Anda di halaman 1dari 3

Chapter 12: Sampling and Materiality

Audit sampling and materiality


Audit Sampling merupakan suatu metode yang digunakan auditor untuk mengumpulkan bukti
untuk mencapai suatu opini mengenai laporan keuangan. Auditor akan memilih kumpulan
transaksi, dokumen, accounts balance untuk diuji dengan mengambil sampel menggunakan audit
sampling sebagai teknik pengambilan sampelnya.
Materiality adalah konsep penting saat auditor ingin menentukan apakah laporan keuangan
perusahaannya benar dan adil. Auditor tidak bisa mengevaluasi pentingnya salah saji yang
ditemukan saat audit testing jika tidak ada gagasan mengenai tingkat dari salah saji dalam
laporan keuangan yang menyesatkan.
Ketika auditor menilai kesignifikanan error atau salah saji dari sampel mereka, mereka akan
menerapkan konsep materialitas.

What is sampling?
Audit sampling membantu auditor memilih sampel dari populasi dan membantu meraih
kesimpulan audit yang memadai dan biaya yang masuk akal.
Tujuan sampling: menyediakan dasar yang masuk akal untuk auditor meraih kesimpulan atas
populasi dari sampel yang dipilih (ISA 530)
Sampling tidak wajib digunakan saat auditing ketika populasi dapat 100% dihitung sendiri tanpa
biasa yang berlebih.
Sufficiency appropriate audit evidence (sufficient dari sisi kuantitas, appropriate dari sisi
kualitas). Relevance and reliability mengacu pada appropriate (kualitas).
 Apakah sampelnya cukup besar untuk mewakili populasi?
 Apakah sampel relevan terhadap keadaan pada populasi?
 Apakah prosedur pemilihan akan mendapatkan perwakilan sampel yang cukup untuk
menilai reliabilitas populasi?
Statistical sampling: teori probabilitas menentukan ukuran sampel dan pemilihan acak
memastikan setiap item atau satu satuan nilai mata uang memiliki kesempatan yang sama dengan
yang lain.
Non statistical sampling: biasanya memilih secara acak dan tidak bergantung pada teori
probabilitas.

Designing and selecting the sample for testing


 Judgemental sampling
Auditor menggunakan pertimbangannya dalam memilih sampel dan interpretasi sampling
mereka.
Bisa diterapkan dalam statistical dan non-statistical sampling. Non statistical udah pasti
judgemental sampling karena semua aspek sampling perlu diprtimbangkan.
Con: karakteristik dari sampel tidak selalu bisa mengungkapkan karakteristik populasi.

 Statistical sampling
Sampel yang mewakili harus homogen dalam populasi (item dalam populasi sering memiliki
tingkatan risiko yang berbeda). Contoh kurangnya homogenitas:
- Transaksi tidak memiliki internal control yang sama
- Balance memliki perbedaan nilai yang besar
Solusinya dengan melakukan stratifikasi dan memperlakukan strata yang berbeda sebagai
populasi berbeda.
Sampel hanya bisa benar-benar mewakili jika diambil dari keseluruhan populasi.

Sample selection methodology


– sampling methods
 Random sampling
Metode yang mencoba untuk memastikan setiap item dalam populasi memiliki peluang yang
sama untuk terpilih.
 Systematic or interval sampling
Memilih sampel dengan starting point acak dan memilih setiap item ke-n.
 Block or cluster sampling (non-statistical)
Memilih blok transaksi dan pengujian atas keberadaan beberapa kriteria.
 Haphazard sampling (non-statistical)
Terdapat unsur subjektivitas dalam memilih sampel (misalnya melalui tanggal, ulang tahun
seseorang, blindfold, dsb) sehingga ada kemungkinan tidak bisa menyediakan kesimpulan untuk
semua populasi karena beberapa item akan memiliki probabilitas yang lebih tinggi.

– size of sample – level of confidence


Ukuran sampel bergantung pada:
- Level of confidence required
Dipengaruhi penilaian inherent & control risk,
- Expected error rate
- Tolerable error rate

Anda mungkin juga menyukai