Ada 2 pekerjaan lapangan yang bisa dibagi dalam suatu penugasan audit, yaitu:
1. Interim audit, auditor dating ke tempat client sebelum laporan keuangan nya selesai dbuat.
Contoh nya yaitu: tutup buku laporan keuangan 31 desember maka interim audit itu dilakukan
sebelum tgl 31 desember bisa di October, November, maupun di sebelumnya lagi.
2. Final audit, auditor dating ke tempat client setelah laporan keuangan nya tutup buku. Contoh nya
yaitu: tutup buku laporan keuangan 31 desember maka interim audit itu dilakukan setelah tgl 31.
Baik dilakukan bulan januari, februari, dan bulan-bulan setelah tgl 31 desember.
Tidak semua client dapat dibagi menjadi 2 seperti diatas. Kalau auditor ngerasa cukup dan mampu
untuk melakukan audit hanya di final audit maka tidak ada masalah, tetapi sering kalinya adalah pada
saat tutup buku seperti di contoh tgl 31 desember perusahaan rata-rata tutup buku, sehingga akan
jadi suatu waktu audit harus menangani begitu banyak client dan mereka minta attention yang sama
dari auditornya, maka agak susah kalau auditor diminta untuk mengerjakan audit di waktu yang
bersamaan dan harus cepat dalam mengerjakannya. Jadi sebagai auditor harus mencicil pekerjaan
yang audit lakukan di interim audit, sehingga nanti pada saat final audit tinggal melanjutkan dan
mengkonfirmasi ada perubahan atau tidak.
Jadi kalau nanti ada pertanyaan apakah selalu akan ada interim audit, maka jawabannya tidak
selalu ada tergantung aditornya. Kalau auditor mau langsung ke final audit satu kali saja maka
gapapa, tapi kalau misalkan memakai interim audit saja juga diperbolehkan. Pastinya client juga di
infokan apabila si auditor akan melakukan audit di 2 titik, yaitu interim audit dan final audit.
Ada hal-hal yang bisa dan tidak bisa dilakukan di interim audit. Contohnya untuk akun akun
revenue dan expense itu adalah akun akumulasi satu tahun, jadi kalau melakukan interim audit untuk
laporan keuangan 10 bulan yaitu 1 jan - 31oct berarti interim audit nya di November, maka auditor
hanya mendapatkan laporan keuangan 10 bulan, auditor tidak usah mengaudit aset, liabilitas, dan
equity karena itu saldo, kalau dilihat di statement of financial position, posisi per tgl berapa gausha
ngecekin aset, liabilitas, dan equity per tgl 31 oktober, karena akan jadi redundant (berlebihan) nanti
di 31 des aset, liabilitas, dan equity akan berubah. Tapi revenue dan expense itu accumulated untuk
periode 1 jan - 31 oktober jadi silahkan untuk melakukan audit revenue dan expenses 10 bulan dulu
dan diamankan dulu angkanya, nanti di final audit tinggal melanjutkan sisa 2 bulan yaitu 1 nov - 31
des untuk dilanjutkan lagi auditnya. Jadi ini bisa mencicil pekerjaan.
Interim audit, yaitu pada fokus utamanya di interim audit itu si auditor berusaha untuk
menentukan apakah catatan akuntansi itu:
Kalau auditor hanya fokus kepada angka-angka yg ada di laporan keuangan tidak akan
menemukan apa-apa karena yg namanya laporan keuangan itu adalah sebuah produk akhir proses.
Jadi auditor harus proses kebelakangnya sampai laporan keuangan itu jadi, itu tahapan-tahapan
sudah sesuai belum.
Internal control tanggung jawab management, kalau IC tidak baik, maka akan meningkatkan
control risks yg mana akan berefek pada audit risk.
Apabila control risk meningkat, maka substantif prosedur yang harus dilakukan oleh auditor lebih
ekspensif. Auditor tidak bisa menggantungkan lebih kepada test of control tapi harus lebih banyak
masuk ke dalam substantif prosedur. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai IC yg baik oleh krn itu
control risk nya rendah, maka test of control itu mendapat porsi yang besar dan substantive prosedur
bisa dilakukan lebih minimal.
Maka dijelaskan hubungan yang namanya interim audit, apa yg dilakukan di interim audit, kenapa
mesti paham tntg internal control, apa efek IC trhdp test of control dan substantive prosedure, dan
apa-apa saja yang harus diperhatikan untuk mengecek internal control yang ada didalan suatu
perusahaan.
1. Test of control adalah prosedur audit yg dirancang untuk mengevaluasi keefektivan operasi
dari pengendalian untuk 3 hal, yaitu mencegah, mendeteksi, dan memperbaiki adnya salah saji
material pada level asersi.
2. Substantive procedure adalah prosedur audit yg dirancang untuk mendeteksi salah saji
material pada level asersi. Substantive prosedur (menemukan banyak salah saji) dibagi menjadi
2, yaitu :
1) tests of details of classes of transactions, account balances, dan disclosures. tests of details
dibagi menjadi 3, terkait transaksi, saldo, dan pengungkapan.
2) substantive analytical procedures (SAP)
urutannya mesti auditor melakukan test of control, kalau test of control hasilnya baik nanti
substantive procedure bisa lebih minimal. Tapi kalau test of control disimpulkan bahwa IC yang ada di
suatu perusahaan tidak efektiv (not effective) atau hanya sebagian yg efektiv (pracially effective)
maka substantive procedure akan lebih ekspensif.
Di matkul apl audit, dihadapkan pada suatu kasus, ceritanya lagi mengaudit suatu perusahaan,
perusahaan itu banyak temuan-temuan, dari temuan itu audit mengajukan jurnal penyesuaian, hal
itu yg dinamakan sedang melakukan substantive proscedure. Kalau didalam test of control audit
hanya menganalisa apakah pengendalian internal yg ada di dalam suatu perusahaan sudah cukup
untuk bisa mencegah, mendeteksi, dan mengkoreksi adanya salah saji material.
Kalau ditanya apakah test of control bisa menghasilkan adjustment, nanti kesimpulan akhirnya
effective, tidak effective, effective sebagian, jadi tidak menyimpulkan adanya suatu temuan audit.
Ketika ada temuan audit dalam jurnal debit, dan kredit yg harus di adjust maka harus di substantive
procedure.
1) General controls
2) Application control
Untuk yang namanya control pengendalian mesti mampu untuk 3 hal yaitu prevent (mencegah),
detect (mendeteksi), dan correct (koreksi) atas kejadian-kejadian yang tidak diharapkan oleh entitas.
Internal control adalah suatu proses yang dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara oleh
those charged with governance (TCWG), management, dan personel lainnya untuk menyediakan
keyakinan yang memadai terkait pencapaian tujuan entitas atas keandalan laporan keuangan, efektivitas
dan efisiensi operasi, serta kepatuhan hukum dan peraturan yang berlaku.
N Limitation Comment
o
1. Rancangan pengendalian yang Misalnya, pengendalian, seperti pengawasan oleh manajemen
salah/tidak memadai atas puncak, mungkin menjadi tidak memadai seiring dengan
perubahan situasi yang ada. pertumbuhan entitas. Atau batas kredit mungkin tidak ditinjau
Misal karena kesalahan manusia, kembali karena keadaan berubah. Kontrol seperti tinjauan
salah menjalankan operasi, hal tepat waktu atas laporan pengecualian untuk mengoreksi
tersebut dapat menyebabkan kesalahan mungkin tampak memadai di atas kertas, tetapi jika
kerusakan pengendalian. staf tidak mengerti mengapa itu penting, mereka mungkin
tidak melaksanakan prosedur yang membuat pengendalian
tidak efektif.
2. Pengendalian dapat menjadi Lihat 'Sebuah kata tentang kolusi' di halaman 80. Perhatikan
tidak efektif jika dua orang atau juga bahwa jika seorang manajer dapat campur tangan untuk
lebih berkolusi untuk mencegah pelaporan tersebut. kontrol akan menjadi tidak
menghindari suatu pengendalian efektif lagi. Dalam sebuah perusahaan kecil dengan pemilik-
atau jika manajemen berada manajer, yang terakhir mungkin lebih mampu
dalam posisi untuk mengesampingkan kontrol karena sistem pengendalian
mengesampingkan pengendalian internal lebih lemah.
3. Manajemen mungkin menyadari Misalnya, auditor dapat menyarankan agar persediaan
bahwa ada risiko, tetapi dihitung pada akhir bulan untuk memastikan bahwa catatan
memutuskan untuk tidak persediaan akurat secara terus menerus. Manajemen
menerapkan pengendalian jika mungkin memutuskan bahwa ini akan terlalu mahal dan
mereka menilai risiko tersebut hanya mengandalkan penghitungan akhir tahun.
terlalu mahal. dalam keadaan.
4. Pengendalian internal yang Kita akan melihat nanti bahwa dalam entitas kecil yang
penting adalah pemisahan tugas dikelola pemilik, manajer pemilik mungkin dapat melakukan
untuk memastikan bahwa pengawasan yang lebih efektif daripada di entitas yang lebih
transaksi tidak dapat besar (lihat Studi Kasus 7.1 di halaman 163). Anda akan
diselesaikan sepenuhnya oleh mengharapkan pemilik-manajer untuk memiliki kontrol lain,
satu orang. Entitas yang lebih seperti sistem informasi yang baik untuk memungkinkan
kecil seringkali memiliki jumlah pengawasan menjadi efektif.
karyawan yang tidak mencukupi
untuk membuat pemisahan
tugas menjadi praktis.
Internal control memiliki 5 component, yaitu :
1. Lingkungan pengendalian (control environment)
Komponen paling penting karena sudah melingkupi komponen2 pengendalian internal lainnya.
Termasuk :
Tata kelola
Fungsi dan perilaku dari manajemen
Perilaku dari pihak TCWG terkait dengan pengendalian internal
5. Monitoring of controls
Tugas dasarnya adalah menilai kinerja pengendalian serta kecukupan dan relevansinya seiring
berjalannya waktu.
Pemantauan mungkin merupakan tanggung jawab khusus kelompok standar kualitas, audit
internal atau bahkan audit eksternal.