Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 2

HUKUM PERUSAHAAN
DOSEN/TUTOR YULI RAKHMAWATI, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH
NAMA : SITI NURMALA SOLIHAT
NIM : 042076779

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK (FHISIP)


UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ)
BOGOR
POKJAR BINA MAHUNIKA
TAHUN 2023
Soal :
Deretan Kasus Korupsi Ingatkan Kita Pentingnya Penerapan Good Coorporate Governance

(Dwi Purwanto | 31 Agustus 2021)

Pada 2018, Grup Lippo terjerat permasalahan korupsi menyusul operasi tangkap tangan oleh
KPK akibat terkuaknya fakta bahwa anak perusahaan mereka melakukan tindak pidana
rasuah berupa suap untuk perizinan proyek Meikarta. Seketika itu pula saham emiten properti
Grup Lippo ambruk yang secara bersamaan mengakibatkan kerugian di pihak investor dan
para pemegang saham saat itu. Saat itu, sejumlah saham perusahaan Grup Lippo yang tercatat
di Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung berguguran begitu kasus rasuah tersebut menyeruak.
Seketika Saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), pengembang proyek Meikarta, merosot
240 poin (14,77%) ke Rp 1.385 setelah dibuka di level Rp 1.625. Sementara saham PT Lippo
Karawaci Tbk (LPKR) juga anjlok 8 poin (2,68%) ke Rp 290.

Hal ini menjadi bukti rendahnya kesadaran kita terhadap pentingnya penerapan seluruh
aspek Good Corporate Governance sehingga efeknya bermuara pada maraknya kasus korupsi
ataupun tindak pidana penyelewengan lainnya. Ketua KPK Firli Bauri menegaskan bahwa
seluruh BUMN dan pelaku usaha lainnya harus menerapkan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance. Hal itu ia sampaikan usai pada Juli
2020 lalu, lagi-lagi terjadi tindak pidana rasuah berupa pengerjaan proyek-proyek fiktif. Kali
ini, subjeknya justru hadir dari perusahaan BUMN yaitu PT Waskita Karya.

Good Corporate Governance menjadi sangat krusial untuk diterapkan menjadi solusi
yang dapat diandalkan guna mencegah praktik tindak pidana korupsi. Pada prinsipnya,
penerapan tata kelola perusahaan yang baik tidak hanya akan melindungi kepentingan
pemegang saham dan investor, namun juga akan membawa banyak manfaat dan keuntungan
bagi perusahaan terkait dan pihak lain yang memiliki hubungan langsung maupun tidak
langsung dengan perusahaan.

Sumber :

https://pratamaindomitra.co.id/deretan-kasus-korupsi-ingatkan-kita-pentingnya-penerapan-
gcg.html

Dari artikel berita tersebut, buatlah sebuah analisa hukum dari pertanyaan berikut ini :

1. Mana saja pengaturan dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang
menunjukkan adanya hubungan antara Pemegang Saham dengan Perseroan yang
berkaitan dengan Prinsip Akuntabilitas? Jelaskan!
Jawab:
Ada 5 (lima) prinsip yang umum diterapkan bagi perusahaan selama mewujudkan
GCG antara lain independensi (independency), transparansi
(transparency) ,akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility),
dan kewajaran atau kesetaraan (fairness)

Prinsip Akuntabilitas
Akuntabilitas berkaitan dengan tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang
efektif (effective oversight), berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang
saham, dewan komisaris, dan auditor. Hal ini merupakan bentuk pertanggungjawaban
manajemen kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan
antara lain dengan menyiapkan Laporan Keuangan (Financial Statement) pada waktu
yang tepat dan dengan cara yang tepat. Mengembangkan Komite Audit dan risiko
untuk mendukung fungsi pengawasan oleh Dewan Komisaris, mengembangkan dan
merumuskan kembali peran dan fungsi Internal Audit sebagai mitra bisnis strategik
berdasarkan best practices. Menjaga manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan
menengahi pertentangan (dispute), penegakan hukum (sistem penghargaan dan
sanksi), menggunakan Eksternal Auditor yang memenuhi syarat (berbasis
profesionalisme)

Hubungan antara Pemegang Saham dengan Perseroan : (modul 5.22 – 5.24)


1. Pasal 33 ayat (1): Pemegang saham wajib menyetor penuh kepada perseroan atas
bagian saham yang diambilnya.
2. Pasal 3 ayat (1) Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara
pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung
jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki
3. Pasal 3 ayat (2) Pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi apabila
a. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi
b. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan perseroan, atau
c. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan yang
mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang perseroan
4. Pasal 78 ayat (1): Hubungan pemegang saham dengan perseroan dilakukan
melalui RUPS, baik tahunan maupun luar biasa (lainnya).
5. Pasal 61 ayat (1). Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap
perseroan ke pengadilan negeri, apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang
dianggap tidak adil tanpa alasan yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS,
direksi atau dewan komisaris
6. Pasal 62 ayat (1) Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar
sahamnya dibeli dengan harga wajar, apabila yang bersangkutan tidak menyetujui
tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa:
a. Perubahan anggaran dasar,
b. Penjualan, penjaminan, pertukaran sebagian besar atau seluruh kekayaan
perseroan, atau
c. Penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan perseroan
7. Pasal 86 Pemegang saham dapat memohon secara tertulis kepada direksi untuk
memeriksa dan mendapatkan salınan daftar pemegang saham, risalah rapat dan
pembukuan perseroan
8. Pasal 79 dan 80: Pemegang saham yang mewakili 1/10 (satu persepuluh) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, atau suatu jumlah yang
lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar perseroan yang
bersangkutan dapat
a. Meminta RUPS tahunan dan untuk kepentingan perseroan meminta RUPS
lainnya yang berkaitan dengan alasan untuk apa RUPS itu diminta.
b. Melakukan sendiri pemanggilan RUPS tahunan atas seizin ketua pengadilan
negeri apabila direksi atau komisaris tidak menyelenggarakan RUPS Tahunan
pada waktu yang telah ditentukan, atau RUPS lainnya, apabila direksi atau
komisaris setelah lewat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak permintaan
pemegang saham tidak melakukan pemanggilan
9. Pasal 138 dan 139 Pemegang saham atas nama diri sendiri atau atas nama
perseroan apabila mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan kepada ketua
pengadilan negeri untuk diadakan pemeriksaan terhadap perseroan dengan tujuan
untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa
a. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang
saham atau pihak ketiga, atau
b. Anggota direksi atau komisaris melakukan perbuatan hukum yang merugikan
perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga. Apabila ketua pengadilan
negeri mengabulkan, pemeriksaan dilakukan oleh ahli yang ditunjuk oleh
ketua pengadilan negeri
10. Informasi Kinerja Perseroan yang akurat, Laporan Tahunan, Perhitungan Tahunan,
dan Laporan Keuangan Tahunan berupa:
a. Laporan tahunan ditandatangani semua anggota direksi dan komisaris untuk
disetujui RUPS
b. Perhitungan tahunan merupakan salah satu bagian yang wajib dimuat dalam
laporan tahunan.
c. Perhitungan tahunan merupakan salah satu bagian yang wajib dimuat dalam
laporan tahunan
d. Perhitungan tahunan disusun sesuai standar akuntansi keuangan.
e. Perhitungan tahunan disahkan oleh RUPS.
f. Perhitungan tahunan bagi perseroan tertentu wajib diperiksa oleh akuntan
publik, ringkasannya diumumkan dalam 2 surat kabar harian.
g. Laporan keuangan tahunan perseroan yang meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, utang piutang termasuk kredit bank, dan daftar penyertaan
modal harus didaftarkan pada wajib daftar perusahaan yang terbuka untuk
umum.
Kaitannya dengan prinsip akuntabilitas :
Umumnya, tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh
laba, meningkatkan nilai perusahaan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham. Tentunya pertumbuhan yang baik dari perusahaan di
masa depan menjadi harapan bagi para pihak yang terlibat di dalamnya. Namun, kasus
diatas justru membuat para pemegang saham kehilangan harapan karena adanya
konflik korupsi sehingga kredibelitas seorang dewan komisaris dipertanyakan dalam
menyiapkan Laporan Keuangan (Financial Statement) serta mengembangkan Komite
Audit dan risiko untuk mendukung fungsi pengawasan. Jika dewan komisaris
menjalankan pengawasan dengan benar, maka akan meminimalkan resiko terjadinya
tindak pidana korupsi meikarta.

2. Ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
dihubungkan dengan ayat (2) memberikan implikasi apa bagi pemegang saham?
Jawab:
Dalam hal pemegang saham, pada praktiknya banyak perusahaan yang jumlah
pemegang sahamnya tidak hanya terdiri dari dua pemegang saham saja, dengan
jumlah atau komposisi kepemilikan saham yang beraneka ragam. Maka dari itu ada
yang disebut sebagai pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas.
Kata implikasi disini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah keterlibatan atau suasana terlibat. Jadi dapat dianalisis bahwa dalam :
1. Pasal 3 ayat (1) keterlibatan pemegang saham yaitu ketentuan hukum yang
mengatur mengenai tanggung jawab hukum pemegang saham dalam suatu
perseroan. Pada dasarnya, pasal ini menyatakan bahwa pemegang saham perseroan
tidak akan dipertanggungjawabkan secara pribadi terhadap kewajiban yang timbul
dari perjanjian atau transaksi yang dilakukan atas nama perseroan. Artinya, jika
terjadi kewajiban atau perjanjian yang dilakukan oleh perseroan dan ada kerugian
yang timbul, pemegang saham tidak akan dipaksa untuk bertanggung jawab secara
pribadi dengan harta pribadi mereka.
Mereka hanya bertanggung jawab terbatas pada jumlah saham yang mereka
miliki. Dalam hal ini, pemegang saham hanya menanggung kerugian sejauh nilai
saham yang dimiliki dan tidak lebih dari itu. Pasal ini bertujuan untuk
memberikan perlindungan hukum kepada pemegang saham, sehingga mereka
tidak akan menanggung risiko yang melebihi investasi yang mereka lakukan dalam
perseroan. Selain itu, pasal ini juga memberikan kepastian hukum kepada
pemegang saham dalam melakukan keputusan bisnis tanpa harus khawatir tentang
tanggung jawab pribadi yang melekat pada mereka.
2. Pasal 3 ayat (2)
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila:
a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan
pribadi;
c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau
d. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang Perseroan.

Pasal diatas merupakan bentuk pengecualian terhadap ayat (1) yang mengatur perlindungan
terhadap pemegang saham, pengecualian tersebut terjadi pada kasus kecurangan, tindakan
melawan hukum, atau tindakan yang cenderung merugikan perseroan, pemegang saham
masih dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi atau situasi di mana pemegang saham
tetap dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi. Berikut adalah penjelasan mengenai
maksud dari setiap pengecualian:
a. Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi: Jika
persyaratan hukum untuk menegakkan status badan hukum perseroan tidak terpenuhi,
maka pemegang saham dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi sehubungan
dengan perikatan yang dibuat atas nama perseroan tersebut.
b. Pemegang saham yang memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi: Dalam
situasi di mana pemegang saham dengan maksud buruk menggunakan perseroan
untuk keuntungan pribadi, mereka tetap dapat bertanggung jawab secara pribadi.
c. Pemegang saham terlibat dalam perbuatan melawan hukum oleh Perseroan: Jika
pemegang saham terlibat langsung atau tidak langsung dalam tindakan melawan
hukum yang dilakukan oleh perseroan, tanggung jawab pribadi masih dapat
diterapkan.
d. Pemegang saham menggunakan kekayaan Perseroan secara melawan hukum: Jika
pemegang saham menggunakan kekayaan perseroan dengan cara yang melawan
hukum, dan hal ini menyebabkan kekayaan perseroan tidak mencukupi untuk
melunasi utang, mereka tetap dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi.
Pengecualian-pengecualian tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa
pemegang saham yang secara tidak jujur atau melanggar hukum tidak mendapatkan
perlindungan penuh sebagaimana yang diatur dalam UU No 40 Tahun 2007. Hal ini
mengingat tanggung jawab pribadi tetap perlu diterapkan dalam situasi-situasi tertentu
guna melindungi kepentingan perseroan dan pihak-pihak yang terkait.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Pasal 3 ayat (1) menetapkan aturan umum
tentang tanggung jawab terbatas bagi pemegang saham (perlindungan hukum
terhadap pemegang saham), sementara ayat (2) menetapkan contoh-contoh di mana
pemegang saham dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi atas kecurangan,
tindakan melawan hukum, atau tindakan yang cenderung merugikan perseroan. Kasus
korupsi proyek Meikarta dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap anggaran
dasar perusahaan. Sehingga pemegang saham mungkin menghadapi risiko kerugian
finansial karena penurunan nilai saham dan dampak reputasi yang buruk. Untuk itu
apabila jika dikaitkan dengan Pasal 3 ayat (1) maka pemegang saham tidak
bertanggung jawab atas kerugian yang menimpa perseroan sehingga pemegang saham
hanya menanggung kerugian sejauh nilai saham yang dimiliki.

3. Jelaskan prinsip corporate governance apa yang terkandung dalam ketentuan Pasal 3
ayat (1) dan (2) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang dapat
menghindarkan Perseroan dari tindak pidana korupsi seperti dalam kasus tersebut!
Jawab:

Pinsip – prinsip tata Kelola Perusahaan (Modul hal 5.16 – 5.19)


Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan
Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Keputusan tersebut menjabarkannya sebagai berikut (I Nyoman Tjager, et al. ,
2003:53)
A. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
relevan mengenai Perusahaan. Transparansi memastikan bahwa para
pemegang saham memiliki akses terhadap informasi mengenai proses
pengambilan keputusan perusahaan dan informasi material yang relevan. Hal
ini memungkinkan para pemegang saham untuk membuat keputusan yang
tepat dan memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana perusahaan
dijalankan.
B. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun, yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip korporasi yang sehat. Independensi sangat penting bagi
para pemegang saham karena hal ini memastikan bahwa perusahaan dikelola
secara profesional dan tanpa benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak
semestinya dari pihak manapun. Hal ini melindungi kepentingan para
pemegang saham dan memastikan bahwa keputusan yang diambil sesuai
dengan hukum yang berlaku dan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
C. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggung-jawaban
organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
Akuntabilitas penting bagi pemegang saham karena memberikan kejelasan
fungsi, pelaksanaan, dan tanggung jawab organ-organ perusahaan. Hal ini
memastikan pengelolaan perusahaan yang efektif dan memungkinkan
pemegang saham untuk meminta pertanggungjawaban manajemen atas
tindakan mereka
D. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi. Tanggung jawab memastikan bahwa perusahaan beroperasi sesuai
dengan hukum dan prinsip-prinsip perusahaan yang relevan. Hal ini sangat
penting bagi para pemegang saham karena hal ini menetapkan kerangka
perilaku hukum dan etika bagi perusahaan, melindungi hak-hak dan
kepentingan mereka.
E. Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-
hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Kewajaran, prinsip kesetaraan dan keadilan, relevan
bagi para pemegang saham karena menjamin bahwa hak-hak mereka yang
timbul dari perjanjian dan hukum yang berlaku terpenuhi. Hal ini memastikan
bahwa para pemegang saham diperlakukan secara adil dan lingkungan
perusahaan yang berkelanjutan.

Jadi, dapat disimpulkan, berdasarkan penjelasan mengenai prinsip corporate


governance yang terkandung dalam Pasal 3 ayat (1) dan (2) UU No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, implementasi ke lima prinsip diatas
memiliki peran yang krusial dalam mencegah perbuatan korupsi yang terjadi
pada kasus diatas, yakni dengan menerapkan keterbukaan akses terhadap
informasi mengenai proses pengambilan keputusan, kemudian memberikan
kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan tanggung jawab organ-organ perusahaan,
hal ini memungkinkan para pemegang saham untuk membuat keputusan yang
tepat dan memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana perusahaan
dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai