Kementerian Keuangan
2018
PPL ONLINE
AKUNTAN PUBLIK
Disusun oleh:
Bidang Pengembangan Profesi Keuangan – Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK),
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Disclaimer
Modul materi ini disusun sebagai salah satu bahan materi dalam Pendidikan Profesional
Berkelanjutan (PPL) Online yang diselenggarakan oleh PPPK. Modul materi ini menggabungkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang Prinsip Mengenali Pengguna Jasa,
dengan Peraturan Menteri Keuangan perubahannya. Apabila terdapat perbedaan penafsiran
antara modul materi dengan substansi regulasinya, maka yang digunakan sebagai pedoman
penerapan tetap mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan dimaksud
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Istilah pencucian uang pertama kali mulai menjadi perhatian masyarakat dunia
pada tahun 1930 di Amerika Serikat. Pada saat itu, tindakan ini dilakukan oleh suatu
organisasi kejahatan dengan cara membeli perusahaan pencucian pakaian (kala itu
merupakan bisnis paling menguntungkan di Amerika) yang kemudian digunakan sebagai
tempat pemutihan uang yang dihasilkan dari bisnis ilegal seperti perjudian, pemerasan,
penjualan senjata api secara ilegal, penjualan minuman keras secara ilegal, dan lain
sebagainya. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa untuk tindak pidana semacam ini
dikenal dengan istilah tindak pidana money laundering.
Dengan berkembangnya zaman, tindakan money laundering mengalami
perubahan yang sangat signifikan, dari yang sebelumnya hanya melalui perusahaan
pencucian pakaian dan dilakukan oleh organisasi kejahatan, berubah menjadi dilakukan
melalui cara-cara lainnya oleh orang-orang yang memiliki kedudukan, misalnya pembelian
valuta asing, saham, properti atau semacamnya. Sehingga, sampai dengan saat ini, tindak
pidana pencucian uang sering dikenal sebagai bentuk kejahatan kerah putih (White Collar
Crime).
Para pelaku tindak pidana pencucian uang akan menanamkan uang atau
kekayaannya yang mereka peroleh dari suatu tindak pidana pada suatu usaha bisnis yang
sah keberadaannya. Mereka juga akan membutuhkan tindakan-tindakan pentransferan
uang melewati batas-batas wilayah hukum dimana mereka berada, dalam rangka
menciptakan suatu transaksi keuangan dengan tujuan untuk menghilangkan jejak. Hal-hal
I. Ruang Lingkup
Akuntan dan Akuntan Publik yang memberikan jasa profesional melalui Kantor
Jasa Akuntan dan Kantor Akuntan Publik, untuk kepentingan atau untuk dan atas nama
Pengguna Jasa, mengenai :
1. Pembelian dan penjualan properti;
2. Pengelolaan terhadap uang, efek dan/atau produk jasa keuangan lainnya;
3. Pengelolaan rekening giro, rekening tabungan, rekening deposito, dan/atau rekening
efek;
4. Pengoperasian dan pengelolaan perusahaan; dan/atau
5. Pendirian, pembelian, dan penjualan badan hukum.
Dalam hal Transaksi dilakukan untuk dan atas nama Beneficial Owner, Akuntan
dan Akuntan Publik wajib meminta informasi mengenai identitas dan dokumen
pendukung dari Pengguna Jasa dan Beneficial Owner tersebut sebagai berikut :
1) Untuk Beneficial Owner perorangan, paling sedikit mencakup :
a) Identitas, meliputi:
I. Nama lengkap;
II. Nomor identitas kependudukan atau paspor;
III. Tempat dan tanggal lahir;
IV. Kewarganegaraan;
V. Alamat tempat tinggal yang tercantum dalam kartu identitas;
VI. Alamat di negara asal dalam hal warga negara asing.
b) Hubungan hukum antara Pengguna Jasa dengan Beneficial Owner yang
ditunjukkan dengan surat kuasa atau bentuk lainnya; dan/atau
c) Pernyataan tertulis dari Pengguna Jasa mengenai kebenaran identitas
maupun sumber dana dari Beneficial Owner.
Dalam hal terdapat keraguan, wajib meminta kepada Pengguna Jasa untuk
memberikan Dokumen pendukung yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang.
Dalam hal terdapat perubahan yang diketahui dari pemantauan Akuntan dan
Akuntan Publik terhadap Pengguna Jasa atau informasi lain yang dapat
dipertanggungjawabkan, Akuntan dan Akuntan Publik wajib melakukan upaya
pengkinian data, informasi, dan/atau Dokumen pendukung.
Akuntan dan Akuntan Publik dapat menggunakan hasil PMPJ yang dilakukan oleh
pihak ketiga, namun sepenuhnya tetap menjadi tanggung jawab Akuntan dan Akuntan
Publik. Pihak ketiga sebagaimana dimaksud, harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Memiliki kebijakan dan prosedur PMPJ serta tunduk pada pengawasan dari otoritas
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
2. Memiliki kerja sama dengan Akuntan dan Akuntan Publik dalam bentuk kesepakatan
tertulis, yang paling sedikit memuat pernyataan bahwa pihak ketiga :
Penggunaan hasil PMPJ yang dilakukan pihak ketiga tidak berlaku untuk pihak
ketiga yang berkedudukan di negara berisiko tinggi sebagaimana direkomendasikan oleh
Financial Action Task Force (FATF) atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
V. PMPJ Sederhana
Akuntan dan Akuntan Publik dapat menerapkan prosedur PMPJ secara sederhana
terhadap Pengguna Jasa dan/atau Beneficial Owner yang berisiko rendah, untuk seluruh
jasa yang diberikan oleh Akuntan dan Akuntan Publik.
Akuntan dan Akuntan Publik dalam menerapkan prosedur PMPJ secara sederhana
sebagaimana dimaksud meminta informasi dan Dokumen paling sedikit :
Akuntan dan Akuntan Publik wajib menerapkan prosedur PMPJ secara mendalam
terhadap Pengguna jasa berisiko tinggi, meliputi :
1. Pengguna Jasa yang merupakan Orang yang Populer Secara Politis (Politically Exposed
Person) sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala PPATK mengenai kategori
Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan tindak pidana Pencucian Uang; dan
2. Pengguna Jasa yang melakukan Transaksi dengan pihak dari negara berisiko tinggi
sebagaimana direkomendasikan oleh Financial Action Task Force atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Akuntan dan Akuntan Publik dalam menerapkan prosedur PMPJ secara mendalam
sebagaimana dimaksud melakukan:
1. Permintaaan tambahan informasi mengenai sumber dana, sumber kekayaan, tujuan
Transaksi, dan tujuan hubungan usaha dengan pihak-pihak yang terkait Pengguna
Jasa; dan
2. pengawasan lebih lanjut dan atas hubungan usaha dan pemilihan pola Transaksi yang
memerlukan penelaahan lebih lanjut
Akuntan dan Akuntan Publik wajib memiliki sistem informasi dan pencatatan
transaksi yang dapat mengidentifkasi, memantau, dan menyediakan laporan mengenai
karakteristik Transaksi yang dilakukan oleh Pengguna Jasa.
Akuntan dan Akuntan Publik wajib memberikan Dokumen dan informasi kepada
PPPK, PPATK dan/atau otoritas lain yang berwenang sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang.
X. Sanksi Administratif
Dengan diterbitkannya Modul ini, diharapkan dapat membantu Peserta PPL Online ini dalam
lebih memahami Prinsip Mengenali Pengguna Jasa bagi Akuntan Publik sebagaimana telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang Prinsip
Mengenali Pengguna Jasa, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 155/PMK.01/2017, sehingga dapat mendukung upaya dan niat Pemerintah dalam
memerangi Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Indonesia
khususnya, secara global umumnya.
Dengan aktifnya Profesi Akuntan Publik melalui penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa
saat menjalankan profesinya, maka Profesi Akuntan Publik turut berpartisipasi memerangi
Tindak Pidana Pencucian Uang dan mendukung Pencegahan Pendanaan Terorisme. Hal ini
dapat meningkatkan kepercayaan publik kepada dirinya, dan secara langsung membantu
melindungi masyarakat dan negara dari kejahatan global yang merongrong keutuhan bangsa.
Modul ini merupakan modul yang akan terus mendapatkan penyempurnaan materi, seiring
dengan bertambahnya atau berubahnya kebijakan atau regulasi terkait Prinsip Mengenali
Pengguna Jasa yang berlaku bagi Akuntan Publik.