Anda di halaman 1dari 4

Baru-baru ini terjadi kasus kegagalan pengauditan yang dilakukan oleh akuntan publik terhadap Laporan

Keuangan PT Garuda Indonesia, Tbk tahun buku 2018. Hal ini berdampak pada dijatuhkannya sanksi terhadap
akuntan publik yang melakukan pengauditan oleh otoritas yang berwenang.

Pelajari kasus tersebut dari pemberitaan media massa, dan berikan respons anda dari perspektif Prinsip-prinsip
Dasar Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI. dalam kaitannya dengan tanggung jawab
hukum, Mungkinkah kasus tersebut dibawa ke ranah hukum oleh pihak ketiga, misal Investor.

A. PRINSIP DASAR KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK OLEH IAPI DALAM KASUS PT. GARUDA
INDONESIA INDONESIA, Tbk

Menanggapi permasalahan laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018 yang dimaksud,
khususnya pengakuan pendapatan atas perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi yang
diindikasikan tidak sesuai dengan standar akuntansi.

Menteri Keuangan (Menkeu) menjatuhkan sanksi kepada Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan
Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT.
Garuda Indonesia, Tbk dan Tahun Buku 2018.

Sanksi yang dijatuhkan :

1. Pembekuan izin selama 12 bulan (KMK No.312/KM.1/2019 tanggal 27 Juni 2019) terhadap AP Kasner
Sirumapea karena melakukan pelanggaran berat yang berpotensi berpengaruh signifikan terhadap opini
Laporan Auditor Independen (LAI)

2. Peringatan tertulis dengan disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap Sistem
Pengendalian Mutu KAP dan dilakukan review oleh BDO International Limited (Surat No.S-
210/MK.1PPPK/2019 tanggal 26 Juni 2019) kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan.

dasar pengenaan sanksi yaitu Pasal 25 Ayat (2) dan Pasal 27 Ayat (1) UU Nomor 5 tahun 2011 dan Pasal
55 Ayat (4) PMK No 154/PMK.01/2017.

Adapun hasil pemeriksaan tersebut antara lain :

1. AP Kasner Sirumapea belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit (SA) - Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP), yaitu SA 315, Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya, SA 500 Bukti Audit, dan SA 560 Peristiwa Kemudian.

2. KAP belum menerapkan Sistem Pengendalian Mutu KAP secara optimal terkait konsultasi dengan pihak
eksternal.

Pemeriksaan dan pengenaan sanksi administratif dilakukan dalam rangka pembinaan terhadap
profesi keuangan dan perlindungan terhadap kepentingan publik, Sanksi yang ditetapkan, telah
mempertimbangkan tanggung jawab AP/KAP dan Emiten secara proporsional.

Seharusnya profesi Akuntan Publik ini berperan sebagai penjaga kualitas pelaporan keuangan yang
digunakan oleh publik atau stakeholders sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi, sehingga
dengan adanya kasus tersebut dapat kita simpulkan bahwa KAP dalam hal ini belum menerapkan Sistem
Pengendalian Mutu KAP dengan optimal dan tidak menjalankan kode etik profesi dengan baik dimana
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik)
adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau
IAPI dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja
pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi keuangan yang
handal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik oleh IAPI menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar etika profesi yang
sudah kita bahas pada materi sebelumnya, yaitu:

1. Prinsip Integritas
2. Prinsip Objektivitas
3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
4. Prinsip Kerahasiaan
5. Prinsip Perilaku Profesional

Dalam kasus Garuda kode etik tersebut tidak diterapkan dan diimplementasikan dengan baik
sehingga AP/KAP dianggap lalai dalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya sebagai
penjaga kualitas laporan keuangan yang digunakan oleh publik. Karena kecurangan,
ketidakjujuran dan kelalaian dalam menggunakan kemahiran jabatannya (due professional care)
dalam menjalankan tugas profesinya, AP/KAP tidak bertindak independen terhadap pemberi
penugasan (klien) dalam hal ini Garuda, sehingga menyebabkan adanya kasus gagal audit.

Mengenai mungkinkah kasus tersebut dibawa ke ranah hukum oleh pihak ketiga, misal Investor.

Dalam melaksanakan investasi, investor dihadapkan oleh adanya beberapa risiko berikut ini :
1. Risiko finansial, yaitu risiko yang diderita oleh pemodal sebagai akibat ketidakmampuan
emiten memenuhi kewajiban pembayaran dividen/bunga serta pokok investasi.
2. Risiko pasar, yaitu risiko akibat menurunnya harga pasar secara substansial, baik
keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan tingkat inflasi ekonomi,
keuangan manajemen perusahaan negara, perubahan atau kebijaksanaan pemerintah.
3. Risiko psikologis, yaitu risiko bagi pemodal yang bertindak secara emosional dalam
menghadapi harga saham berdasarkan optimisme dan pesimisme dapat mengakibatkan
kenaikan atau penurunan harga saham.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal merupakan landasan hukum bagi
keberadaan pasar modal di Indonesia telah memberikan jaminan kepastian hukum para pihak
yang melakukan kegiatan di pasar modal serta perlindungan bagi investor. Konsekuensi
perlindungan bagi investor adalah diterapkannya prinsip full disclosure, karena setiap keputusan
investasi mengandung risiko maka emiten dan profesi penunjang di pasar modal harus
bertanggungjawab terhadap keakuratan data dan kelengkapan informasi. Masalah yang
berkaitan dengan kepentingan investor harus diperhatikan oleh pemerintah, termasuk mengenai
perbaikan manajemen perusahaan yang telah go public.

Pada pasal 78 ayat (1) ditegaskan bahwa setiap prospektus dilarang memuat keterangan
yang tidak benar tentang fakta material atau tidak memuat keterangan yang benar
tentang fakta material yang diperlukan agar prospektus tidak memberi gambaran yang
menyesatkan. Dalam BAB XI Pasal 90-99 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
sudah diatur mengenai penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam. Dalam pasal
90 misalnya ditegaskan bahwa dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang
secara langsung atau tidak langsung :

a. Menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan/ atau cara apapun;
b. Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain;
c. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan
fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang
terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan
mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.

Direksi bertanggung jawab penuh atas penyajian dan isi laporan keuangan dan melekat pada
setiap anggota direksi dan anggota dewan komisaris berkewajiban menelaah isi laporan
keuangan tersebut. Titik berat tanggung jawab hukum internal menjadi amat penting. Jika
laporan keuangan tersebut diaudit oleh akuntan publik, maka akuntan sebagai auditor
perusahaan secara umum bertanggung jawab pada dua hal.

Pertama, mendeteksi kecurangan atau kesalahan yang disengaja. Jika terdapat kecurangan,
mestinya segera dilaporkan ke pihak manajemen, serta komite audit. Kedua, jika perusahaan
melakukan kesalahan yang material, harus didesak untuk direvisi karena tidak sesuai dengan
prinsip dan aturan yang berlaku. Profesi auditor (akuntan publik) diatur dalam Undang-Undang
No 5 Tahun 2015 tentang Akuntan Publik yang juga mengatur sanksi pidana bagi akuntan publik
dan membuka potensi dipidanakan oleh orang lain yang merasa dirugikan.

Misalnya dengan sengaja melakukan perbuatan jahat dengan memalsukan dokumen atau surat
(Pasal 263 dan 264 KUHP), atau melakukan penipuan atau kebohongan (Pasal 378 KUHP) atau
sengaja membantu melakukan pidana (Pasal 55 dan 56 KUHP). Pemberian sanksi pidana
diterapkan sepanjang dapat dibuktikan ketika akuntan menjalankan profesinya. Namun, jika
sikap professional dan etika profesi dijalankan sesuai dunia bisnis yang membutuhkan sifat
transparan satu laporan keuangan, mestinya sanksi apapun yang diatur termasuk administrasi
dan pidana, tidak menjadi penting ketika sikap profesional dijalankan dengan jujur.

Bapepam-LK dapat mengenakan sanksi administratif ataupun sanksi pidana terhadap pihak-pihak
yang melakukan pelanggaran terhadap UUPM atau peraturan pelaksananya. Dalam menerapkan
sanksi administratif, Bapepam- LK perlu memperhatikan aspek pembinaan terhadap pihak yang
bersangkutan. Sanksi administrasi dapat berupa peringatan tertulis, denda, pembatasan kegiatan
usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan persetujuan dan
pembatalan pendaftaran. Dalam pasal 104 UUPM setiap pihak yang melanggar ketentuan
penipuan, manipulasi pasar, dan insider trading diancam dengan pidana penjara paling lama 10
tahun dan denda paling banyak Rp. 15.000.000.000,-. Oleh karena itu dengan adanya ketentuan-
ketentuan seperti yang dijelaskan di atas hal ini menunjukkan bahwa adanya perlindungan
hukum terhadap investor sehingga pihak investor sebenarnya bisa saja membawa kasus tersebut
ke ranah hukum karena PT Garuda Indonesia, Tbk dianggap memberikan informasi keuangan
yang tidak benar (fraud financial statement) dan tidak mengungkapkan kondisi keuangan
perusahaan yang sebenarnya.

Saya hanya ingin mengingatkan pentingnya laporan keuangan yang berkualitas sebagai alat
kontrol (preventive control) bagi pemerintah, serta betapa mulianya profesi dan etika auditor dalam
menjalankan profesinya. Aspek hukum dan tanggung jawab direksi, komisaris dan profesi akuntan
publik sebagai auditor perusahaan mestinya menjadi tujuan untuk kebaikan perusahaan dan
kebaikan semua pihak yang berhubungan dengan perusahaan. Kalau begitu, saatnya berbenah diri
dan memberi solusi terbaik bagi semua perusahaan agar tidak ada lagi kasus-kasus yang
menghebohkan masyarakat yang telah menanamkan uangnya. Pemerintah pun hendaknya
melakukan pengawasan proaktif, antisipatif dan kreatif secara tepat dan memberi informasi
secara berkala kepada masyarakat. Adalah kewajiban dan tanggung jawab pemerintah memberi
perlindungan kepada masyarakat, hal ini tidak boleh abai sedikitpun.

Demikian tanggapan saya mengenai kasus gagal audit PT. Garuda Indonesia, Tbk. Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai