Anda di halaman 1dari 5

PEMEGANG SAHAM, DEWAN KOMISARIS,

DAN DEWAN DIREKSI

Dosen : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA.

Nama Kelompok 7 :

Ni Putu Yuni Kusuma Dewi (1707531126)

Vebyeta Listiani (1707531139)

Niellashastri Shania Gayatri (1707531156)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
A. Organ-organ dalam Perseroan
Dalam rangka mencapai tujuan dari Perusahaan dan merupakan syarat dari pendirian suatu
Perusahaan, ada 3 organ penting dalam Perusahaan yang berperan penting. Menurut Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Perseroan Terbatas memiliki 3
(tiga) organ penting , yaitu:
1) RUPS. Menurut Pasal 1 ayat 4 UU PT, RUPS adalah organ Perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang
ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar. RUPS mempunyai
kewenangan yang ditetapkan dalam UU PT antara lain : Penetapan perubahan anggaran
dasar, penetapan pengurangan modal, pemeriksaan, persetujuan, dan pengesahan laporan
tahunan, penetapan penggunaan laba, pengangkatan dan pemberhentian direksi dan
komisaris, penetapan mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan dan
Penetapan pembubaran Perseroan. RUPS dilaksanakan minimal setahun sekali selama PT
masih berdiri dan paling lambat 6 bulan setelah tutup tahun buku Perseroan.
2) Direksi. Direksi merupakan organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas
pengurusan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan serta memiliki Perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar (Pasal 1 ayat 5
UU PT). Direksi memiliki kewenangan untuk menjalankan Perusahaan dengan sebaik-
baiknya, namun kewenangannya menjalankan Perusahaan dibatasi oleh Undang-Undang
dan atau Anggaran Dasar PT.
3) Komisaris. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 6 UU PT, Komisaris adalah organ Perseroan yang
bertugas melakukan pengawasan secara umum dan khusus sesuai dengan Anggaran Dasar
dalam menjalankan Perusahaan. Komisaris memiliki wewenang untuk: Melakukan
pengawasan terhadap direksi dalam menjalankan perusahaan sesuai dengan anggaran dasar
dan perundang-undangan, mengetahui segala tindakan direksi dalam menjalankan
perusahaan, dan memberhentikan sementara seorang atau lebih anggota direksi apabila
anggota direksi tersebut dalam menjalankan perusahaan bertindak bertentangan dengan
anggaran dasar atau perundang-undangan yang berlaku.
B. Pemegang Saham
Di dalam kerangka organ korporasi, pemegang saham berkedudukan sebagai pemilik
perusahaan. Kepemilikan, baik pribadi atau badan hukum, diwujudkan dengan saham sebagai
bukti identitas kepemilikan. Dengan saham menjadikannya berhak menghadiri dan
mengeluarkan suaranya dalam RUPS, menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil
likuidasi dan menjalankan hak-hak lainnya berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas atau UUPT). Pasal 3 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 menyatakan
bahwa “Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan
yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan
melebihi saham yang dimiliki.” Artinya bahwa dalam melakukan tindakan hukum atas nama
PT, sebuah PT diwakili oleh Direksi. Dengan demikian bahwa jika terjadi sesuatu yang
bertentangan dengan hukum, maka yang harus bertanggung jawab adalah Direksi. Dalam hal
ini Pemegang Saham tidak dapat dituntut pertangungjawaban hukum jika PT melakukan
perbuatan yang melawan hukum. Namun, Ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat
1 tidak berlaku apabila: (1) Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak
terpenuhi; (2) Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi; (3) Pemegang saham
yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan;
atau (4)Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara
melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan
menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan. Selanjutnya di dalam pasal 3 ayat (1) di
atas, dinyatakan bahwa Pemegang Saham tidak bertanggung jawab atas kerugian PT melebihi
saham yang dimiliki. Artinya bahwa Pemegang Saham hanya bertanggung jawab “terbatas”.
C. Hak-hak Pemegang Saham terkait UU Perseroan Terbatas
Pasal 52 ayat (1) menunjukkan bahwa pemegang saham terbagi di dalam dua kategori besar
hak. Pertama, hak-hak, sebagaimana diatur Pasal 52 ayat (1) UUPT, dalam kerangka RUPS
bahwa pemegang saham dapat menyatakan pendapatnya, menerima keuntungan RUPS dalam
bentuk dividen dan menerima sisa kekayaan dari terjadinya likiudasi perusahaan. Kedua,
terdapat hak-hak lain yang tersebar (diluar hak-hak yang pertama) diatur beberapa pasal dalam
UUPT. Kedua hak-hak itu menunjukkan bahwa UUPT tidak bermaksud mengatur hak-hak
pemegang saham dalam bab tersendiri dan tidak terintegrasi pengaturannya. Hal itu dapat
dijelaskan bahwa hak-hak lain tersebut antara lain:
1) Hak Perseorangan (Personal Rights). Pasal 61 ayat (1) UUPT menentukan bahwa setiap
pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri
apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan
wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris.
2) Hak Menilai Harga Saham (Appraisal Right). Pasal 62 ayat (1) UUPT menentukan bahwa
setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dapat dibeli
dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan
yang merugikan pemegang saham atau perseroan.
3) Hak Meminta Didahulukan (Pre-Emptive Right). Pasal 43 ayat (1) dan Ayat (2) UUPT
menentukan bahwa (1) saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus terlebih
dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham; (2) Dalam hal saham yang akan
dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah
dikeluarkan, yang berhak membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham
4) Hak Gugatan Derivatif (Derivative Right). Pasal 97 ayat (6) gugatan terhadap Direksi dan
Pasal 114 ayat (6) gugatan terhadap Komisaris perseroan. Kedua ketentuan ini diatur
bahwa pemegang untuk dan atas nama perseroan yang mewakili paling sedikit 1/10 dari
jumlah saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri
5) Hak Pemeriksaan (Enqueterecht). Hak ini oleh UUPT telah diatur khusus Pasal 138 ayat
(3) UUPT yang menyatakan bahwa permohonan pemeriksaan perseroan dapat diajukan a)
6) Hak meminta mengadakan RUPS. Hak untuk mengadakan RUPS ini dengan telah diatur
Pasal 79 ayat (2) UUPT yang menentukan bahwa penyelenggraan RUPS dapat dimintakan
oleh 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu
persepuluh) atau lebih dari seluruh saham
7) Hak meminta pembubaran Perseroan. Hak ini telah diatur dalam Pasal 144 ayat (1) UUPT
yang menentukan bahwa Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau
lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran Perseroan kepada RUPS.
D. Perlindungan terhadap Hak Pemegang Saham
E. Fungsi Dewan Komisaris dan Direksi
F. Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi
G. Regulasi Dewan Komisaris dan Direksi
H. Komisaris Independen dan Struktur Pengawasan
Daftar Pustaka

https://legalo.id/2017/10/25/3-organ-penting-dalam-perusahaan/ [diakses tanggal 7 Maret 2020]

https://www.ikai.id/berita-kegiatan-dan-artikel/tanggung-jawab-hukum-dan-hak-pemegang-saham-
dalam-perseroan-terbatas-pt/ [diakses tanggal 7 Maret 2020]

https://business-law.binus.ac.id/2018/02/17/hak-hak-pemegang-saham-di-indonesia/ [diakses tanggal


7 Maret 2020]

Anda mungkin juga menyukai