1.
Sumber dana jangka panjang adalah pendanaan untuk memenuhi kebutuhan perusahaaanyang
pengembaliaannya dalam jangka waktu yang lamadan manfaat yang akan dirasakandalam waktu yang
lama juga. Umumnya sekitar 5 hingga 10 tahun periode.Alasan manajemen keuangan perusahaan
memerlukan pendanaan jangka panjang adalah:
• Kebutuhan dana dalam jumlah besar yang dibutuhkan untuk investasi perusahaan.
• Laba ditahan peruahaan tidak mencukupi atau tidak ada untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan perusahaan.Misalnya sebuah perusahaan yang ingin melakukan pengembangan usaha
seperti inginmembeli aset tetap berupa tanah, mesin atau pembangunan pabrik baru akan
memerlukantambahan dana segar dalam jumlah yang besar.
Pendanaan jangka pendek tentu tidak akan sanggup mengatasinya karena jumlahnya yangrelatif kecil.
Maka dibutuhkan sumber dana jangka panjang untuk memenuhinya.
Hipotik (Mortgage)
Hipotek atau mortgage adalah bentuk hutang jangka panjang dengan agunanaktiva tidak
bergerak (tanah, bangunan). Dana yang dipinjam dalam jumlah yang besar,umumnya senilai 70
hingga 90 % dari nilai pasar aktiva tetap yang dijaminkan perusahaan. Dalam perjanjian
kreditnya di mortgage document disebutkan secara jelasaktiva apa yang digunakan sebagai
agunan.Dalam peristiwa likuidasi kreditur akan dibayar terlebih dulu dari hasil penjualanaktiva
tetap yang dipergunakan sebagai agunan.Bila hasil penjualan aktiva yang diagunkan tersebut
belum cukup, maka sisanyamenjadi kreditur umum, sama seperti pemilik obligasi.
Obligasi
Kita tahu, bahwa bila suku bunga naik, harga obligasi akan turun (pembeliobligasi rugi), dan bila
suku bunga turun harga obligasi akan naik (penerbit obligasi yangrugi).Kita tahu, bahwa bila
suku bunga naik, harga obligasi akan turun (pembeliobligasi rugi), dan bila suku bunga turun
harga obligasi akan naik (penerbit obligasi yangrugi). Karena itu kemudian muncul obligasi yang
ditawarkan dengan suku bungamengambang (floating rate).Misalnya, ditentukan bahwa suku
bunga obligasi sama dengan suku bunga rata-rata deposito jangka waktu enam bulan pada
bank-bank tertentu ditambah dengan 1%.Cara lain untuk mengurangi risiko bagi penerbit
obligasi perusahaan adalahmencantumkan call price. Call price menunjukkan harga yang akan
dibayar oleh penerbitobligasi, pada saat hak untuk membeli kembali obligasi tersebut
dilaksanakan oleh penerbit obligasi.Inilah salah satu manfaat pendanaan jangka panjang dengan
obligasi.
Obligasi Konversi (Convertible Bond)
Obligasi konversi adalah obligasi konversi adalah obligasi yang bisa diubah bentuk menjadi
saham biasa. Pemilik obligasi konversi (convertible bonds-CB)sebenarnya memiliki obligasi dan
opsi call price atas saham perusahaan.Berikut ini contoh contoh obligasi konversi (convertible
bond):PT KAS Network menerbitkan obligasi konversi yang dapat dikonversikan menjadisaham
biasa pada lima tahun yang akan datang. Setiap lembar obligasi konversi dapatdikonversikan
menjadi 100 lembar saham biasa. Obligasi konversi dengan nilai nominalRp 1.000.000 per
lembar menawarkan coupon rate 14% per tahun. Bagaimana dampak pengeluaran obligasi
konversi terhadap laba per lembar saham?Contoh tersebut menunjukkan bahwa bila pada akhir
tahun kelima harga per lembar saham biasa mencapai lebih dari Rp 10.000 maka para
pemegang obligasi akanmengkonversikannya menjadi saham biasa. Bila harga saham di bawah
Rp 10.000mereka akan memilih untuk meng-uangkan obligasi tersebut. Pada contoh tersebut
jugamenunjukkan rasio konversi obligasi ke saham adalah sebanyak 100, dan harga
konversiadalah Rp 10.000.
Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang memberikan dividen yang tetap nilainya.Keunggulan saham
preferen bagi investor adalahBesarnya dividen tidak dipengaruhiolehlaba yang diperoleh
perusahaan. Sedangkan kelemahan saham preferen ialah pembayaran dividen saham preferen
tidak dapat dipakai sebagai pengurang pajak.Dengan kata lain, pembayaran dividen saham
preferen dilakukan terhadap laba setelah pajak.
Saham Preferen Kumulatif dan Partisipatif
Ada saham preferen kumulatif yang memberikan dividen kumulatif.Artinya bila pada tahun lalu
perusahaan rugi, maka besarnya dividen akan ditunda untuk dibayarkan keseluruhannya pada
tahun ini.Terkadang ada juga saham preferen partisipasi penuh yang mempunyai
participatingfeature.Artinya, setelah para pemegang saham preferen menerima dividen sebesar
Rp 160, danternyata pemegang saham biasa memperoleh dividen sebesar Rp 250.
2.
Sewa Guna Usaha (Leasing) didefinisikan sebagai kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease), untuk digunakan oleh Penyewa
Guna Usaha (Lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang
modal dengan pembiayaan dari Perusahaan Pembiayaan (Lessor).
1. Perbedaan dari Pengertiannya
Operating lease adalah kontrak komersial di mana lessor (perusahaan yang meminjamkan)
mengizinkan lessee (perusahaan atau perorangan yang meminjam) untuk menggunakan aset
sebagai pengganti pembayaran berkala untuk jangka waktu yang pendek. Setelah kontrak
berakhir, barang harus dikembalikan kepada pemiliknya.
Sementara itu, finance lease adalah kontrak komersial di mana lessor mengizinkan lessee untuk
menggunakan aset sebagai pengganti pembayaran berkala untuk jangka waktu yang biasanya
panjang. Biasanya, finance lease memberikan hak opsiuntuk membeli objek yang disewa kepada
lessee dengan nilai atau harga yang disepakati bersama pada akhir masa kontrak.
2. Kepemilikan Barang
Pada operating lease, kepemilikan barang tetap ada pada lessor. Sementara itu, pada finance
lease, kepemilikan barang dipindahkan kepada lessee.
Hal ini berarti semua hal yang berkaitan dengan barang atau objek sewa tersebut (administrasi,
asuransi, dsb) harus dilakukan oleh pihak yang memiliki kepemilikan barang tersebut.
3. Sifat Kontrak
Pada operating lease, kontrak dari leasing ini disebut rental agreement atau kontrak sewa.
Sedangkan pada finance lease, kontrak leasing disebut sebagai loan agreement atau kontrak
pinjaman.
4. Perawatan
Seperti yang sudah dijelaskan di atas. Pada operating lease, karena kepemilikan barang ada pada
lessor, maka lessor berkewajiban untuk melakukan perawatan barang atau objek sewa secara
berkala.
Sebaliknya, pada finance lease, lessee adalah orang yang berkewajiban melakukan perawatan
kepada barang atau objek pinjamannya.
Baca juga: Apa Saja Perbedaan Kredit dan Pembiayaan?
5. Pemutusan Kontrak
Pada operating lease, lessor dapat melakukan pembatalan kontrak tanpa adanya denda.
Sementara pada finance lease, pihak lessee yang dapat melakukan pembatalan kontrak tanpa
adanya denda.
Jika pihak lessee melakukan pemutusan kontrak pada operating lease, atau pihak lessor
melakukan pemutusan kontrak pada finance lease, maka pihak tersebut biasanya akan
dikenakan denda yang wajib mereka bayar.
Untuk menghindari denda, kedua belah pihak dapat melakukan negosiasi pemutusan kontrak
yang dapat disetujui oleh kedua belah pihak.
6. Kriteria
Perbedaan operating lease dan finance lease yaitu kriterianya. Lalu seperti apa kriterianya?
Dapat dikatakan finance leasing apabila memenuhi persyaratan:
Total pembayaran sewa guna usaha dan selama masa sewa guna usaha pertama kali,
ditambah dengan nilai sisa barang yang dilease harus dapat menutupi harga perolehan
barang modal yang dileasekan dan keuntungan bagi pihak lessor.
Dalam perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessee.
Sedangkan kriteria untuk memenuhi persyaratan sebagai operating lease adalah sebagai
berikut:
Total pembayaran selama masa leasing pertama tidak bisa menutupi harga perolehan
barang modal yang dileasekan ditambah keuntungan bagi pihak lessor.
Di dalam perjanjian leasing tidak memuat mengenai hak opsi bagi lessee.
7. Penggunaannya
Perbedaan yang terakhir adalah dari segi penggunaannya. Operating lease lebih cocok
digunakan untuk organisasi yang membutuhkan penggunaan barang atau objek dalam jangka
waktu yang pendek. Sementara financial lease lebih cocok digunakan oleh individu yang ingin
membeli suatu barang atau objek pada akhir masa peminjamannya.
3.