keputusan
Pendekatan filosofis memberikan dasar bagi
pendekatan keputusan praktis dan bantuan
yang berguna, meskipun sebagian besar
eksekutif dan akuntan profesioanl tidak
menyadari bagaimana dan mengapa
demikian. Sniff Test untuk pengambilan
keputusan Etis
Akankah saya merasa nyaman jika tindakan
atau Keputusan ini muncul di halaman depan
surat kabar nasional besok pagi?
Akankah saya bangga dengan keputusan ini?
Akankah ibu saya bangga dengan keputusan
ini?
Apakah tindakan atau keputusan ini sesuai
dengan misi dan kode etik perusahaan?
Apakah hal ini terasa benar bagi saya?
Analisis Dampak Pemangku Kepentingan
Perangkat Komprehensif untuk Menilai
Keputusan danTindakan
Sejak berkembangnya konsep utilitarianisme pada
1861, suatu pendekatan yang diterima untuk menilai
keputusan dan hasil tindakan adalah dengan
mengevaluasi hasil akhir atau konsekuensi dari
tindakan, yang secara tradisional di dasarkan pada
dampak keputusan terhadap kepentingan pemilik
perusahaan atau pemegang saham. Biasanya, dampak
ini diukur dari keuntungan atau kerugian yang terjadi,
karena keuntungan telah menjadi ukuran keberadaan
yang ingin dimaksimalkan oleh pemegang saham.
Pandangan tradisional ini sekarang berubah dalam dua
jalan.
 Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham ingin
memaksimalkan hanya keuntungan jangka pendek
menunjukkan fokus yang terlalu sempit.
 Kedua, hak dan tuntutan kelompok kelompok
nonpemegang saham, seperti pekerja, konsumen/klien,
supplier, pemerhati lingkungan, dan pemerintah yang
mempunyai kepentingan dalam keluaran keputusan, atau
didalam perusahaan itu sendiri, statusnya diakui dalam
pengambilan keputusan perusahaan.
Perusahaan modern sekarang akuntabel terhadap
pemegang saham dan kelompok non pemegang saham,
yang keduanya menjadi pemangku kepentingan, kepada
siapa respon perusahaan ditujukan
Kepentingan Dasar Para Pemangku
Kepentingan
Pengambil keputusan mengkonsolidasikan kepentingan kelompok pemangku
kepentingan kedalam tiga kepentingan yang umum atau mendasar, yaitu:
 Kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari
keputusan
 Keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam
keuntungan (manfaat)dan beban
 Keputusan tersebut seharusnya tidak menyinggung hak para pemangku
kepentingan,termasuk para pembuat keputusan
 Perilaku yang dihasilkan harus menunjukkan tugas yang diterima sebaik
baiknya

Jadi, keputusan yang ditawarkan dapat dikatakan tidak etis jika keputusan
tersebut gagal untuk memberikan manfaat tidak adil, atau mengganggu hak
para pemangku kepentingan.
Permasalahan Lainnya Dalam
Pengambilan Keputusan Etis
1. Masalah Bersama
Masalah bersama mengacu pada kesenjangan
ataumengetahui penggunaan aset atau sumber daya yang
dimiliki bersama secara berlebihan.
2. Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis
Terkadang direktur, eksekutif atau akuntan professional
akan mengalami kelumpuhan keputusan akibat
kompleksitas analisis atau ketidakmampuan untuk
menentukan pilihan maksimal karena alasan
ketidakpastian, kendala waktu dan sebab lainnya.
3. Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis
Diantaranya yaitu:
Menyetujui budaya perusahaan yang tidak etis
Salah menafsirkan harapan masyarakat. Banyak eksekutif salah mengira
bahwa tindakan tidak etis dapat diterima karena:
- Ini dunia dimana anjing makan anjing
- Semua orang melakukannya
- Jika saya tidak melakukannya, orang lain akan melakukannya
- Saya bebas dari beban tanggung jawab karena itu perintah atasan
Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan dampak pada pemegang saham
Berfokus hanya pada legalitas
Batas keberimbangan (fokus pengambil keputusan harusnya pada keadilan
untuk semua pemangku kepentingan)
Batas untuk meneliti hak (meneliti dampak pada keseluruhan hak semua
kelompok pemangku kepentingan)
Konflik kepentingan
Keterkaitan diantara pemangku kepentingan
Kegagalan untuk mengidentifikasi semua
kelompok pemangku kepentingan.
Kegagalan untuk membuat peringkat kepentingan
tertentu daripara pemangku kepentingan
Mengacuhkan kekayaan, keadilan atau hak.
Kegagalan untuk mempertimbangkan motivasi
untuk keputusan.
Kegagalan untuk mempertimbangkan kebajikan
yang diharapkan untuk ditunjukkan
Langkah-langkah menuju sebuah
keputusan Etis
1. Identifikasi fakta dan semua kelompok
pemangku kepentingan serta kepentingan
yang mungkin akan terpengaruh.
2. Membuat peringkat para pemangku
kepentingan serta kepentingan mereka.
3. Menilai dampak dari tindakan yang
diusulkan pada setiap kepentingan pihak
yang berkepentingan
Analisis Etika Untuk Pemecahan
Masalah
Kebanyakan para pelaku bisnis mengambil keputusan
berdasarkan kepentingan para pemilik atau para pemegang
saham, pandangan ini merupakan pendekatan secara
tradisional. Pendekatan secara tradisional ini dimodifikasi
menjadi dua cara, pertama asumsi bahwa seluruh
stakeholder hanya ingin meaksimalkan keutungan jangka
pendek. Kedua, hak dan kewajiban dari beberapa
kelompok non-shareholder seperti karyawan, konsumen
atau klien, supplier, kreditor, tokoh masyrakat dan
pemerintah memiliki kepentingan dari hasil keputusan
yang dibuat dan juga tujuan dan perusahaan itu ikut
dipertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Perusahaan yang modern saat ini sangat mempertimbangkan
kelompok Shareholder dan kelompok diluar shareholder, kedua
kelompk tersebut menjadi pembentuk dari sebuah stakeholder yang
menjadi Company Respond. Jika kehilangan salah satu unsure
stakeholder atau biasa disebut primary stakeholder. Hal tersebut dapat
menyebabkan perusahaan tidak dapat berpotensi secara penuh, dan
mungkin dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan.
Asumsi bahwa kelompok shareholder monolitik hanya tertarik pada
keuntungan jangka panjang yang sedang mengalami modifikasi,
disebabkan karena perusahaan yang modern mencari shareholders
yang terdiri dari perorangan maupun institusi yang tertarik pada
keuntungan jangka panjang dan bagaimana etika bisnis diterapkan.
Investor yang etis mengembangkan jarigan formal dan informal
melalui kegiatan perusahaan mereka, mereka juga memutuskna
bagaimana untuk memilih wakil-wakil mereka, serta bagaimana
pendekatan ke direktur agar mereka memperhatikan dan tetap pada
ruang lingkup atas perlindungan terhadap lingkungan. Mereka juga
memberikankompensasi dan nilai lebih terhadap kegiatan HAM pada
suatu negara tertentu seperti Afrika Selatan.

Anda mungkin juga menyukai