Dosen Pengampu: Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, S.E., M.Si., CMA.
Oleh:
Nengah Saraswati Kusumaputri (1707531010)
1
governance memiliki dimensi saling melengkapi antara konsep dan prinsip yang secara
internal konsisten dalam menghadapi berbagai kemungkinan situasi organisasi.
Sebagaimana kita ketahui, good governance ini merupakan suatu pengetahuan yang baru
bagi kebanyakan para eksekutif di Indonesia, maka diperlukan pemahaman yang
menyeluruh atas prinsip-prinsip yang mendasari kebijakan governance..
Kombinasi dari struktur kepemilikan dan kontrol akan ditunjukan oleh gambar.
2
d. Kepemlikian terkonsentrasi dengan kontrol kuat.
Berikut adalah penjelasan dari kombinasi antara kepemilikan dan kontrol perusahaan.
1) Kepemilikan tersebar dengan kontrol lemah
Kombinasi ini sering ditemukan pada perusahaan-perusahaan di Inggris dan Amerika
Serikat. Keunggulan dari kombinasi ini adalah tingginya tingkat likuiditas saham
perusahaan. Sedangkan kelemahan dari kombinasi ini adalah timbulnya masalah
principal-agent.
2) Kepemilikan tersebar dengan kontrol kuat
Kombinasi memiliki dua keunggulan. Pertama tingginya tingkat likuiditas saham,
kedua pemegang saham bisa mencegah manajemen mengambil tindakan yang tidak
menguntungkan pemegang saham atau dengan kata lain adanya kontrol pemegang
saham terhadap manajemen perusahaan. Kelemahan dari kombinasi ini adalah adanya
kemungkinan kepentingan pemilik saham kecil yang tidak dapat tersampaikan akibat
dominasi pemilik saham yang banyak dalam manajemen perusahaan.
3) Kepemilikan terkonsentrasi dengan kontrol lemah
Kombinasi ini melindungi kepentingan pemilik saham yang kecil karena tidak ada
pemilik saham yang dapat mendominasi dalam pengambilan keputusan. Namun
kekurangan dari kombinasi ini adalah kontrol yang kurang dari pemegang saham
terhadap aktivitas manajemen dan likuiditas saham yang rendah.
4) Kepemilikan terkonsentrasi dengan kontrol kuat
Kombinasi ini memberikan kontrol yang sangat kuat dari pemegang saham terhadap
manajemen perusahaan. Namun kelemahannya adalah likuiditas saham dan
kesempatan yang kecil untuk pergantian kepemilikan saham perusahaan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kombinasi ini, yaitu:
1) Piramida kepemilikan
Kepemilikan piramida adalah kepemilikan secara tidak langsung terhadap suatu
perusahaan melalui perusahaan lain, baik melalui perusahaan publik maupun
perusahaan nonpublik. Ada dua hal yang harus dipenuhi agar kepemilikan dapat
dikategorikan sebagai kepemilikan piramida yaitu:
(1) Terdapat pemegang saham pengendali atau pemilik ultimat pada pisah batas hak
kontrol yang ditentukan.
(2) Terdapat perusahaan lain yang dalam kepemilikan tersebut antara pemegang saham
pengendali dengan perusahaan publik yang dikendalikan.
3
2) Proxy Votes
Proxy Votes adalah saham yang didepositkan oleh nasabah bank, lalu bank bertindak
atas nama nasabah yang memiliki saham tersebut. Bank akan memberikan pelayanan
berupa memberikan informasi mengenai RUPS atau Rapat Umum Pemegang Saham.
3) Voting koalisi
Voting koalisi adalah jalan yang ditempuh untuk mengontrol perusahaan apabila
saham yang dimiliki kecil, yakni dengan cara membangun koalisi dengan pemegang
saham lainnya untuk memilih voting yang sama.
4
kepemilikan silang diantara beberapa perusahaan. Dalam kasus di berbagai negara di
kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia, kepemilikan biasanya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Saham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara. Dalam kasus
perusahaan keluarga, pemisahan antara kontrol dan kepemilikan sebenarnya tidak terjadi
karena biasanya para pengelola perusahaan adalah anggota keluarga dari pemilik
perusahaan
2) Pemegang saham pengontrol memiliki hak suara yang melebihi kepemilikan karena
sistem kepemilikan yang bersifat piramida, atau karena mereka menempatkan para
manajer dari anggota keluarga di perusahaan-perusahaan yang dikontrolnya
3) Kepemilikan bank secara signifikan tidak begitu lazim
4) Terdapat hubungan antara struktur kepemilikan dengan pemilihan Dewan Pengawas.
5
dan kapasitas penegakanya terhadap prinsip- prinsip tata kelola yang dikeluarkan oleh
OECD
4.1.2 Credit Lyonnais Securities Asia (CLSA)
CLSA menilai tata kelola perusahaan diberapa negara di Asia-Pasifik dengan melihat
aturan dan praktik CG, penegakan hukum , lingkungan politis dan regulasinya,
penerapan standar akuntansi dan auditing, serta budaya CG. Dalam tahun 2012 ,
Indonesia mendapatkan nilai yang cukup baik dalam aspek akuntasi dan auditing ,
namun masih merlukan perbaikan dalam aspek lainnya .
4.1.3 ASEAN CG Scorecard
Asean Capital Market Forum (ACMF) merupakan asosiasi regulator pada pasar modal
kawasan ASEAN yang berupaya mewujudkan ASEAN sebagai sebuah komunitas
ekonomi tunggal. Diantara berbagai inisiatif tersebut , ASEAN Corporate Governance
Scorecard diperkenalkan sebagai suatu alat untuk memeringkat kinerja tata kelola
perusahan publik dan terbuka di ASEAN. Indonesia Bersama-sama dengan lima
negara anggota ACMF lainnya (Malaysia , Pilipina, Singapura, Thailand, dan
Vietnam ) sepakat untuk mengadopsi kriteria yang merupakan penjabaran lebih rinci
dari prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang diterbitkan OECD CG Scorecard
6
4) Perusahaan publik di Indonesia umumnya memiliki tingkat hutang yang besar dan
sebagian besar dalam bentuk mata uang asing, shingga sangat rentan terhadap
perubahan kondisi perekonomian.
5) Pasar modal relatif kecil dan tidak likuid sehingga tidak mampu secara efektif
berperan sebagai mekanisme kontrol eksternal dalam upaya penerapan prinsip CG
6) Kondisi antara relatif kecilnya pasar modal Indonesia dengan sedikitnya proporsi
kepemilikan perusahaan dalam bentuk saham yang dijual kepada publik, membuat
pemilik mayoritas berada pada posisi yang sangat kuat.
7) Lemahnya penegakan hukum dan lembaga pendukungnya didalam menjaga
berjalannya sistem secara benar, sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan.
Kondisi ini akan memperkuat pemilik mayoritas dan memperlemah pemilik
minoritas
8) Belum terdapat upaya perbaikan menyeluruh yang mencakup pembenahan seluruh
komponen system CG guna mendukung terlaksananya penerapan mekanisme
kontrol untuk menjamin berjalannya sistem.
7
kepemilikan di bawah nilai tersebut karena dianggap tidak material, kecuali untuk
kepemilikan Direksi dan Komisaris karena menunjukkan kontrol akan perusahaan.
Dalam Undang-Undang No.19 2003 tentang BUMN dikatakan bahwa direksi dan
komisaris diangkat berdasarkan pertimbangan keahlian, integritas, kepemimpinan,
pengalaman, jujur, perilaku yang baik,memahami masalah-masalah manajemen, memiliki
waktu yang cukup serta dedikasi tinggi untuk memajukan dan mengembangkan perseroan.
Masa jabatan anggota direksi dan komisaris ditetapkan selaama 5 tahun.
8
Bagi negara- negara yang menganut model Continental Europe, struktur CG
disebut dengan two board system yang terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Dewan
Direktur dan Manajer Eksekutif. Dalam two board system secara tegas adanya pemisahan
keanggotaan dewan yaitu komisaris sebagai pengawas dan direksi selaku pihak yang
mengelola perusahaan. RUPS adalah struktur tertinggi yang mengangkat dan
memberhentikan dewan komisaris.
9
(dual board system-Indonesia)
4.5 Penyebab Good Corporate Governance Belum Berjalan Secara Optimal di Indonesia
4.5.1 Kendala internal
Kendala internal meliputi kurangnya komitmen dari pimpinan dan karyawan
perusahaan, rendahnya tingkat pemahaman dari pinpinan dan karyawan perusahaan
terhadap prisip-prinsip CG
4.5.2 Kendala ekternal
Dalam pelaksanaan Corporate Governance terkait dengan perangkat hukum, aturan dan
penegakan hukum. Secara implisit ketentuan- ketentuan mengenai GCG telah ada
didalam UU PT, UU dan Peraturan Perbankan, UU Pasar Modal. Namun penegakannya
oleh pemegang otoritas masih sangat lemah.
4.5.3 Kendala dalam struktur kepemilikan
Kepemilikan terhadap perusahaan dapat dibagi menjadi dua :
1) Kepemilikan terkonsentrasi, akan didominasi oleh seseorang atau sekelompok
orang (40% atau lebih )
2) Kepemilikan menyebar, terjadi pada suatu perusahaan dengan pemegang saham
yang banyak dengan jumlah saham yang kecil (5% atau kurang)
Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan struktur kepemilikan adalah perusahaan
tidak dapat mewujudkan prinsip keadilan dengan baik karena pemegang saham yang
terkonsentrasi dapat menggunakan sumber daya perusahaan secara dominan.
10
REFERENSI
Dwija Putri, Asri., Ulupui, Agung. 2017. Pengantar Corporate Governance. Denpasar:
CVSastra Utama.
Effendi, Muh Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat
Hamdani. 2016. Good Corporate Governace; Tujuan Etika Dalam Praktik Bisnis.
Jakarta: Mitra Wacana Media
https://www.academia.edu/5434174/PENGARUH_CORPORATE_GOVERNANCE_DAN_
STRUKTUR_KEPEMILIKAN_TERHADAP_KINERJA_PERUSAHAAN.
11