Dosen Pengampu: Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, S.E., M.Si., CMA.
Oleh:
Nengah Saraswati Kusumaputri (1707531010)
1
b. Direksi
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai denganketentuan anggaran dasar (UUPT). Dewan Direksi
(Board of Directors) di Indonesia adalah sebutan bagi sekumpulan direktur dalam
perusahaan. Dewan direksi diketuai oleh Managing Director atau Chief Executive
Officer (CEO) atau disebut juga Presiden Direktur atau Direktur Utama. Menurut
UUPT Pasal 82 bahwa Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan.
c. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada Direksi (UUPT).Dewan Komisaris (Board of
Commisioners) di Indonesia diangkat dan bertanggungjawab kepada pemegang
saham. Pengangkatannya dilakukan dalam RUPS mewakili kepentingan para
pemegang saham. Dewan Komisaris akan bertindak sebagai governing bodies yang
melakukan pengawasan akan tindak tanduk manajemen sehingga menentukan
keberhasilan Corporate Governance.
d. Internal dan Eksternal Auditor
Internal auditor untuk memberikan jasa konsultasi dan menjamis perusahaan
terkait efisiensi operasional, manajemen risiko, kontrol internal, pelaporan
keuangan, serta proses governance. Eksternal auditor untuk mendorong praktik
Corporate Governance yang sehat di dalam perusahaan dengan memberikan
keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan adalah wajar.
e. Komite Audit dan Komite Lainnya
Pada struktur corporate governance di Indonesia terdapat beberapa komite di
bawah Dewan Komisaris yang memiliki tugas dan fungsi sebagai pembantu utama
dewan komisaris dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya. Secara
umum terdapat tiga komite dewan komisaris yaitu: komite audit, komite remunerasi,
dan komite nominasi. Di perbankan biasanya ada tambahan berupa komite
corporate governancedan komite pemantau resiko. Komite membantu dewan
komisaris mengawasi kinerja keuangan perusahaan, system akuntansi,
pengungkapan laporan keuangan, dan manajemen risiko.
2
f. Corporate Secretary (Sekretaris Perusahaan)
Corporate Secretary atau sekretaris perusahaan dibutuhkan untuk memenuhi
informasi yang dibutuhkan oleh para investor yaitu pemegang saham dan kreditur.
Peran sekretaris perusahaan adalah penghubung antara perusahaan dengan
stakeholders serta sebagai pejabat yang harus menjamin kepatuhan perusahaan
terhadap Undang-Undang Pasar Modal. Sekretaris perusahaan harus dilaksanakan
oleh seorang direktur atau pejabat perusahaan yang tercatat khusus ditunjuk untuk
menjalankan fungsi tersebut.
2. Pemegang Saham
Pemegang saham adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki
satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari
perusahaan tersebut. Pemegang saham diberikan hak khusus tergantung dari jenis saham,
termasuk hak untuk memberikan suara (biasanya satu suara per saham yang dimiliki)
dalam hal seperti pemilihan dewan direksi, hak untuk pembagian dari pendapatan
perusahaan, hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan hak
terhadap aset perusahaan pada saat likuidasi perusahaan. Namun, hak pemegang saham
terhadap aset perusahaan berada di bawah hak kreditor perusahaan. Ini berarti bahwa
pemegang saham (pesaham)biasanya tidak menerima apa pun bila suatu perusahaan yang
dilikuidasi setelah kebangkrutan.
Menurut Pasal 3 ayat (1) UUPT, pemegang saham Perseroan Terbatas tidak
bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan
tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.
Ketentuan di dalam pasal ini mempertegas ciri dari Perseroan bahwa pemegang saham
hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham dan tidak meliputi harta
kekayaan pribadinya.Namun, masih ada kemungkinan pemegang saham harus
bertanggung jawab hingga menyangkut kekayaan pribadinya berdasarkan Pasal 3 ayat
(2) UUPT yang menyatakan bahwa ketentuan di dalam Pasal 3 ayat (1) tidak berlaku
apabila:
persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan
itikadburuk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;
3
pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum
yangdilakukan oleh Perseroan; atau
pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
secaramelawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan
kekayaanPerseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.
4
merugikannya. Untuk itu, maka ketidaksetujuannya itu harus ditebus dengan dibeli
sahamnya dengan harga yang wajar sebagai jalan keluar terjadinya
ketidaksetujuannya itu.
3) Hak Meminta Didahulukan (Pre-Emptive Right)
Hak ini diatur Pasal 43 ayat (1) dan Ayat (2) UUPT yang menentukan bahwa:
(1) saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus terlebih dahulu
ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham
untuk klasifikasi saham yang sama;
(2) dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan
saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang berhak membeli terlebih
dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai dengan perimbangan jumlah saham
yang dimilikinya.
Hak ini juga dikenal dengan hak utama pemegang saham untuk meminta
didahulukan dalam membeli atau berpatisipasi terhadap saham yang akan
dikeluarkan oleh perseroan dalam rangka peningkatan modalnya. Apabila pemegang
saham menolak dan tidak berkehendak membelinya, maka barulah ditawarkan
kepada pihak ketiga diluar pemegang saham yang ada.
4) Hak Gugatan Derivatif (Derivative Right)
Hak gugatan derivative diatur melalui Pasal 97 ayat (6) untuk gugatan
terhadap Direksi dan Pasal 114 ayat (6) gugatan terhadap Komisaris perseroan.
Melalui kedua ketentuan ini diatur bahwa pemegang saham untuk dan atas nama
perseroan dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi
atau Komisaris dikarenakan kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian
terhadap perseroan. Hak pemegang saham ini adalah bukti dalam keterlibatan
langsung pemegang saham untuk mengkoreksi dan memperbaiki kesalahan yang
kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya kerugian perseroan. Dengan gugatan
ini apabila dimenangkan, maka yang berhak menerima pembayaran ganti rugi dari
tergugat adalah perseroan itu sendiri dan bukan pemegang saham yang menggugat
dengan jalan gugatan derivatif ini. Artinya, sifat utama gugatan derivatif adalah
demi dan untuk memperbaiki perseroan.
5) Hak Pemeriksaan (Enqueterecht)
Hak pemeriksaan diatur khusus dalam Pasal 138 ayat (3) UUPT. Dengan dasar
ini pemegang saham diberikan hak untuk melakukan proses audit atau pemeriksaan
langsung terhadap perseroan dengan tujuan mendapatkan keterangan dalam hal
5
terjadinya dugaan bahwa perseroan, Direksi dan Dewan Komisaris telah melakukan
perbuatan melawan hukum yang akan merugikan pemegang saham dan pihak ketiga.
Untuk menjalankan hak, pemegang saham dapat mengajukan permohonan secara
tertulis, beserta dengan alasannya, kepada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya
meliputi tempat dimana kedudukan perseroan berada. Melalui hak ini
memungkinkan pemegang saham dapat mengetahui dengan jelas dan langsung ke
permasalahan yang terjadi tentang perbuatan melawan hukum, sehingga dapat
berusaha mencegah dan menekan kerugian yang akan dapat terus terjadi di dalam
internal perseoan.
6) Hak Meminta Mengadakan RUPS
Hak untuk mengadakan RUPS telah diatur Pasal 79 ayat (2) UUPT yang
menentukan bahwa penyelenggraan RUPS dapat dimintakan oleh 1 (satu) orang atau
lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau
lebih dari seluruh saham dengan hak suara yang sah, kecuali anggaran dasar
menentukan suatu jumlah yang lebih kecil. Kehendak pemegang saham itu harus
diajukan kepada Direksi dengan surat tercatat dan disertai alasannya dengan
tembusan kepada Dewan Komisaris. Apabila Direksi atau Dewan Komisaris tidak
melakukan pemanggilan RUPS, maka pemegang saham yang meminta
penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada ketua Pengadilan
Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan dimana Perseroan berada
untuk menetapkan pemberian izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan
RUPS tersebut. Dengan hak ini, maka hak untuk menyelenggarakan RUPS tidak
terbatas dari Direksi, tetapi dapat juga dimintakan penyelenggarannya oleh
pemegang saham dengan jumlah kepemilikan saham tertentu. Artinya, pemegang
saham tidak saja memilik hak untuk mengeluarkan suaranya di dalam RUPS, tetapi
pemegang saham juga dapat mengusulkan diadakannya RUPS dalam hal, misalnya,
Direksi tidak mengadakan RUPS Tahunan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan atau masa jabatan para anggota Direksi dan/atau anggota Dewan
Komisaris telah berakhir.
7) Hak Meminta Pembubaran Perseroan
Hak ini diatur dalam Pasal 144 ayat (1) UUPT yang menentukan bahwa
Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili
paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara, dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS. Hak ini ada,
6
karena adanya hak pemegang saham untuk mendirikan perseroan dan sekaligus juga
menjadi hak pemegang saham untuk membubarkannya. Terdapat banyak alasan
mengapa membubarkan perseroan, namun dalih untuk membubarkan perseroan
dapat juga disebabkan karena setelah menjalankan kegiatan dalam waktu lama
perkembangan dan kemajuan usahanya tidak maju-maju dan bahkan mundur,
sehingga usahanya tidak dapat bertahan lama dan mengalami kerugian terus
menerus, sehingga dengan keadaan yang demikian memaksa pemegang saham tidak
berkehendak lagi melanjutkan aktivitas usahanya.
8
2. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung
atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian.
3. Mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
4. Melaksanakan tugas dengan transparan.
9
2) Tanggung Jawab Direksi
Tanggung jawab yang dilaksanakan oleh direksi yaitu atas pengurusan Emiten atau
Perusahaan Publik untuk kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik sesuai dengan
maksud dan tujuan Emiten atau Perusahaan Publik yang ditetapkan dalam anggaran dasar
(Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33 /POJK.04/2014 Tentang Direksi Dan Dewan
Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik). Direksi dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada dewan komisaris melalui RUPS. Di dalam menjalankan
tanggung jawabnya, direksi wajib melaksanakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya
sebagaimana yang telah diatur dalam perundang-undangan dan anggaran dasar.
Jika perusahaan mengalami kerugian maka semua anggota direksi bertanggung jawab
secara tanggung renteng atas kerugian emiten dan perusahaan publik atas kelalaian
direksi dalam menjalankan tugasnya (Pasal 13 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.
33 /POJK.04/2014 Tentang Direksi Dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan
Publik). Selain itu menurut Pasal 16 POJK No. 33 /POJK.04/2014 Tentang Direksi Dan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik, direksi wajib melaksanakan rapat
direksi secara berkala minimal satu kali dalam sebulan sebagai bagian dari tanggung
jawabnya terhadap perusahaan.
11
Pentingnya komisaris independen yaitu disaat adanya perbedaan kepentingan di
dalam suatu perusahaan, munculnya komisaris independen sebagai controller perusahaan,
terutama agar hak-hak minoritas tetap mendapat perhatian perusahaan.
12
REFERENSI
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan Dewan
Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik
Putri, I Gusti Ayu Made Asri Dwija dan I Gusti Ketut Agung Ulupui. 2017. Pengantar
Corporate Governance. Denpasar: CV. Sastra Utama.
13