1. Nilai Pari
biasanya mencerminkan jumlah uang yang dipinjam oleh perusahaan dandijanjikan untuk dilunasi
kembali pada saat tanggal jatuh tempo.
2. Tingkat Bunga Kupon
tingkat bunga tahunan yang dinyatakan atas suatu obligasi.
3. Tanggal Jatuh Tempo
yaitu suatu tanggal yang telah ditentukan untuk melunasi nilai parisuatu obligasi.
4. Ketentuan Penebusan
ketentuan dalam kontrak suatu obligasi yang memberikan hakkepada emiten untuk menebus
kembali obligasi berdasarkan persyaratan-persyaratan yangtelah ditentukan sebelum tanggal jatuh
tempo normal.
5. Dana Pelunasan
ketentuan dalam kontrak suatu obligasi yang meminta emitenmelunasi sebagian emisi obligasi
setiap tahunnya.
6. Fitur lain
Obligasi konversi, Waran, Putable Bond, Obligasi Pendapatan, Obligasi Terindeks.
Contoh dari systematic risk diantaranya adalah perubahan tingkat suku bunga, perubahan
regulasi, perubahan kondisi perekonomian, dan lainnya. Misalnya kondisi politik Indonesia
yang kurang stabil meningkatkan systematic risk. Kemudian baru-baru ini, berita bahwa Sri
Mulyani bakal mundur dari posisi Menkeu juga dipandang sebagai faktor yang dapat
meningkatkan risiko ini.
2. Unsystematic Risk
Unsystematic risk, atau sering disebut juga specific risk, adalah risiko bahwa event tertentu
yang terjadi pada perusahaan atau industrinya yang kemudian mempengaruhi harga saham
perusahaan tersebut.
Jadi, ketika Anda membeli saham suatu perusahaan, tentunya Anda mengharapkan imbal hasil
yang bagus atas investasi Anda tersebut. Namun, kinerja perusahaan sendiri bisa bagus, bisa
juga jelek, disebabkan oleh faktor-faktor spesifik tertentu. Ini adalah yang dimaksud dengan
unsystematic (specific risk). Unsystematic risk sangat terkait dengan kondisi industri maupun
keputusan manajemen.
Dalam UU No. 40 Tahun 2007 hak pemegang saham tersebut diatur dalam Pasal 52
yang menyebutkan:
1) Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
a. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b. Menerima pembayaran dividend an sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. Menjalankan hak lainnya berdasarkan undang-undang ini.
Dalam Pasal 52 ayat (1) poin c dikatakan bahwa ada hak pemegang saham lainnya
yang diatur berdasarkan Undang-Undang Perseroan, yaitu:
1) Hak Perseorangan (Pasal 61 UUPT)
Hak ini menjelaskan bahwa setiap pemegang saham berhak untuk mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang
dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi,
dan/atau Dewan Komisaris.
Factor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi adalah seperti ukuran perusahaan (firm
size), likuiditas (liquidity), profitabilitas (profitability), leverage, produktivitas
(productivity), laba ditahan (retained earning), pertumbuhan perusahaan (growth), jaminan (secure),
dan umur obligasi (maturity) sebagai variabel independen.
Dalam dunia investasi portofolio, istilah obligasi bukanlah istilah asing. Ia merupakan surat berharga
tanda bukti utang. Namun, untuk membedakan dengan surat utang yang berumur pendek atau
menengah, yaitu surat utang dengan jangka waktu di bawah lima tahun, umumnya obligasi memiliki
jangka waktu atau masa jatuh tempo yang panjang, yaitu minimal lima tahun.
Jika dilihat dari penerbitnya, maka jenis obligasi bisa dibedakan antara obligasi korporasi dengan
obligasi negara. Obligasi korporasi adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau swasta,
sedangkan obligasi negara adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.
Lihat juga: Wakil Indonesia Gagal Tanding di All England 2021, Kenapa?
Jika disimak dari tingkat suku bunga yang diberikan, maka bisa dibedakan antara obligasi yang
berbunga tetap (fixed rate bond), obligasi berbunga mengambang (floating rate bond), dan obligasi
tanpa bunga (zero coupon bond).
Masih banyak lagi istilah yang merujuk pada pemahaman tentang obligasi seperti debentures,
subordinate debentures, mortgage bonds, junk bonds, dan sebagainya.
Secara umum, obligasi memiliki beberapa karakteristik khusus. Pertama, ia memiliki klaim terhadap
aset dan pendapatan perusahaan. Klaim terhadap aset berarti jika perusahaan yang menerbitkan
obligasi itu diterpa musibah dan bangkrut, maka pemegang obligasi mendapatkan hak pertama untuk
didahulukan ketika terjadi penjualan aset.
Sedangkan klaim terhadap pendapatan berarti pemegang obligasi memiliki hak terlebih dahulu
daripada dividen pemegang saham umum maupun saham preference.
Kedua, obligasi selalu memiliki nilai nominal atau nilai pari (par value). Nilai nominal ini selalu
tertera dalam lembar obligasi. Ketiga, setiap penerbitan obligasi selalu disertai dengan adanya kupon
dengan tingkat suku bunga tertentu.
Bunga ini bisa dibayar setiap tiga bulan sekali, empat bulan sekali, atau enam bulan sekali. Misalnya,
obligasi dengan bunga tetap 10 persen per tahun, jika ditentukan bahwa bunga dibayar enam bulan
sekali, maka besarnya bunga yang dibagi adalah lima persen dari nilai pari.
Jika obligasi memiliki nilai Rp100 juta, maka pemegang obligasi akan menerima bunga Rp5 juta
(lima persen dari nilai pari) setiap enam bulan sekali sampai masa jatuh tempo.
Karakteristik keempat adalah bahwa obligasi memiliki masa jatuh tempo, dengan masa jatuh tempo
minimal lima tahun. Ada obligasi yang masa jatuh temponya 10 tahun, 15 tahun, bahkan 30 tahun.
Kelima, obligasi memiliki indenture yakni kontrak antara pihak penerbit obligasi dengan wakil
pemegang obligasi. Pihak yang menjadi wakil pemegang obligasi disebut wali amanat. Kontrak itu
berisi hak dan kewajiban penerbit dan pemegang obligasi termasuk nilai nominal (par value), kupon
(coupon), masa jatuh tempo, dan sebagainya.
Selain itu, biasanya dalam kontrak juga berisi daftar ketentuan atau batas-batas ketentuan yang
dirancang untuk melindungi pemegang obligasi, antara lain menyangkut: larangan penjualan piutang
perusahaan; batasan pembayaran dividen; larangan pembelian atau penjualan aktiva tetap perusahaan;
dan batasan penarikan pinjaman tambahan.
Ciri khas kelima, obligasi selalu memiliki current yield (tingkat penghasilan saat ini) yakni rasio
pembayaran bunga tahunan (kupon) terhadap harga obligasi.
Keenam, obligasi selalu memiliki peringkat obligasi, misalnya AAA, AA+, AA-, BBB+, dan
sebagainya. Peringkat ini mencerminkan risiko yang terkandung dari obligasi tersebut. Peringkat AAA
merupakan peringkat yang tertinggi. Peringkat AA+, AA-, BBB+, dan seterusnya menunjukkan
peringkat yang semakin rendah. Semakin tinggi peringkat obligasi, biasanya semakin rendah tingkat
bunga yang ditawarkan. Demikian pula sebaliknya.
Proses pemeringkatan dilakukan oleh lembaga independen yang disebut lembaga pemeringkat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi peringkat antara lain proporsi modal terhadap utang,
profitabilitas perusahaan, tingkat kepastian dalam meraih pendapatan, dan besar kecilnya perusahaan.
Nah, dengan mengetahui karakteristik obligasi, maka investor bisa mengetahui seberapa besar return
yang akan dihasilkan serta memilih obligasi apa yang cocok dan sesuai dengan karakternya.
(Business Lounge – Risk) – Investasi tidak bisa lepas dari yang namanya risiko, termasuk saham yang
merupakan instrumen investasi berisiko tinggi. Investasi pada saham memang potensi keuntungannya
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan deposito, namun risikonya juga jauh lebih tinggi. Berinvestasi
di saham, dana Anda bisa jadi berlipat ganda, namun juga bisa habis bahkan negatif. Oleh karena itu,
sebelum memutuskan investasi di saham Anda harus memahami risiko-risikonya.
Pada dasarnya, risiko saham terdiri dari dua macam, yakni systematic risk dan unsystematic risk.
Bagaimana maksudnya? Apa saja contohnya? Dan bagaimana mengelola risiko-risiko tersebut?
Systematic Risk
Systematic risk, atau biasa juga disebut dengan market risk atau undiversifiable risk adalah faktor
risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Jadi, pergerakan harga saham tertentu akan
dipengaruhi oleh pergerakan bursa saham secara keseluruhan.
Contoh dari systematic risk diantaranya adalah perubahan tingkat suku bunga, perubahan regulasi,
perubahan kondisi perekonomian, dan lainnya. Misalnya kondisi politik Indonesia yang kurang stabil
meningkatkan systematic risk. Kemudian baru-baru ini, berita bahwa Sri Mulyani bakal mundur dari
posisi Menkeu juga dipandang sebagai faktor yang dapat meningkatkan risiko ini.
Systematic risk tidak dapat dikontrol oleh investor, serta tidak dapat dimitigasi pula melalui
diversifikasi. Risiko ini dapat diukur melalui besaran beta, yakni ukuran statistik yang mengukur
dampak pergerakan pasar secara historis terhadap harga saham. Dengan meregresikan return saham
terhadap return pasar, maka besaran beta dapat diperoleh. Risiko ini tidak dapat dihindari, namun
pasar memberikan kompensasi yang lebih pula bagi investor yang bersedia untuk mengambil risiko
ini. Menurut Capital Asset Pricing Model (CAPM), semakin besar systematic risk (beta), maka tingkat
expected return juga semakin besar.
Semakin tinggi beta, maka saham semakin sensitif terhadap pergerakan pasar. Contoh saham dengan
beta tinggi adalah saham BUMI, yang mempunyai beta sebesar 1.65. Artinya, saham ini sangat
sensitif terhadap pergerakan pasar. Jika naik, maka kenaikannya bisa lebih tinggi, dan jika turun maka
pelemahannya pun bisa lebih tajam.
Namun ingat, systematic risk ini berbeda dengan systemic risk, yang sedang ramai diperbincangkan
belakangan ini. Systemic risk merupakan risiko atau event yang dapat mengakibatkan sistem finansial
jatuh secara keseluruhan.
Unsystematic Risk
Sementara itu, unsystematic risk, atau sering disebut juga specific risk, adalah risiko bahwa event
tertentu yang terjadi pada perusahaan atau industrinya yang kemudian mempengaruhi harga saham
perusahaan tersebut.
Jadi, ketika Anda membeli saham suatu perusahaan, tentunya Anda mengharapkan imbal hasil yang
bagus atas investasi Anda tersebut. Namun, kinerja perusahaan sendiri bisa bagus, bisa juga jelek,
disebabkan oleh faktor-faktor spesifik tertentu. Ini adalah yang dimaksud dengan unsystematic
(specific risk).
Unsystematic risk sangat terkait dengan kondisi industri maupun keputusan manajemen. Contohnya
adalah strategi pemasaran, keputusan manajemen untuk menambah utang, pesaing menurunkan harga,
keputusan pricing, lini produk dan lainnya.
Baru-baru ini misalnya, BTPN menambah nilai obligasi yang akan diterbitkannya, dari Rp 750 miliar
menjadi Rp 1,3 triliun. Ini berarti menambah utang, yang berarti meningkatkan unsystematic risk dari
BTPN. Contohnya lagi adalah harga batubara yang diprediksikan turun tahun ini, sehingga
meningkatkan unsystematic risk bagi perusahaan-perusahaan batubara seperti BUMI, PTBA dan
Adaro.
Unsystematic risk, berbeda dengan systematic risk, dapat dikontrol dengan beberapa strategi.
Pertama, unsystematic risk dapat diminimalisir dengan cara melakukan diversifikasi portfolio. Lalu
berapa saham dalam portfolio yang harus Anda miliki untuk menghilangkan risiko ini? Pertama-tama,
Anda harus memahami dulu konsep diversifikasi ini. Seandainya Anda hanya mempunyai saham
BUMI dan PTBA saat ini, berarti Anda terekspos pada unsystematic risk, karena kedua saham
tersebut berada dalam satu industri. Jika harga batubara turun, maka tentunya harga kedua saham
tersebut bakal turun.
Artinya, untuk membentuk suatu portfolio saham yang baik Anda harus mengisinya dengan saham-
saham yang menghasilkan korelasi kecil. Semakin kecil korelasinya, maka semakin baik, karena
berarti return saham tidak bergerak secara bersama-sama. Jika korelasi semakin kecil, maka standar
deviasi dari portfolio juga semakin kecil.
OBLIGASI (BONDS)
Obligasi merupakan surat hutang jangka panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari
pihak yang menerbitkan (debitur) untuk membayar bunga (coupon) pada periode tertentu dan
melunasi pokok hutang pada waktu yang ditentukan kepada pihak pembeli (kreditur) obligasi tersebut.
Dalam penerbitan obligasi, maka perusahaan akan dengan jelas menyatakan jumlah dana yang
dibutuhkan yang dikenal dengan istilah “jumlah emisi obligasi”. Penentuan besar kecilnya jumlah
penerbitan obligasi berdasarkan aliran arus kas perusahaan, Kebutuhan, serta kinerja bisnis
perusahaan.
Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau berakhirnya masa pinjaman (maturity). Secara
umum masa jatuh tempo obligasi adalah 5 tahun. Ada yang 1 tahun, adapula yang 10 tahun. Semakin
pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati oleh investor, karena dianggap risikonya
kecil.
Pengelompokan obligasi (bonds) dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu:
a. Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Swasta.
c. Municipal Bonds: yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai
proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan public (public utility).
a. Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik, namun
bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
b. Coupon Bonds : obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan
ketentuan penerbitnya.
c. Fixed Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa
penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
d. Floating Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka
waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD)
yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.
a. Convertible Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
b. Exchangeable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar
saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
c. Callable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi
pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
d. Putable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
a. Secured Bonds : obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan
jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam hal ini, termasuk didalamnya adalah :
o Guaranteed Bonds : obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan penangguangan
dari pihak ketiga.
o Mortgage Bonds : obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik
atas property atau asset tetap.
o Collateral Trust Bonds : obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam
portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.
b. Unsecured Bonds : obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin
dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
a. Term Bonds (obligasi waktu) yaitu bila obligasi yang dikeluarkan jatuh tempo pada waktu
bersamaan.
b. Serial Bonds (obligasi seri) yaitu obligasi yang jatuh temponya terbagi di dalam beberapa tanggal.
Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi hanya berkaitan dengan kemungkinan gagal bayar. Menurut S&P, obligasi memiliki
beberapa rating (peringkat) yaitu sebagai berikut:
Peringkat AAA adalah peringkat yang tertinggi. Kemampuan untuk membayar bunga sangat kuat.
Peringkat AA memiliki kemampuan yang sangat kuat membayar bunga dan melunasi pokok.
Kelompok ini juga merupakan kelas obligasi bernilai tinggi.
Utang berperingkat A memiliki kemampuan yang kuat untuk membayar bunga dan melunasi pokok,
walupun sedikit rentan terhadap pengaruh atau situasi perekonomian yang buruk.
Peringkat BBB dipandang memiliki kemampuan yang memadai untuk membayar bunga dan
melunasi pokok. Obligasi ini adalah kewajiban dengan nilai menengah.
Peringkat BB;B dipandang sebagai utang yang secara seimbang lebih dominan berdasarkan
persyaratan kewajiban. Menunjukkan tingkat spekulasi yang terendah.
Peringkat CCC dan CC bersifat spekulatif jika dilihat dari kemampuan membayar bunga dan
melunasi pokok. Menunjukkan tingkat spekulasi yang tertinggi.
Peringkat C diberikan untuk obligasi pendapatan di mana tidak terdapat pembayaran bunga.
Peringkat D dipandang sebagai utang sedang gagal bayar dan pembayaran bunga dan atau
pelunasan pokok belum dilakukan.
Proses penerbitan obligasi dimulai melalui penjamin emisi atau yang biasa disebut dengan
underwriting. Dalam penjaminan emisi, satu atau lebih perusahaan sekuritas akan membentuk
sindikasi guna membeli seluruh Obligasi dari emiten untuk menjualnya kembali kepada investor.
Penerbit obligasi sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi, namun
peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali. Penggolongan
penerbit obligasi biasanya terdiri atas :
Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank Investasi Eropa (European Investment Bank) atau
Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank).
Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang negaranya maupun
Obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang biasa disebut dengan obligasi internasional
sovereign bond). (Sub-sovereign, propinsi, negara atau otoritas daerah . Di Amerika dikenal sebagai
Obligasi daerahIndonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN). Di Lembaga pemerintah.
Obligasi ini biasa juga disebut agency bonds, atau agencies.
Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.
Special purpose vehicles adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan khusus guna
menguasai aset tertentu yang ditujukan guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut Efek
Beragun Aset.
Sebagai suatu instrumen keuangan, obligasi bersifat dapat diperdagangkan di pasar obligasi. Ada dua
jenis pasar obligasi yaitu:
1. Pasar Primer
2. Pasar Sekunder
Tempat diperdagangkannya obligasi setelah diterbitkan dan tercatat di BEI, perdagangan obligasi
akan dilakukan di Pasar Sekunder. Pada saat ini, perdagangan akan dilakukan secara Over the Counter
(OTC). Artinya, tidak ada tempat perdagangan secara fisik. Pemegang obligasi serta pihak yang ingin
membelinya akan berinteraksi dengan bantuan perangkat elektronik seperti email.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/accounting/article/viewFile/6223/6009
1. Strategi Komunikasi Pemasaran, Pengaruhnya Terhadap Keinginan Membeli Analisis Terhadap
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keinginan Membeli Produk Kangen Water Mesin Ionisasi Air
Dari PT. Enagic
2. Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel bebas (biasanya dinotasikan dengan
symbol X)
dan variabel terikat (biasanya dinotasikan dengan symbol Y).
Pada judul diatas yang ada pada jawaban no 1, yaitu:
Dimana
Veriabel X1,X2,X3 : Strategi Komunikasi Pemasaran, Pengaruhnya Terhadap Keinginan Membeli,
Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Variabel Y nya : Keinginan Membeli Produk Kangen Water Mesin Ionisasi Air Dari PT. Enagic
Sedangkan Variabel terikat (dependen variable) adalah variabel yang memberikan reaksi atau
respon jika dihubungkan dengan variabel bebas, biasa dinotasikan dengan Y. Dalam perilaku
organisasi, variabel-variabel dependen ini antara lain terdiri dari produktivitas / kinerja,
mangkir / tingkat absensi, turnover, perilaku menyimpang di tempat kerja, organizational
citizenship behavior (OCB), dan kepuasan kerja. Sedangkan dalam bidang pendidikan,
disiplin siswa, prestasi belajar, tingkat kelulusan, dan sebagainya bisa ditetapkan sebagai
variabel dependen.
2. Mohon maaf Pak, latar belakagnya masih dalam proses pak, harap di maklum.
Terima Kasih
Wassalamualaikum wr, wb