Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI II

Sampling and Materiality

Disusun oleh :
1. Aina Agoartha (201750101)
2. Meidita Caesaria (201750107)
3. Elicia (201750136)
4. Yusia Bela (101750428)

Trisakti School of Management (STIE Trisakti)

2019

Dosen : Yuliani Almalita, S.E., M.Ak


Kelas : Sabtu, 10.30 (ruang 601)
SAMPLING AND MATERIALITY
What is Sampling
Audit sampling menurut ISA 530 adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari
100% (seratus persen) unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan
untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tertentu.
Dalam memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk memperoleh sampel yang
representatif. Sampel representatif adalah sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan
yang dimiliki oleh populasi. Ini berarti bahwa item-item yang dijadikan sampel serupa
dengan item-item yang tidak dijadikan sampel.
Auditor dalam membuat opini diharuskan untuk mencari bukti audit yang agar melakukan
pekerjaan yang sufficient appropriate dan dapat dipastikan bahwa kesimpulan audit berdasarkan
kebijaksanaan dengan biaya yang masuk akal. Salah satu dari banyak prosedur yang dilakukan
oleh auditor untuk memperoleh bukti audit adalah audit sampling dimana auditor memilih
sample dari keseluruhan data (populasi) untuk diuji. Jika dua atau empat item semacam itu
ditemukan sampel, sampel tersebut dianggap cukup representatif. Jika tidak ada atau
ditemukan banyak item yang hilang, sampel tersebut dianggap non representatif. Audit
sampling merupakan metode yang digunakan auditor untuk mengumpulkan bukti – bukti audit
untuk dapat membuat opini atas laporan keuangan.
Sampel Representatif dibutuhkan agar auditor dapat meminimalkan sampling risk. Sampling
risk adalah resiko bahwa kesimpulan auditor berdasarkan sampel mungkin berbeda dari
kesimpulan jika seluruh populasi dikenai prosedur audit yang sama.
Pada awalnya auditor harus menentukan pendekatan yang akan digunakan dan kapan waktu
yang sesuai untuk menggunakan audit sampling. Kriteria yang biasa digunakan untuk mencari
bukti audit seperti sufficiency, relevance, dan reliability juga dapat diterapkan pada audit
sampling.
Ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam audit sampling :
a. Sampling Risk
Ketika auditor rely on control, maka auditor akan menganggap sampling risknya
rendah. Karena sampling risk dianggap rendah, maka sampel yang akan diambil juga
akan lebih sedikit. Sebaliknya, jika control risknya tinggi maka auditor akan
menganggap sampling risk juga akan tinggi sehingga auditor akan mengambil sampel
yang lebih banyak.
b. Size of the population
Jika populasinya kecil, auditor mungkin akan memutuskan untuk mengambil
sampling 100%. Namun jika populasinya besar, auditor perlu memastikan sampel
yang representatif diperoleh untuk mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat.
c. Materiality Level

Jika tingkat materialitas dinilai tinggi maka auditor akan mengambil sampel yang lebih sedikit.
Sebaliknya, jika auditor menilai tingkat materialitasnya rendah maka auditor perlu mengambil
lebih banyak sampel.
d. Expected Error Rate
Ketika auditor mengharapkan untuk menemukan error dalam pengambilan sampel
mereka, ukuran sampel harus cukup besar sehingga auditor dapat mengkonfirmasi
tingkat kesalahan aktual kurang dari tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi.
e. Population Value
Semakin kurang material nilai moneter populasi terhadap laporan keuangan, semakin
kecil ukuran sampel yang diperlukan.
The Importance of Audit Sampling
Audit sampling sangat penting karena tidak hanya membantu auditor untuk mengumpulkan
bukti audit yang cukup dan sesuai untuk menarik opini audit, tetapi juga memainkan peran
yang sangat penting dalam efisiensi dan efektivitas kerja audit. Itu berarti auditor tidak perlu
memeriksa 100% objek atau itemnya.
Difference between statistical and non-statistical sampling
Audit sampling bisa dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu statistical sampling and
non-statistical sampling.
S tatistical sampling adalah penggunaan teknik sampling yang menggunakan teori
probabilitas untuk membantu dalam menentukan besar sampel yang seharusnya dan apakah
menerima atau tidak reliabiliti populasi berdasarkan dari hasil yang diperoleh dari
pemeriksaan unit sampel. Statistical sampling memiliki 2 kriteria untuk mengidentifikasinya
yaitu, pemilihan unsur sampel dilaksanakan secara acak dan penggunaan teori probabilitas
untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk mengukur risiko sampling.
Keuntungan dari statistical sampling
1. Auditor membuat penilaian eksplisit pada tingkat kepercayaan, diharapkan tingkat
kesalahan dan tingkat kesalahan ditoleransi, untuk memastikan mereka mengadopsi
pendekatan metodis
2. Berdasarkan sampel, auditor bisa membuat statement yang obyektif mengenai
populasi sampel
3. Memungkinkan auditor menghitung reliabilitas sampel dan risiko berdasarkan sampel
4. Auditor bisa mengoptimalkan sampel size, tidak overstated atau understated, dengan
risiko yang hendak diterima terukur secara matematis
Kerugian dari statistical sampling
1. Memerlukan biaya yang besar
Karena harus ada biaya yang dikeluarkan untuk training bagi staf auditor untuk
menggunakan statistik dan biaya pelaksanaan sampling secara statistik. Namun
tingginya biaya statistical sampling dikompensasi dengan tingginya manfaat yang
dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik
2. Lebih sulit untuk dipahami oleh orang yang bukan ahli statistik

Sejak awal 1990-an penggunaan statistical sampling telah menurun dan lebih
cenderung digunakan dalam situasi audit khusus. Alasan penurunan ini dapat dikaitkan
dengan peningkatan penggunaan audit based risk, dengan lebih banyak penekanan diberikan
pada tinjauan analitik dan investigasi transaksi atau saldo besar atau tidak biasa, terdeteksi
menggunakan software audit. Ada juga lebih banyak penekanan pada evaluasi efektivitas
lingkungan kontrol.
N on-statistical sampling method adalah pengambilan sampel yang dilakukan
berdasarkan kriteria subyektif berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh
auditor. Auditor memilih item sampel yang diyakininya akan memberikan informasi yang
paling bermanfaat.
Keuntungan non-statistical sampling
1. Kemudahan Implementasi
Karena pendekatan nonstatistik kurang rumit, mereka umumnya lebih mudah dan
lebih cepat untuk diterapkan di lapangan. Selain itu, berkurangnya kompleksitas
membuatnya kurang mungkin bahwa metode akan disalahgunakan oleh staf audit.
2. Biaya yang dikeluarkan lebih rendah
3. Penyesuaian yang diusulkan berdasarkan analisis kualitatif
Kerugian non-statistical
1. Tangat bergantung pada judgment auditor jika auditor kurang berpengalaman, sampel
yang dipilih akan kurang representative
2. Penilaian auditor harus dapat dipertanggungjawabkan, dan kesimpulan yang diambil
berkaitan dengan sampel dapat sulit dipertahankan
Langkah-langkah dalam menerapkan statistical sampling auditing

1. Menyusun Rencana Audit


Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini
ditetapkan
Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis sampling
yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling
atribut, dan pada pengujian substantif digunakan sampling variabel
· Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan
pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai
informasi kuantitatif yang diteliti
· Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang
akan dilakukan
· Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang diperlukan
untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit, seperti tingkat
keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.

2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel


Unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik sesuai dengan jenis
sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan mengenai jumlah
unit sampel yang harus diuji pada populasi yang menjadi objek penelitian.
3. Memilih Sampel
Jika menggunakan sampling statistik, pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak
(random).
4. Menguji Sampel
Auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya, auditor akan
memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.
5. Mengestimasi Keadaan Populasi
Berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan evaluasi hasil sampling
untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi. Misalnya berupa estimasi tingkat
penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval populasi, dan sebagainya.
6. Membuat Simpulan Hasil Audit
Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan
hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan memperhatikan/
membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang dapat
ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi, berarti
populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi melebihi batas
toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.

Sample Selection Methodology


Sampling Methods
a. Random Sampling.
Metode sampling yang mencoba untuk setiap item yang ada didalam populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel audit. Metode ini merupakan
metode statistik dan dibutuhkan untuk statistical sampling namun juga dapat digunakan
untuk metode non-statistik. Auditor akan menempatkan individual indentifier untuk masing –
masing unit sampling dan menggunakan random procedure untuk memilih unit sampling
yang akan dipilih untuk diuji. Prosedur yang paling umum digunakan adalah tabel nomor
generator acak dan program pemilihan acak khusus di komputer (ex : Microsoft Excel). Pada
metode ini, sampel dipilih langsung dari populasi tanpa memanipulasinya lebih dahulu.
b. Systematic or Interval Sampling.
Metode sampling dengan menggunakan titik awal yang random dan kemudian
memilih setiap interval ke-n. Metode ini dapat memiliki hasil yang sama dengan random
sampling jika error tersebar ke semua populasi. Jika tidak, maka systematic sampling tidak
menghasilkan sampel yang representatif.
Pada metode ini, pertama, tentukan interval yaitu jarak antara sampel pertama dengan
sampel berikutnya. Besarnya interval tergantung pada jumlah populasi (N) dan jumlah
sampel (n), misalnya jumlah populasi (N) = 500 unit mulai dari nomor 1 sd 500. Jumlah
sampel yang akan dipilih (n) = 20 unit. Berarti, besarnya Interval (I) sebesar:
I = N / n => 500 / 20 = 25
Sampel pertama diambil secara acak dengan menggunakan tabel angka acak, seperti
pengambilan sampel pada pemilihan sampel acak sederhana, misalnya terpilih nomor 35.
Sampel berikutnya ditentukan dengan cara menambahkan 35 dengan 25. Dengan demikian
sampel kedua jatuh pada nomor 60 (diperoleh dari 35 + 25), sampel ketiga jatuh pada nomor
85 (dari 60 + 25), demikian seterusnya.
c. Block or Cluster Sampling.
Metode ini mirip dengan systematic random sampling, yaitu populasi dikelompokkan
lebih dahulu ke dalam beberapa kelompok yang disebut blok, kemudian sampel diambil dari
masing-masing blok. Berbeda dengan systematic random sampling, pada block sampling,
banyak dan besar blok, serta banyaknya sampel yang akan diambil dari masing-masing blok,
tidak diatur, sepenuhnya tergantung pada judgement auditornya. Misalnya, auditor
menetapkan kelompok bukti per bulan sebagai blok, sehingga, jika ditetapkan sampel diambil
dari dua blok, maka sampel diambil dari kelompok transaksi 2 bulan yang ditetapkan oleh
auditor.
Auditor dapat menggunakan metode ini ketika menguji sebuah sistem. Namun ISA
530 menyatakan bahwa metode ini bukanlah metode pemilihan sampel yang sesuai untuk
digunakan ketika tujuan pengujian audit adalah untuk menggambarkan kesimpulan mengenai
populasi dari sampel.
d. Haphazard Sampling.
Metode ini mirip dengan simple random sampling, tetapi pemilihan sampelnya
dilakukan sendiri oleh auditornya, tanpa menggunakan alat bantu. Misal, auditor mengambil
langsung dengan tangan sendiri, tanpa memperhatikan jumlah, letak, sifat, dan kondisi dari
bukti yang menjadi populasinya. Sekalipun pada waktu mengambil sampel, auditor tidak
memasukkan pertimbangan pribadinya, cara tersebut tetap dianggap tidak objektif, karena
setidak-tidaknya pemilihan sampel tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan dari auditor yang
bersangkutan.

Size of Sample
The level of confidence auditors set for their statistical sampling test
Tingkat keyakinan (confidence level) adalah derajat keandalan sampel terhadap
populasi yang diwakilinya, ditunjukkan oleh perkiraan persentase banyaknya populasi yang
terwakili oleh sampel. Besarnya tingkat keandalan (tingkat keyakinan) ditetapkan oleh pihak
yang melaksanakan sampling.
Konsep tingkat keyakinan ini didasari pada pokok pikiran, bahwa sampel hanya
handal terhadap populasi yang diwakilinya saja. Diyakini tidak semua anggota populasi dapat
terwakili oleh sampel, karena biasanya sampel diambil dari anggota populasi yang banyak
muncul (kelompok mayoritas). Kelompok ekstrim (minoritas) biasanya diabaikan, sehingga
tidak terwakili oleh sampel. Misalnya, confidence level sebesar 95%, mengindikasikan bahwa
hasil pengujian akan memberikan 95% tingkat keakuratan dan 5% adanya resiko bahwa
pengujian itu tidak akurat.
Tingkat keandalan sampling berbanding lurus dengan jumlah unit sampel. Jika auditor
ingin memberikan keandalan yang tinggi atas hasil auditnya, maka yang bersangkutan harus
memperbesar unit sampelnya. Demikian sebaliknya, jika tingkat keandalan yang akan
diberikan rendah, maka yang bersangkutan dapat menguji unit sampel sedikit saja.
The expected error rate in the population
Expected error rate ini adalah salah satu penentu size of sample. Expected error rate
adalah tingkat error yang diharapkan atau diekspektasikan oleh auditor. Expected error rate
ini nilainya ditentukan oleh auditor. Expected error rate dan sample size berbanding lurus.
Semakin besar expected error rate, semakin besar ukuran sampel yang harus ada untuk
menyimpulkan bahwa tingkat kesalahan aktual kurang dari tingkat kesalahan yang dapat
ditoleransi.
The tolerable error rate set by the auditors
Auditor harus menentukan tingkat toleransi error pada sebuah populasi. The tolerable
error rate adalah tingkat tertinggi error dalam populasi yang dapat ditoleransi oleh auditor.
Tolerable error rate ini memiliki hubungan timbal balik dengan sample size. Semakin rendah
tingkat error yang ditoleransi oleh auditor maka semakin besar ukuran sampel yang
diperlukan.
Dalam mengukur sample size menggunakan tolerable error rate, rumus yang
digunakan adalah :
Sample size = Reliability factor / Tolerable error rate

Reliability factor biasanya sudah dinyatakan melalui sebuah tabel khusus yang
dipersiapkan sebelumnya yang berisi confidence level dan number of sample errors.

Monetary Unit Sampling (MUS)


Monetary Unit Sampling (MUS) Monetary unit sampling adalah suatu metode
sampling yang digunakan untuk menyatakan suatu kesimpulan tentang nilai yang sebenarnya
dari saldo suatu akun atau untuk menentukan besarnya nilai suatu kesalahan, yang disajikan
dalam nilai moneter yaitu dolar atau rupiah. Metode MUS ini paling umum digunakan dalam
metode sampling pada test of details.
Pada metode ini, nilai rupiah yang besar akan lebih besar probabilitasnya akan terpilih
dalam sampel dibandingkan dengan nilai rupiah yang kecil, karena pemilihan sampel dengan
nilai rupiah yang besar, mempunyai resiko lebih dibandingkan dengan sampel yang
mempunyai nilai rupiah yang kecil. Selain itu, kelebihan menggunakan metode ini adalah
kesalahan yang ditemui dapat diproyeksi. Seperti misalnya kesalahan atau selisih yang
ditemukan sebesar $40,000 dari total nilai yang disampel $400,000, auditor bisa menarik
kesimpulan bahwa 10% dari saldo adalah salah saji. Dengan menggunakan metode MUS,
tidaklah tepat memilih sampel berdasarkan unit fisik seperti, setiap piutang ke-10, atau setiap
faktur penjualan ke-50.

Evaluation of test results


Tahap pertama dalam melakukan evaluasi adalah menentukan jumlah kesalahan yang
terjadi dalam sampel yang dipilih. Auditor perlu untuk mendefinisikan apa yang dapat
disebut kesalahan sebelum jumlah kesalahan itu dihitung. Seperti kesalahan dalam otoritas
tanda tangan yang tidak semestinya, kesalahan jumlah dan lain-lain. Lalu menghitung jumlah
penyimpangan dari sampel bukti yang diperiksa. Apabila ditemukan penyimpangan, auditor
perlu mempertimbangkan dengan saksama sifat dan sebab dari adanya penyimpangan.
Misalnya penyimpangan terjadi karena management override, atau yang berwenang sedang
cuti. Perhatikan juga terhadap kemungkinan sample risk. Jika penyimpangan ditemukan
apakah harus mengurangi pengandalan dari kontrol internal, menambah jumlah sampel, atau
melakukan prosedur alternatif.
Tahap selanjutnya adalah proses untuk auditor mengestimasi basis dari hasil sampel,
pada setiap level of confidence. Upper error rate yang merupakan batas atas tingkat
kesalahan yang kita uji. Upper error rate dapat dihitung dengan rumus:
𝑅𝑒𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟
𝑈𝑝𝑝𝑒𝑟 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑒 =
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒
Contoh apabila kita menemukan kesalahan sebanyak 2 dari 75 sampel, dan auditor
memakai level of confidence sebesar 80% dan dengan begitu reliability factor didapat 4.82.
Sehingga upper error rate didapatkan
4.28
𝑈𝑝𝑝𝑒𝑟 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑒 = = 5.7%
75
Hasil ini mengartikan bahwa auditor dapat yakin 80% bahwa tidak akan ada lebih dari
kesalahan di setiap 100 bukti di populasi. Apabila hasil ini diatas nilai yang dapat
ditoleransi, maka tindakan yang diperlukan dapat dilakukan. Seperti mengurangi
keandalan sistem kontrol, atau memperluas cakupan prosedur substantif yang berkaitan
dengan kontrol yang sedang diuji.
Jika auditor ingin menentukan jumlah sampel, maka perhitungan dapat dibalik. Misal
auditor berekspektasi tidak ada kesalahan dengan tingkat kepercayaan 80% sehingga
reliability factor 1.61 dan batas toleransi sebesar 4%. Maka,
1.61
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑠𝑖𝑧𝑒 = = 40
4%
Sehingga auditor hanya membutuhkan sampel sebesar 40 buah dibandingkan harus
mengambil sampel sebanyak 75. Sehingga auditor tidak overaudit pada populasi.
Setelah auditor telah melakukan tes audit, setiap efek dari adanya misstatements perlu
dievaluasi. Ini membutuhkan setiap auditor untuk menentukan mana saja komponen laporan
keuangan yang dapat terjadi salah saji material dan untuk menghitung jumlah dari
keseluruhan salah saji. Estimasi dari salah saji yang tidak teridentifikasi dan mungkin saja
ada di populasi didasarkan pada professional judgment dari auditor. Semakin dekat nilai salah
saji yang terdeteksi dengan tingkat materialitas yang telah ditetapkan, maka akan semakin
mungkin nilainya melebihi tingkat materialitas.

Alternative Statistical Sampling Methods


a. Discovery Sampling
Bisa saja dalam melakukan uji audit, kita menemukan kesalahan atau
ketidakbiasaan yang mungkin sangat vital dan memerlukan investigasi lebih lanjut.
Seperti curiga akan adanya fraud dan auditor diminta untuk mencari fakta dari fraud
benar terjadi. Dalam metode sampling ini, auditor merencanakan sampling pada
kemungkinan tertinggi dalam populasi dimana tingkat kesalahan akan lebih dari batas
toleransi. Saat kesalahan telah ditemukan, auditor dapat menghentikan sampling dan
menyimpulkan dengan level of confidence tertentu bahwa populasi memiliki tingkat
kesalahan di atas yang dapat diterima. Metode ini relatif lebih efisien dengan jumlah
sampel yang lebih kecil.
b. Variables Sampling
Metode sampling ini merupakan metode yang berbeda-beda namun memiliki
beberapa kesamaan. Dalam metode mean per unit auditor memilih sampel
berdasarkan rata-rata nilai numerik, seperti pada faktur penjualan, lalu mengukur
standar deviasinya dari sampel yang diukur. Dengan menggunakan metode distribusi
normal dan menentukan level of confidence, auditor dapat menentukan sampel yang
diluar dari level of confidence. Apabila auditor menemukan penyimpangan, ia dapat
melakukan investigasi penuh.
c. Target Sampling
Target sampling dikembangkan pada teori pareto, yang menyimpulkan bahwa
dari 80% populasi, hanya dipengaruhi oleh 20% penyebab. Maksudnya bagi auditor,
prinsip ini mengindikasikan bahwa adanya konsentrasi dalam penyebab terjadinya
transaksi yang dapat mengidentifikasi poin fokus, memprioritaskan isu juga fokus
pada solusi yang memberikan nilai tambah tertinggi. Target sampling sesuai apabila
tim audit tidak ingin mengeneralisasi populasi, namun hanya ingin menyimpulkan
satu set objek yang dipilih. Metode ini efektif apabila tim audit telah mengisolasi
faktor risiko tertentu atau kriteria lain yang menarget sebuah pilihan.

What is the materiality?


FASB No. 2 mendefinisikan materialitas sebagai: jumlah atau besarnya kekeliruan
salah saji dalam informasi akuntansi yang mungkin akan membuat pertimbangan
pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji
tersebut.
Materialitas kadar atau ambang batas atas hilangnya informasi keuangan atau
ketidakbenaran informasi dalam laporan keuangan, yang mana informasi tersebut di anggap
akan memiliki dampak yang cukup besar bagi para pengguna laporan keuangan dalam
mengambil keputusan.
Materialitas salah saji bersifat relatif, lain perusahaan lain ukuran, serta ditentukan
berdasarkan pertimbangan profesional auditor. Pertimbangan profesional adalah
pertimbangan objektif yang dilatarbelakangi oleh pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
akuntan.

Materialitas salah saji ditentukan pada dua tingkat, yaitu:

1. Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan.


2. Tingkat segmen audit (transaksi, saldo akun, dan pengungkapan), dikenal dengan
istilah performance materiality.

Materialitas juga ditentukan pada tahap perencanaan audit dan pada tahap kesimpulan audit
(evaluasi hasil audit).

Tingkat materialitas

1. Nilainya tidak material


2. Nilainya material tetapi tidak mempengaruhi keseluruhan penyajian laporan
3. Nilainya sangat material sehingga kewajaran seluruh laporan keuangan
dipertanyakan.

Langkah-langkah penetapan Materialitas

1. Tentukan pertimbangan awal mengenai materialitas, yaitu jumlah maksimum suatu


salah saji dalam laporan keuangan yang dianggap tidak mempengaruhi pengambilan
keputusan dari pemakai
2. Alokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas ke dalam segmen
3. Estimasikan total salah saji dalam segmen
4. Estimasikan salah saji gabungan
5. Bandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai materialitas

Faktor yang mungkin mempengaruhi auditor ketika menentukan tingkat materialitas

1. pentingnya tajuk;
2. sifat barang;
3. pengalaman masa lalu auditor; dan
4. tren saldo akun.

Selama audit, auditor dapat mengubah pandangan mereka tentang tingkat materialitas
yang sesuai karena:

(1) perubahan pada konsep akun;

(2) bukti yang dikumpulkan selama pengujian audit.

Dalam mengevaluasi salah saji, auditor mempertimbangkan fitur-fitur berikut:

• ukuran dan kejadian;

• apakah 'kesalahan' menunjukkan suatu pola;

• apakah 'kesalahan' terkait dengan masalah faktual atau masalah pendapat;

• apakah 'kesalahan' terkait dengan masalah ilegal;

• apakah ada dugaan penipuan;

• apakah 'kesalahan' serupa ditemukan pada tahun sebelumnya;


• apakah salah saji hanya memengaruhi keseimbangan item lembar atau akun untung dan rugi
juga.

Masalah kualitatif yang perlu dipertimbangkan adalah:

(a) apakah barang tersebut harus diungkapkan;

(B) apakah kebijakan akuntansi diungkapkan secara tidak benar; dan

(c) di mana ada klasifikasi yang tidak tepat.

The role of materiality in relation the financial statement

TINGKAT PENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN JENIS PENDAPAT


MATERIALITA PEMAKAI
S

Tidak material Keputusan biasanya tidak terpengaruh Wajarnya tanpa pengecualian

Material Keputusan biasanya terpengaruh jika Wajar dengan pengecualian


informasi dimaksud penting terhadap
keputusan yang akan diambil. Laporan
keuangan keseluruhan dianggap disajikan
secara wajar.

Sangat material Sebagian besar dari seluruh keputusan yang Pernyataan tidak memberikan
didasarkan pada laporan keuangan sangat pendapat atau pendapat tidak
terpengaruh wajar.

Anda mungkin juga menyukai