Anda di halaman 1dari 24

CHAPTER 12

Sampling and Materiality

INTRODUCTION
Dalam bab ini kami memperkenalkan topik terkait materialitas dan pengambilan sampel audit.
Sampling audit adalah salah satu metode yang digunakan auditor untuk mengumpulkan bukti
untuk mencapai opini atas laporan keuangan. Seperti yang telah Anda lihat di bab-bab
sebelumnya, kapan pun auditor memilih transaksi, dokumen atau saldo akun untuk pengujian,
mereka mengambil sampelnya, dengan menggunakan sampling audit sebagai teknik.

Materialitas adalah konsep yang sangat penting ketika auditor berusaha untuk menentukan
apakah laporan keuangan perusahaan memberikan pandangan yang benar dan adil. Tanpa
beberapa gagasan tentang tingkat kesalahan penyajian apa dalam laporan keuangan yang salah,
auditor tidak akan dapat mengevaluasi pentingnya setiap kesalahan penyajian yang mereka
temukan selama pengujian audit. Kedua konsep tersebut saling berkaitan karena ketika auditor
menilai signifikansi kesalahan atau salah saji yang mereka temukan dalam sampel mereka,
mereka pada dasarnya menerapkan konsep materialitas.

WHAT IS SAMPLING?
Audit Sampling adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% (seratus
persen) unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk
menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tertentu

Dalam melakukan pencarian bukti, auditor diharapkan menjadi efisien dan efektif secara
profesional. Dengan kata lain, mereka diharapkan untuk melaksanakan pekerjaan yang cukup
dan tepat untuk menjadi yakin bahwa kesimpulan audit didasarkan dengan baik tetapi dengan
alasan yang kuat. Auditor telah mengembangkan sejumlah prosedur untuk mencapai kedua
tujuan tersebut, misalnya, yang (sampling audit) melibatkan auditor dalam memilih sampel
untuk tes dari seluruh kumpulan data (disebut populasi).

Tujuan sampling : menyediakan dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan kesimpulan
atas populasi dimana sampel itu dipilih. (ini berdasarkan ISA 530)

Ada dua Standar Internasional Audit yang secara khusus berhubungan dengan topik ini, ISA 530-
Pengambilan Sampel Audit dan ISA 500 - Bukti Audit.

Paragraf 4 ISA 530 menyatakan bahwa tujuan pengambilan sampel 'adalah memberikan dasar
yang masuk akal bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi dari mana sampel
dipilih'. Ini menjelaskan pengambilan sampel audit sebagai melibatkan penerapan prosedur audit
sehingga semua unit pengambilan sampel memiliki kesempatan untuk memilih. Hal ini
memungkinkan auditor untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti audit tentang karakteristik
item yang dipilih, sehingga membantu mereka dalam membuat kesimpulan tentang populasi dari
mana sampel diambil. Mungkin ada saat di mana terdapat unsur-unsur yang terkandung dalam
saldo akun atau golongan transaksi tertentu yang memiliki signifikansi (atau materialitas)
sehingga auditor ingin memverifikasi masing-masing unsur tersebut. Dengan demikian, auditor
akan memisahkan item-item ini dari populasi untuk pengujian audit spesifik (mendetail) dan
kemudian menjadikan sisa populasi untuk pengambilan sampel audit.

ISA 500 tentang Audit Evidence memperjelas bahwa alternatif sampling audit adalah memilih
semua item untuk pengujian (pengambilan sampel 100 persen) dan memilih item tertentu untuk
testin.

Harus diakui bahwa auditor dapat memperoleh bukti dengan berbagai cara yang berbeda dengan
menggunakan, misalnya review analitik dan tinjauan observasi, sehingga pengambilan sampel
audit hanyalah satu dari sekian banyak prosedur. Ketika memutuskan prosedur mana yang akan
digunakan, auditor harus mengingat tujuan yang mereka coba capai, persuasif dari bukti yang
akan mereka peroleh dengan menggunakan prosedur tertentu dan biaya penerapan berbagai
prosedur. Pada awalnya auditor harus memutuskan pendekatan apa yang akan mereka gunakan
dan kapan mungkin tepat untuk menggunakan sampling audit. Perlu dicatat bahwa kriteria
kecukupan, relevansi, dan keandalan yang kami terapkan pada bukti audit secara umum dapat
diterapkan juga pada sampling audit.

Kapan waktu yang tepat untuk menggunakan sampling? Tidak selalu auditor ini
menggunakan sampling. Auditor boleh tidak menggunakan sampling. Misalkan : stock
opname (gudangnya luas bngt). Jadi, hrs pake sampling.
Yang tidak harus pakai sampling, misalnya stock opname yang ruang lingkupnya itu kecil (hanya
memeriksa inventory yang jumlahnya tidak banyak, sehingga dapat dihitung). Jadi, kalau
memungkinkan untuk dihitung 100% dari populasi secara penuh, silahkan.

Appropriate jika di bedah lagi : relevan dan reliability


Sufficient, relevant, and reliability =
- Apakah sampel yang diambil itu cukup jumlahnya untuk mewakili populasi?
- Apakah sampel ini relevan/terkait dengan populasi?
- Apakah prosedur pemilihannya telah cukup untuk menilai keandalan sampel yang dipilih
populasi?

DESIGNING AND SELECTING THE SAMPLE FOR TESTING (MENDESAIN DAN


MEMILIH SAMPEL UNTUK PENGUJIAN)
Jika auditor dapat mengekstrak sampel saldo atau transaksi yang mewakili total populasi saldo /
transaksi, pengujian sampel harus memungkinkan kesimpulan audit diperluas ke populasi total.
Salah satu alasan utama untuk menggunakan pengambilan sampel adalah mengurangi biaya
audit. Namun, jika sampel lebih kecil dari yang seharusnya, karena auditor telah meremehkan
kecepatan risiko yang terlibat atau jika sampel tidak representatif, mereka akan gagal
mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat. Penting untuk diketahui bahwa sampling audit
dapat dilakukan baik secara non-statistik maupun statistik. Jika auditor menggunakan sampling
statistik, mereka menggunakan teori probabilitas untuk menentukan ukuran sampel dan metode
pemilihan acak. Teori probabilitas yang dimaksud adalah dimana setiap item yang ada di
populasi ataupun setiap satu satuan nilai mata uang didalam populasi itu memiliki kesempatan
yang sama untuk terpilih sebagai sampel dibandingkan dengan yang lain.

Sampling non-statistik lebih subjektif daripada sampling statistik, biasanya menggunakan


metode pemilihan sembarangan dan menempatkan sedikit atau tidak ada ketergantungan pada
teori probabilitas. Kadang-kadang pengambilan sampel non-statistik menggunakan pemilihan
acak.

Dua-duanya bisa digunakan, tidak ada ketentuan yang lebih baik

Perencanaan yang cermat dari proses pengambilan sampel adalah penting. Alasan untuk ini ada
dua :

1. Mengambil sampel daripada menguji semua item dalam populasi meningkatkan risiko auditor
akan sampai pada kesimpulan yang berbeda dibandingkan jika populasi lengkap telah diuji.
Signifikansi khusus bagi auditor adalah ketika mereka secara keliru menyimpulkan bahwa tidak
ada kesalahan material atau kesalahan dalam suatu populasi padahal sebenarnya terdapat
kesalahan atau kesalahan material. Demikian pula, ketika menguji pengendalian, auditor dapat
menyimpulkan bahwa pengendalian tersebut bekerja secara efektif dan oleh karena itu lebih
mengandalkan pengendalian daripada yang akan mereka lakukan jika mereka telah menguji
seluruh populasi. Alternatifnya, setelah melakukan pengujian atas suatu pengendalian, auditor
dapat menyimpulkan bahwa pengendalian tersebut lemah, sedangkan pengujian terhadap
populasi lengkap mungkin telah menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Hal ini dapat
menyebabkan auditor tidak perlu meningkatkan jumlah pengujian substantif yang mereka
lakukan, yang berarti bahwa audit tersebut kurang efisien daripada jika mereka telah sampai pada
kesimpulan yang benar sejak awal. Harus jelas bahwa dalam memutuskan untuk menguji kurang
dari 100 persen transaksi atau saldo, auditor memang menerima sejumlah risiko. Risiko ini
disebut risiko sampling, yang merupakan bagian dari risiko deteksi. Risiko ini harus dievaluasi
dengan cermat oleh auditor untuk memutuskan apakah risiko tersebut dapat diterima dalam
situasi perusahaan dan auditnya.

2. Karakteristik populasi harus diidentifikasi dengan jelas sebelum diambil sampelnya.


Misalnya, dalam memilih gaji karyawan dari daftar gaji untuk pengujian, auditor ingin
memastikan bahwa semua nilai karyawan telah diuji. Untuk melakukan ini auditor akan
menganalisis penggajian (populasi) sebelum sampel dipilih.

JUDGMENTAL SAMPLING
- Sampel diambil berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti
- Dalam penentuan kinerja, subjektivitas dan pengalaman peneliti sangat berperan
- Konsekuensinya, bila subjektivitas dan intuisi peneliti salah, maka bias yang muncul akan besar
dan sebaliknya
- Kelemahan : Terdapat kendala adanya tuntutan kejelian peneliti dalam mendefinisikan populasi
serta ketika membuat pertimbangannya, karena pertimbangan yg dibuat harus masuk akal dan
memiliki relevansi yang tinggi dengan maksud penelitian

- Auditor menggunakan pertimbangan dalam pemilihan sampel dan interpretasinya.


- Judgment bisa dilakukan baik dalam pengambilan sampel statistik maupun non-statistik.
- Tetapi pengambilan sampel non-statistik dikatakan sebagai judgemental sampling karena semua
aspek pengambilan sampel memerlukan judgement/pertimbangan
- Masalah dengan judgemental sampling adalah bahwa karakteristik sampel tidak selalu bisa
mengungkapkan karakteristik populasi

Piutang usaha yang tercantum adalah hasil dari transaksi yang melewati sistem penjualan dan
piutang terkait. Auditor memiliki dua kepentingan dalam kaitannya dengan piutang: pertama,
bahwa sistem pencatatannya baik (diuji dengan cara uji pengendalian) dan kedua, bahwa jumlah
piutang adalah valid (diuji dengan prosedur substantif). Sebuah tes yang berguna untuk
dilakukan auditor, yang mencapai kedua ujungnya, adalah sirkulasi sampel piutang. Dalam
memilih sampel, pertama-tama kami memutuskan untuk menganalisis piutang. Perhatikan hal-
hal berikut: • 44 persen dari nilai piutang diwakili oleh 8 persen dari jumlah piutang (menjadi 41
piutang dengan saldo rata-rata £ 47103). • Sisa 459 piutang, 92 persen dari jumlah piutang
(dengan saldo rata-rata £ 5275), mewakili 56 persen dari saldo

Auditor jelas harus menilai berapa banyak piutang yang harus dipilih. Dalam kesimpulan audit
atas sistem Broomfield pada Bab 10 terdapat acuan perluasan ruang lingkup karena adanya
kelemahan tertentu dalam sistem yang akan mempengaruhi auditor dalam memutuskan ukuran
dan pemilihan sampel. Auditor tahu bahwa jika mereka menulis kepada 41 pelanggan kredit dan
mereka semua memastikan bahwa saldo mereka dalam pembukuan Broomfield akurat, mereka
akan membuktikan 44 persen dari piutang, tetapi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan rinci
perusahaan dapat menyimpulkannya. hanya perlu mengirim permintaan ke 20 dari pelanggan
kredit ini. Auditor juga tahu bahwa jumlah yang membentuk saldo piutang telah diproses oleh
sistem, dan auditor dapat menguji pengoperasian sistem dengan memilih sampelnya. Jika
piutang ini Tanah beberapa di antaranya mungkin saldo kredit atau serendah £ 1) semua
mengkonfirmasi saldo mereka dalam pembukuan Broomfield adalah akurat, auditor akan
memperoleh bukti melalui uji kontrol ini bahwa sistem perusahaan tampaknya beroperasi dengan
baik. Sekali lagi dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman, auditor dapat
menyimpulkan bahwa sampel dari 30 piutang untuk sirkularisasi akan cukup untuk memenuhi
tujuan pelaksanaan pengujian pengendalian. Oleh karena itu, secara total auditor akan memilih
30 debitur untuk memenuhi tujuan substansif dan pengujian pengendalian.

STATISTICAL SAMPLING
Sampling statistik adalah penggunaan rencana sampling (sampling plan) dengan cara sedemikian
rupa sehingga hukum probabilitas digunakan untuk membuat statement tentang suatu populasi.
Untuk bisa mendapatkan sampel yang mewakili populasi, sampel itu harus homogen.

Sebuah studi oleh Christenson (2015) menemukan bahwa metode pemilihan sampel bervariasi
antara perusahaan audit, ada yang menekankan pengambilan sampel statistik, sedangkan yang
lain menekankan pada pengambilan sampel non-statistik, dan ini tidak berbeda antara perusahaan
swasta dan publik.
Pertama-tama, mari kita lihat kebutuhan akan homogenitas dalam populasi sebelum kita
membahas bagaimana auditor dapat mencapai sampel yang representatif.
Pertama-tama kami mempertimbangkan beberapa contoh faktor yang menyebabkan kurangnya
homogenitas.
1. Agar sampel dapat representatif, harus homogenitas dalam populasi - seringkali dengan
derajat risiko yang berbeda dalam item dalam populasi. Contoh kurangnya homogenitas:
• Transaksi yang tidak mengalami pengendalian internal yang sama selama periode yang relevan
tidak boleh diperlakukan sebagai homogen. Misalnya: (a) Mungkin beberapa jenis transaksi
penjualan dikendalikan dengan cara yang berbeda, misalnya transaksi besar diperlakukan
berbeda dari yang kecil. (b) Kepala akuntan, yang menjalankan kontrol penting, mungkin sakit
selama sebagian periode, akibatnya beberapa di antaranya telah dikontrol dengan ketat dan yang
lainnya tidak
• Keseimbangan dalam suatu populasi mungkin memiliki nilai yang sangat berbeda. Misalnya
ada transaksi dengan nilai yang besar, kemudian ada juga yang sangat kecil
 Karena kurangnya homogenitas dalam populasi, maka praktik umum untuk membuat
stratifikasi mereka dan memperlakukan strata yang berbeda sebagai populasi yang berbeda,
setiap subpopulasi menjadi homogen atau mendekati homogenitas daripada populasi asli (total).

Jika ingin menggunakan statistical sampling , tetapi populasi tidak homogen, apa yang harus
dilakukan?
Hal umum yang biasa dilakukan auditor adalah dia akan stratified dulu.
Jadi, kita bisa mengurangi ketidakhomogen-an dengan membuat kelompok lagi dari populasi
utama yang ada sehingga setelah itu kita bisa memberikan treatment yang berbeda untuk masing-
masing kelompok.

2. Sampel hanya bisa benar-benar representatif jika diambil dari seluruh populasi

SAMPLE SELECTION METHODOLOGY (METODOLOGI PEMILIHAN SAMPEL)


Sekarang mari kita lihat berbagai cara sampel dapat dipilih dan melihat bagaimana
pendekatannya mendekati persyaratan untuk pengambilan sampel statistik.

Random Sampling.

Menggunakan random strart point kemudian memilih tiap populasi ke n. Kelebihan utama
metode ini adalah penggunaannya mudah. Namun problem utama adalah kemungkinan masih
timbul sampel yang bias

Metode random sampling adalah metode yang mencoba memastikan bahwa setiap item dalam
populasi memiliki peluang pemilihan yang sama seperti item lainnya. Ini adalah metode
pemilihan statistik dan diperlukan untuk pengambilan sampel statistik, tetapi juga dapat
digunakan dengan metode pengambilan sampel non-statistik. Auditor mengalokasikan pengenal
individu ke setiap unit pengambilan sampel dan kemudian menggunakan prosedur acak untuk
menentukan unit pengambilan sampel mana yang akan dipilih untuk pengujian. Prosedur yang
paling umum digunakan termasuk tabel pembangkit nomor acak (Tabel angka acak adalah suatu
daftar angka acak yang disusun dalam bentuk tabel untuk membantu pemilihan angka-angka
secara acak karena angka-angka dalam tabel ini tidak berurutan) dan program pemilihan acak
komputer khusus.

Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel sederhana yang dilakukan secara
acak, dikatakan sederhana karena pemilihan sampel dilakukan tanpa harus memperhatikan strata
yang ada pada populasi tersebut. Teknik ini dapat dianggap representative hanya bila dilakukan
pada anggota populasi yang diasumsikan homogen.
Cara menggunakan teknik ini tergolong sangat mudah, yaitu dengan menggunakan Tabel
Acak ataupun dengan melakukan pengundian atas masing-masing anggota populasi yang telah
diberi nomor.

Systematic or Interval Sampling.


Menggunakan start point yang ditentukan secara judgement kemudian memilih tiap elemen
populasi ke n. Sampel dipilih berdasarkan interval yang ditentukan dari pembagian jumlah unit
dalam populasi dengan jumlah sampel.

Ini adalah metode yang mungkin menggunakan titik awal acak dan setelah itu memilih setiap
item ke-n. Ini memberikan perlindungan di seluruh populasi dan dapat memiliki efek yang sama
seperti pengambilan sampel acak jika kesalahan tersebar secara acak di seluruh populasi. Jika
mereka tidak tersebar secara acak, pengambilan sampel sistematis mungkin tidak menghasilkan
sampel yang representatif. Misalnya, memilih setiap karyawan kesepuluh dalam daftar gaji
dapat mengakibatkan semua tangan tagihan dipilih.

Misal : saya mau bertanya kepada mahasiswa dikelas, dengan nomor yang kelipatannya 10,
misalnya 10 20 30 40. Intervalnya kana da 10. Jadi, ini dinamakan systematic or interval
sampling.

Block or Cluster Sampling.

Melibatkan pemilihan blok transaksi dan pengujian keberadaan beberapa kriteria.

Menggunakan seleksi satu atau lebih kelompok elemen populasi secara berurut. Bila satu item
dalam blok terpilih maka secara berurut item-item berikutnya dalam blok akan terpilih dengan
otomatis. Metode ini secara teoritis merupakan metode pemilihan sampel yang representatif
namun jarang digunakan karena tidak efisien. Waktu dan biaya untuk memilih sampel yang
memadai agar representatif terhadap populasi sangat mahal.

Metode ini tidak mencoba untuk memilih sampel yang representatif, tetapi melibatkan beberapa
kriteria. Auditor dapat menggunakan metode ini saat menguji sistem. Misalnya, auditor
mungkin telah diberi tahu bahwa pengendali kredit memberi inisial pada setiap pesanan
penjualan sebagai bukti bahwa pemeriksaan kelayakan kredit telah dilakukan. Pemilihan blok
100 pesanan penjualan dapat membuktikan atau menyangkal metode pemilihan sampel semacam
ini dapat sangat berguna dan relatif efisien karena sampel dapat dipilih dengan cukup cepat,
tetapi ini adalah metode pengambilan sampel non-statistik. Lampiran 4 SPA 530 menyarankan
bahwa ini biasanya bukan metode pemilihan yang tepat untuk digunakan ketika tujuan uji audit
adalah kesimpulan yang valid tentang populasi dari sampel.

Blok sampling adalah pemilihan beberapa pos (item) secara berurutan. Begitu pos pertama di
dalam blok tersebut telah dipilih maka pos-pos lainnya di dalam blok tersebut akan terpilih
secara otomatis. Sebagai contoh misalnya pemilihan seratus transaksi pembelian dalam buku
harian pembelian pada tengah pertama bulan februari.
Kelemahan cara ini adalah apabila blok yang digunakan hanya sedikit maka dapat
memungkinkan tidak terpilihnya populasi yang mengandung kesalahan. Untuk menghindari
hal itu Arens dan Loebbecke (1981) menyarankan setidak-tidaknya menggunakan sembilan blok
untuk sembilan bulan yang berbeda.
Hazard Sampling.

Haphazard sampling ini ada unsur subjektivitasnya. Dirandom sampling memiliki probabilitas
yang sama dalam pemilihan, sedangkan haphazard sampling tidak.
Di haphazard sampling, ada item-item di dalam populasi yang memiliki probabilitas lebih tinggi
dibandingkan item lain, dikarenakan si pengambil sampel memasukkan unsur subjektivitas
didalamnya.
Dalam metode pengambilan sampel non statistik ini, sampel dipilih dengan metode tersebut
menggunakan penutup mata dan pin atau ulang tahun pasangan.

Misal dengan penutup mata : saya ditutup matanya, kemudian saya disuruh untuk menangkap 1
orang. Maka, orang yang berada didekat saya memiliki probabilitas yang lebih besar
dibandingkan orang yang berdirinya lebih jauh dari saya.

Auditor harus mencoba dan menghindari memasukkan bias yang diketahui ke dalam proses
pemilihan, seperti memilih n yang mereka tahu akan mudah ditemukan atau diverifikasi.
Meskipun auditor dapat mencoba dan memilih sampel seacak mungkin, secara matematis itu
tidak akan sesuai, karena sampel mungkin bias. Oleh karena itu, mungkin tidak memberikan
sampel dari kesimpulan yang dapat diambil tentang keseluruhan populasi. Mengingat
kekurangan ini, menarik bahwa survei auditor oleh Hall et al. (2002) di US Cound itu adalah
metode pemilihan sampel yang paling sering digunakan. Mereka juga menemukan dalam studi
eksperimental (Hall er al. 2000) bahwa ada bias dalam pengambilan sampel terhadap item yang
lebih besar, lebih cerah dan lebih nyaman ditempatkan. Satu hal terakhir yang harus disebutkan
sehubungan dengan metode pemilihan sampel adalah tindakan apa yang harus diambil oleh
auditor ketika mereka menemukan bahwa sampel yang mereka pilih tidak berlaku. Misalnya,
ketika memeriksa pesanan pembelian ke faktur, auditor mungkin menemukan bahwa pesanan
yang dipilih kemudian dibatalkan dan oleh karena itu tidak akan ada faktur pembelian. Dalam
kasus seperti itu, auditor harus memilih item lain untuk pengujian. Harus jelas bahwa sebelum
memilih item alternatif, auditor harus memastikan ada alasan yang tepat untuk item asli yang
dianggap batal.

NOTES :
Sampel yang bias adalah sampel yang tidak mewakili populasi di mana sampel dipilih.
Bias pengambilan sampel akan terjadi jika beberapa anggota populasi memiliki sedikit
atau tidak ada peluang dipilih untuk dimasukkan dalam sampel
Size of Sample
Bukti audit harus sufficient, oleh karena itu ukuran sampel menjadi hal yang penting.
Ukuran sampel bisa ditentukan oleh 3 hal :
- Level of confidence required  Dipengaruhi oleh penilaian atas inherent dan control risk.
Level of confidencenya bisa berkurang berdasarkan bukti yang didapatkan dari pengujian
audit lainnya. Contohnya analytical review
- Expected error rate  Semakin tinggi expected atau deviation rate, maka semakin tinggi pula
ukuran sampel yang dibutuhkan. Seorang auditor harus mendefinisikan error atau deviation
sebelum dilakukan pengujian. Jadi, tentuin dulu baru dihitung
- Tolerable error rate  Nilai maksimum tingkat kesalahan atau nilai yang auditor itu siap
menerima, yang ditoleransi oleh auditor bisa dia terima. Semakin rendah toleransinya,
semakin rendah jumlah sampel yang harus diambil

Ukuran populasi memiliki efek yang kecil dalam penentuan ukuran sampel.

Rumus Audit Risk :


AR = IR (Inherent risk) x CR (Control risk) x DR (Detection risk)

Inherent risk dan control risk itu auditor melakukan penilaian accessment atas kondisi yang di
perusahaan/entitas/klien. Sedangkan untuk audit risk, auditor menentukan, auditor set
berdasarkan adjustment dia, willingness untuk audit risknya berapa.
Setelah audit risk di set, inherent dan control risk nya di access, maka detection risknya bisa
dihitung. Maka rumusnya bisa menjadi :

Jadi, detection risk itu ditentukan belakangan

DR = 100% - Confidence Level


Setelah auditor sudah menghitung AR, sudah melakukan penilaian IR dan CR, serta menghitung
DR, kemudian DR nya itu juga bisa digunakan untuk menghitung confidence level.
Auditor akan menggunakan confidence level beserta juga menggunakan jumlah kesalahan dari
sampel yang diambil yg auditor temukan, 2 hal ini akan dipakai untuk melihat table.
Tabel Reliability Factors (yang digambar atas)

Contoh perhitungan :
Ketika tolerable rate meningkat dan confidence level meningkat, maka jumlah sampelnya akan
menjadi lebih kecil.

Ukuran sampel itu penting. Namun, ada sejumlah faktor pertimbangan penting yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan ukuran sampel untuk pengujian terperinci. Ini termasuk
tingkat kepercayaan yang dicari oleh auditor dan tingkat kesalahan atau penyimpangan yang
diharapkan dan dapat ditoleransi.

Ukuran sampel = Faktor keandalan / Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi

Tingkat kepercayaan yang ditetapkan auditor untuk uji pengambilan sampel statistic.

Tingkat kepercayaan yang dibutuhkan auditor akan dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti
penilaian risiko inheren dan pengendalian. Pertimbangan risiko inheren akan memengaruhi
seberapa yakin risiko tersebut atas salah saji yang timbul dalam transaksi atau saldo sebelum
penerapan pengendalian internal. Penilaian awal terhadap sistem pengendalian internal
perusahaan akan mempengaruhi sejauh mana mereka meyakini adanya kesalahan penyajian
dalam transaksi atau saldo setelah diproses oleh perusahaan dan telah tunduk pada prosedur
pengendalian internalnya. Penilaian awal ini akan didasarkan pada sejumlah faktor termasuk:

A. Evaluasi auditor atas sistem kendali setelah pelaksanaan tes kontrol


B. Melakukan pengujian audit relevan lainnya, seperti ulasan analitik
C. Pengalaman auditor sebelumnya dengan klien dan aspek sistem tertentu yang sedang
diuji.

Tingkat kesalahan yang diharapkan dalam populasi

Tingkat kesalahan yang diharapkan merupakan penentu penting dari ukuran sampel. Saat
menguji pengendalian internal perusahaan, auditor menggunakan apa yang disebut pengambilan
sampel atribut. Dalam pengambilan sampel atribut, ada dua respons terhadap pengujian: yaitu
kontrol telah diterapkan dengan benar atau tidak, dan kontrol belum diterapkan. Saat menguji
saldo akun, auditor berkepentingan untuk menentukan apakah saldo tersebut dinyatakan dengan
benar. Semakin besar tingkat expected error, maka semakin besar pula ukuran sampel yang kita
butuhkan untuk menarik kesimpulan. Apakah sebenarnya tingkat kesalahan sudah berada
dibawah tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi atau belum.
Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi yang ditetapkan oleh auditor

Auditor harus menentukan tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi dalam populasi. Ini adalah
tingkat kesalahan maksimum yang siap diterima oleh auditor ketika memutuskan apakah
evaluasi awal risiko pengendalian mereka valid atau apakah total transaksi dan saldo yang
tercatat dapat dianggap akurat dan lengkap. Semakin rendah tingkat kesalahan yang dapat
diterima yang ditetapkan oleh auditor, semakin besar ukuran sampel. Ukuran populasi tidak
dijadikan penentu ukuran sampel, karena ukuran populasi memiliki pengaruh yang sangat kecil
terhadap ukuran sampel. Oleh karena itu, biasanya auditor tidak perlu mempertimbangkan
besarnya populasi.

Setelah menentukan ukuran sampel, auditor akan memilih sampel tersebut menggunakan random
sampling dan melakukan pengujian. Bahwa penting bagi auditor untuk memilih sampel dari
populasi yang sesuai. Populasi yang diidentifikasi harus sesuai dengan tujuan pengujian audit.
Misalnya, jika tujuan auditor adalah untuk membuktikan keaslian, keakuratan, dan kelengkapan
penjualan, populasi yang cocok untuk mengambil sampel mungkin adalah catatan pengiriman
penjualan. Untuk setiap catatan pengiriman yang dipilih, auditor dapat memeriksa bahwa faktur
penjualan telah disiapkan dengan benar. Setelah memilih sampel dan melakukan tes, tahap
selanjutnya dalam proses ini adalah mengevaluasi hasil tes.

EVALUATION OF TEST RESULTS

Tahap pertama dalam evaluasi adalah menentukan jumlah kesalahan yang terjadi pada sampel.
Ini membutuhkan auditor untuk menentukan apa itu sebuah kesalahan, sebelum tingkat
kesalahan dapat ditentukan.

Tahap selanjutnya dalam proses ini adalah auditor memperkirakan berdasarkan hasil sampel,
pada tingkat kepercayaan mereka, atas tingkat kesalahan dalam populasi. Ini dikenal sebagai
'kesalahan proyeksi'. Auditor harus memutuskan tindakan yang tepat atas dasar hasil sampel.

MONETARY UNIT SAMPLING (MUS)

Di dalam MUS, seorang auditor tidak hanya tertarik dengan tingkat kesalahan, tapi auditor lebih
terfokus/tertarik lagi dengan monetary effect..
Masing-masing item yang ada di MUS, kita lihat sebagai satu satuan mata uang. Jadi, populasi
yang ada tidak dibagi menjadi transaksi misalnya satu invoice.
Misal : Kita punya transaksi sales, lalu kalau kita bagi sebagai transaksi, berarti 1 invoice
penjualan kita hitung sebagai 1 item. Atau tidak juga kita bagi sebagai saldo misalnya kita punya
akun piutang dagang/usaha dari berbagai customer, 1 customer kita hitung sebagai 1 saldo.
Dalam MUS ini kita tidak melihat apakah itu jumlah transaksi atau jumlah saldo, tapi yang kita
lihat adalah satu satuan mata uang.

Kesimpulan MUS : Transaksi atau saldo dengan nilai mata uang / nilai nominal yang lebih tinggi
akan memiliki probabilitas yang tinggi pula bahwa akan terpilih menjadi sampel.
Contoh : Belanja di supermarket. Tiap belanja Rp1000 akan dapat 1 kupon. Maka, jika belanja
Rp1 juta akan mendapat 1000 kupon. 1 kupon dan 1000 kupon yang didapatkan dari
pembelanjaan, kita masukkan ke dalam kotak, setelah itu nanti akan diundi. Otomatis, jika
misalnya kita hanya belanjanya 1, berarti probabilitasnya yaitu 1 banding sekian kupon yang ada
didalam kotak. Tapi, jika misalnya belanja Rp1 juta, dan kupon-kuponnya dimasukin ke dalam
kotak, maka probabilitasnya menjadi 1000 banding total kupon yang ada di dalam kotak.

Maka, di dalam MUS, bukan hanya dilihat dari jumlah transaksi ataupun jumlah saldo, yang kita
perhatikan juga adalah nilainya. Dimana transaksi/saldo nya lebih tinggi nilainya, maka
probabilitasnya juga akan lebih besar untuk terpilih menjadi sampel.

MUS adalah metode pengambilan sampel yang memungkinkan auditor untuk memperkirakan
populasi yang sedang diuji Most Likely Error (MLE) dan Upper Error Limit (UEL) dalam istilah
moneter. Ada dua ide dasar yang mendasari MUS:

 Populasi tidak dibagi menjadi transaksi (seperti faktur penjualan) atau saldo (seperti
piutang dagang) tetapi auditor memilih dari unit tersebut.
 Haruskah kesalahan ditemukan dalam transaksi atau saldo di mana dilampirkan transaksi
atau saldo yang dianggap 'tainted ' oleh persentase kesalahan dalam nilai transaksi atau
saldo. Misalnya, jika saldo dicatat pada £ 100 tetapi nilai sebenarnya adalah £ 80 maka
saldo tersebut dianggap tainted sebesar £ 20.

Penentuan ukuran sampel dilakukan sebagai berikut.

Auditor harus terlebih dahulu menentukan tingkat kepercayaan, dan kesalahan yang dapat
ditoleransi dari jumlah kesalahan dalam akun yang diaudit, Dengan menggunakan tingkat
kepercayaan, kesalahan yang dapat ditoleransi dan perkiraan kesalahan yang mungkin terjadi,
maka akan dapat menentukan ukuran sampel yang sesuai.

Saat mengevaluasi hasil sampel, auditor pertama-tama menghitung estimasi titik yang sesuai
dengan kesalahan yang paling mungkin terjadi dalam populasi. Ini dilengkapi dengan
penghitungan perkiraan batas kesalahan dalam populasi. Dengan menggunakan ini, auditor dapat
membuat pernyataan tentang kesalahan yang paling mungkin terjadi dan pada tingkat
kepercayaan yang digunakan batas kesalahan atas dalam populasi. Jika batas kesalahan atas
kurang dari kesalahan yang dapat ditoleransi, auditor dapat menerima populasi. Dan jika batas
kesalahan atas tetap di atas kesalahan yang dapat ditoleransi, auditor harus melakukan prosedur
tambahan, seperti memperluas pengujian rinci atau melakukan prosedur audit alternatif.

COMPARATIVE ADVANTAGES OF STATISTICAL AND NON-STATISTICAL


SAMPLING

Untuk menyelesaikan bagian tentang pengambilan sampel ini, ada baiknya membandingkan
keuntungan dan kerugian pengambilan sampel non-statistik dan statistik.

Statistic :

Keuntungan : Mensyaratkan auditor untuk membuat penilaian mereka secara eksplisit tentang
hal-hal seperti tingkat kepercayaan, tingkat kesalahan yang diharapkan dan tingkat kesalahan
yang dapat ditoleransi. Persyaratan ini membantu memastikan bahwa mereka mengadopsi
pendekatan metodis untuk pekerjaan pengambilan sampel mereka. Ukuran sampel dihitung
berdasarkan prinsip statistik dan oleh karena itu dapat dibenarkan.

Statistical ini tidak perlu banyak dokumen, karena memang sudah sesuai dengan perhitungan
ilmiah dan teoritis.

Kelemahan: Biasanya lebih memakan waktu, dan karenanya lebih mahal daripada pengambilan
sampel non-statistik. Ini membutuhkan dokumen, seperti faktur atau saldo akun, untuk disimpan
dengan cara yang memungkinkan untuk diidentifikasi secara terpisah untuk tujuan pemilihan.
Tugas ini tidak diragukan lagi lebih mudah ketika catatan klien terkomputerisasi, dengan kata
lain bahwa sampling statistik lebih sulit untuk dipahami.
Sampling statistic lebih sulit untuk dipahami, tapi terspesialisasi dengan bantuan paket-paket
statistic yang ada di komputer.

Non Statistic :

Keuntungan : Sampling non statistik yang direncanakan secara tepat akan dapat seefektif
sampling statistik. Banyak situasi yang membuat sampling non statistic bahkan lebih sesuai dari
pada sampling statistik. Kelemahan : Sampling non statistik sering dikritik karena secara
berlebihan mengandalkan intuisi dan juga sering secara irasional dipengaruhi faktor-faktor
subyektif. Dimana kecukupan ukuran sampel tidak bisa secara obyektif ditentukan.

ALTERNATIVE STATISTICAL SAMPLING METHOD


Kali ini kita akan menjelaskan methode statistika, nah metode statistika ini ada berbagai macam
yaitu :
1. Discovery Sampling

Mungkin ada keadaan di mana ditemukannya satu kesalahan atau ketidakteraturan mungkin
menjadi sangat penting dan menghasilkan penyelidikan khusus lebih lanjut. Ini mungkin kasus di
mana dicurigai adanya penipuan (misalnya, karyawan dengan posisi sensitif mungkin secara
tidak bertanggung jawab menikmati standar hidup yang lebih tinggi daripada gajinya tingkat
akan memungkinkan) dan auditor diminta (sebagai latihan khusus) untuk menyelidiki dan
mencari tahu apakah penipuan benar-benar terjadi.

Dalam bentuk pengambilan sampel auditor 'rencana pengambilan sampel dirancang untuk
memiliki probabilitas tinggi dalam mendeteksi populasi yang memiliki tingkat kesalahan di atas
apa yang biasanya dianggap auditor dapat diterima.

Segera setelah kesalahan terdeteksi, auditor menghentikan pengambilan sampel dan


menyimpulkan pada tingkat keyakinan tertentu bahwa populasi memiliki kesalahan yang lebih
tinggi dari yang dapat diterima menilai. Karena desainnya dan fakta bahwa pengambilan sampel
berhenti segera setelah terjadi kesalahan ditemukan, jenis pengambilan sampel ini relatif efisien
dalam arti ukuran sampel cenderung kecil. Biasanya dalam pengambilan sampel penemuan
terjadi satu ketidakteraturanjenis yang telah ditentukan sebelumnya akan membuat auditor
melakukan penyelidikan lebih lanjut

2. Variables sampling
Bentuk sampling statistik ini terdiri dari sejumlah jenis yang berbeda tetapi terkait pengambilan
sampel yang memiliki dasar yang sama. Dalam satu varian (rata-rata per unit metode) auditor
memilih sampel item yang memiliki nilai numerik melekat padanya, misalnya, faktur penjualan,
dan dari situ menghitung mean dan deviasi standar dari nilai sampel. Auditor dapat
menggunakan distribusi normal untuk mengekstrapolasi dari sampel dan memperkirakan, pada
tingkat kepercayaan tertentu, nilai populasi dan deviasi standar. Auditor dapat membandingkan
hasil perhitungan rentang nilai dengan nilai dalam pembukuan atau laporan keuangan
perusahaan.

Jika nilai buku berada di luar kisaran yang dihitung, auditor harus melakukannyamelaksanakan
penyelidikan yang lebih lengkap atas sosok tersebut dalam pembukuan dan catatan perusahaan.

Dalam metode lain (metode rasio dan perbedaan) auditor memilih sampe dan membandingkan
nilai item yang diaudit dengan nilai bukunya untuk mengidentifikasi ada perbedaan. Perbedaan
ini kemudian dapat, dengan ekstrapolasi, digunakan untuk memperkirakankesalahan yang paling
mungkin terjadi dalam populasi dan deviasi standar. Jadi auditor dapat menyimpulkan
berdasarkan sampel mereka pada keyakinan tertentu tingkat kesalahan dalam populasi berada
dalam batas tertentu jarak.

Auditor kemudian dapat memutuskan penerimaan kisaran kesalahan ini. Jenis sampel variabel ini
hanya cocok jika auditor mengantisipasi a banyak kesalahan. Pengambilan sampel variabel tidak
terlalu umum dalam praktiknya,terutama karena seseorang membutuhkan ukuran sampel yang
besar untuk menghasilkan perkiraan populasi,yang menjadikannya metode pengambilan sampel
yang tidak efisien. Di bagian selanjutnya kami membahas topik terkait materialitas. Kita akan
melihat ada hubungan antara kesalahan yang dapat ditoleransi yang dialokasikan ke saldo akun
dalam pengambilan sampel dan materialitas.

MATERIALITY

Auditor mempertimbangkan apakah salah saji ataupun kelalaian yang ada cukup material
sehingga menyebabkan laporan keuangan tidak memberikan true and fair view. Oleh karena itu,
tingkat materialitas harus diidentifikasi untuk keseluruhan laporan keuangan.

Sebuah salah saji, termasuk kelalaian di dalamnya dikatakan material apabila mereka secara
individu/agregat akan bisa menyebabkan pengguna laporan keuangan akan menjadi salah dalam
pengambilan keputusan, dan pertimbangan untuk menentukan materiality harus dilakukan made
in the light of surrounding circumstances. Artinya dalam menentukan materialitas jangan
meraba-raba dalam kegelapan, kita harus memiliki informasi yang cukup, memahami medan,
mengetahui hal-hal yang kita butuhkan, setelah itu baru kita bisa menentukan materialitas
sehingga keputusan itu bisa dipertanggungjawabkan.
Sebagai titik awal, perlu dicatat bahwa sebagian besar auditor mungkin akan melakukannya
setuju bahwa pandangan yang benar dan adil tidak dapat direduksi menjadi formula mekanis.
Namun demikian, mereka mungkin juga akan berpendapat bahwa mereka dapat mengidentifikasi
saat-saat ketika laporan keuangan tidak memberikan kebenaran dan kewajaran melihat. Artinya,
mereka mampu mengidentifikasi penyimpangan yang sangat penting bahwa mereka
menghasilkan penyimpangan dari apa yang auditor anggap sebagai patokan yang tepat tentang
kebenaran dan keadilan. Anda mungkin berpikir bahwa ini sepertinya agak kabur dan
memberikan sedikit panduan untuk penerapan praktis dari konsep pandangan yang benar dan
adil. Namun dalam prakteknya tidak ada jawaban yang mudah, Padahal penyusun standar
akuntansi telah mengeluarkan banyak standar akuntansi dirancang untuk membantu pencapaian
kebenaran dan keadilan. Sayangnya standar akuntansi masih belum lengkap dan mungkin tidak
pernah cukup ekstensif untuk mencakup semua kemungkinan, dengan hasil yang auditor, tidak
mampumenggunakan aturan atau panduan, harus menggunakan penilaian profesional mereka.

Kami telah menekankan sepanjang buku ini bahwa auditor sering membuat pertimbangan
tentang kecukupan dan kesesuaian bukti audit dan banyak hal lainnya. Keputusan apakah laporan
keuangan memberikan pandangan yang benar dan adil hanyalah contoh lain dari situasi di mana
auditor harus melakukan penilaian.

Kami akan mulai dengan mengingatkan Anda tentang definisi tersebuttentang materialitas yang
termasuk dalam Standar Audit Internasional 320 - Materialitas

dalam merencanakan dan melakukan audit:

Salah saji, termasuk penghilangan dianggap material jika, secara individu atau secara
keseluruhan, secara wajar dapat diharapkan untuk mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
yang diambil atas dasar keuangan pernyataan.

Penilaian tentang materialitas dibuat dengan mempertimbangkan lingkungan sekitar keadaan,


dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat salah saji, atau kombinasi keduanya

 Materiality and Decision Making

Definisi materialitas di atas menekankan bahwa hal itu berpengaruh pada pengguna keputusan
yang penting dalam menentukan apakah suatu item material. Ini tampaknya menyiratkan bahwa
auditor harus memiliki gagasan tentang siapa pengguna dan untuk apa mereka cenderung
meletakkan laporan keuangan. Oleh karena itu, apa yang harus ditentukan oleh auditor adalah
sejauh mana yang mana laporan keuangan dapat salah disajikan sebelum diubah a keputusan
pemegang saham dalam satu atau lain cara mengidentifikasi tautan antara keputusan pemegang
saham dan laporan keuangan.

Pemegang saham merupakan pengguna utama dari laporan keuangan. Selain pemegang saham,
bisa saja investor, dan pihak lain seperti pemerintah, employee, dll. Tetapi dari semua pihak itu
tidak semuanya paham tentang akuntansi dan keuangan, maka jenis penggunak yang harus
auditor gunakan adalah pengguna laporan keuangan yang mengerti, memahami atas laporan
keuangan, bukanlah orang yang polos dan tidak mengerti.
Penentuan materialitas dilakukan pada saat tahap planning. Di tahap planning ini sebenarnya
auditor belum melakukan pengujian audit, tapi auditor akan menentukan kurang lebih tingkat
kesalahan ataupun salah saji yang mungkin muncul di dalam laporan keuangan, sehingga
pengguna (investor, dsb) bisa terpengaruh.

 Materiality in the financial statements

Materialitas dalam laporan keuangan biasanya ditentukan dari persentase profit perusahaan.
Tingkat materialitas dan jumlah bukti audit saling terkait. Dimana, apabila tingkat
materialitasnya semakin rendah, maka bukti audit yang dikumpulkan akan semakin banyak. Jika
bukti audit yang dikumpulkan semakin banyak, tentu saja cost untuk melakukan audit juga
semakin tinggi.
Umumnya yang dipakai itu profit before tax atau profit before tax from continuing
operations.
Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa materiality dihitung dari total asset dan net asset.
Seorang auditor bisa menghitung materialitas berdasarkan beberapa kriteria yang berbeda,
setelah itu dia akan memilih yang mana yang akan dia pakai.
Auditor harus memberikan penekanan yang sama, antara understatement (kurang saji) atau
overstatement (kelebihan saji).

Pada bagian ini kami membahas tentang pengukuran materialitas di menghormati laporan
keuangan. Penelitian dalam literatur manajemen keuangan dan tentang pengaruh data akuntansi
pada perusahaan harga saham dan pengambilan keputusan investor, telah menegaskan
pentingnya angka keuntungan bagi investor dan komunitas finansial, termasuk finansial analis.
Mengingat jumlah perhatian pasar membayar untuk keuntungan, orang akan berharap bahwa
keuntungan yang dinyatakan juga sosok yang akan menjadi perhatian auditor saat menentukan
tingkat materialitas. Angka laba sering kali dianggap merangkum kinerja perusahaan periode.

Aspek materialitas lain yang terkait dengan keuntungan yang mungkin telah Anda sebutkan

termasuk yang berikut ini: (Aspek lainnya untuk menentukan dasar perhitungan materialitas )
1. The trend in profits over the last few years.

Jika profitnya itu turun naik (susah ketemu polanya), mungkin profit bukan basis yang tepat
untuk dipakai dalam perhitungan materialitas.

Jika keuntungan telah menunjukkan kenaikan atau penurunan yang stabil, auditor mungkin ingin
mempertimbangkan pada apa tingkat keuntungan untuk tahun ini tren akan terlihat tidak biasa
atau tampak luar biasa.

Auditor membentuk ekspektasi tentang apa yang akan menjadi laba normal untuk tahun tersebut,
dan jika draf angka laba perusahaan melebihi atau kurang dari cukup, maka auditor akan
memperhitungkan saat menetapkan tingkat materialitas

Auditor harus menggunakan penilaian mereka tentang berapa jumlah setelah mempertimbangkan
pengetahuan mereka tentang perusahaan dan keadaannya

2. The effect of the profit figure on important ratios.

Bisa dilihat dari rasio laporan keuangan, seperti profitability, solvency ratio.
Angka laba sering digunakan sebagai angka pembilang rasio keuangan penting, seperti
rasio laba kotor danlaba bersih

Auditor dapat memeriksa bagaimana ini akan terpengaruh pada tahun berjalan untuk sejumlah
tingkat keuntungan yang berbeda (dengan asumsi penyebut tetap konstan atau bervariasi menurut
kumpulan jumlah tertentu oleh auditor)

Mereka kemudan harus membuat keputusan tentang apakah rasio tersebut tampak tidak biasa
atau luar biasa. Pada titik ini, mereka dapat menggunakan penyimpangan dari ekpektasi sebagai
panduan ke tingkat keuntungan apa yang dianggap material.

3. External influences

Berkaitan dengan perusahaan, misalnya, rumor yang beredar bahwa itu potensial target
pengambilalihan atau kemungkinan akan meningkatkan modal tambahan dari pasar saham, hal
ini dapat mempengaruhi di mana mereka menetapkan tingkat materialitas untuk mendapatkan
keuntungan.

 Materiality at the planning stage


Penentuan materialitas ada ditahap planning, auditor akan menentukan audit risknya, setelah itu
akan menentukan materialitas untuk masing-masing item yang ada di laporan keuangan.
Performance materiality : Materialitas hanya ada satu, namun materialitas yang ada satu itu bisa
diturunkan menjadi performance materiality untuk area-area tertentu. Menentukan materialitas
yang lebih rendah daripada materialitas awal untuk dipakai di area tertentu.
KAP bisa menurunkan tingkat materialitas apabila ditemukan tingkat inherent risk dan control
risk yang ada diperusahaan itu tinggi. Jika mengurangi materialitas, maka evidence audit akan
semakin banyak, cost akan makin tinggi.
Semua keputusan terkait materialitas harus didokumentasikan di audit planning memorandum.

Alasan utama auditor mempertimbangkan materialitas pada tahap perencanaan adalah untuk
membantu mereka memasukkan risiko audit ke dalam konteks. Mereka harus
mempertimbangkan tingkat salah saji yang mana dalam laporan keuangan akan menyebabkan
mereka tidak menunjukkan benar dan pemandangan yang adil. Mereka kemudian harus membuat
penilaian tentang risiko audit apa yang mereka siapkan untuk menerima jika gagal mendeteksi
salah saji tersebut.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat Materiality:

1. The importance of the heading in the financial statements


Pertama, heading sendiri merupakan salah satu komponen penting dalam suatu laporan
keuangan. Heading ini berisikan data-data tentang perusahaan secara kesuluran yaitu
Nama dari perusahaan tersebut, jenis laporan yang menjadi dasar, dan tanggal dari setiap
nilai akun ditetapkan. Hal yang menjadi perhatian auditor adalah pada bagian nilai dari
akun-akun yang ada. Untuk contoh adalah jika Persediaan barang (Inventory) suatu
perusahaan merupakan 40% dari keseluruhan asset perusahaan, ini akan menjadikan
inventory bagian yang perlu diperhatikan auditor dalam menetapkan tingkat materiality,
karena bisa saja akan mempengaruhi keseluruhan laporan keuangan jika terdapat salah
pencatatan. Sebaliknya jika angka inventory kecil, ini akan membuat sang auditor tidak
teralu memperhatikan akun tersebut apakah understated/overstated.

2. The nature of the item


Natur dari akun yang ada akan mempengaruhi bagaimana dia ditangani oleh sang auditor.
Sebagai contoh jika suatu perusahaan menganggap kas lebih penting daripada kewajiban
pajak. Ini akan membuat natur akun kas dan utang pajak didalam perusahaan itu berbeda.
Jika didalam balance sheet kedua akun tersebut dicatat dengan jumlah yang mirip, maka
auditor akan mengalokasikan tingkat materiality utang pajak kepada kas.

3. The auditors’ past experience with the audit client


Jika seorang auditor pernah mengaudit perusahaan yang sama pada periode sebelumnya,
auditor akan menaruh lebih sedikit tingkat materiality pada akun yang terdapat salah
pencatatan di periode sebelumnya, karena auditor akan beranggapan akun tersebut sudah
dibenarkan dan auditor akan menaruh tingkat materiality yang lebih banyak pada akun
yang belum terjadi kesalahan pencatatan pada periode sebelumnya.

4. The trend in the account balance.


Auditor dapat memperhatikan tren yang terjadi pada akun tertentu, jika angka suatu akun
tetap konstan atau meningkat dengan angka yang sama tiap tahunnya, namun saat tahun
berjalan terdapat perbedaan angka dari biasanya, auditor akan lebih memperhatikan akun
tersebut supaya tidak terjadinya penyimpangan.

ISA 320 paragraf A11 memberikan beberapa contoh factor mengapa auditor menetapkan
tingkat materiality rendah pada suatu akun/transakti tertentu. Factor-faktor tersebut
adalah:
a. Akun/transaksi tersebut mungkin berhubungan dengan hokum/pemerintah
b. Akun/transakti tersebut merupakan pengungkapan didalam industry dimana
perusahaan beroprasi
c. Akun/transaksi tersebut mengandung aspek dari perusahaan yang memerlukan
pengamatan lebih

PERFORMANCE MATERIALITY

Performance Materiality memungkinkan auditor menangani risiko salah saji dalam jenis
transaksi, saldo akun atau disclosures tanpa harus mengubah overall materiality. Performance
Materiality memungkinkan auditor menetapkan angka materialitas berdasarkan overall
materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality untuk mencerminkan detection risk (risiko
tidak terdeteksinya salah saji) dan untuk mencerminkan penilaian risiko. Menurut ISA 320,
penentuan Performance materiality bukan merupakan suatu perhitungan mekanis yang
sederhana. Perhitungan ini dipengaruhi oleh pemahaman auditor atas suatu entitas yang sudah
diperhitungkan selama terjadinya proses penilaian resiko

MATERIALITY DURING THE AUDIT

Selama proses audit, auditor mungkin saja menemukan beberapa bukti(evidence) dari hasil
pengetesan dan perlu mengubah pandangan mereka tentang tingkat materialitas dari suatu akun
tertentu. Hal ini dapat terjadi, misalnya, saat dimulainya proses audit, auditor menemukan bahwa
perubahan terjadi pada draf akun. Jika angka dari profit/persediaan/piutang dagang berubah juga,
auditor harus mempertimbangkan dampak dari perubahan tersebut dan mempertimbangkan
apakah tingkat materialitas yang asli tetap memerlukan perubahan

MATERIALITY AT THE EVALUATION STAGE

Apa yang sudah ditetapkan ditahap planning, boleh diubah/diganti asalkan ketika auditor mau
melakukan perubahan atas materialitas yang sudah ditentukan diawal, auditor harus memberi
tahu alasannya kenapa.
Auditor akan menghitung salah saji bukan hanya atas salah saji yang ditemukan, tapi juga atas
salah saji yang tidak ditemukan. Contohnya extrapolate, dari 100 item transaksi, kita mabil 25%
nya sebagai sampel. Dari 25% itu ada salah saji 10. Kalau kita extrapolate berarti 10 dari salah
saji yang ditemukan dalam sampel, maka disebut noun-different.
Extrapolate 25% itu sama dengan 1/4nya 100, nah dari 25% ketemu ada salah saji 10, berarti
total salah saji 10x4 = 40.
Auditor melakukan salah saji bukan atas sampel yang diambil, tetapi atas keseluruhan populasi.
Setelah auditor melakukan pengujian terkait kesalahan penyajian, auditor harus melakukan
evaluasi jika ditemuka adanya salah saji. Ini memerlukan auditor untuk menentukan jumlah salah
saji dari tiap komponan dan mentotalnya.langkah selanjutnya adalah auditor perlu mengestimasi
jumlah potensi dari kesalahan dalam tiap komponen laporan keuangan agar bebas dari salah saji
materil. Jika hasil estimasi tersebut ternyata lebih rendah daripada tingkat materialitas yang
sudah ditetapkan, auditor dapat menyimpulkan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut
tidak terdapat salah saji materil. Namun sebaliknya, jika ternyata hasil estimasi lebih tinggi
daripada tingkat materialitas yang sudah ditetapkan, maka auditor akan memperpanjang masa tes
untuk mengurangi tingkat salah saji materil

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh auditor dalam fase ini:

 The size and incidence of any errors or misstatements they have discovered
 Whether the errors or misstatements exhibit some pattern
 Whether the errors or misstatements relate to factual matters or to matters of opinion.
 Whether the misstatements found relate to matters that are illegal
 Whether there is any suspicion that some of the misstatements may have arisen because
of fraud being perpetrated by employees in the company
 Whether similar misstatements have been discovered in previous years’ audits of this
client.
 Whether the misstatements affect only balance sheet items or whether they affect the
profit and loss account

(IBUNYA CUMA SAMPE SINI)

QUALITATIVE ISSUE

Kita dapat melihat bahwa pertimbangan materialitas tidak hanya tentang membuat perbandingan
kuantitatif atau berupa angka antara tingkat materialitas dan jumlah kesalahan penyajian yang
diharapkan, tetapi juga melibatkan masalah kualitatif. Didalam ISA 450 paragraf A16
menyebutkan beberapa pertimbangan:

 Whether the item is required to be disclosed by law or by professional requirements


 Improper disclosure of accounting policies
 Improper classifications in the financial statements

CONCLUSIONS ON MATERIALITY
Setelah melakukan pengujian audit dan mencapai estimasi tingkat salah saji yang diharapkan,
auditor harus membuat kesimpulan tentang apakah jumlah atau sifatnya material. Ini biasanya
dilakukan setelah client telah menyesuaikan kesalahan yang timbul selama proses audit. Jika
tingkat materialitas yang sudah ditetapkan terlampaui, auditor perlu melakukan diskusi Bersama
dengan management perusahaan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya, apakah itu
dengan menjalankan serangkaian tes audit kembali guna memastikan apakah estimasi auditor
sebelumnya salah atau sudah benar.

Anda mungkin juga menyukai