Disusun oleh:
Pusat Pembinaan Profesi Keuangan, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.
Disclaimer
Modul materi ini disusun sebagai salah satu bahan materi dalam Pendidikan Profesional
Berkelanjutan (PPL) Online yang diselenggarakan oleh PPPK. Modul materi ini menggabungkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang Prinsip Mengenali Pengguna Jasa,
dengan Peraturan Menteri Keuangan perubahannya beserta Surat Edaran yang mengatur secara
teknisnya. Apabila terdapat perbedaan penafsiran antara modul materi dengan substansi
regulasinya, maka yang digunakan sebagai pedoman penerapan tetap mengacu pada Peraturan
Menteri Keuangan dimaksud.
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dalam rangka memerangi tindak pidana pencucian uang, dan untuk menjaga stabilitas
perekonomian, dan integritas sistem keuangan, serta menjaga keutuhan sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada tanggal 22 Oktober 2010, telah
diberlakukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang (UU Pencucian Uang).
Dalam UU Pencucian Uang dimaksud telah diatur mengenai Pihak-pihak yang wajib
menyampaikan laporan kepada PPATK, atau pihak Pelapor, yang kemudian diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pihak Pelaporan Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (PP Pihak Pelapor), dimana
salahnya mengatur bahwa Akuntan dan Akuntan Publik termasuk sebagai Pihak Pelapor.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada tanggal 20 April 2017, telah diberlakukan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang prinsip Mengenali Pengguna
Jasa Bagi Akuntan dan Akuntan Publik. Hal ini sesuai dengan rekomendasi Financial Action
Task Force (FATF) pada tahun 2012 yang telah dilakukan perubahan pada tahun 2016. Namun,
dikarenakan pada tahun 2017 terdapat rekomendasi baru dari Asia-Pacific Group FATF, maka
pada tanggal 8 November 2017, telah dilakukan penyempurnaan dan diberlakukan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 155/PMK.01/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Akuntan dan
Akuntan Publik.
Namun demikian, dalam analisis risiko yang dilakukan Akuntan atau Akuntan Publik,
Pengguna Jasa dan/atau BO harus otomatis dimasukkan dalam kategori berisiko tinggi
dalam hal memenuhi kriteria berikut:
1. Orang yang Populer Secara Politis (Politically Exposed Person), yaitu:
a. Pejabat Negara
b. Pimpinan Instansi Pemerintah setingkat atau setara eselon I
c. Pejabat yang memiliki fungsi strategis, meliputi :
1) Direksi, komisaris dan pejabat struktural lainnya pada BUMN atau BUMD;
2) Pimpinan perguruan tinggi negeri;
3) Pejabat eselon 1 dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil,
militer dan kepolisian;
4) Jaksa;
5) Penyidik;
6) Panitera Pengadilan;
7) Pimpinan dan bendaharawan proyek;
8) Pejabat yang membidangi sektor minyak dan gas;
9) Pejabat yang membidangi sektor mineral dan batu bara; dan
10) Pimpinan komisi yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
d. Pejabat yang berdasarkan ketentuan diwajibkan menyampaikan Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN):
1) Pejabat Eselon II dan pejabat lain yang disamakan fungsi strategis di
lingkungan instansi pemerintah dan/atau lembaga negara;
2) Semua kepala kantor di lingkungan Kementerian Keuangan;
3) Pemeriksa bea dan cukai;
4) Pemeriksa pajak;
5) Auditor;
6) Pejabat yang mengeluarkan perizinan;
7) Pejabat atau kepala unit pelayanan masyarakat;
8) Pejabat pembuat regulasi;
9) Pejabat yang menduduki jabatan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
sebagai jabatan rawan korupsi, kolusi dan nepotisme dan diwajibkan
menyampaikan LHKPN kepada KPK.
e. Pengurus partai politik atau anggota partai politik.
2. Pengguna Jasa atau BO melakukan transaksi dengan pihak dari negara berisiko
tinggi sesuai daftar rekomendasi Financial Action Task Force (FATF).
Selain permintaan informasi dan dokumen di atas, dalam PMPJ Mendalam juga
dilakukan :
1) pengawasan lebih lanjut dan atas hubungan usaha dan pemilihan pola
Transaksi yang memerlukan penelaahan lebih lanjut;
2) identifikasi secara berulang kali sampai ada keyakinan bahwa informasi
yang diberikan adalah benar.
2. Verifikasi Pengguna Jasa
Setelah proses identifikasi, Akuntan atau Akuntan Publik melakukan verifikasi
terhadap informasi dan dokumen yang diberikan dengan prosedur sebagai berikut:
a. wawancara untuk meminta keterangan dari Pengguna Jasa;
b. pengecekan kebenaran formil melalui konfirmasi kepada instansi yang
menerbitkan dokumen Pengguna Jasa; dan
c. meminta kepada Pengguna Jasa untuk memberikan dokumen pendukung
yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang jika terdapat keraguan pada
Akuntan atau Akuntan Publik.
3. Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa
Akuntan atau Akuntan Publik kemudian harus melakukan pemantauan transaksi
Pengguna Jasa sesuai dengan lingkup jasa yang sedang diberikan oleh Akuntan atau
Akuntan Publik, dengan prosedur sebagai berikut :
SANKSI ADMINISTRATIF
Menteri Keuangan berwenang mengenakan sanksi administratif kepada Akuntan dan
Akuntan Publik atas pelanggaran ketentuan administratif, dengan jenis sanksi berupa :
1. Peringatan.
a. Sanksi administratif berupa peringatan disertai dengan kewajiban untuk melakukan
tindakan perbaikan tertentu.
b. Akuntan dan/atau Akuntan Publik yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud diatas, dikenai sanksi peringatan kedua.
2. Pembekuan Izin.
Akuntan dan/atau Akuntan Publik yang tidak memenuhi kewajiban atas sanksi peringatan
kedua, dikenai sanksi pembekuan Register Negara Akuntan atau pembekuan Izin
Akuntan Publik selama 3 (tiga) bulan.
5. Penerapan PMPJ
Oleh karena Pengguna Jasa termasuk kategori berisiko Tinggi, maka dilaksanakan
prosedur PMPJ Mendalam, dengan proses sebagai berikut:
a. Identifikasi
Akuntan Budi melakukan pertemuan langsung (tatap muka) dengan Dedes
pada awal melakukan hubungan usaha dan mengumpulkan Informasi serta
dokumen sebagai berikut :
1) Fotokopi KTP Dedes;
2) Fotokopi Kartu Keluarga;
3) Fotokopi NPWP Pribadi Dedes;
4) Asli surat pernyataan yang menerangkan alamat tempat tinggal saat ini,
termasuk nomor telepon yang dapat dihubungi;
5) Fotokopi Rekening Koran 6 bulan terakhir;
6) Fotokopi seluruh Izin Usaha yang dimiliki oleh Dedes; dan
PENUTUP
Dengan diterbitkannya Modul ini, diharapkan dapat membantu Peserta PPL Online ini
dalam lebih memahami Prinsip Mengenali Pengguna Jasa bagi Akuntan sebagaimana telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2017 tentang Prinsip
Mengenali Pengguna Jasa, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 155/PMK.01/2017, sehingga dapat mendukung upaya dan niat Pemerintah dalam
memerangi Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di
Indonesia khususnya, secara global umumnya.
Dengan aktifnya Profesi Akuntan melalui penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa
saat menjalankan profesinya, maka Profesi Akuntan turut berpartisipasi memerangi Tindak
Pidana Pencucian Uang dan mendukung Pencegahan Pendanaan Terorisme. Hal ini dapat
meningkatkan kepercayaan publik kepada dirinya, dan secara langsung membantu melindungi
masyarakat dan negara dari kejahatan global yang merongrong keutuhan bangsa.