Anda di halaman 1dari 5

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

KASUS: GUGATAN KEPADA MNC GRUP

Disusun oleh:
Kelompok 5

Afifa Rifqi Baswari


Agri Osmelia Fajrin
Carol Natalia Christy
Mohammad Hendro Leksmono
Muhammad Alif Nur Irvan
Sekar Sheila Kumala Sakti

Program Profesi Akuntan


Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
2020
1. Kasus gugatan tehadap perusahaan MNC Grup
1. Apakah terdapat persamaan perlakuan antar pemegang saham? Jelaskan!
Pada dasaranya hak dari setiap pemegang saham adalah sama yang mana para
pemegang saham berhak memperjuangkan hak nya dan mempunyai hak untuk
menggugat jika merasa dirugikan oleh perseroan. Dikarenakan perseroan atau
perusahaan didirikan dengan dasar anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang
dibuat oleh para pemegang saham, maka dari itu semua hal hal yang bersangkutan
dengan hak dan kewajiban pemegang saham haruslah tertulis dalam AD/ART
perseroan agar tidak ada merasa dirugikan. Dan AD/ART ini harus sesuai dengan
UUPT ( Undang-Undang Perseroan Terbatas ) dan Undang-Undang lainya yang
terkait pasar modal serta hak dan kewajiban pemegang saham.
Selain itu persamaan hak adalah dalam hal mendapatkan informasi, yang
mana tidak boleh terjadi adanya asymmetry information diantara pemegang saham.
Persamaan perlakuan pemegang saham juga tertera dalam pemungutan suara ketika
RUPS ( Rapat Umum Pemegang Saham ) yang mana setiap pemegang satu saham
mempunyai satu suara.
2. Bagaimanakah tata kelola organisasi MNCN terkait kesesuaian dengan prinsip
GCG?
Corporate Governance adalah sistem tata kelola perusahaan sebagai
mekanisme dalam perusahaan yang menyangkut proses, hubungan kelembagaan,
dimana seluruh pihak yang terkait dapat menyuarakan dan memperjuangkan
kepentingan, menengahi perbedaan-perbedaan serta menjalankan tugas dan
kewajiban mereka didalam sebuah perusahaan. (Aripin 2009) prinsip Good
Corporate Governance meliputi empat unsur dasar yang harus dibangun dalam
kerangka pengaplikasian Good Corporate Governance itu sendiri yakni: Keadilan,
Transparansi, Akuntabilitas, dan Responsibilitas.
Jika dilihat dalam kasus MNC bisa diambil kesimpulan bahwa Good
Corporate Governance telah melanggar prinsip prinsip yang ada yaitu transparansi,
yang mana para petinggi MNC tidak memberikan informasi yang lengkap yang
dibutuhkan oleh pemegang saham dalam mengambil keputusan. Selain itu MNC juga
melanggar prinsip GCG responsibilities dimana seharusnya para petinggi perseroan
tidak melakukan hal hal yang merugikan pemegang saham. Disini MNC melakukan
tindak kejahatan dengan tidak bertanggung jawab terhdap informasi yang tidak
diberikan kepada pemegang saham.
3. Jelaskan pelanggaran (violation) atas prinsip dasar persamaan hak antar pemegang
saham (fair, equal, and equitable)?
Dalam prinsip perasamaan hak pemegang saham, corporate governance harus
memastikan perlakuan pada setiap pemegang saham haruslah sama dan setara baik
pemegang saham mayoritas maupun pemegang saham minoritas. Prinsip ini
melarang adanya praktik perdagangan berdasarkan informasi orang dalam (insider
trading) dan transaksi dengan diri sendiri (self dealing) dan mengharuskan anggota
dewan komisaris untuk terbuka ketika menemukan transaksi yang mengandung unsur
konflik kepentingan (conflict of interest).
MNC Grup melakukan violation dengan tidak transparan dalam memberikan
informasi kepada seluruh pemegang saham ketika melakukan IPO yang dapat
menyebabkan adanya asymetry informasi antara pemegang saham. Dengan tidak
terbuka nya informasi yang diberikan oleh perseroan, maka kasus ini dapat
menimbulkan konflik kepentingan (conflict of interest).
Dalam kasus MNC Grup, Abdul Malik Jan menggugat perseroan karenan ia
menganggap bahwa perseroan tidak transparan dalam mengungkapkan informasi
tentang korporasi yang mengakibatkan kerugian bagi investor. Di gugatan ini Abdul
Malik menggugat adanya informasi yang tidak diungkapkan oleh perseroan yaitu
perseroan tidak mengungkapkan terkait masalah sengketa kepemilikan saham PT Cipta
Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang merupakan salah satu anak usaha MNC.

4. Apa yang harus dilakukan untuk melindungi hak pemegang saham minoritas?
(Surya and Yustiavandana 2015) Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pemegang saham minoritas tidak
boleh diabaikan kepentinganya oleh siapapun dan oleh pihak manapun termasuk
korporasi dan pemegang saham mayoritas. Atas dasar inilah ada beberapa peraturan
Undang Undang yang melindungi pemegang saham minoritas antara lain:
a. Perlindungan hukum menurut hak perorangan (Personal Right)
Persaonal right ialah hak yang dimiliki oleh pemegang saham yang mana
pemegang saham dapat dan boleh mengajukan gugatan kepada korporasi
ataupun direksi dan komisaris jika dirasa ada keputusan yang merugikan
pemegang saham. Dan hal ini diatur dalam Pasal 61 Ayat 1 (satu) dan 2 (dua)
Undang-Undang Perseroan Terbatas yang isinya:
1. Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap
Perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan
perseorangan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang wajar
sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris.
2. Gugatan sebagaimana dimaksud pada Ayat 1(satu) diajukan ke
pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
perseroan
b. Perlindungan hukum melalui appraisal right
Dalam peraturan ini, pemegang saham mempunyai hak untuk memintan
perusahaan untuk menilai dan membeli saham yang ia punya dengan harga yang
wajar apabila pemegang saham tidak setuju dengan tindakan yang dilakukan
oleh perseroan. Sebagaimana diatur dalam undang undang perseroan terbatas
pasal 62 ayat 1 dan 2 sebagai berikut:
1. Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar
sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan
tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham
atau Perseroan berupa: a. Perubahan anggaran dasar; b. Pengahlian atau
penjamin kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dan
50%(lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan;dan c.
Penggabungan, Peleburan, Pengambilahlian atau Pemisahan.
2. Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli sebagaimana dimaksud
pada Ayat 1(satu) melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham
oleh Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Ayat 1 (satu)
huruf b, Perseroan wajib mengusaha agar sisa saham dibeli oleh pihak
ketiga.
c. Perlindungan hukum melalui preemptive right
Hukum ini mewajibkan perseroan terbatas untuk menanyakan dan
menawarkan terebih dahulu kepada seluruh pemegang saham baik itu mayoritas
maupun minoritas sebelum perusahaan menerbitkan saham baru dalam tujuan
meningkatkan modal perusahaan. Dan setiap pemegang saham harus memiliki
porsi yang seimbang dalam perseroan. Dal ini di atur dalam undang undang
perseroan terbatas pasal 43 ayat 1 yang menyatakan :
Seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus
terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan
pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama.
d. Perlindungan hukum melalui derivative right
Hukum ini diberikan oleh pemegang saham untuk bertindak
mengatasnamaka perseroan untuk melakukan hukum dalam bentuk pengajuan
gugatan terhadap anggota direksi perseroan yang telah melakukan pelanggaran.
Hal ini diatur dalam peraturan perundang undangan perseroan pasal 97 ayat 6
yang menyatakan bahwa , Atas nama perseroan, pemegang saham yang
mewakili paling sedikit 1/10 (satu gian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara dapat mengajukan gugatangugatan melalui pengadilan negeri terhadap
anggota direksi yang karena kesalahannya atau kelalaiannya menimbulkan
kerugian pada perseroan.
Selaim itu pasal 114 ayat 6 juga memberikan perlindungan atas hak ini
yang menyatakan, Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili
paling sedikit 1/10(satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara dapat menggugat anggota dewan komisaris yang karena kesalahan
atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan ke pengadilan negeri.
e. Perlindungan hukum melalui enquetercht (hak angket)
Enquetercht adalah hak yang dimiliki oleh pemegang saham untuk dapat
mengajukan permohonan pemeriksaan kepada perseroan yang diduga
melakukan tindakan kecurangan. Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 138 Ayat
3(tiga) UndangUndang Perseroan Terbatas yang menyatakan
1) Pemeriksaan terhadap Perseroan dapat dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa: a.
Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
pemegang saham atau pihak ketiga;atau b. Anggota Direksi atau Dewan
Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
Perseroan atau pemegang saham pihak ketiga.
2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu) dilakukan
dengan mengajukan permohonan secara tertulis beserta alasannya ke
pengadilan negeri yang daerah hukummnya meliputi tempat kedudukan
Perseroan.
3) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam pada ayat 2(dua) dapat
diajukan oleh:
a) 1(satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit
1/10(satu persepuluh) bagian dan jumlah seluruh saham dengan
hak suara;
b) pihak lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan,
anggaran dasar Perseroan atau perjanjian dengan Perseroan
diberi wewenang untuk mengajukan permohonan
pemeriksaan;atau
c) c. kejaksaaan untuk kepentingan umum
Daftar Pustaka:

Aripin. 2009. “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Minoritas Perseroan


Terbatas Terbuka Dalam Rangka Menciptakan Kepastian Hukum Sebagai Sarana
Peningkatan Iklim Investasi Di Indonesia,” 7–10. doi:10.15957/j.cnki.jjdl.2009.07.004.

Surya, Indra, and Ivan Yustiavandana. 2015. “Penerapan Prinsip Keadilan Dalam Good
Corporate Governance Terhadap Pemenuhan Hak-Hak Pemegang Saham Minoritas.”
Ilmu Hukum Legal Opinion 3.

2016. Hukumonline.com. may 29. Accessed november 3, 2020.


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl1017/perlindungan-terhadap-
pemegang-saham/.

2019. market.bisnis.com. September 11. Accessed November 3, 2020.


https://market.bisnis.com/read/20190911/7/1147060/knkg-pemegang-saham-berhak-
mendapat-perlakuan-setara.

Anda mungkin juga menyukai