Anda di halaman 1dari 5

NAMA: YUSI ANANDA

NIM: 2022B1C037
PRODI: ADM. BISNIS 1D
MATKUL: HUKUM BISNIS

Universitas Muhammadiyah Mataram Tahun Ajaran 2022


A. HAK-HAK PEMEGANG SAHAM DAN PROSEDUR RAPAT UMUM
PEMEGANG SAHAM

Pemegang saham (shareholder atau stockholder) adalah seseorang atau badan hukum
yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan.
Hak-hak para pemegang saham pada dasarnya adalah:
1) Hak untuk menghadiri dan memberikan suara pada RUPS berdasarkan prinsip satu saham
satu suara.
Dalam suatu RUPS, para pemegang saham harus menetapkan sistem mengenai:
a. pengangkatan Komisaris dan anggota Direksi perseroan,
b. penetapan gaji Komisaris dan anggota Direksi perseroan, dan
c. penilaian kinerja mereka. Komisaris harus menyiapkan sistem tersebut untuk
disetujui oleh para pemegang saham dalam RUPS.
2) Hak untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu dan teratur
yang memungkinkan seorang pemegang saham membuat keputusan yang baik mengenai
investasi yang berkaitan dengan sahamnya dalam perusahaan.
3) Hak untuk ikut serta dalam pembagian keuntungan.
Investor-investor pemegang hak berbentuk ekuitas memiliki beberapa hak-hak
kebendaan. Contohnya, sebuah ekuitas berbentuk saham dapat diperjualbelikan atau
dialihkan. Lembaga pemegang saham terbentuk dan terdiri atas individu-individu serta
badan-badan yang mempunyai kepentingan, tujuan, pandangan investasi, dan kemampuan
yang berbeda-beda..
Hak-hak pemegang saham untuk memengaruhi operasional perusahaan terpusat pada
beberapa isu-isu dasar yang penting, seperti misalnya pemilihan anggota Dewan Direksi dan
Komisaris.
Hak-hak dasar pemegang saham meliputi hak atas:
1. metode dan cara yang aman dalam pendaftaran kepemilikan saham
2. membawa dan atau mengalihkan saham
3. mendapatkan informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan tepat
waktu
4. berpartisipasi dan memberikan suara di dalam Rapat Umum Pemegang Saham
5. memilih dan mengangkat anggota-anggota dewan komisaris dan direksi
6. bagian dari laba perusahaan.
Pemegang saham memiliki hak untuk berpartisipasi di dalam menentukan perubahan
perubahan mendasar pada perseroan, seperti:
1 perubahan-perubahan anggaran dasar/akta pendirian atau dokumen-dokumen
perusahaan sejenis.
2 memberikan persetujuan atas penambahan jumlah saham perseroan.
3 transaksi-transaksi di luar kebiasaan yang dapat memengaruhi hasil penjualan
perusahaan.
Pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk secara efektif berpartisipasi dan
memberikan suaranya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS):
a. Pemegang saham harus diberikan informasi yang cukup dan tepat waktu berkaitan
dengan tanggal, tempat, dan agenda acara RUPS
b. Kesempatan harus diberikan kepada pemegang saham untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada dewan direksi dan untuk mengajukan hal-hal yang dianggap
penting ke dalam agenda acara RUPS
Dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, RUPS menduduki tempat
yang sangat sakral sebagai organ Perseroan Terbatas yang memiliki kekuasaan
tertinggi. pemegang saham PT tidak memiliki kekuasaan apa pun terhadap perseroan.
Jadi, dalam PT, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan pemegang
kedaulatan tertinggi.
hal tersebut adalah sangat beralasan. Sebagai contoh, dengan memberikan syarat apabila
pemegang saham mengajukan hal-hal tertentu ke dalam agenda acara RUPS untuk
diputuskan, pemegang saham tersebut harus didukung oleh pemegang saham lainnya yang
memegang saham dalam jumlah tertentu.
1 Absori, Hukum Ekonomi Indonesia, Surakarta; Muhammadiyah University Press,
2006, hal 43
2 Putusan Mahkamah Agung RI No. 878/K/SIP/174 dalam C. Ali, "Yurisprudensi
Hukum Dagang", dalam Anisitus Amanat, Pembahasan Undang undang Perseroan
Terbatas 1995 dan Penerapannya dalam Akta Notaris, Jakarta: RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 1996.

B. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM MINORITAS


BELUM TERWUJUD
Pada dasarnya, pemegang saham berhak mempertahankan haknya sehubungan dengan
saham yang dimilikinya dengan cara menggugat segala tindakan perseroan yang merugikan
kepentingannya dalam perseroan yang bersangkutan. Tindakan perseroan tersebut dapat
berupa tindakan RUPS, Komisaris, dan Direksi (Pasal 60 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas).
Salah satu efek dari struktur kepemilikan melalui saham adalah terciptanya struktur
pemegang saham mayoritas dan minoritas. Pada dasarnya masing-masing mempunyai hak
yang sama. Terutama terhadap hak suara, yaitu 1 saham 1 suara. persoalannya adalah
bagaimana melindungi kepentingan pemegang saham minoritas yang berisiko "dirugikan"
oleh kekuasaan pemegang saham mayoritas.
Ini beberapa pasal yang dapat berusaha mengatur kepentingan pemegang saham, baik
mayoritas maupun minoritas:
1 Tindakan Derivatif
a. Pemegang saham dapat melakukan tindakan-tindakan selaku wakil perseoran dalam
memperjuangkan kepentingan perseroan. terhadap tindakan perseroan yang
merugikan, sebagai akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh anggota
Direksi ataupun Komisaris (Pasal 97 ayat (6) jo. Pasal 114 ayat (6) Undang-Undang
Perseroan Terbatas).
b. Melalui izin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
kedudukan perseroan. (Pasal 80 Undang Undang Perseroan Terbatas).
2. Hak Pemegang Minoritas
a. Hak Menggugat Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap
perseroan melalui Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi kedudukan
perseroan, bila tindakan perseroan merugikan kepentingannya (Pasal 60 ayat (1)
Undang-Undang Perseroan Terbatas).
b. Hak Atas Akses Informasi Perusahaan Pemegang saham dapat melakukan
pemeriksaan terhadap perseroan. (Pasal 138 Undang-Undang Perseroan Terbatas).
c. Hak Atas Jalannya Perseroan Pemegang saham dapat mengajukan permohonan
kepada Pengadilan Negeri untuk membubarkan perseroan (Pasal 146 Undang-Undang
Perseroan Terbatas).
Dengan mencermati perkembangan yang ada, peraturan hukum di Indonesia, terutama
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sampai kini masih belum
memberi perlindungan kepada pemegang saham minoritas di suatu perusahaan. Akibatnya,
pemegang saham minoritas sulit terhindar dari perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
oleh pemegang saham mayoritas yang tidak beritikad baik.

C. TANGGUNG JAWAB PEMEGANG SAHAM


Pesoalan pertanggungjawaban pemegang saham ini pada mulanya merupakan masalah yang
kontroversial. Hal ini karena ada yang berpendapat bahwa tanggung jawab pemegang saham
dalam perseroan terbatas tidak boleh lebih dari nilai saham yang diambilnya, sesuai dengan
pengertian kata "terbatas" dalam nama badan hukum ini.
Ciri yang sangat menonjol, yang membuat orang lebih memilih perseroan terbatas
sebagai bentuk hukum bagi kegiatan bisnisnya adalah dikarenakan pemegang saham
perseroan terbatas hanya bertanggung jawab sebesar nilai saham yang diambilnya dan tidak
meliputi harta kekayaan pribadinya.

Di dalam hukum positif Indonesia, kemungkinan untuk mengecualikan prinsip tanggung


jawab terbatas tersebut dimungkinkan dalam hal-hal sebagai berikut:
1 Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi.
2 Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsung dengan
itikad buruk memanfaatkan perseroan semata mata untuk kepentingan pribadi.
3 Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh perseroan.
4 Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsung melawan
hukum dengan menggunakan kekayaan perseroan.
Para pemegang saham minoritas juga harus mempunyai tanggung jawab yang sejalan
sehingga mereka tidak menyalahgunakan hak-haknya berdasarkan Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan anggaran dasar perseroan mereka masing-
masing.
Pasal 3 UU PT mengatur mengenai tindakan-tindakan tertentu pemegang saham
perseroan terbuka dan tertutup yang menyebabkan para pemegang saham tersebut
bertanggung jawab secara penuh. Para pemegang saham yang mempunyai kontrol atas
perseroan mempunyai banyak sekali kesempatan untuk melanggar batas-batas mereka.
Intervensi mereka yang tidak dapat dibenarkan dalam pengelolaan perusahaan, misalnya,
harus diatasi dengan transparansi yang lebih luas, pertanggungjawaban manajemen, dan yang
terutama dengan ganti rugi yang ditetapkan oleh pengadilan.
Dalam hal pemegang saham melakukan perbuatan-perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) UU PT, semua perikatan yang dilakukan oleh perseroan dengan pihak
ketiga menjadi tanggung jawab pribadi dari pemegang saham yang bersangkutan. Artinya,
pemenuhan atas perikatan itu dapat diajukan kepada pemegang saham yang bersangkutan.
Juga pemegang saham publik yang merasa dirugikan, misalnya dirugikan karena harga saham
yang dimilikinya jatuh sebagai akibat dilakukannya perbuatan-perbuatan sebagaimana
dimaksud Pasal 3 ayat (2) tersebut, dapat pula mengajukan gugatan atas kerugian yang
diderita itu kepada pribadi pemegang saham utama.
Hak-hak para pemegang saham minoritas termasuk:
a). hak untuk mengawasai dan untuk menerima informasi dari perseroan (Pasal 88 ayat (2)
Undang-Undang Perseroan Terbatas, meminta diadakannya RUPS (Pasal 79 ayat (2) dan
Pasal 94 (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas), memeriksa perseroan (Pasal 100 ayat (3)
Undang-Undang Perseroan Terbatas)
b). ganti rugi (pembelian kembali saham yang telah ditempatkan oleh perseroan dengan dana
yang bukan berasal dari laba) (Pasal 43 ayat (4) Undang-Undang Perseroan Terbatas),
menuntut karena tindakan yang tidak adil atau tidak perlu (Pasal 70 ayat (3) Undang Undang
Perseroan Terbatas), menuntut karena kelalaian atau kesalahan manajemen (Pasal 114 ayat
(6) Undang-Undang Perseroan Terbatas)
c) mayoritas khusus (pembelian kembali saham yang ditempatkan (Pasal 89 ayat (1) Undang-
Undang Perseroan Terbatas), konsolidasi penggabungan, pengambilalihan, pailit atau
pembubaran (Pasal 89 Undang-Undang Perseroan Terbatas), penjualan atau pemberian
jaminan atas kekayaan perseroan (Pasal 100 Undang-Undang Perseroan Terbatas)
d) hak untuk keluar dari perseroan (likuidasi-Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Perseroan
Terbatas), pembelian kembal saham yang telah ditempatkan (Pasal 62 Undang-Undang
Perseroan Terbatas).

Anda mungkin juga menyukai