Anda di halaman 1dari 25

KEPUTUSAN ETIS dan

DETERMINANT KEPUTUSAN
ETIS
KULIAH 5
1. Keputusan Etis

 Teori dalam pembuatan keputusan etis diawali


dengan menyadari adanya isu etika dalam
pembuatan suatu keputusan
 “Ethical decision making is comprised of multiple
steps that include the recognition of an ethical issue
or problem, ethical judgments or evaluations,
behavioral intentions, and subsequent behavior”.
Pembuatan Keputusan Etis

 Definisi tersebut menunjukkan bahwa pembuatan


keputusan etis terdiri atas 4 Langkah, yaitu
 (1) menyadari adanya isu atau masalah etika,
 (2) melakukan evaluasi atau pertimbangan etika,
 (3) intensi perilaku dan
 (4) melaksanakan perilaku.
Pembuatan Keputusan Etis

 Definisi tersebut menjelaskan bahwa ketika isu etika


melekat dalam suatu situasi, maka langkah pertama
adalah menyadari apakah situasi tersebut
mengandung dilema etika atau tidak.
Keputusan etis

 Langkah selanjutnya adalah membuat pertimbangan etika


berdasarkan sejumlah perspektif etika yang dimiliki, lalu
membentuk intensi perilaku dan kemudian melaksanakan
atau tidak melaksanakan tindakan.
 Seluruh langkah ini sering disebut sebagai penalaran etika
(ethical reasoning).
 Bukti-bukti empiris mengindikasikan bahwa seluruh
komponen penalaran etika ini saling berkaitan ketika individu
membuat keputusan.
Keputusan etis

 Patterson (2001), perilaku etis dioperasionalisasikan


sebagai penolakan individu untuk ikut serta dalam
kickback activity.

 Singhapakdi dan Vitell (1991) mendefinisikan keputusan


etis sebagai kesetujuan individu dengan pernyataan yang
dihasilkan dari kode etik profesi.
Keputusan etis

 Jones (1991, p. 367) mendefinisikan keputusan etis


sebagai berikut:
 “…a decision that is both legal and morally
acceptable to the larger community, whereas an
unethical decision may be regarded as either illegal
or morally unacceptable to the larger community.”
Keputusan (Tidak) Etis

 Selart & Johansen, (2011) merumuskan keputusan


etis sebagai perilaku atau keputusan aktual yang
legal dan dapat diterima oleh komunitas yang lebih
besar.
 Sebaliknya, perilaku tidak etis pada pengambilan
keputusan mengacu pada perilaku keputusan aktual
yang illegal dan kurang dapat diterima pada
komunitas yang lebih besar.
Determinant Keputusan Etis

 Literatur tentang pembuatan keputusan etis secara


konsisten mencatat sejumlah faktor penentu yang
berpengaruh penting dalam pembuatan keputusan etis.
 Secara garis besar, faktor-faktor penentu atau
determinan pembuatan keputusan etis dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor individual dan
faktor kontekstual ( ORGANISASI DAN SITUASI)
Faktor Individual

 keputusan etis dipengaruhi oleh faktor-faktor individual


dan organisasional/situasional.
 Faktor individual secara konsisten menjadi faktor penentu
pembuatan keputusan etis yang mendapat proporsi
perhatian terbesar dari para peneliti
Faktor Individual
 Faktor individual merupakan seluruh aspek yang
secara unik terkait dengan individu pembuat
keputusan (Ford & Richardson, 1994; Craft, 2013).

 Faktor individual terdiri atas (1) atribut personal dan


(2) hasil perkembangan sosial.

 Atribut personal terkait dengan kelahiran, seperti


kebangsaan, gender, usia dan agama..
Faktor Individual

 Hasil perkembangan sosial,


 Merupakan hasil dari perkembangan
manusia dan proses sosialisasi, seperti
kepribadian, sikap, nilai, pendidikan,
pekerjaan dan sebagainya
Faktor individual

 faktor individual secara konsisten telah mendapat


perhatian peneliti selama tiga dekade terakhir.
 Penelitian yang telah dilakukan untuk menginvestigasi
faktor individu sebagai faktor penentu pembuatan
keputusan mencakup rentang waktu yang panjang.
 Investigasi faktor individu tersebut meliputi atribut
personal, latar belakang pendidikan, pekerjaan, serta
nilai, keyakinan dan personalitas.
Faktor individual

 Faktor individual mencerminkan segala sesuatu


yang dimiliki individu yang berkaitan dengan
 A. Kelahiran dan
 B. Perkembangan sosial yang dialaminya.

.
Faktor individual

 Faktor individual yang terkait dengan kelahiran


meliputi kebangsaan, agama, gender dan usia.

 Faktor individual yang terkait dengan hasil


perkembangan sosial yang dialami meliputi
pendidikan dan pengalaman.
Faktor individual

 Investigasi terhadap pengaruh latar belakang


pendidikan dan pekerjaan terhadap pembuatan
keputusan etis, antara lain menguji pengaruh tipe
pendidikan, lama pendidikan, tipe pekerjaan dan
lama bekerja.
 Adapun pengaruh nilai, keyakinan dan personalitas
yang banyak diteliti mencakup locus of control dan
machiavellianism.
Faktor Kontekstual

 determinan kedua keputusan etis adalah faktor


kontekstual yang meliputi organisasional atau
situasional.
 Faktor situasional merupakan variabel-variabel
yang membentuk dan menggambarkan situasi saat
individu membuat keputusan, yang meliputi
berbagai kekuatan situasi yang secara konseptual
berbeda dengan faktor individual A
Faktor Kontekstual

 Kekuatan situasional merepresentasikan


tekanan situasional yang datang kepada
individu untuk mendorong atau
menghambat pembuatan keputusan etis.
2. Faktor Organisasi:
Budaya Etika Organisasi
 Budaya organisasi pada dasarnya
merepresentasikan nilai-nilai yang dianut oleh
organisasi, yang kemudian berusaha untuk
diinternalisasikan kepada setiap anggota organisasi.
 Bentuk formal upaya internalisasi itu adalah dengan
menetapkan kode etik organisasi, sedangkan secara
informal diinternalisasikan melalui budaya etika
organisasi.
2. Faktor Organisasi:
Budaya Etika Organisasi

 Teori-teori etika yang berpengaruh kuat pada domain


bisnis dan pemasaran, telah secara eksplisit
menjelaskan bahwa konteks etika organisasi dan
bagaimana karyawan mempersepsikan standar etika
organisasi merupakan dua faktor kunci yang
mempengaruhi pembuatan keputusan etis karyawan
2. Faktor Organisasi:
Budaya Organisasi
 Budaya Organisasi merujuk pada infrastruktur
internal kebijakan, prosedur, praktik, nilai dan
perilaku yang dapat mendorong kesadaran dan
sensitivitas karyawan terhadap isu-isu etika
2. Faktor Organisasi:
Budaya Organisasi
 Reidenbach & Robin (1991) mendefinisikan budaya
organisasi sebagai nilai dan keyakinan anggota
organisasi
 Shafer & Simmon (2011. p. 647) berikut:
“Culture characterized by strong ethical norms and
incentives for ethical behavior significantly reduced the
reported likelihood of engaging in unethical behavior in
a high moral intensity case”.
Budaya Etika

 budaya etika merupakan komponen penting dalam


pembuatan keputusan etis, karena menyediakan
arah bagi perilaku setiap hari
Catatan

Lihat Kembali teori-teori keputusan etis yang dipelajari minggu


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai