seksama. Oleh karena itu, KAP harus memiliki sistem pengendalian mutu yang
mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan KAP untuk
memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian penugasan profesional
dengan SPAP. Sifat dan lingkup kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang
ditetapkan oleh KAP dapat berbeda antara antara KAP yang satu dengan lainnya
karena penyusunan sistem pengendalian mutu KAP dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain ukuran KAP, tingkat otonomi yang diberikan kepada staf dan
kantor-kantor cabangnya, sifat praktik, organisasi kantor serta pertimbangan biaya
manfaat. KAP wajib mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur pengendalian
mutu kepada personelnya dengan suatu cara yang akan memberikan keyakinan
memadai bahwa kebijakan dan prosedur tersebut dapat dipahami. Bentuk dan
lingkup komunikasi tersebut harus cukup komprehensif sehingga dapat
menyampaikan, kepada personel KAP, informasi mengenai kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu yang berhubungan dengan mereka.
Pada umumnya, komunikasi akan lebih baik apabila dilakukan secara tertulis,
namun keefektifan sistem pengendalian mutu KAP tidak terpengaruh oleh
ketiadaan dokumentasi kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang
ditetapkan oleh KAP. Ukuran, struktur, dan sifat praktek KAP harus
dipertimbangkan dalam menentukan apakah dokumentasi kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu diperlukan dan, jika diperlukan, seberapa luas dokumentasi
tersebut dilaksanakan.
Umumnya, dokumentasi kebijakan dan prosedur pengendalian mutu pada
KAP besar akan lebih ekstensif dibandingan dengan dokumentasi pada KAP kecil,
begitu pula dokumentasi akan lebih ekstensif pada KAP yang memilki banyak
kantor dibandingkan dengan dokumentasi pada KAP yang hanya memiliki satu
kantor. KAP harus memantau keefektifan sistem pengendalian mutunya dengan
mengevaluasi, secara rutin, kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya,
penetapan tanggung jawab, dan komunikasi kebijakan serta prosedurnya.
Perubahan terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP dapat terjadi
karena adanya perubahan yang berasal dari Pernyataan baru oleh pihak
berwenang, atau karena adanya perubahan keadaan seperti adanya perluasan
integritas
stafnya
dalam
menentukan
hubungan
profesionalnya; bahwa KAP dan para stafnya akan independen terhadap kliennya
sebagaimana diatur oleh Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik; dan bahwa
staf KAP kompeten secara profesional, objektif, dan akan menggunakan
mempengaruhi
kebijakan
pelatihannya.
Praktik
pelatihan
mempengaruhi
semua
staf
profesional
mempertahankan
independensi
sebagaimana
diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik.
b.Penugasan personel, yang memberikan keyakinan memadai bahwa
penugasan
akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan
keahlian teknis untuk penugasan tersebut. Dalam proses penugasan personel, sifat
dan lingkup supervisi harus dipertimbangkan. Umumnya, apabila personel yang
ditugaskan semakin cakap dan berpengalaman, maka supervisi secara langsung
terhadap personel tersebut, semakin tidak diperlukan.
c.Konsultasi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel akan
memperoleh informasi yang memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang
yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan(judgement) yang
memadai. Sifat konsultasi akan tergantung atas beberapa faktor, antara lain ukuran
KAP dan tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan yang dimiliki oleh
staf pelaksana perikatan.
d.Supervisi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa pelaksanaan
perikatan
memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP. Lingkup supervisi
danreview yang sesuai pada suatu kondisi tertentu, tergantung atas beberapa
faktor, antara lain kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan, dan
lingkup konsultasi yang tersedia dan yang telah digunakan. Tanggung jawab KAP
untuk menetapkan prosedur mengenai supervisi berbeda dengan tanggung jawab
profesionalnya
memiliki
karakteristik
yang
tepat
sehingga
KAP menjadi
salah
satu
unsur
penentu
untuk
dilaksanakan.
Umumnya,
dokumentasi
kebijakan
dan
prosedur
pengendalian mutu pada YAP besar akan lebih ekstensif dibandingkan dengan
dokumentasi pada KAP kecil, begitu pula dokumentasi akan lebih ekstensif pada
KAP yang memiliki banyak kantor dibandingkan dengan dokumentasi pada KAP
yang hanya memiliki satu kantor.
PEMANTAUAN
10 KAP harus memantau efektivitas sistem pengendalian mutunya dengan
mengevaluasi, secara rutin, kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya,
penetapan tanggung jawab, dan komunikasi kebijakan dan prosedurnya. Ukuran,
struktur dan sifat praktik KAP mempengaruhi keterbatasan dan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh fungsi pemantauan KAP. Tersirat dalam fungsi pemantauan
adalah perubahan rutin terhadap kebijakan dan prosedur, penetapan tanggung
jawab, dan bentuk serta lingkup komunikasi, karena adanya perubahan yang
berasal dari Pernyataan baru oleh pihak berwenang, atau karena adanya perubahan
keadaan, seperti adanya perluahan praktik atau pembukaan kantor baru,
penggabungan( m er g e r ) KAP, atau pemerolehan praktik. Inspeksi yang
merupakan salah satu unsur pengendalian mutu, termasuk dalam kegiatan
pemantauan, namun kegiatan pemantauan tidak hanya terbatas pada inspeksi saja.
TANGGAL BERLAKU EFEKTIF
11 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Januari 1998. Penerapan lebih awal dari
tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan
III. TUJUAN
Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam dunia bisnis di
Indonesia, maka Akuntan Publik harus selalu menjaga integritas (integrity) dan