Anda di halaman 1dari 9

Resume

Week 9

Aspek-Aspek Hukum tentang Perseroan Terbatas (Saham, Pemegang Saham,


dan Komisaris)

Jenis-jenis Saham dan Haknya


a. Jenis Saham

Saham Biasa (Common Stocks)

 Pemegang saham memiliki hak suara memilih dewan komisaris.


 Hak prioritas bila perusahaan menerbitkan saham baru.
 Tanggung jawab yang terbatas akan jumlah yang diberikan.
Saham Preferen (Preferred Stocks)

 Mempunyai berbagai tingkatan atau pilihan.


 Tagihan akan aktiva dan pendapatan mempunyai prioritas lebih tinggi dari saham
biasa dalam aspek pembagian dividen atau keuntungan.
 Dividen dapat bersifat akumulatif yang berarti apabila belum diberikan pada periode
sebelumnya maka pada periode selanjutnya akan diberikan.
 Dapat ditukar menjadi saham biasa bila terdapat kesepakatan antara investor dengan
perusahaan yang bersangkutan.
b. Jenis Saham dari Segi Kinerja Perdagangan

Blue Chip Stocks

Deviden yang dibayar stabil

Income Stocks

Jenis saham ini juga mempunyai keunggulan dalam hal kemampuan membayar dividen lebih
tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

Growth Stocks
Memiliki pertumbuhan saham yang cepat.

Speculative Stocks

Saham ini berpotensi menghasilkan laba tinggi di masa depan, namun tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun.

Cyclical Stocks

Dengan nilai saham yang demikian, saham cenderung untuk turun selama masa resesi lalu
kembali meningkat selama boom ekonomi (economic booms).

Emerging Growth Stock

Pada dasarnya, saham emerging growth stock merupakan saham yang dikeluarkan oleh


perusahaan yang relatif lebih kecil serta memiliki daya tahan kuat meskipun dalam kondisi
ekonomi tertentu masih kurang mendukung.

Defensive Stocks

Pada jenis ini, nilai saham cenderung tidak terpengaruh selama masa resesi terjadi.

Kewajiban dan tanggung jawab dewan komisaris

Dewan komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam hal

1. Melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya,


baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan,
2. memberi nasehat kepada Direksi.
Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab
dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberikan nasehat kepada direksi untuk kepentingan
perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan,
apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai. Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota
Dewan Komisaris atau lebih, maka tanggung jawab ditanggung secara tanggung renteng bagi
setiap anggota (Pasal 114 ayat (3) UUPT).

Dewan komisaris tidak dapat dipertanggung jawabkan jika apabila dapat membuktikan:

1. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
2. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan
3. Telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut.
(Pasal 114 ayat (3) UUPT)

Pemegang saham :

1. Hak pemegang saham


a. Hak untuk hadir dan memberikan suara pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
b. Hak untuk mendapatkan dividen atau pembagan laba PT
c. Hak untuk mendapatkan penjelasan dari Direksi atas kinerja Perseroan
d. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama sebagai Pemegang Saham PT

2. Kekuasaan
Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan secara individu tidak punya kekuasaan
yang berarti kecuali dapat menggugat Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham lainya
jika keputusan mereka merugikannya (Pasal  61 ayat 1 dan Pasal 97 ayat 6 Undang-
Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas/UUPT). Pemegang saham baru
punya kekuatan atas Komisaris dan Direksi bila ia merupakan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). RUPS merupakan forum dan organ tertinggi dalam suatu Perseroan
Terbatas (lihat Pasal 1 butir 4 dan Pasal 75 ayat 1 UUPT)
Konkretnya, RUPS merupakan sebuah forum, di mana para pemegang saham punya
kewenangan untuk mendapat keterangan-keterangan mengenai Perseroan baik dari
Komisaris maupun dari Direktur. Dari keterangan atau informasi tersebut lalu RUPS
menentukan langkah atau kebijakan yang akan diambil perseroan kedepannya guna
keberlangsungan Perseroan.
Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UUPT) menyatakan, RUPS punya wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam Undang ini dan/atau anggaran
dasar.
3. RUPS
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Rapat Umum Pemegang
Saham atau RUPS adalah Organ atau bagian Perseroan yang memiliki kewenangan yang
tidak diberikan kepada Direksi maupun Dewan Komisaris dalam batas yang telah
ditentukan oleh Undang-Undang dan / atau anggaran dasar.
Maka dengan kata lain, RUPS adalah pemegang kekuasaan tertinggi di dalam Perseroan
Terbatas, serta pemegang segala kewenangan yang tidak diserahkan pada Dewan
komisaris dan Direksi.

Hubungan Komisaris, Direksi, dan Pemegang Saham


Pengelolaan Perseroan Terbatas di Indonesia mengacu pada kerangka hukum paling tinggi yaitu
UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan UU tersebut Indonesia
menganut system dual board (two tier board) yaitu adanya pemisahan fungsi antara dewan
komisaris yang melakukan fungsi pengawasan dan pembaerian nasihat kepada direksi dan
direksi yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengurusan perusahaan. Dewan Komisaris
dan direksi menjalankan kewajibannya sesuai yang diamanahkan dalam Anggaran Dasar dan
peraturan perundang-undangan (fiduciary responsibility) yang berlaku.

Prinsip dasar hubungan kerja Dewan Komisaris dan Direksi adalah berdasarkan prinsip
keterbukaan dan saling menghormati yang keduanya mempunyai tanggung jawab untuk
memelihara kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan
Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan visi, misi, nilai-nilai (values) dan strategi
perusahaan.

Dewan Komisaris menurut UU No.40 tahun 2007  adalah Organ Perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada Direksi.

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan
Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta
mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar.

Perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.
Rapat Umum Pemegang Saham adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak
diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-
Undang ini dan/atau anggaran dasar.

Jika melihat dari defenisi diatas sebenarnya kedudukan komisaris itu tidak dalam posisi mampu
memaksa dewan direksi untuk melakukan sesuatu kebijakan.

Pemegang saham seperti dijelaskan pada Undang-undang No.40 tahun 2007 adalah orang-orang


yang mengangkat, memberhentikan dan memberikan upah atau imbalan kepada dewan komisaris
dan dewan direksi.

Hubungan Afiliasi (istimewa) antara Dewan Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham
Pengendali

Mayoritas Dewan Komisaris dan Direksi tidak memiliki hubungan afiliasi baik secara
kekeluargaan maupun keuangan dengan sesama Dewan Komisaris, Direksi, dan Pemegang
Saham Pengendali. Dewan Komisaris dan Direksi Bank senantiasa menjaga independensi dan
tidak memiliki benturan kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk
melaksanakan tugas secara profesional dan obyektif

Hubungan afiliasi antara anggota Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham Pengendali
dijelaskan di bawah ini. Semua hubungan tetap mematuhi peraturan OJK.
1. Tidak ada hubungan afiliasi antara anggota Direksi.
2. Afiliasi antara anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris:

 Direktur Utama Ibu Istini Tatiek Siddharta, adalah saudara dari Bapak Istama Tatang
Siddharta, anggota Dewan Komisaris Perseroan.

3. Afiliasi antara anggota Direksi dan Pemegang Saham Mayoritas:

 Direktur Utama Ibu Istini Tatiek Siddharta, adalah Komisaris PT Austindo Kencana Jaya
dan PT Memimpin Dengan Nurani, keduanya Pemegang Saham Mayoritas Perseroan.

4. Afiliasi antara anggota Dewan Komisaris dan Pemegang Saham Mayoritas:

 Komisaris Bapak George Santosa Tahija adalah Direktur Utama dan Pemegang Saham
Mayoritas PT Memimpin Dengan Nurani. Beliau juga merupakan Komisaris PT Austindo
Kencana Jaya.
 Komisaris Bapak Sjakon George Tahija adalah Direktur Utama dan Pemegang Saham
Mayoritas PT Austindo Kencana Jaya.

5. Afiliasi antara anggota Dewan Komisaris:

 Komisaris Bapak George Santosa Tahija adalah saudara Bapak Sjakon George Tahija.

Daftar Pustaka

http://www.timah.com/interactivebook/book2.html#:~:text=Prinsip%20dasar%20hubungan
%20kerja%20Dewan,usaha%20perusahaan%20dalam%20jangka%20panjang.

https://sumurung.wordpress.com/2009/02/18/komisaris-dan-direksi-pada-perseroan-terbatas/

https://www.anj-group.com/id/hubungan-afiliasi-antara-dewan-komisaris-dan-direksi
Case
Jadi Tersangka, Komisaris Perusahaan Farmasi Ditahan Kejati Jateng
Source : m.medcom.id

Direktorat Jenderal Pajak menemukan komisaris sebuah perusahaan farmasi menyalahgunakan


nomor pokok wajib pajak (NPWP). Kini, Rabu (21/1/2015), Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa
Tengah (Jateng) pun menangani kasus dan menahan komisaris perusahaan tersebut.
Komisaris PT Indofarma (IF) Ariandi ditahan di Rumah Tahanan Solo, Jawa Tengah, Rabu
(21/1/2015). Berkas perkaranya sudah dinyatakan lengkap atau P-21 dan diserahkan ke Kejati.
Ariandi diduga menyalahgunakan nomor pokok wajib pajak (NPWP) PT Indofarma dengan
menerbitkan faktur pajak secara tak sah. Penerbitan bertujuan memenuhi permintaan dari
perusahaan pengguna faktur pajak PTL, PT SJ, dan PT NF. Kepala Kantor Wilayah (Kanwil)
Yoyok Satiotomo mengatakan tersangka menerbitkan faktur pajak yang tak sesuai dengan
transaksi sebenarnya. Modusnya, penerbitan faktur pajak tanpa disertai transaksi penyerahan
barang dan uang. Tersangka mendapat imbalan atas penerbitan tersebut. Perbuatan Ariandi itu
merugikan negara hingga Rp1.065.340.000. Ia dijerat Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007
dengan ancaman penjara maksimal enam tahun.

Berdasarkan kasus diatas telah terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh seorang komisaris PT
Indofarma dengan menyalahgunakan NPWP Perusahaan. Beliau menerbitkan faktur pajak yang
tidak sesuai dengan transaksi sebenarnya. Perbuatannya merugikan Negara hingga 1M lebih.
Berdasarkan pasal 144 ayat 2 UUPT bila komisaris bersalah (sengaja) atau lalai menjalankan
kewajiban fiducisry duty tersebut, yakni tidak dengan itikad baik dan bertanggung jawab
menjalankan tugas untuk pengurusan perseroan, maka ia bertanggungjawab secara pribadi. Atas
tindakannya Ia dijerat UU No 28 Tahun 2007 dan ancaman kurungan maksimal 6 tahun.

Digugat Pelanggaran Hak Cipta, Saham Alfamart Tak Bergerak


Source : cnnindonesia.com

Harga saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) bergerak stagnan sejak pembukaan
perdagangan Selasa (23/4) sampai pukul 11.22 WIB di level Rp910 per saham. Harganya sempat
naik ke level Rp920 per saham, kemudian melorot ke level Rp905 per saham, sebelum akhirnya
kembali stagnan. Pergerakan saham emiten berkode AMRT itu terjadi setelah perusahaan
digugat terkait dugaan pelanggaran hak cipta program Tabungan Saku oleh Bambang Widodo
dan Endang Tri Rubyanti S. Proses persidangan pertama sudah dimulai pada Senin (22/4)
kemarin. Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan jumlah
volume dan transaksi saham perusahaan yang menaungi gerai Alfamart ini memang tak besar
pagi ini. RTI Infokom mencatat jumlah volume 7.800 saham dan transaksi Rp7,16 juta saham.
Kendati demikian, Nafan tak melihat kondisi ini disebabkan kasus hukum yang sedang menimpa
perusahaan. Jika memang ada kaitannya, ia menyebut penurunan harga saham seharusnya lebih
signifikan. Liquid artinya saham Sumber Alfaria Trijaya masih diminati oleh pelaku pasar.
Jumlah penawaran (offer) dan permintaan (bid) selalu ada tiap perdagangan, khususnya di pasar
reguler. Hanya saja, ia mengakui secara valuasi memang sudah mahal. Hal tersebut terlihat dari
price earning ratio (PER) yang mencapai 58,71 kali. Sementara itu, Analis Anugerah Sekuritas
Bertoni Rio mengatakan sentimen negatif untuk saham Alfamart karena gugatan hak cipta
bersifat sementara. Sebab, kondisi fundamental perusahaan cukup positif sepanjang 2018.

Dari kasus diatas Alfamart digugat sebesar 15 miliar terkait dugaan pelanggaran hak cipta
program tabungan saku. Tabungan saku adalah program belanja sambil menabung yang
dilakukan emiten berkode AMRT ini yang bersama-sama dengan PT Sahabat Sampoerna (BSS).
Penggugat adalah Bambang Widodo dan Endang Rubiyanti S, mereka menilai BSS ini mirip
dengan konsep mirik kliennya yang telah didaftarkan terlebih dahulu dengan nama Tabungan
Anak Pintar Indonesia (TAPI) sejak 2010 di Ditjen HKI dengan nomor registrasi 053733.
Berdasarkan Pasal 113 UU No. 28 Tahun 2014 sanksi pelanggaran hak cipta bias dikenai
hukuman penjara atau denda. UU yang membahas tentang hak cipta adalah UU No 28 Tahun
2014.

Kasus Hak Cipta Kain, Polisi Tetapkan Satu DPO Lagi


Source : internasional.kompas.com

Setelah menetapkan Presiden Komisaris PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) Sumitro (44)
masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) pada 23 Januari lalu, Direktorat Reserse Kriminal
Khusus Polda Jawa Tengah kembali menetapkan satu orang dalam DPO. Dia adalah Komisaris
Utama perusahaan tersebut Indriati (65), yang resmi ditetapkan masuk DPO sejak 2 Februari
2013. Keduanya merupakan tersangka dalam kasus dugaan pelanggaran hak cipta kain.
Perusahaan tersebut memproduksi kain kode benang kuning yang sebenarnya merupakan milik
PT Sritex. Terkait dengan penetapan DPO tersebut, Polda Jateng, akan segera menggandeng
Direktorat Jenderal Imigrasi Republik Indonesia dan Interpol untuk melakukan perburuan.

Kasus ini bermula saat PT Sritex melaporkan adanya pemalsuan kain oleh PT DMDT pada Juli
2011 lalu di Polres setempat. Kasus ini kemudian diambil alih Ditreskrimsus Polda Jateng. Pada
Oktober 2011 Ditreskrimsus sudah menahan dua tersangka yakni Direktur PT DMDT Jau Tau
Kwan serta distributor kain Ratu Modern di Tanah Abang, Jakarta, Lie Lay Hok sebagai
pemesan kain di PT DMDT. Pada 22 Maret 2012, Jau Tau Kwan mendapatkan vonis bebas oleh
majelis hakim Pengadilan Negeri Karanganyar. Namun pada Agustus 2012, Mahkamah Agung
(MA) justru menjatuhi hukuman satu tahun penjara dengan denda Rp1 miliar. Sayangnya,
keberadaan terdakwa juga tidak diketahui. Djihartono mengatakan, dalam kasus tersebut para
tersangka dijerat dengan Pasal 72 ayat 1 atau ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta juncto Pasal 55 KUHP dan atau Pasal 56 KUHP. 
Berdasarkan analisis saya terhadap kasus tersebut seorang presiden komisaris PT Delta Merlin
Textile bernama Sumintro dan Indriati yang menjabat sebagai komisaris di Duniatex yang telah
melakukan pelanggaran hak cipta kain dari perusahaan PT Sritex. Menyusul Direktur Duniatex
Jau Tau Kwan yang telah dahulu disidik dan disidang. Keberadaan Sumintro masih dalam
pencarian karena semenjak siding kedua beliau tidak hadir. Atas tindakannya Ia disangkakan
mlanggar pemalsuan merk sebagaimana yang diatur dalam Pasal 72 ayat 1 UU No. 19 Tahun
2002 tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Sebelumnya Jau Tau Kwan divonis satu
tahun penjara serta denda senilai Rp 1 miliar subside enam bulan kurungan.

Anda mungkin juga menyukai