Anda di halaman 1dari 12

Pusat Pembinaan Profesi Keuangan

Kementerian Keuangan
2018

PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA


BAGI AKUNTAN DAN AKUNTAN PUBLIK

PPL ONLINE
AKUNTAN PUBLIK
Disusun oleh:
Bidang Pengembangan Profesi Keuangan – Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK),
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Disclaimer
Modul materi ini disusun sebagai salah satu bahan materi dalam Pendidikan Profesional
Berkelanjutan (PPL) Online yang diselenggarakan oleh PPPK. Modul materi ini menggabungkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang Prinsip Mengenali Pengguna Jasa,
dengan Peraturan Menteri Keuangan perubahannya. Apabila terdapat perbedaan penafsiran
antara modul materi dengan substansi regulasinya, maka yang digunakan sebagai pedoman
penerapan tetap mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan dimaksud

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Istilah pencucian uang pertama kali mulai menjadi perhatian masyarakat dunia
pada tahun 1930 di Amerika Serikat. Pada saat itu, tindakan ini dilakukan oleh suatu
organisasi kejahatan dengan cara membeli perusahaan pencucian pakaian (kala itu
merupakan bisnis paling menguntungkan di Amerika) yang kemudian digunakan sebagai
tempat pemutihan uang yang dihasilkan dari bisnis ilegal seperti perjudian, pemerasan,
penjualan senjata api secara ilegal, penjualan minuman keras secara ilegal, dan lain
sebagainya. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa untuk tindak pidana semacam ini
dikenal dengan istilah tindak pidana money laundering.
Dengan berkembangnya zaman, tindakan money laundering mengalami
perubahan yang sangat signifikan, dari yang sebelumnya hanya melalui perusahaan
pencucian pakaian dan dilakukan oleh organisasi kejahatan, berubah menjadi dilakukan
melalui cara-cara lainnya oleh orang-orang yang memiliki kedudukan, misalnya pembelian
valuta asing, saham, properti atau semacamnya. Sehingga, sampai dengan saat ini, tindak
pidana pencucian uang sering dikenal sebagai bentuk kejahatan kerah putih (White Collar
Crime).
Para pelaku tindak pidana pencucian uang akan menanamkan uang atau
kekayaannya yang mereka peroleh dari suatu tindak pidana pada suatu usaha bisnis yang
sah keberadaannya. Mereka juga akan membutuhkan tindakan-tindakan pentransferan
uang melewati batas-batas wilayah hukum dimana mereka berada, dalam rangka
menciptakan suatu transaksi keuangan dengan tujuan untuk menghilangkan jejak. Hal-hal

Prinsip Mengenai Pengguna Jasa | 1


inilah yang dapat memberikan dampak serius terhadap makro ekonomi, perpindahan
uang dalam jumlah yang sangat besar karena untuk menghilangkan jejak, dapat
mengganggu stabilitas ekonomi suatu negara berkembang.
Dalam rangka memerangi tindak pidana pencucian uang, dan untuk menjaga
stabilitas perekonomian, dan integritas sistem keuangan, serta menjaga keutuhan sendi-
sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada tanggal 22 Oktober
2010, telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU Pencucian Uang).
Dalam UU Pencucian Uang dimaksud telah diatur mengenai Pihak-pihak yang
wajib menyampaikan laporan kepada PPATK, atau pihak Pelapor, yang kemudian diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pihak Pelaporan
Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (PP Pihak
Pelapor), dimana salahnya mengatur bahwa Akuntan dan Akuntan Publik termasuk
sebagai Pihak Pelapor.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada tanggal 20 April 2017, telah diberlakukan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang prinsip Mengenali
Pengguna Jasa Bagi Akuntan dan Akuntan Publik. Hal ini sesuai dengan rekomendasi
Financial Action Task Force (FATF) pada tahun 2012 yang telah dilakukan perubahan pada
tahun 2016. Namun, dikarenakan pada tahun 2017 terdapat rekomendasi baru dari Asia-
Pacific Group FATF, maka pada tanggal 8 November 2017, telah dilakukan penyempurnaan
dan diberlakukan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 155/PMK.01/2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang prinsip
Mengenali Pengguna Jasa Bagi Akuntan dan Akuntan Publik.
Peraturan Menteri Keuangan ini, pada prinsipnya mengatur mengenai kewajiban
Akuntan dan Akuntan Publik dalam rangka lebih mengenali Pengguna Jasa, khususnya
terkait Transaksi Keuangan Mencurigakan.
Modul ini bertujuan untuk memaparkan secara narasi, hal-hal yang diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang prinsip Mengenali
Pengguna Jasa Bagi Akuntan dan Akuntan Publik, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 155/PMK.01/2017, sehingga diharapkan dapat
membantu peserta dapat memahami substansi mengenai Prinsip Mengenali Pengguna
Jasa Bagi Akuntan dan Akuntan Publik ini secara lebih baik.

Prinsip Mengenai Pengguna Jasa | 2


II. Definisi
1. Prinsip Mengenali Pengguna Jasa, yang selanjutnya disingkat PMPJ, adalah prinsip
yang diterapkan oleh Akuntan dan Akuntan Publik dalam rangka mengetahui profl,
karakteristik, serta pola Transaksi Pengguna Jasa dengan melakukan kewajiban
sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017
tentang prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Akuntan dan Akuntan Publik,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
155/PMK.01/2017.
2. Akuntan adalah seseorang yang telah terdaftar pada Register Negara Akuntan yang
diselenggarakan oleh Menteri Keuangan
3. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik.
4. Pengguna Jasa adalah pihak yang menggunakan Jasa Akuntan dan Akuntan Publik.
5. Beneficial Owner adalah setiap orang yang tidak langsung melakukan transaksi
dengan Akuntan dan Akuntan Publik, namun merupakan:
a. Pemilik sebenarnya sumber dana untuk Transaksi;
b. Pengendali Transaksi Pengguna Jasa;
c. Pemberi kuasa atas terjadinya suatu Transaksi; dan/atau
d. Pengendali akhir dari Transaksi yang dilakukan melalui badan hukum atau
perjanjian
6. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah:
a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan
pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan;
b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan
tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib
dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana Pencucian Uang;
c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan
Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau
d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak
Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak
pidana.

Prinsip Mengenai Pengguna Jasa | 3


PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA (PMPJ)

I. Ruang Lingkup
Akuntan dan Akuntan Publik yang memberikan jasa profesional melalui Kantor
Jasa Akuntan dan Kantor Akuntan Publik, untuk kepentingan atau untuk dan atas nama
Pengguna Jasa, mengenai :
1. Pembelian dan penjualan properti;
2. Pengelolaan terhadap uang, efek dan/atau produk jasa keuangan lainnya;
3. Pengelolaan rekening giro, rekening tabungan, rekening deposito, dan/atau rekening
efek;
4. Pengoperasian dan pengelolaan perusahaan; dan/atau
5. Pendirian, pembelian, dan penjualan badan hukum.

Jasa sebagaimana dimaksud bersifat tetap, berkelanjutan, atau sementara untuk


tujuan memperoleh keuntungan, laba, dan/atau manfaat keuangan lainnya.

II. Penilaian Risiko dan Pengelompokkan Pengguna Jasa


Akuntan dan Akuntan Publik melakukan penilaian risiko dan pengelompokan
Pengguna Jasa berdasarkan tingkat risiko terjadinya tindak pidana pencucian uang atau
tindak pidana pendanaan terorisme.
Penilaian risiko dimaksud dilakukan berdasarkan analisis sesuai dengan penilaian
risiko sektoral (sectoral risk assessment) dan ketentuan peraturan perundang-undangan,
paling sedikit mengenai :
1. Profil;
2. Bisnis;
3. Negara; dan
4. Produk

Berdasarkan hasil Penilaian Risiko dimaksud, Akuntan dan Akuntan Publik


melakukan pengelompokkan Pengguna Jasa, yang terdiri atas :
1. Berisiko Rendah;
2. Berisiko Menengah; atau
3. Berisiko Tinggi.

Prinsip Mengenai Pengguna Jasa | 4


Akuntan dan Akuntan Publik, sebelum melakukan pemanfaatan produk dan
praktik usaha, melakukan identifikasi dan penilaian risiko terjadinya tindak pidana
Pencucian Uang atau tindak pidana pendanaan terorisme dari:
1. Pengembangan produk dan praktik usaha baru; dan/atau
2. Penggunaan atau pengembangan teknologi baru, baik untuk produk baru maupun
untuk produk yang sedang digunakan.

III. Penerapan PMPJ


Akuntan dan Akuntan Publik wajib menerapkan PMPJ atas jasa yang diberikan,
pada saat :
1. Melakukan hubungan usaha dengan Pengguna Jasa;
2. Terdapat Transaksi Keuangan dengan mata uang rupiah dan/atau mata uang asing
yang nilainya paling sedikit atau setara dengan Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah);
3. Terdapat Transaksi Keuangan Mencurigakan yang terkait tindak pidana Pencucian
Uang dan tindak pidana pendanaan terorisme; atau
4. Akuntan dan Akuntan Publik meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan
Pengguna Jasa.

PMPJ dimaksud meliputi :


1. Identifikasi dan Verifikasi Pengguna Jasa
Akuntan dan Akuntan Publik, wajib melakukan identifikasi dan verifikasi terhadap
pengguna jasa, dengan cara melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. melakukan pertemuan langsung dengan Pengguna Jasa pada awal melakukan
hubungan usaha dalam rangka meyakini kebenaran identitas Pengguna Jasa.
b. meminta informasi dan Dokumen kepada Pengguna Jasa termasuk hubungan
usaha atau perikatan lainnya (legal arangements) paling sedikit:
1) Untuk Pengguna Jasa Perorangan meliputi :
a) Identitas, meliputi:
I. Nama lengkap;
II. Nomor identitas kependudukan atau paspor;
III. Tempat dan tanggal lahir;
IV. Kewarganegaraan;
V. Alamat tempat tinggal yang tercantum dalam kartu identitas;
VI. Alamat tempat tinggal terkini termasuk nomor telepon bila ada; dan
VII. Alamat di negara asal dalam hal warga negara asing;

Prinsip Mengenai Pengguna Jasa | 5


b) Pekerjaan;
c) Sumber dana; dan
d) Tujuan Transaksi.
2) Untuk Pengguna Jasa Korporasi meliputi :
a) Identitas, meliputi:
I. Nama;
II. Bentuk Badan Usaha;
III. Nomor Surat Keputusan pengesahan dalam hal telah berbadan
hukum;
IV. Bidang usaha; dan
V. Alamat dan nomor telepon.
b) Sumber dana;
c) Tujuan Transaksi; dan
d) Informasi pihak yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk
dan atas nama Korporasi.
c. Mengetahui bahwa Pengguna Jasa yang melakukan Transaksi bertindak untuk
diri sendiri atau untuk dan atas nama Beneficial Owner.

Dalam hal Transaksi dilakukan untuk dan atas nama Beneficial Owner, Akuntan
dan Akuntan Publik wajib meminta informasi mengenai identitas dan dokumen
pendukung dari Pengguna Jasa dan Beneficial Owner tersebut sebagai berikut :
1) Untuk Beneficial Owner perorangan, paling sedikit mencakup :
a) Identitas, meliputi:
I. Nama lengkap;
II. Nomor identitas kependudukan atau paspor;
III. Tempat dan tanggal lahir;
IV. Kewarganegaraan;
V. Alamat tempat tinggal yang tercantum dalam kartu identitas;
VI. Alamat di negara asal dalam hal warga negara asing.
b) Hubungan hukum antara Pengguna Jasa dengan Beneficial Owner yang
ditunjukkan dengan surat kuasa atau bentuk lainnya; dan/atau
c) Pernyataan tertulis dari Pengguna Jasa mengenai kebenaran identitas
maupun sumber dana dari Beneficial Owner.

Prinsip Mengenai Pengguna Jasa | 6


2) Untuk Beneficial Owner yang berbentuk Korporasi, paling sedikit mencakup :
a) Identitas, meliputi:
I. Nama;
II. Bentuk Badan Usaha;
III. Nomor Surat Keputusan pengesahan dalam hal telah berbadan
hukum;
IV. Bidang usaha; dan
V. Alamat dan nomor telepon.
b) Hubungan hukum antara Pengguna Jasa dengan Beneficial Owner yang
ditunjukkan dengan surat kuasa atau bentuk lainnya.
c) Pernyataan tertulis dari Pengguna Jasa mengenai kebenaran identitas
maupun sumber dana dari Beneficial Owner.
d. Melakukan verifikasi terhadap informasi dan dokumen identifikasi yang
diberikan, bahkan dapat meminta keterangan kepada Pengguna Jasa untuk
mengetahui kebenaran formil dokumen dimaksud.

Dalam hal terdapat keraguan, wajib meminta kepada Pengguna Jasa untuk
memberikan Dokumen pendukung yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang.

Akuntan dan Akuntan Publik wajib memutuskan hubungan usaha dengan


Pengguna Jasa dan melaporkannya kepada PPATK sebagai Transaksi Keuangan
Mencurigakan, jika :

1) Pengguna Jasa menolak untuk mengikuti prosedur PMPJ yang dilakukan


Akuntan dan Akuntan Publik;

2) Akuntan dan Akuntan Publik meragukan kebenaran informasi yang


disampaikan oleh Pengguna Jasa.

2. Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa

Dalam rangka melakukan pemantauan Transaksi Pengguna Jasa, Akuntan


dan Akuntan Publik melihat tata cara pembayaran Transaksi baik tunai atau pun non
tunai, pelaku Transaksi, nominal Transaksi, dan/atau tanggal Transaksi.

Dalam hal terdapat perubahan yang diketahui dari pemantauan Akuntan dan
Akuntan Publik terhadap Pengguna Jasa atau informasi lain yang dapat
dipertanggungjawabkan, Akuntan dan Akuntan Publik wajib melakukan upaya
pengkinian data, informasi, dan/atau Dokumen pendukung.

Prinsip Mengenai Pengguna Jasa | 7


IV. Penggunaan Hasil PMPJ Pihak Ketiga

Akuntan dan Akuntan Publik dapat menggunakan hasil PMPJ yang dilakukan oleh
pihak ketiga, namun sepenuhnya tetap menjadi tanggung jawab Akuntan dan Akuntan
Publik. Pihak ketiga sebagaimana dimaksud, harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki kebijakan dan prosedur PMPJ serta tunduk pada pengawasan dari otoritas
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

2. Memiliki kerja sama dengan Akuntan dan Akuntan Publik dalam bentuk kesepakatan
tertulis, yang paling sedikit memuat pernyataan bahwa pihak ketiga :

a. Bersedia sesegera mungkin mendapatkan informasi yang diperlukan Akuntan


dan Akuntan Publik untuk menerapkan PMPJ; dan

b. Bersedia mengambil langkah-langkah yang memadai untuk sesegera mungkin


memenuhi permintaan informasi dan salinan Dokumen pendukung terkait PMPJ.

Penggunaan hasil PMPJ yang dilakukan pihak ketiga tidak berlaku untuk pihak
ketiga yang berkedudukan di negara berisiko tinggi sebagaimana direkomendasikan oleh
Financial Action Task Force (FATF) atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

V. PMPJ Sederhana

Akuntan dan Akuntan Publik dapat menerapkan prosedur PMPJ secara sederhana
terhadap Pengguna Jasa dan/atau Beneficial Owner yang berisiko rendah, untuk seluruh
jasa yang diberikan oleh Akuntan dan Akuntan Publik.

Akuntan dan Akuntan Publik dalam menerapkan prosedur PMPJ secara sederhana
sebagaimana dimaksud meminta informasi dan Dokumen paling sedikit :

1. Untuk Pengguna Jasa dan/atau Beneficial Owner perorangan meliputi:


a. Nama lengkap;
b. Tempat dan tanggal lahir;
c. nomor identitas kependudukan atau paspor; dan
d. alamat.

2. Untuk Pengguna Jasa dan/atau Beneficial Owner Korporasi meliputi:


a. nama Korporasi;
b. alamat dan nomor telepon; dan
c. Dokumen identitas pihak yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk
dan atas nama Korporasi.

Prinsip Mengenai Pengguna Jasa | 8


Penerapan PMPJ sederhana sebagaimana dimaksud tidak berlaku apabila:

1. Terdapat dugaan terjadi Transaksi Pencucian Uang dan/atau pendanaan terorisme;


atau

2. Kategori risiko meningkat menjadi berisiko menengah atau tinggi.

VI. PMPJ Mendalam

Akuntan dan Akuntan Publik wajib menerapkan prosedur PMPJ secara mendalam
terhadap Pengguna jasa berisiko tinggi, meliputi :
1. Pengguna Jasa yang merupakan Orang yang Populer Secara Politis (Politically Exposed
Person) sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala PPATK mengenai kategori
Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan tindak pidana Pencucian Uang; dan
2. Pengguna Jasa yang melakukan Transaksi dengan pihak dari negara berisiko tinggi
sebagaimana direkomendasikan oleh Financial Action Task Force atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan

Akuntan dan Akuntan Publik dalam menerapkan prosedur PMPJ secara mendalam
sebagaimana dimaksud melakukan:
1. Permintaaan tambahan informasi mengenai sumber dana, sumber kekayaan, tujuan
Transaksi, dan tujuan hubungan usaha dengan pihak-pihak yang terkait Pengguna
Jasa; dan
2. pengawasan lebih lanjut dan atas hubungan usaha dan pemilihan pola Transaksi yang
memerlukan penelaahan lebih lanjut

VII. Sistem Informasi dan Pencatatan Transaksi

Akuntan dan Akuntan Publik wajib memiliki sistem informasi dan pencatatan
transaksi yang dapat mengidentifkasi, memantau, dan menyediakan laporan mengenai
karakteristik Transaksi yang dilakukan oleh Pengguna Jasa.

Sistem sebagaimana dimaksud dapat dilakukan secara manual maupun dengan


sistem komputerisasi yang disesuaikan dengan kompleksitas dan karakteristik usaha jasa
Akuntan dan Akuntan Publik.

VIII. Penatausahaan Dokumen

Akuntan dan Akuntan Publik wajib menatausahakan Dokumen seluruh Pengguna


Jasa dan pihak lain yang terkait dalam jangka waktu paling sedikit 5 (lima) tahun sejak
Akuntan dan Akuntan Publik mengakhiri hubungan usaha dengan Pengguna Jasa.

Prinsip Mengenai Pengguna Jasa | 9


Dokumen sebagaimana dimaksud paling sedikit meliputi identitas Pengguna Jasa
dan pihak lain yang terkait dan formulir hubungan usaha termasuk Dokumen
korespondensi dengan Pengguna Jasa.

Akuntan dan Akuntan Publik wajib memberikan Dokumen dan informasi kepada
PPPK, PPATK dan/atau otoritas lain yang berwenang sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang.

Akuntan dan Akuntan Publik wajib memberikan Dokumen dan infrmasi


sebagaimana dimaksud paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak menerima surat permintaan
resmi.

IX. Ketentuan Internal Pelaksanaan PMPJ

Akuntan dan/atau Akuntan Publik wajib menyusun ketentuan internal tentang


pelaksanaan PMPJ, paling sedikit mengenai:
1. Pemantauan dan pengawasan kepatuhan PMPJ; dan
2. Prosedur penerimaan dan pelatihan pegawai.

Dalam menyusun ketentuan internal sebagaimana dimaksud, Akuntan dan


Akuntan Publik dapat meminta masukan dan bantuan kepada PPPK danjatau PPATK.

X. Sanksi Administratif

Menteri Keuangan berwenang mengenakan sanksi administratif kepada Akuntan


dan Akuntan Publik atas pelanggaran ketentuan administratif, dengan jenis sanksi
berupa :
1. Peringatan.
a. Sanksi administratif berupa peringatan disertai dengan kewajiban untuk
melakukan tindakan perbaikan tertentu.
b. Akuntan dan/atau Akuntan Publik yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud diatas, dikenai sanksi peringatan kedua.
2. Pembekuan Izin.
Akuntan dan/atau Akuntan Publik yang tidak memenuhi kewajiban atas sanksi
peringatan kedua, dikenai sanksi pembekuan Register Negara Akuntan atau
pembekuan Izin Akuntan Publik selama 3 (tiga) bulan.

Prinsip Mengenai Pengguna Jasa | 10


PENUTUP

Dengan diterbitkannya Modul ini, diharapkan dapat membantu Peserta PPL Online ini dalam
lebih memahami Prinsip Mengenali Pengguna Jasa bagi Akuntan Publik sebagaimana telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang Prinsip
Mengenali Pengguna Jasa, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 155/PMK.01/2017, sehingga dapat mendukung upaya dan niat Pemerintah dalam
memerangi Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Indonesia
khususnya, secara global umumnya.

Dengan aktifnya Profesi Akuntan Publik melalui penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa
saat menjalankan profesinya, maka Profesi Akuntan Publik turut berpartisipasi memerangi
Tindak Pidana Pencucian Uang dan mendukung Pencegahan Pendanaan Terorisme. Hal ini
dapat meningkatkan kepercayaan publik kepada dirinya, dan secara langsung membantu
melindungi masyarakat dan negara dari kejahatan global yang merongrong keutuhan bangsa.

Modul ini merupakan modul yang akan terus mendapatkan penyempurnaan materi, seiring
dengan bertambahnya atau berubahnya kebijakan atau regulasi terkait Prinsip Mengenali
Pengguna Jasa yang berlaku bagi Akuntan Publik.

Prinsip Mengenai Pengguna Jasa | 11

Anda mungkin juga menyukai